Saya berwasiat kepada pribadi saya sendiri, juga kepada para hadirin sekalian, marilah kita
tingkatkan takwa kita kepada Allah dengan cara berusaha semampunya untuk menjalankan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Sekarang kita telah memasuki bulan Rajab. Salah satu dari empat bulan yang dimuliakan
oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Keempat yang dimuliakan tersebut adalah bulan Rajab,
Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram.
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.
Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam
bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun
memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa. (QS At-Taubah: 36)
Hadirin…
Ayat di atas menjelaskan tentang kemuliaan empat bulan dibanding bulan lain dalam
setahun. Apakah mungkin Allah yang menciptakan semua bulan itu sendiri, tapi ada yang
lebih mulia daripada bulan yang lain?
Jawabnya mungkin-mungkin saja. Kita bisa melihat, ada hari-hari dalam seminggu, namun
dibandingkan yang lain, hari Jumat merupakan hari paling mulia. Ada bulan-bulan dalam
setahun, Ramadhan yang paling mulia, di situ orang-orang diwajibkan berpuasa. Hari Arafah
lebih mulia daripada hari-hari lain dalam setahun, malam lailatul qadar lebih utama daripada
malam-malam lain, dan Nabi Muhammad lebih utama daripada semua makhluk. Dan
seterusnya.
Al-Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya menjelaskan tentang empat bulan yang
dimuliakan tersebut dengan kalimat berikut:
اع َة فِي َها َأ ْك َث ُر َث َوابًا َّ َو، َأنَّ ْال َمعْ صِ َي َة فِي َها َأ َش ُّد عِ َقابًا:َو َمعْ َنى ْال ُحرُم
َ الط ِ
Pada bulan Rajab ini perlu menjadi pengingat-ingat untuk pribadi kita, supaya kita
membersihkan diri kita dari kotoran-kotoran maksiat. Mari kita hentikan caci maki, menyebar
kabar bohong, hoaks, fitnah menggunjing sesama warga negara dan bentuk perilaku-perilaku
yang tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim. Ingatlah, dosanya dilipatgandakan.
Kita perlu waspada, perilaku dosa di bulan ini tidak main-main. Apalagi di tahun politik ini. Kita
perlu ingat, bahwa ini momen demokrasi biasa saja. Event lima tahunan yang berulang
seperti biasanya. Kalau perang yang jelas-jelas membela agama Islam di masa Rasulullah
saja disuruh berhenti karena menghormati bulan mulia, apalagi caci maki membela paslon
tertentu, memang seharusnya untuk dihentikan sekarang juga. Tidak usah menunggu besok-
besok. Ini bukan perang sungguhan.
Berpartisipasi di alam demokrasi ini memang perlu, namun kita jangan sampai lupa diri
bahwa kita ini manusia yang juga harus menghormati manusia lain. Apalagi di bulan mulia.
Mari kita mulai konsentrasi memikirkan akhirat kita yang abadi, menyambut bulan Ramadhan
yang suci tinggal sebentar lagi.
Artinya: “Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyiram, sedangkan
Ramadhan adalah bulan menuai.”
Setiap orang akan mengunduh atas apa yang ia tanam. Barangsiapa yang tidak merawat
tanamannya, ia akan menyesal saat musim panen.
Hadirin hafidhakumullah,
Pada bulan Rajab sebagai bulan menanam ini, jangan sampai kita bercocok tanam
keburukan. Minimal, jika kita tidak bisa menanam dengan membantu atau membuat orang
lain tersenyum, setidaknya jangan sampai kita merugikan orang lain. Jangan sakiti siapapun.
Mari kita mulai dari bulan Rajab yang mulia ini.
Hadirin hafidhakumullah,
Menurut mayoritas ulama, termasuk di antaranya adalah Imam Nawawi dalam kitabnya Ar-
Raudhah menyatakan pada malam tanggal 27 Rajab, dahulu Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam diisra’kan atau dititahkan oleh Allah melaksanakan perjalanan malam dari
Baitul Haram, Makkah menuju Baitul Maqdis, Palestina.
Setelah itu, Baginda Rasul dinaikkan dari Baitul Maqdis, Palestina menuju Sidratil Muntaha
dengan ditemani malaikat Jibril. Singkat cerita, di situlah Nabi Muhammad mendapatkan
mandat shalat lima waktu yang diwajibkan kepada semua umat Muhammad shallallahu alaihi
wa sallam.
Ma’asyiral Hadirin….
Dengan momentun isra’ mi’raj ini, marilah kita mengingat kembali betapa kita dimuliakan oleh
Allah, kita sewaktu-waktu minimal dipanggil menghadap kepada Allah dalam sehari semalam,
kita diperbolehkan bahkan diwajibkan menghadap penguasa alam semesta sebanyak
minimal lima kali.
Orang biasa yang ingin bertemu menteri tentu tidak mudah. Bisa jadi waktu yang dibutuhkan
sampai seminggu baru bisa bertemu. Apalagi presiden, mungkin bisa sampai sebulan baru
bisa bertemu. Ini kita disuruh menghadap kepada presidennya presiden dalam sehari
semalam selalu dipersilakan “open house”. Bukankah ini sebuah penghormatan dari
penguasa jagat raya?
Anehnya, atas penghormatan itu, banyak orang yang tidak dapat memanfaatkan kesempatan
dengan sebaik mungkin. Ada yang belum mau shalat, atau mau shalat tapi masih bolong-
bolong. Naudzu billah. Allahu yahdina, amin.
Melalui mimbar khutbah ini kami mengajak, marilah kita tata shalat kita. Yang belum jamaah
rutin di masjid, jika ada panggilan azan, panggilan menghadap kepada-Nya, mari
kita gumregah, cepat-cepat mendatangi panggilan-Nya.
Orang yang ingin doanya terkabul, hendaknya jika Allah memanggil segera mengabulkan
undangan Allah yang berupa shalat. Dengan shalat di awal waktunya insyaAllah doa-doa
akan mudah diijabah oleh Allah.
Shalat merupakan ibadah yang paling utama. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah
ditanya:
Hadirin….
Sangat banyak hadits yang menyebutkan keutamaan-keutamaan tentang shalat. Di antaranya adalah
sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
Hadirin….
Yang perlu menjadi catatan adalah, bahwa shalat tidak dapat berdiri sendiri. Ia harus
dilengkapi syarat, rukun. Wudlunya harus sesuai aturan, mandinya bagaimana, bacaan
Fatihah-nya bagaimana, ini yang perlu kita introspeksi pada diri kita masing-masing. Sudah
sesuai aturan syara’ atau belum? Kalau belum, jangan sungkan-sungkan mendatangi kiai
atau ustadz untuk belajar.
Carilah guru yang benar-benar bisa membimbing kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Jangan
cari ustadz yang justru menjauhkan diri kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Semoga kita dan keluarga kita senantiasa diberi pertolongan oleh Allah subhanahu wa
taala agar diberi pertolongan menjadi orang baik, mudah melaksanakan shalat dan amal-
amal baik yang lain. Amin.