Anda di halaman 1dari 4

PENATALAKSANAAN

ANEMIA DEFISIENSI BESI


No. : SOP/UKP/
Dokumen BP/014/2017
No. Revisi : 00
SOP Tanggal
: 05 Juni 2017
Terbit
Halaman : 1/4

PUSKESMAS MUCHTAR EFFENDY, SKM, MKP


JARAKKULON NIP. 197103132000031004

1. Pengertian Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan adalah kelainan pada ibu hamil
dengan kadar haemoglobin <11 g/dl pada trimester II dan III atau <10,5
g/dl pada trimester II.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanganan pasien Anemia
Defisiensi Besi dengan baik.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor: 188.4/130.1/415.17.24/2017 tentang
Standar Operasional Prosedur Puskesmas Jarakkulon
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02
/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Alat dan Alat :
Bahan 1. Stetoskop
2. Tensimeter
3. Senter
4. Termometer
5. Handscoon
Bahan :
ATK
6. Prosedur 1. Pasien dipanggil di ruang pemeriksaan umum;
2. Petugas mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien;
3. Petugas melakukan anamnesa;
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien datang ke dokter dengan keluhan: Lemah, lesu, letih, lelah,
penglihatan berkunang-kunang, pusing, telinga berdenging, penurunan
konsentrasi, dan sesak nafas.
Faktor Risiko : Ibu hamil, remaja putri, status gizi kurang, faktor
ekonomi kurang, infeksi kronik dan vegetarian.

1
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang;
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
a. Gejala umum
Pucat dapat terlihat pada: konjungtiva, mukosa mulut, telapak
tangan, dan jaringan di bawah kuku.
b. Gejala anemia defisiensi besi
- Disfagia
- Atrofi papil lidah
- Stomatitis angularis
- Koilonikia
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah: hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), leukosit,
trombosit, jumlah eritrosit, morfologi darah tepi (apusan darah tepi),
MCV, MCH, MCHC, feses rutin, dan urin rutin.
b. Pemeriksaan Khusus (dilakukan di layanan sekunder) : Serum
iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum.
5. Petugas melakukan diagnose pasien;
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Anemia adalah suatu sindrom yang dapat disebabkan oleh penyakit
dasar sehingga penting menentukan penyakit dasar yang
menyebabkan anemia. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan darah dengan kriteria Hb
darah kurang dari kadar Hb normal.
Nilai rujukan kadar hemoglobin normal menurut WHO:
a. Laki-laki: >13 g/dL
b. Perempuan: >12 g/dL
c. Perempuan hamil: >11 g/dL
Diagnosis Banding
a. Anemia defisiensi vitamin B12
b. Anemia aplastik
c. Anemia hemolitik
d. Anemia pada penyakit kronik
Komplikasi
a. Penyakit jantung anemia
b. Pada ibu hamil: BBLR dan IUFD
c. Pada anak: gangguan pertumbuhan dan perkembangan
6. Prinsip penatalaksanaan anemia harus berdasarkan diagnosis definitif

2
yang telah ditegakkan. Setelah penegakan diagnosis dapat diberikan
sulfas ferrosus 3 x 200 mg (200 mg mengandung 66 mg besi
elemental).
7. Rencana Tindak Lanjut;
Untuk penegakan diagnosis definitif anemia defisiensi besi
memerlukan pemeriksaan laboratorium di layananan sekunder dan
penatalaksanaan selanjutnya dapat dilakukan di layanan tingkat
pertama.
7. Petugas memberikan konseling dan edukasi;
a. Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga tentang
perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga meningkatkan
kesadaran dan kepatuhan dalam berobat serta meningkatkan
kualitas hidup pasien.
b. Pasien diinformasikan mengenai efek samping obat berupa mual,
muntah, heartburn, konstipasi, diare, serta BAB kehitaman.
c. Bila terdapat efek samping obat maka segera ke pelayanan
kesehatan.
8. Petugas merujuk pasien apabila :
a. Anemia tanpa gejala dengan kadar Hb <8 g/dL.
b. Anemia dengan gejala tanpa melihat kadar Hb segera dirujuk.
c. Anemia berat dengan indikasi transfusi (Hb <7 g/dL).
d. Anemia karena penyebab yang tidak termasuk kompetensi dokter di
layanan tingkat pertama misalnya anemia aplastik, anemia hemolitik
dan anemia megaloblastik.
e. Jika didapatkan kegawatan (misal perdarahan aktif atau distres
pernafasan) pasien segera dirujuk.
9. Hal-hal yang
perlu -
diperhatikan
10. Unit terkait 1. Ruang Pelayanan Pemeriksaan Umum;
2. Ruang Lansia;
3. Ruang Tindakan (UGD);
4. Ruang Pemeriksaan KIA/KB;
5. Pustu;
6. Polindes;
7. Ruang Laboratorium.
11. Dokumen Rekam medis
terkait

12. Rekaman No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan

3
historis
perubahan

Anda mungkin juga menyukai