1.0 TUJUAN
Memastikan proses Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Kawasan / Proyek terlaksana
dengan baik sesuai tata cara yang berlaku di PT. DOVLEN SEVENTY.
3.0 REFERENSI
Tidak ada.
Page 1
4.1.5 Tenaga kerja adalah orang yang bekerja pada PT. DOVLEN SEVENTY baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan periode kerja tidak tertentu.
4.1.6 Karyawan adalah orang yang bekerja pada PT. DOVLEN SEVENTY baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan periode kerja tertentu dengan perikatan
kerja.
4.1.7 Material adalah barang yang berasal dari alam atau pabrikan digunakan /
dipasang untuk pembangunan.
4.1.8 Peralatan adalah barang yang digunakan sebagai alat bantu kerja untuk
pembangunan.
4.1.9 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya penyelamatan awal
pada tenaga kerja, pegawai yang sakit atau karena kecelakaan kerja, sebelum
dibawa ke Puskesmas / Klinik / Rumah Sakit.
4.1.10 Kotak P3K adalah tempat untuk menyediakan obat-obatan yang memadai
pertolongan pertama apabila ada tenaga kerja / karyawan yang sakit /
kecelakaan kerja.
4.1.11 Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah jaminan
pengobatan/perawatan yang diberikan kepada tenaga kerja / karyawan.
4.1.12 Tanda Informasi / Identifikasi adalah suatu tempat / sarana yang dapat
memberikan pemahaman sesuatu atau beberapa hal.
4.1.13 Tanda Penunjuk adalah suatu tempat / sarana yang dapat memberikan arah
tujuan seperti yang dimaksud dalam tanda tersebut
4.1.14 Tanda Larangan / Bahaya adalah suatu tempat / sarana yang dapat memberi
peringatan atau larangan pada sesuatu atau beberapa hal.
4.1.15 Jalan Kerja / Evakuasi adalah jalan sementara yang tidak terganggu material,
peralatan, puing, sebagai sarana keluar masuk tenaga kerja / pegawai secara
rutin dan apabila ada bahaya.
4.1.16 Alat Pemadam Kebakaran adalah sarana pemadaman api kebakaran yang dapat
membahayakan jiwa manusia maupun bangunan.
4.1.17 Railing Pengaman adalah tanda batas pada tempat-tempat tertentu yang dapat
mencelakakan atau sebagai alat bantu pegangan seperti : lubang tangga,,
daerah lift material atau tempat-tempat di ketinggian.
4.1.18 Jaring Pengaman (safety net) adalah sarana pengaman yang dipasang pada
bangunan sebagai pelindung apabila ada material / peralatan yang jatuh.
4.1.19 Penangkal Petir (sementara) adalah sarana pelindung dari petir apabila proses
bangunan / alat kerja relatif tinggi (tower crane) sedangkan penangkal petir yang
permanen belum bisa dipasang.
4.1.20 Perlengkapan Pelindung Tubuh adalah alat bantu untuk melindungi tubuh
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja seperti : topi pengaman (helm),
Page 2
sepatu pengaman (safety shoes), sabuk pengaman (safety belt), masker, kaca
mata pengaman, sarung tangan, tanda pengenal.
4.2 Ketentuan
4.2.1 Dibuat struktur organisasi lapangan yang jelas tentang penanggung jawab
pelaksanaan K3 oleh penanggung jawab kawasan / proyek.
4.2.2 Seluruh tenaga kerja / karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan
harus memahami dan mematuhi persyaratan K3.
4.2.3 Seluruh tenaga kerja / karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan
harus mengenakan topi pengaman (helm), dan alat pelindung tubuh lainnya
(sepatu pengaman /safety shoes, sabuk pengaman/ safety belt, masker, kaca
mata pengaman, sarung tangan, tanda pengenal) sesuai situasi dan kondisi yang
diperlukan.
