Anda di halaman 1dari 5

PUTUSAN

Nomor 207 /Pid.Sus/2016/PN Lsm.

Pendapat Ahli pidana :

Yusrizal, SH.,MH, dibawah sumpah pada pokoknya memberikan


keterangan sebagai berikut :

• Bahwa Ahli dihadirkan kepersidangan untuk


menerangkan dalam hal kelalaian;
• Bahwa kelalaian syaratnya harus dapat menduga akibat yang
terjadi;

• Bahwa makna dapat menduga itu sangat sulit untuk diukur;

• Bahwa dalam sebuah kelalaian tidak ada maksud jahat;


• Bahwa jika terdakwa sudah menjalankan SOP maka bukan
sebuah pelanggaran;
• Bahwa dalam undangundang keperawatan, perawat itu
dilindungi;
• Bahwa kelalaian berat mengakibatkan akibat yang signifikan;
• Bahwa luka berat itu maksudnya sakit yang terus
menerus dan susah disembuhkan;
• Bahwa kelalaian itu tidak ada sikap batin yang jahat atau
tujuan yang dikehendaki;
• Bahwa penggantian darah atau transfusi darah bukan luka
berat karena tidak menimbulkan luka terus menerus;

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
AHLI kesehatan :

dr. Husna ,Sp.Pk Binti Almarhum M. Husen :


 Bahwa patologi klinik adalah ilmu yang berhubungan dengan pemeriksaan penyakit
 Bahwa transfusi dilakukan ketika darah seseorang dibawah normal
 Bahwa jika tidak dilakukan tindakan transfusi darah maka dapat menyebabkan
oksigen pasien berkurang sehingga pasien lemas dan lesu
 Bahwa keputusan tindakan transfusi darah kepada pasien ada pada dokter;
 Bahwa jika melakukan tindakan transfusi darah kepada seseorang maka harus
diperhatikan kantong darah, nama pasien, golongan darah;
 Bahwa golongan darah pasien didasarkan pada pemeriksaan
 laboratorium;
 Bahwa ketika perawat menemukan ketidakcocokan darah pasien maka perawat
harus mengkonfirmasi ke dokter dan PMI;
 Bahwa ketika PMI memberikan darah yang berbeda maka perawat
 tidak boleh memberikan darah tersebut kepada pasien;
 Bahwa jika terjadi perbedaan golongan darah maka perawat yang bersangkutan
harus konfirmasi dokter boleh dipasang atau tidak;
 Bahwa dalam kondisi darurat klinis golongan darah yang berbeda dapat
 diberikan kepada pasien namun tetap dalam pengawasan dokter meskipun darah
tersebut incompetibel;
 Bahwa ketika pasien memiliki golongan darah O lalu diberikan golongan darah B
maka pasti akan mengakibatkan reaksi bisa ringan seperti menggigil dan reaksi
tersebut bisa cepat maupun lambat, jika reaksi lambat dapat menghancurkan selsel
darah;
 Bahwa ketika urium kreatin tinggi maka terjadi metabolisme tubuh;

 Bahwa tindakan medis harus sesuai SOP (standard operating procedures) namun
boleh dikesampingkan tetapi harus konfirmasi dokter;

dr. Lasmita Nurul Huda, MKM Binti M. Zubir


 Bahwa Ahli sebagai Kepala Bidang Pelayanan Dinas Kesehatan Kota
Lhokseumawe;
 Bahwa tugas Ahli adalah melakukan pengawasan terhadap pelayanan
kesehatan di rumah sakit, puskesmas dan pengawasan obat dan
makanan;
 Bahwa setiap rumah sakit harus memiliki SOP (standard operating
procedures);

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
 Bahwa jika terjadi ketidakcocokan golongan darah yang diminta
kepada PMI maka pihak rumah sakit berkewajiban mengirim sampel
darah baru;
 Bahwa setiap perawat yang melakukan tindakan medis harus
berdasarkan instruksi dokter;
 Bahwa ketika terjadi permasalahan maka perawat harus
mengkonfirmasi dokter;
 Bahwa SOP (standard operating procedures) mengacu pada aturan
yang berlaku;
 Bahwa undangundang keperawatan melekat pada setiap perawat;

