INCLUDEPICTURE
"E:\\var\\folders\\rv\\2q_tzn0j2jq9lk1rtbb76vlc0000gn\\T\\com.microsoft.Word\\
WebArchiveCopyPasteTempFiles\\logo-kemenkes-png.png?ssl=1" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"E:\\var\\folders\\rv\\2q_tzn0j2jq9lk1rtbb76vlc0000gn\\T\\com.microsoft.Word\\
WebArchiveCopyPasteTempFiles\\logo-kemenkes-png.png?ssl=1" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"E:\\var\\folders\\rv\\2q_tzn0j2jq9lk1rtbb76vlc0000gn\\T\\com.microsoft.Word\\
WebArchiveCopyPasteTempFiles\\logo-kemenkes-png.png?ssl=1" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"E:\\var\\folders\\rv\\2q_tzn0j2jq9lk1rtbb76vlc0000gn\\T\\com.microsoft.Word\\
WebArchiveCopyPasteTempFiles\\logo-kemenkes-png.png?ssl=1" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"E:\\var\\folders\\rv\\2q_tzn0j2jq9lk1rtbb76vlc0000gn\\T\\com.microsoft.Word\\
WebArchiveCopyPasteTempFiles\\logo-kemenkes-png.png?ssl=1" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"E:\\var\\folders\\rv\\2q_tzn0j2jq9lk1rtbb76vlc0000gn\\T\\com.microsoft.Word\\
WebArchiveCopyPasteTempFiles\\logo-kemenkes-png.png?ssl=1" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"C:\\Users\\var\\folders\\rv\\2q_tzn0j2jq9lk1rtbb76vlc0000gn\\T\\com.microsoft.
Word\\WebArchiveCopyPasteTempFiles\\logo-kemenkes-png.png?ssl=1" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"../../var/folders/rv/2q_tzn0j2jq9lk1rtbb76vlc0000gn/T/com.microsoft.Word/Web
ArchiveCopyPasteTempFiles/logo-kemenkes-png.png%3fssl=1" \*
MERGEFORMAT
Oleh:
dr. Murtiningsih
Pembimbing:
dr. Andika, Sp.S
Pendamping:
dr. Almal Fuad
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Judul
STROKE NON HEMORAGIK
Oleh:
dr. Murtiningsih
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti progam
dokter internsip di RS Pertamina Plaju Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul “STROKE NON HEMORAGIK”. Laporan kasus ini merupakan
salah satu syarat mengikuti Program Dokter Internsip di RS Pertamina Plaju
Palembang.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Almal Fuad
sebagai pembimbing dalam penulisan laporan kasus ini, serta kepada semua pihak
yang telah membantu hingga tulisan ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Mudah-mudahan tulisan ini
dapat memberi ilmu dan manfaat bagi yang membacanya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2.1. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. S
Umur : 56 tahun
Alamat : Palembang
Agama : Islam
3
4
tidak rutin meminum obat. Riwayat kencing manis (-), Riwayat sakit jantung
(-), Riwayat stroke sebelumnya (-).
Penyakit ini dialami penderita untuk pertama kalinya.