4.2.4 Orang-orang yang tidak mempunyai tujuan jelas dilarang berada dalam
lingkungan proyek.
4.2.5 Disediakan topi pengaman (helm) khusus untuk tamu.
4.2.6 Disediakan tempat parkir kendaraan dengan baik dan benar dan pengaturan lalu-
lintas di dalam proyek.
4.2.7 Disediakan jalan kerja yang memadai dan aman.
4.2.8 Disediakan perlengkapan P3K yang lengkap dan nomor telepon instansi yang
terkait seperti : klinik, rumah sakit, kantor depnaker, kantor pemadam kebakaran,
kantor polisi, dls.
4.2.9 Disediakan pemadam kebakaran portable pada tempat-tempat tertentu yang
dianggap rawan bahaya.
4.2.10 Tangga kerja dan perancah harus kuat dan dipasang pada kondisi stabil.
4.2.11 Dipasang railing pengaman dengan kuat dari kayu / besi pada tempat-tempat
ketinggian dan lubang-lubang serta tempat rotasi crane yang dapat
membahayakan manusia.
4.2.12 Tempat kerja harus dipasang penerangan kerja yang cukup memadai.
4.2.13 Simpan bahan-bahan yang berbahaya dan beracun pada tempat –tempat
khusus
4.2.14 Jaringan / instalasi listrik kerja diatur sedemikian rapi untuk menghindari dari
kecelakaan / kebakaran.
5.0 LAMPIRAN
Page 3
5.3 Contoh Formulir laporan kecelakaan kerja.
5.4 Contoh Rambu-rambu K3.
PROSES K3 DI PROYEK
PIMPINAN PERUSH.
Man Proyek
Menunjuk Petugas
K3
Petugas K3
Petugas K3 Petugas K3
–
perbaiki
tidak
Terjadi tidak
layak Petugas K3
Page 4
KECELAKAANRINGAN
Kecelakaan
Ringan
Laporan ke
Manajemen Proyek
ya tidak
Perlu ke Rumah
Sakit
Selesai
Page 5
KECELAKAAN BERAT / MENINGGAL
Kecelakaan
Berat / Meninggal
Pemberitahuan ke
Laporan ke keluarga
Manajemen Proyek Asuransi / bantuan
biaya
Rumah Sakit
ya
Perlu ke
Rumah Duka
tidak
Di antar ke
rumah duka
Pemakaman
Selesai
Page 6
PETUNJUK PRAKTIS PELAKSANAAN DAN KETENTUAN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (K3)
A. KETENTUAN UMUM
Page 7
5. Alat pelindung pernapasan / masker harus dipakai sewaktu berada pada lokasi yang
penuh debu atau material lain yang membahayakan pernapasan.
6. Alat pelindung telinga harus dikenakan apabila bekerja pada situasi kerja yang bising.
D. RAMBU-RAMBU PERINGATAN.
1. Rambu-rambu peringatan disini adalah tulisan dan gambar atau simbol yang memuat
peraturan-peraturan, peringatan, larangan maupun himbauan.
2. Rambu-rambu harus mudah dibaca pada jarak pandang yang cukup dan dipahami oleh
semua kalangan yang terlibat dalam proyek (komunikatif).
3. Jenis rambu, bahan pembentuk, tipe dan ukuran tulisan, bahasa, jenis simbol yang
digunakan atau gambar, dan warna, disesuaikan dengan kondisi proyek, pekerjaan dan
kebutuhannya, kecuali rambu-rambu yang sudah baku di jalan raya.
Page 8
E. TATA CARA PENANGANAN KECELAKAAN, SAKIT DAN MENINGGAL
a. Terdapat kotak P3K yang memadai dan tersedia pada tempat-tempat yang mudah
terjangkau.
b. Terdapat personil penanggung jawab K3.
c. Tersedia tempat dan kendaraan yang selalu siap untuk mengangkut orang yang
cedera ke puskesmas / rumah sakit.
d. Kacelakaan kerja harus segera dilaporkan kepada petugas K3 secepat mungkin.
e. Proyek harus menyediakan sarana pelayanan kesehatan, bisa berupa sarana
pelayanan kesehatan yang dikelola sendiri atau bekerja sama dengan pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) yang berada di sekitar lokasi proyek.
