Anda di halaman 1dari 20

METODE KESELAMATAN KERJA (K3)

KEGIATAN : PENINGKATAN JALAN DAN PENGGANTIAN JEMBATAN


PEKERJAAN : PENINGKATA JALAN SINDANG BARANG JERO
LOKASI : KEL. SINDANG BARANG KEC. BOGOR BARAT
VOLUME : (STA. 0+000 – STA. 0+838)

1.0 TUJUAN
Memastikan proses Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Kawasan / Proyek terlaksana
dengan baik sesuai tata cara yang berlaku di PT. DOVLEN SEVENTY.

2.0 RUANG LINGKUP


K3 berlaku sejak Kawasan / Proyek dimulai dengan dikeluarkannya Surat Perintah Kerja (SPK) dari
Direksi kepada Manajer Realti / Properti / Konstruksi sampai Kawasan / Proyek dinyatakan selesai
dengan ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima (BAST).

3.0 REFERENSI
Tidak ada.

4.0 DEFINISI dan KETENTUAN


4.1 Definisi
4.1.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah sistim yang digunakan dalam
suatu lingkungan / kawasan / proyek dimana hal itu bertujuan untuk melindungi
tenaga kerja dan karyawan yang berada didalam lingkungan / kawasan / proyek
tersebut dari bahaya-bahaya yang ditimbulkan pada saat proses pekerjaan
sedang berlangsung.
4.1.2 Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
4.1.3 Keselamatan Kerja adalah keadaan untuk menghindari terjadinya kecelakaan
kerja sejak mulai pekerjaan sampai berakhirnya pekerjaan terhadap tenaga kerja,
karyawan, material, peralatan, proses kerja, dan hasil pekerjaan.
4.1.4 Personal In Charge (P.I.C) K3 adalah karyawan / pelaksana yang bertanggung
jawab terlaksananya pelaksanaan K3 dengan baik dan benar.

Page 1
4.1.5 Tenaga kerja adalah orang yang bekerja pada PT. DOVLEN SEVENTY baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan periode kerja tidak tertentu.
4.1.6 Karyawan adalah orang yang bekerja pada PT. DOVLEN SEVENTY baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan periode kerja tertentu dengan perikatan
kerja.
4.1.7 Material adalah barang yang berasal dari alam atau pabrikan digunakan /
dipasang untuk pembangunan.
4.1.8 Peralatan adalah barang yang digunakan sebagai alat bantu kerja untuk
pembangunan.
4.1.9 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya penyelamatan awal
pada tenaga kerja, pegawai yang sakit atau karena kecelakaan kerja, sebelum
dibawa ke Puskesmas / Klinik / Rumah Sakit.
4.1.10 Kotak P3K adalah tempat untuk menyediakan obat-obatan yang memadai
pertolongan pertama apabila ada tenaga kerja / karyawan yang sakit /
kecelakaan kerja.
4.1.11 Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah jaminan
pengobatan/perawatan yang diberikan kepada tenaga kerja / karyawan.
4.1.12 Tanda Informasi / Identifikasi adalah suatu tempat / sarana yang dapat
memberikan pemahaman sesuatu atau beberapa hal.
4.1.13 Tanda Penunjuk adalah suatu tempat / sarana yang dapat memberikan arah
tujuan seperti yang dimaksud dalam tanda tersebut
4.1.14 Tanda Larangan / Bahaya adalah suatu tempat / sarana yang dapat memberi
peringatan atau larangan pada sesuatu atau beberapa hal.
4.1.15 Jalan Kerja / Evakuasi adalah jalan sementara yang tidak terganggu material,
peralatan, puing, sebagai sarana keluar masuk tenaga kerja / pegawai secara
rutin dan apabila ada bahaya.
4.1.16 Alat Pemadam Kebakaran adalah sarana pemadaman api kebakaran yang dapat
membahayakan jiwa manusia maupun bangunan.
4.1.17 Railing Pengaman adalah tanda batas pada tempat-tempat tertentu yang dapat
mencelakakan atau sebagai alat bantu pegangan seperti : lubang tangga,,
daerah lift material atau tempat-tempat di ketinggian.
4.1.18 Jaring Pengaman (safety net) adalah sarana pengaman yang dipasang pada
bangunan sebagai pelindung apabila ada material / peralatan yang jatuh.
4.1.19 Penangkal Petir (sementara) adalah sarana pelindung dari petir apabila proses
bangunan / alat kerja relatif tinggi (tower crane) sedangkan penangkal petir yang
permanen belum bisa dipasang.
4.1.20 Perlengkapan Pelindung Tubuh adalah alat bantu untuk melindungi tubuh
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja seperti : topi pengaman (helm),

Page 2
sepatu pengaman (safety shoes), sabuk pengaman (safety belt), masker, kaca
mata pengaman, sarung tangan, tanda pengenal.