Pernapasan : 20 kali/menit
Saturasi O2 : 98%
Berat Badan : 68 kg
Anggota Gerak : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema pretibia (-/-)
Status Psikiatrikus
Status Neurologikus
KEPALA
LEHER
SYARAF-SYARAF OTAK
Fundus Oculi
Kanan Kiri
Pupil
Besanya 3 mm 3 mm
Refleks cahaya
N.Trigeminus
Sensorik
Motorik
Bentuk Muka
Istirahat simetris
Sensorik
Otonom
N. Vestibularis
Kanan Kiri
Uvula di tengah
Refleks
Muntah ada
Batuk ada
Okulokardiak ada
Sensorik
MOTORIK
Kekuatan 4 5
Refleks fisiologis
Kekuatan 4 5
Klonus
- Atas normal
- Tengah normal
- Bawah normal
Refleks cremaster tidak dilakukan
SENSORIK
12
Hemihipestesi dextra
FUNGSI VEGETATIF
Miksi : normal
Defekasi : normal
KOLUMNA VERTEBRALIS
Kanan Kiri
Brudzinsky
GERAKAN ABNORMAL
FUNGSI LUHUR
Hematokrit 43 % 40-54 %
Ginjal
Elektrolit
Glukosa Darah
Lemak Darah
Rontgen Thorax
16
Kesan: Normal
CT Scan Kepala
Tidak dilakukan
EKG
= -2
2.5. DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KLINIK
DIAGNOSIS TOPIK
LACI
DIAGNOSIS ETIOLOGI
DIAGNOSIS TAMBAHAN :
2.6. PENGOBATAN
Non Farmakologis
O2 4 L/min
Follow up tanda-tanda vital
Diet rendah garam dan kolesterol
R/ CT scan kepala
Farmakologis
2.7. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
2.8. FOLLOW UP
Rabu, S: Lemah sesisi tubuh kanan
Status Lokalis
Wheezing (-/-)
Status Neurologis
Fungsi motorik:
4+ 5
Fungsi sensorik:
Hemihipestesi dextra
Status Lokalis
Wheezing (-/-)
Status Neurologis
4+ 5
4+ 5
P: R/pulang
Diet rendah garam dan kolesterol
Farmakologi
Aspilet 2x80 mg
Amlodipin 1x10 mg
Candesartan 1x16 mg
Simvastatin 1x10 mg
Ranitidin 2x150 mg
BAB III
RESUME
Status Internus
Kesadaran : GCS = 15
Tekanan Darah : 200/130 mmHg
Nadi : 88 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
Suhu Badan : 37,4º C
Pernapasan : 20 kali/menit
Berat Badan : 68 kg
Tinggi Badan : 160 cm IMT : 26,56 kg/m2
Jantung : HR = 88 kali/menit, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Vesikuler normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Datar, cubitan kulit perut kembali cepat, hepar dan
lien tidak teraba, BU (+) normal.
Anggota Gerak : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema pretibia (-/-)
Genitalia : Tidak diperiksa
21
22
Status Psikiatrikus
Sikap : kooperatif Ekspresi Muka : wajar
Perhatian : adekuat Kontak Psikis : ada
Status Neurologis
Nn. Cranialis
N. III : pupil bulat, isokor, Ø 3 mm / 3 mm, refleks cahaya +/+
N. VII : parese nervus VII dextra tipe sentral
N.XII : deviasi lidah ada, disartria tidak ada
Kekuatan 4+ 5 4+ 5
PENGOBATAN
Non Farmakologis
O2 4 L/min
Follow up tanda-tanda vital
Diet rendah garam dan kolesterol
Farmakologis
IVFD RL gtt XX/m
Inj. Citicholine 2 x 500 mg (IV)
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg (IV)
Drip nicardipin 2 amp dalam NaCl 100 cc gtt V/m
Aspilet 2x160 mg (PO)
Simvastatin 1x10 mg (PO)
2.9. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
5.1. Definisi
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO),
diperkenalkan tahun 1970, adalah tanda-tanda klinis dari gangguan fungsi serebri
fokal atau global yang berkembang dengan cepat atau tiba-tiba, berlangsung lebih
dari 24 jam atau berakhir dengan kematian, dengan tidak tampaknya penyebab
lain selain penyebab vaskular.1
Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang
berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada
umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan
cacat atau kematian.4
Stroke non hemoragik sekitar 85%, yang terjadi akibat obstruksi atau
bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat
disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak
atau pembuluh atau organ distal. Trombus yang terlepas dapat menjadi embolus.5
5.2. Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering
disebabkan oleh emboli ekstrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu,
stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada
tingkatan seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah menuju otak
menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya kematian
neuron dan infark serebri.6
Emboli
Sumber embolisasi dapat terletak di arteria karotis atau vertebralis akan
tetapi dapat juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik. Embolus yang
dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat berasal dari plaque
athersclerotique yang berulserasi atau dari trombus yang melekat pada intima
24
25
arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher. Embolisasi kardiogenik dapat
terjadi pada: penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan
dengan bagian kiri atrium atau ventrikel; penyakit jantung rheumatoid akut atau
menahun yang meninggalkan gangguan pada katup mitralis; fibralisi atrium;
infarksio kordis akut; embolus yang berasal dari vena pulmonalis; kadang-kadang
pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial, jantung miksomatosus sistemik.