Page 9
4. Penanganan Jika Pekerja Meninggal
a. Untuk pekerja meninggal karena kecelakaan kerja, petugas K3 segera memberikan
kabar kepada keluarga korban, membuat dan mengirimkan laporan ke lembaga
asuransi (Jamsostek, dll), Depnaker dan Polisi. Waktu dan format disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku. Selanjutnya petugas K3 bekerja sama dengan bagian
administrasi membuat dan mengirim laporan kecelakaan intern dan evaluasinya
kepada Manajer Operasi II dan MR.
b. Untuk pekerja meninggal karena sakit di lokasi kerja, petugas K3 segera mengadakan
pertemuan dengan bagian administrasi membuat laporan dan petunjuk yang perlu
untuk menindak lanjuti kejadian tersebut. Selanjutnya laporan tersebut dikirim kepada
Manajer Operasi II dan MR.
1. Tindakan Pencegahan.
Page 10
e. Jika proyek menggunakan alarm, harus dipastikan alarm berfungsi dengan baik dan
dapat terdengar sampai radius yang direncanakan.
f. Tersedia alat komunikasi untuk menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran
g. Apabila Dinas Kebakaran sudah datang, agar dibantu diinformasikan lokasi api
/kebakaran dan jumlah orang yang terperangkap di dalamnya.
h. Penanggung jawab/Koordinator penanggulangan dan penyelamatan akibat bahaya
kebakaran harus ditetapkan.
1. Sebelum melakukan pekerjaan penggalian tanah dan pembuatan parit ataupun pondasi,
terlebih dahulu harus dipastikan kondisi kestabilan tanah dan lingkungan di sekitar tempat
tersebut.
2. Sebelum melakukan penggalian, harus dipastikan tidak terdapat instalasi kabel, gas, air
atau instalasi lain pada lokasi galian. Apabila ada, harus dikoordinasikan dengan pihak
terkait, agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan aman.
3. Pagar pengaman dan rambu peringatan harus dipasang di sepanjang parit atau
disekeliling lubang dan galian yang ada.
4. Tanah galian tidak boleh diletakkan terlalu dekat dengan pinggir galian. Jarak minimum
yang aman adalah sedikitnya 1,5 meter dari pinggir galian.
5. Kendaraan yang digunakan untuk pekerjaan galian harus diparkir pada tempat yang aman
dan rata.
1. Tangga
a. Tangga bantu kerja harus dibuat dari material atau bahan yang kuat dan tahan
terhadap cuaca dan harus memiliki konstruksi yang kuat.
b. Harus dipasang railling untuk pegangan.
c. Kemiringan tangga harus diatur sedemikian rupa sehingga aman untuk digunakan.
d. Jangan meletakkan tangga di atas tumpukan material untuk menambah ketinggian.
e. Jangan meletakkan benda apapun pada tangga dan jalan kerja.
Page 11
2. Perancah
a. Rancangan penyangga beban atau perancah untuk sarana bekerja harus didukung
dengan analisa perhitungan.
b. Dasar perancah harus cukup kuat
untuk menahan beban, kalau
diperlukan dibuat landasan kayu atau
cor beton.
c. Harus dibuat pengaku (bracing) untuk
menahan gaya kesamping atau
goyangan.
d. Sebelum perancah memikul beban,
harus dicek dahulu keseluruhan dari
perancah terpasang sesuai rancangan.
e. Tangga naik perancah harus disediakan.
f. Petugas yang melakukan inspeksi harus mengetahui prinsip-prinsip pemasangan
perancah yang aman.