4.2 Ketentuan
4.2.1 Dibuat struktur organisasi lapangan yang jelas tentang penanggung jawab
pelaksanaan K3 oleh penanggung jawab kawasan / proyek.
4.2.2 Seluruh tenaga kerja / karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan
harus memahami dan mematuhi persyaratan K3.
4.2.3 Seluruh tenaga kerja / karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan
harus mengenakan topi pengaman (helm), dan alat pelindung tubuh lainnya
(sepatu pengaman /safety shoes, sabuk pengaman/ safety belt, masker, kaca
mata pengaman, sarung tangan, tanda pengenal) sesuai situasi dan kondisi yang
diperlukan.
4.2.4 Orang-orang yang tidak mempunyai tujuan jelas dilarang berada dalam
lingkungan proyek.
4.2.5 Disediakan topi pengaman (helm) khusus untuk tamu.
4.2.6 Disediakan tempat parkir kendaraan dengan baik dan benar dan pengaturan lalu-
lintas di dalam proyek.
4.2.7 Disediakan jalan kerja yang memadai dan aman.
4.2.8 Disediakan perlengkapan P3K yang lengkap dan nomor telepon instansi yang
terkait seperti : klinik, rumah sakit, kantor depnaker, kantor pemadam kebakaran,
kantor polisi, dls.
4.2.9 Disediakan pemadam kebakaran portable pada tempat-tempat tertentu yang
dianggap rawan bahaya.
4.2.10 Tangga kerja dan perancah harus kuat dan dipasang pada kondisi stabil.
4.2.11 Dipasang railing pengaman dengan kuat dari kayu / besi pada tempat-tempat
ketinggian dan lubang-lubang serta tempat rotasi crane yang dapat
membahayakan manusia.
4.2.12 Tempat kerja harus dipasang penerangan kerja yang cukup memadai.
4.2.13 Simpan bahan-bahan yang berbahaya dan beracun pada tempat –tempat
khusus
4.2.14 Jaringan / instalasi listrik kerja diatur sedemikian rapi untuk menghindari dari
kecelakaan / kebakaran.

5.0 LAMPIRAN

5.1 Petunjuk praktis pelaksanaan dan ketentuan K3.


5.2 Contoh struktur organisasi lapangan K3.

Page 3
5.3 Contoh Formulir laporan kecelakaan kerja.
5.4 Contoh Rambu-rambu K3.

PROSES K3 DI PROYEK

PIMPINAN PERUSH.

Instruksi dilaksanakan prosedur

Man Proyek

Menunjuk Petugas
K3

Petugas K3

Petugas K3 Petugas K3

Mengontrol Sarana Perlengkapan Terjadi Kecelakaan, Petugas


K3 Melaksanakan Pertolongan sesuai
Prosedur K3


perbaiki

tidak
Terjadi tidak
layak Petugas K3

Laporan sakit, kecelakaan kerja


layak

Siap digunakan Laporan

Page 4
KECELAKAANRINGAN

Kecelakaan
Ringan

Laporan ke
Manajemen Proyek

ya tidak
Perlu ke Rumah
Sakit

Di bawa ke rumah Pengobatan di proyek


sakit

Laporan kecelakaan kerja

Selesai

Page 5
KECELAKAAN BERAT / MENINGGAL

Kecelakaan
Berat / Meninggal

 Pemberitahuan ke
Laporan ke keluarga
Manajemen Proyek  Asuransi / bantuan
biaya

Rumah Sakit

ya
Perlu ke
Rumah Duka

tidak

Di antar ke
rumah duka

Pemakaman

Selesai

Page 6
PETUNJUK PRAKTIS PELAKSANAAN DAN KETENTUAN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (K3)