Sedangkan, embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai emboli
septik, misalnya dari abses paru atau metastasis neoplasma yang sudah tiba di
paru bronkiektasis.7
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right-
sided circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik
adalah trombi valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan,
trombi mural (seperti infark miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung
kongestif) dan atrial miksoma. Sebanyak 2-3% stroke emboli diakibatkan oleh
infark miokard dan 85 persen diantaranya terjadi pada bulan pertama setelah
terjadinya infark miokard.6
Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri
karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi
aliran darah sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis
(ulserasi plak) dan perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisitemia, anemia sickle sel,
defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan
vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses yang
menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke
trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik, arteritis).6
5.3. Klasifikasi
26
emboli kardiak adalah gangguan batang otak yang timbulnya serentak dengan
hemianopia homonim.
Lesi Batang Otak
Batang otak terletak pada bagian posterior (belakang) otak. Batang otak
merupakan sebutan untuk kesatuan dari tiga struktur yaitu medulla oblongata,
pons dan mesencephalon (otak tengah). Batang otak merupakan suatu struktur
yang secara anatomi kompak, secara fungsional bermacam-macam, dan secara
klinis penting. Bahkan suatu lesi tunggal yang relatif kecilpun hampir selalu
merusak beberapa nukleus, pusat refleks, traktus, atau jaras. Lesi seperti itu
seringkali bersifat vaskular (misalnya, perdarahan, iskemia oklusif), tetapi tumor,
trauma, dan proses degeneratif atau demielinasi dapat juga merusak batang otak.7
Di batang otak, daerah susunan piramidal dilintasi oleh akar saraf otak ke-
3, ke-6, ke-7 dan ke-12, sehingga lesi yang merusak kawasan piramidal batang
otak sesisi mengakibatkan hemiplegi yang melibatkan saraf otak secara khas dan
dinamakan hemiplegi alternans.10 Lesi sesisi atau hemilesi yang sering terjadi di
otak jarang dijumpai di medula spinalis, sehingga kelumpuhan UMN akibat lesi di
medula spinalis pada umumnya berupa tetraplegia atau paraplegia. Hemiplegia
alternans akibat hemilesi di batang otak dapat dirinci dalam:
Jika salah satu cabang dari rami Perforantes paramedialis A.Basilaris yang
tersumbat, maka infark akan ditemukan di daerah yang mencakup dua per tiga
bagian lateral pedunkulus serebri dan daerah nukleus ruber. Oleh karena itu, maka
hemiparesis alternans yang ringan sekali tidak saja disertai paresis ringan N.III,
akan tetapi dilengkapi juga dengan adanya gerakan involuntar pada lengan dan
tungkai yang paretik ringan (di sisi kontralateral) itu. Sindrom ini dikenal sebagai
Sindrom Benedikt.7
1. Lesi paramedian akibat penyumbatan salah satu cabang dari rami perforantes
medialis a. basilaris
2. Lesi lateral, yang sesuai dengan kawasan pendarahan cabang sirkumferens
yang pendek
31
5.5. Patofisiologi
33
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara
berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar
2% (1200-1400 gram) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20%
oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial. Dalam jumlah normal
darah mengalir ke otak sebanyak 50-60 ml per 100 gram jaringan otak per menit.