a. Yang dimaksud dengan bekerja pada ketinggian adalah bekerja di lokasi dimana
terdapat perbedaan ketinggian dengan lokasi sekitarnya yang dimungkinkan terjadinya
bahaya kecelakaan kerja.
b. Pekerja yang melakukan pekerjaan di tempat ketinggian haruslah dipastikan dalam
keadaan sehat, tidak takut pada ketinggian, menggunakan pelindung tubuh yang
memadai sesuai aspek keselamatan kerja.
c. Tepi suatu tempat ketinggian haruslah dipasang railling pengaman. Tipe dan jenis
bahan disesuaikan dengan kondisi pekerjaan dan lingkungan, tetapi harus dipastikan
mudah terlihat jelas, cukup kuat, harus dipelihara, dan dalam kondisi yang baik.
Page 12
d. Lubang-lubang dengan ukuran lebih besar dari kaki sampai badan manusia harus
ditutup dengan bahan yang kuat dan apabila lebih besar dari itu harus dipasang railling
pengaman.
e. Apabila pekerja yang bekerja pada ketinggian membawa peralatan dan bahan-bahan
kecil, maka harus membawa kantong atau wadah tempat peralatan dengan tujuan alat
atau bahan tidak jatuh.
4. Umum
a. Hanya orang yang memiliki Surat Ijin Mengoperasikan Peralatan (SIM-P) yang boleh
mengoperasikan alat berat.
b. Operator harus mengetahui kapasitas alat berat yang dioperasikan.
c. Pastikan bahwa peralatan keselamatan berada pada posisinya dan dalam kondisi siap
pakai.
d. Jangan mengisi bahan bakar pada saat kendaraan hidup.
e. Perhatikan daerah-daerah yang bermuatan listrik (electric line) sebelum
mengoperasikan alat, pastikan wilayah/daerah aman.
Page 13
5. Crane
a. Informasi penting seperti tabel kapasitas muatan, kecepatan operasi yang disarankan,
peringatan bahaya khusus dan informasi penting lainnya harus dipasang dengan jelas
pada semua crane dan peralatan sejenis.
b. Alat pemadam api yang berukuran sekurang-kurang 5 BC harus ditempatkan di dalam
kabin setiap alat.
c. Harus dilakukan pemeriksaan pada rangka tiang crane atas kemungkinan adanya
korosi atau kerusakan / ketidak sempurnaan pada sambungan rangka.
d. Operator harus dibantu minimal dengan seorang pemandu yang akan memberikan
isyarat kepada operator. Dalam keadaan darurat, sinyal „STOP/BERHENTI”dapat
diberikan oleh siapa saja.
e. Hanya sinyal tangan standar saja yang diakui (sinyal ini berlaku umum dan standar)
kecuali operator terhalang pandangannya dapat menggunakan isyarat lainnya.
f. Dilarang menaiki kait (hook) atau muatan yang diam maupun yanh sedang diangkat.
g. Pada setiap kait (hook) dari crane harus dipasang kancing pengaman (safety laches).
h. Ukuran dan kapasitas kekuatan sling harus diperhitungkan terhadap beban yang
diangkut, dan harus dipastikan berfungsi dengan benar.
i. Apabila mengikat suatu muatan dengan sling, tempatkan sling pada tempatnya yang
benar, dan waktu mulai mengangkat dengan menegangkan sling, jagalah jangan
sampai tangan dan jari-jari anda terjepit.
j. Sebelum mengangkat muatan, pastikan bahwa tidak ada benda lepas yang terletak
pada muatan.
k. Jika melepas sling dari kait tunggu sampai muatan diam dan bebas lepas dari sling.
l. Operator crane mobil harus senantiasa menggunakan kaki penahan (outrigger)
Page 14
m. Semua crane mobil harus juga dilengkapi dengan tangkai penahan (boom stop) dan
penyetop otomatis (cut-out automatic), yang harus dijaga agar selalu dalam kondisi
yang baik untuk dipakai.
n. Jika menjalankan hydraulic crane jagalah agar lengan (jib) dalam posisi bawah.
o. Setiap line kabel di atas kepala harus dianggap bertenaga (bermuatan listrik).
p. Jika bekerja pada ruang yang terbatas atau pada saat angin cukup kencang,
gunakanlah tali penarik (tag line) untuk mengendalikan muatan yang sedang diangkat.