 Bahwa bila SOP (standard operating procedures) tidak mengatur


secara lengkap maka yang dipakai adalah undangundang

Ners, Tri Nurhandayani, M.Kep, Sp, KMB Binti Syarifudin


• Bahwa Ahli berada di kepengurusan PPNI Provinsi Aceh dan
Ahli tidak memiliki jabatan apapun di PPNI tersebut;
• Bahwa Ahli saat ini bertugas di Rumah Sakit Zainal Abidin
Banda Aceh
• Bahwa keilmuan Ahli dibidang penyakit dalam;
• Bahwa Ahli pernah mengikuti pelatihan transfusi darah yang
aman bagi pasien dan perawat;
• Bahwa SOP (standard operating procedures) transfusi darah
pada setiap rumah sakit pada prinsipnya sama;
• Bahwa yang meminta darah adalah dokter sedangkan penulisan
form
tergantung kebijakan rumah sakit;
• Bahwa pada form ditulis golongan darah apabila sudah dicek
darahnya;
• Bahwa jika ada perbedaan golongan darah yang diminta maka
perawat wajib mengkonfirmasi kepada unit penyedia darah;
• Bahwa sebelum melakukan pemasangan transfusi darah harus
ada izin dari pasien atau keluarganya;
Bahwa dalam hal penerimaan produk darah maka perawat
harus memeriksa kembali kesesuaian antara produk darah yang
diterima dan permintaan darah awal;

• Bahwa jika ada perbedaan golongan darah yang diminta


maka pihak rumah sakit harus mengirim sampel darah baru;

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
• Bahwa ketika terjadi keraguraguan dalam tindakan medis
seharusnya perawat mengkonfirmasi ulang ke dokter;
• Bahwa ketika terjadi pergantian piket maka leader harus
menyampaikan tugastugas yang belum selesai dilaksanakan
piket yang lama;
• Bahwa ketika terjadi pencoretan form permintaan darah maka
perlu konfirmasi kepada yang mencoret;
• Bahwa catatan perawat harus diikuti oleh regu piket yang baru;

• Bahwa dasar perawat melakukan tindakan medis adalah


instruksi dokter;

Pertimbangan Hakim :

Unsur “Setiap Tenaga Kesehatan” ;

Menimbang, bahwa berdasarkan UndangUndang Republik Indonesia


Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan BAB 1 Ketentuan Umum
Pasal 1 yang dimaksud dengan Tenaga Kesehatan yaitu Setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan;
Menimbang, bahwa dari pengertian “setiap” tersebut maka kita dapat
menjabarkan lebih lanjut pengertian tersebut dalam beberapa unsur yaitu :
unsur “setiap orang” yang maksudnya adalah setiap pelaku perbuatan pidana
(dader) dalam hukum pidana disebut sebagai subyek hukum yang mampu
mempertanggungjawabkan perbuatannya, yang dalam perkara ini terdakwa
Mutia Binti Alm. M. Yakob oleh penuntut umum diajukan ke muka
persidangan sebagai terdakwa, setelah diteliti identitasnya berdasarkan
pengakuan terdakwa dan keterangan saksisaksi ternyata benar terdakwalah
yang dimaksud oleh Penuntut Umum dalam surat dakwaannya dan terdakwa
dipandang sebagai orang yang sehat jasmani dan rohani, tidak ditemui halhal
yang dapat dijadikan sebagai alasan pembenar maupun alasan pemaaf,
sehingga terdakwa mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya itu
secara pidana ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka
unsur ini telah terpenuhi menurut hukum;

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Ad. 2. Unsur “ Melakukan Kelalaian Berat yang mengakibatkan
Penerima Pelayanan kesehatan luka berat “
Menimbang, bahwa dalam KUHP tidak memberikan penjelasan
tentang pengertian kealpaan (culpa), sehingga secara formal tidak ada
penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan kealpaan. Oleh karena itu,
pengertian kealpaan harus dicari di dalam pendapat para ahli hukum pidana
dan dijadikan sebagai dasar untuk membatasi apa itu kealpaan.
Menimbang, bahwa dalam hukum pidana kelalaian biasanya disebut
juga dengan kesalahan, kurang hatihati, atau kealpaan disebut dengan culpa;
Menimbang, bahwa Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H., dalam
bukunya yang berjudul AsasAsas Hukum Pidana di Indonesia (hal. 72)
mengatakan bahwa arti culpa adalah “kesalahan pada umumnya”, tetapi
dalam ilmu pengetahuan hukum mempunyai arti teknis, yaitu suatu macam
kesalahan si pelaku tindak pidana yang tidak seberat seperti kesengajaan,
yaitu kurang berhatihati sehingga akibat yang tidak disengaja terjadi;

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Anda mungkin juga menyukai