Jumlah darah yang diperlukan untuk seluruh otak adalah 700-840 ml/menit, dari
jumlah darah itu di salurkan melalui arteri karotis interna yang terdiri dari arteri
karotis dekstra dan sinistra, yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut
sirkulasi arteri serebrum anterior, yang kedua adalah vertebrobasiler, yang
memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum
posterior, selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi
arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus Willisi.7
Gangguan pasokan darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri
yang membentuk sirkulus willisi serta cabang-cabangnya. Secara umum, apabila
aliran darah ke jaringan otak terputus 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau
kematian jaringan. Oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di
daerah otak yang di perdarahi oleh arteri tersebut dikarenakan masih terdapat
sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut. Proses patologik yang sering
mendasari dari berbagi proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang
memperdarahi otak diantaranya berupa keadaan penyakit pada pembuluh darah,
seperti pada aterosklerosis dan trombosis; berkurangnya perfusi akibat gangguan
status aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah; gangguan aliran
darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh
ekstrakranium.5
Dari gangguan pasokan darah yang ada di otak tersebut dapat menjadikan
terjadinya kelainan neurologi tergantung bagian otak mana yang tidak mendapat
suplai darah, diantaranya dapat terjadi kelainan di sistem motorik, sensorik, fungsi
luhur, tergantung saraf bagian mana yang terkena.5,7
34
yang lebih kecil. Lepasnya elemen yang berbentuk mural trombus dari dinding
pembuluh darah arterio-sklerotik di arteri karotis interna, bifurkasio karotis dan
percabangan arteri intrakranial.14
Stroke iskemik ditemukan pada 42,5% kasus berdasarkan pemeriksaan CT
scan otak. Untuk menentukan diagnosa secara pasti suatu stroke iskemik
disebabkan akibat emboli kardiak diperlukan pemeriksaan khusus yang lebih
mendalam, yaitu memastikan sumber emboli di jantung dan emboli tersebut
menjalar ke otak secara sistemik.14
c. Hipoperfusi
Iskemia otak dapat bersifat global atau fokal, pada iskemi global aliran
darah otak secara keseluruhan menurun akibat tekanan perfusi (syok irreversibel
karena henti jantung, perdarahan yang masif, atrium fibrilasi, dan lain-lain),
sedangkan iskemik fokal terjadi akibat menurunnya tekanan perfusi otak karena
sumbatan atau pecahnya salah satu pembuluh darah otak.15
3. Pemeriksaan Penunjang6,16,17
- Laboratorium: darah perifer lengkap, faal haemostasis, BSS, fungsi
ginjal, fungsi jantung, fungsi hati, profil lipid, elektrolit, analisa gas darah
- EKG (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B)
- Rontgen Thorak (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B)
- CT Scan kepala tanpa kontras sebagai golden standar (AHA/ASA, Class
II, Level of evidence A). Untuk mendeteksi perdarahan intrakranium,
tetapi kurang peka dalam mendeteksi stroke non hemoragik ringan,
terutama pada tahap paling awal.
- MRI (Magnetic Resonance Imaging) kepala (AHA/ASA, Class II, Level
of evidence A). Lebih sensitif dibandingkan CT scan dalam mendeteksi
stroke non hemoragik ringan, bahkan pada beberapa kasus dalam
mendeteksi stadium dini. Namun, kurang peka dibandingkan CT scan
dalam mendeteksi perdarahan intrakranium ringan.
- MRA (Magnetic Resonance Angiography) (AHA/ASA, Class I, Level of
evidence A). Pemindaian arteri karotis dilakukan dengan ultrasonografi
(menggunakan gelombang suara untuk menciptakan citra). MRA
digunakan untuk mencari kemungkinan penyempitan arteri atau bekuan
pada arteri utama, juga bermanfaat untuk mengidentifikasi aneurisma
intrakranium dan malformasi pembuluh darah otak.
- CT Angiografi (AHA/ASA, Class II, Level of evidence A)
Pemotretan dengan sinar-X kemudian dapat memperlihatkan pembuluh
darah di leher dan kepala. Untuk memonitor kardioemboli dilakukan
pemeriksaan transthoracic and transoesophageal echocardiography.
Biasanya dilakukan setelah 24 jam serangan stroke.