Page 15
Excavator
o. Kenali area dan kondisi tanah sebelum memulai pengoperasian alat.
p. Pastikan sebelum masuk/keluar kabin, posisi kabin searah dengan under carriage.
q. Sebelum dioperasikan periksa dan pastikan tidak ada orang lain di sekitar area, dan
beri tanda (bunyikan klakson) jika ada seseorang yang harus menghindar.
r. Duduklah dalam kabin dan stel tempat
duduk (jika ada reclining seat) dengan
ukuran badan anda, sehingga anda
merasa nyaman dalam
mengoperasikan alat
Page 16
s. Starter mesin excavator harus dari dalam kabin, jangan melakukannya dari luar.
t. Pada waktu menggalian, perhatikan posisi excavator terhadap longsoran tanah dari
samping, karena dapat menenggelamkan alat.
u. Jangan melakukan loading pada saat alat tidak dalam posisi datar.
v. Beri tanda yang mudah dikenali untuk daerah yang terdapat timbunan utilitas (gas,
telepon, air, dsb).
w. Jika alat sedang tidak beroperasi, pilihlah tanah yang datar (jika mungkin), fungsikan
rem, rendahkan bucket sampai menyentuh tanah dan matikan mesin.
1. Untuk lokasi-lokasi kerja tertentu (daerah terbuka dan daerah ketinggian) harus dilengkapi
dengan penangkal petir
2. Pada saat bekerja, instalatir listrik harus memastikan tangan dan kakai pada kondisi
kering.
3. Setiap pekerja harus menggunakan sepatu dari bahan karet atau berisolasi, tidak boleh
telanjang kaki.
4. Setiap peralatan listrik yang mengandung voltage tinggi, harus diberi tanda bahaya.
5. Pastikan setiap kabel yang terkelupas harus segera ditutup dengan bahan isolator.
6. Pastikan bahwa sistem pentanahan untuk panel
atau listrik yang dipakai untuk bekerja sudah
terpasang dengan baik.
Page 17
7. Pemeriksaan berkala terhadap panel atau kotak listrik harus dilakukan oleh petugas yang
berkompeten.
8. Jaringan atau instalasi listrik harus ditempatkan dan diatur sedemikian rupa untuk
menghindari terjadinya kecelakaan akibat listrik.
9. Ukuran dan kualitas kabel harus sesuai dengan tingkat keperluannya.
Page 18
M. KONDISI MALAM HARI DAN TEMPAT GELAP
1. Ketetapan Umum
a. Pada lokasi, jalan kerja, alat pendukung kerja utama, dan rambu-rambu peringatan
harus dipasang lampu dengan tingkat penerangan yang memadai.
b. Lampu-lampu tidak boleh berkedip-kedip (aliran listrik tidak baik atau kurang watt).
c. Jaringan listrik dan lampu dipasang semi permanen dan kuat.
d. Petugas yang mengatur kendaraan atau alat yang bergerak dilengkapi dengan lampu
tangan.
2. Persiapan
a. Persiapan instalasi penerangan dilakukan pada waktu kondisi terang.
b. Pemasangan alat-alat penerangan dari jaringan listrik harus aman.
c. Mesin pembangkit listrik beserta cadangannya, jaringan listrik dan lampu harus diuji
coba sebelum digunakan.
d. Harus disediakan lampu cadangan.
e. Diperiksa segala sesuatunya hingga aman bekerja.
3. Saat Bekerja
Page 19
Contoh Rambu-rambu K3
OSLEN NAPITUPULU
Direktur
Page 20