- Pungsi lumbal
39
5.6. Tatalaksana
Penatalaksanaan umum stroke akut
a. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
b. Stabilisasi hemodinamik dengan cairan isotonis pemberian cairan kristaloid
intravena
c. Penatalaksanaan hipertensi pada stroke akut dengan menggunakan obat
antihipertensi golongan Calcium Channel Blocker secara intravena
40
(Nicardipin atau Diltiazem dengan dosis 5 mg/jam 2,5 mg/jam tiap 15 menit
sampai 15 mg/jam) dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pada stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan 15% (sistolik
maupun diastolik) dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila tekanan
darah sistolik >220 mmHg atau tekanan darah diastolik >120 mmHg
(AHA/ASA Class I, Level of evidence B)
2) Pada stroke perdarahan intraserebral akut, apabila tekanan darah sistolik
>200 mmHg atau MAP>150 mmHg, tekanan darah diturunkan sampai
tekanan darah sistolik 140 mmHg. (AHA/ASA, Class IIa, Level of
evidence B)
d. Penatalaksanaan hipotensi pada stroke akut, apabila tekanan darah sistolik
<100 mmHg atau tekanan darah diastolik <70 mmHg dengan pemberian obat
vasopressor intravena (Norepinefrin dengan dosis 4ug/ml dimulai 1ug/menit
dititrasi atau Dopamin dengan dosis >10ug/kgBB/menit)
e. Penatalaksanaan peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK) dengan cara:
- Elevasi kepala 30o
- Posisi pasien menghindari penekanan vena jugular
- Hindari pemberian cairan hipotonik atau glukosa
- Hindari hipertermia, jaga normovolemia
- Osmoterapi dengan pemberian cairan Manitol intravena dengan dosis
0,25-0,5 g/kgBB selama >20 menit diulangi setiap 4-6 jam dengan target
<310mOsm/L (AHA/ASA, Class III, Level of evidence C)
f. Pengendalian kejang dengan Diazepam bolus lambat intravena 5-20 mg dan
diikuti Fenitoin loading dose 15-20 mg/kgBB bolus dengan kecepatan 50
mg/menit jka masih kejang (AHA/ASA, Class I, Level of evidence C)
g. Pengendalian hiperpireksia dengan antipiretika Asetaminofen 650 mg jika
suhu >38,5°C dan diatasi penyebabnya (AHA/ASA, Class I, Level of
evidence C)
h. Penatalaksanaan hiperglikemia (BSS>180 mg/dl) pada stroke akut dengan
titrasi insulin (AHA/ASA, Class I, Level of evidence C). Hipoglikemia berat
41
(<50mg/dl) diobati dengan Dekstrosa 40% intravena atau infus glukosa 10-
20%. Target yang harus dicapai adalah normoglikemia.
i. Pemberian H2 antagonis (Ranitidin) atau penghambat pompa proton
(Omeprazole) secara intravena dengan dosis 80 mg bolus jika terjadi stress
ulcer (Class I, Level of evidence A)
j. Pemberian analgesik dan anti muntah sesuai indikasi.
k. Pemberian Neuroprotektor (Citicholin) dengan dosis 2x1000 mg intravena
selama 3 hari dilanjutkan dengan oral 2x1000 mg selama 3 minggu (ICTUS).
Stroke iskemik/infark :
Aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24 - 48 jam pada stroke iskemik
akut (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A)
Pasien stroke iskemik atau TIA yang tidak mendapatkan antikoagulan harus
diberikan antiplatelet Aspirin (80-325 mg) atau Clopidogrel 75 mg, atau
terapi kombinasi Aspirin dosis rendah 25 mg dengan extended release
dipyridamole 200 mg (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A)
Clopidogrel 75 mg lebih baik dibandingkan dengan aspirin saja (AHA/ASA,
Class II b, Level of evidence B)
Kombinasi Aspirin dan Clopidogrel tidak direkomendasikan pada pasien
pasien stroke iskemik akut, kecuali pada pasien dengan indikasi spesifik
(misalnya angina tidak stabil, atau non Q wqve atau recent stenting),
pengobatan diberikan sampai 9 bulan sesudah kejadian (AHA/ASA, Class I,
Level of evidence A)
Penambahan Aspirin pada terapi Clopidogrel yang diberikan pada populasi
resiko tinggi akan meningkatkan resiko perdarahan bila dibandingkan dengan
pemakaian Clopidogrel saja, sehingga pemakaian rutin seperti ini tidak
direkomendasikan untuk stroke iskemik atau TIA (AHA/ASA, Class III,
Level of evidence A)
Pada penderita tidak toleran dengan Aspirin, Clopidogrel 75 mg atau
extended release dipyridamole 2x200 mg dapat digunakan (AHA/ASA, Class
IIa, Level of evidence B)
42
44
45
darah yang mendadak (sistol ≥ 180 mmHg dan/atau diastol ≥ 120 mmHg), pada
penderita hipertensi, yang membutuhkan penanggulangan segera. Klasifikasi
krisis hipertensi dibagi menjadi hipertensi mergensi dan hipertensi urgensi. Pada
pasien terdapat kerusakan organ target berupa defisit neurologis fokal sehingga
termasuk dalam hipertensi emergensi. Untuk itu pemberian Nicardipin diperlukan
untuk menurunkan tekanan darah dalam kurun waktu menit/jam. Tekanan darah
diturunkan dalam hitungan menit sampai jam dengan langkah sebagai berikut:
a. 5 menit s/d 120 menit pertama TD rata-rata (mean arterial blood pressure)
diturunkan 20-25%
TD awal penderita 200/130 mmHg MAP : (2*130 + 200) : 3 = 153,33
20 – 25% dari MAP 30,66
Maka TD penderita tidak boleh < 170 mmHg dalam 2 jam pertama
b. 2 s/d 6 jam berikutnya TD diturunkan sampai 160/100 mmHg
c. 6 s/d 24 jam berikutnya diturunkan sampai < 140/90 mmHg bila tidak ada
gejala iskemia organ
Citicholine diberikan untuk membantu memperbaiki sirkulasi darah otak.
Ranitidin diberikan untuk mengurangi stress ulcer yang terjadi akibat peningkatan
produksi HCl lambung yang diinduksi oleh stroke dan sebagai penanganan efek
samping pemberian aspilet. Simvastatin digunakan untuk mengatasi
hyperlipidemia pada pasien.
Prognosis vitam dan functionam pada penderita ini adalah dubia ad
bonam. Pasien direncanakan konsul rehabilitasi medis untuk fisioterapi.
Diagnosis klinis pada kasus ialah hemiparese dextra tipe flaksid. Diagnosis
topik pada Lacunar circulation infarct (LACI). Diagnosis etiologi CVD Non
Hemroagik dan diagnosis tambahan hipertensi emergensi.
4. Lesi di Mesencephalon
No. Gejala pada lesi di mesensefalon Gejala pada penderita
1 Defisit motorik berupa hemiparese/hemiplegi Hemiparese dekstra tipe flaksid
kontralateral lesi (alternans)
47
5. Lesi di Pons
No. Gejala pada lesi di pons Gejala pada penderita
1 Defisit motorik berupa hemiparese/hemiplegi Hemiparese dekstra tipe flaksid
kontralateral lesi (alternans)
2 Parese N. IV, V, VI, VII, VIII Parese N.VII
- Agnosia
- Apraxia
3 Hemianopia (kontralateral sisi lesi) Tidak ada hemianopia
Pada penderita penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-), refleks Babinski (+)
Kesimpulan: Infark
2. Emboli cerebri
Emboli cerebri Gejala pada penderita
Kehilangan kesadaran <30 menit Tidak ada kehilangan kesadaran
Ada atrial fibrilasi Tidak ada atrial fibrilasi
51
3. Trombosis cerebri
Trombosis cerebri Gejala pada penderita
Tidak ada kehilangan kesadaran Tidak ada kehilangan kesadaran
Terjadi saat istirahat Terjadi tiba-tiba saat istirahat
Diagnosis etiologi sesuai anamnesis: CVD Non Hemoragik e.c susp Trombosis
cerebri
52
DAFTAR PUSTAKA
12. Setiabudy, R.D. 2008. Aspek Trombosis pada Strok. Dalam Pendidikan
Berkesinambungan Patologi Klinik. 2008, Departemen Patologi Klinik FKUI
Jakarta.
13. Bruce, F, Barbara, CF.2008. Mechanism of Thrombus Formation. N Engl J
Med. 359: 20-6.
14. Aminof, J.M., Greenberg, D.A., and Simon, R.P. 2004. Stroke. Clinical
Neurology. 6th Ed. Lange Medical Books/ Mc Graw-Hill. New York. 285-97.
15. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) 2009. Buku
Modul Induk Neurovaskuler: 20-46.
16. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) 2011. Guideline
Stroke 2011.
17. Feigin V. Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke.
Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer; 2011. hal. 29-30.
18. Rubenstein D, Waine D, Bradley J. Kedokteran klinis. Edisi ke-6. Jakarta:
Penerbit Erlangga; 2005. hal. 98-9.