A. KETENTUAN UMUM

1. Seluruh karyawan proyek harus menggunakan


tanda pengenal dan seragam.
2. Seluruh karyawan dan pekerja yang terlibat
dalam pelaksanaan pekerjaan harus
memahami dan mematuhi kaedah, dan
peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Semua yang terlibat dalam pelaksanaan
pekerjaan harus peduli dan tanggap akan
bahaya kebakaran, kecelakaan kerja dan
menjaga kebersihan dan kerapian pada lokasi
kerja masing-masing.
4. Setiap proyek harus mendaftarkan dan mengikuti program Jamsostek.
5. Manajemen proyek atau Penanggung Jawab K3 harus menetapkan sanksi atau hukuman
terhadap pelanggaran peraturan K3.
6. Harus tersedia data alamat dan telepon instansi-instansi yang terkait seperti Rumah Sakit
terdekat, Kepolisian, Dinas Kebakaran, Depnaker, Asuransi/Jamsostek yang diletakkan
pada tempat yang mudah dibaca oleh semua orang.
7. Jalan kerja / jalan inspeksi dan jalan evakuasi yang memadai dan aman harus disediakan
sebagai sarana keluar masuk pekerja dan pengawas.
8. Pada lokasi-lokasi yang berbahaya harus dipasang tanda-tanda peringatan.
9. Dibuat pengaturan lalu lintas dan penataan parkir di dalam area kerja.

B. PERLENGKAPAN PELINDUNG TUBUH.

1. Semua pekerja, karyawan dan tamu, harus


mengenakan topi pengaman (helmet) dan sepatu
pengaman saat berada di lokasi kerja.
2. Sabuk pengaman (safety belt) dan tali penyelamat
harus digunakan pada saat bekerja diketinggian
lebih dari 2 meter.
3. Harus menggunakan Body Protector / pelindung
badan jika hal tersebut diperlukan terutama untuk tukang las.
4. Sarung tangan harus dipakai sewaktu memegang barang atau benda keras yang dapat
mengakibatkan luka-luka pada tangan.

Page 7
5. Alat pelindung pernapasan / masker harus dipakai sewaktu berada pada lokasi yang
penuh debu atau material lain yang membahayakan pernapasan.
6. Alat pelindung telinga harus dikenakan apabila bekerja pada situasi kerja yang bising.

C. KEBERSIHAN DAN KERAPIAN (HOUSE KEEPING).

1. Harus ditunjuk personil yang bertanggung jawab terhadap


pelaksanaan K3 di lapangan.
2. Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, dan lorong-lorong tempat
orang bekerja atau sering dilalui, harus dilengkapi dengan
penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3. Semua tempat kerja harus mempunyai sistem pengudaraan yang cukup sehingga dapat
mengurangi bahaya debu, uap dan bahaya lainnya.
4. Kebersihan dan kerapian di tempat kerja harus dijaga sehingga bahan-bahan yang
berserakan, sampah, bahan bangunan, alat-alat kerja tidak merintangi atau menimbulkan
kecelakaan.
5. Genangan-genangan air harus dikeringkan minimal 3 hari sekali, agar tidak ada jentik
nyamuk yang sempat hidup.
6. Semua sisi lantai yang terbuka (belum berdinding), lubang-lubang di lantai yang terbuka,
atap-atap yang dapat dimasuki, sisi tangga yang terbuka, semua galian dan lubang yang
dianggap berbahaya harus diberi pagar atau tutup pengaman yang kuat.
7. Setiap sore hari setelah selesai pekerjaan selalu dilakukan pembersihan di daerah kerja.
8. Dilakukan pengambilan sampah secara berkala dari tempat kerja dan selanjutnya dibuang
ke lokasi pembuangan sementara yang telah ditetapkan di area proyek.

D. RAMBU-RAMBU PERINGATAN.

1. Rambu-rambu peringatan disini adalah tulisan dan gambar atau simbol yang memuat
peraturan-peraturan, peringatan, larangan maupun himbauan.
2. Rambu-rambu harus mudah dibaca pada jarak pandang yang cukup dan dipahami oleh
semua kalangan yang terlibat dalam proyek (komunikatif).
3. Jenis rambu, bahan pembentuk, tipe dan ukuran tulisan, bahasa, jenis simbol yang
digunakan atau gambar, dan warna, disesuaikan dengan kondisi proyek, pekerjaan dan
kebutuhannya, kecuali rambu-rambu yang sudah baku di jalan raya.

Page 8
E. TATA CARA PENANGANAN KECELAKAAN, SAKIT DAN MENINGGAL

1. Sarana Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

a. Terdapat kotak P3K yang memadai dan tersedia pada tempat-tempat yang mudah
terjangkau.
b. Terdapat personil penanggung jawab K3.
c. Tersedia tempat dan kendaraan yang selalu siap untuk mengangkut orang yang
cedera ke puskesmas / rumah sakit.
d. Kacelakaan kerja harus segera dilaporkan kepada petugas K3 secepat mungkin.
e. Proyek harus menyediakan sarana pelayanan kesehatan, bisa berupa sarana
pelayanan kesehatan yang dikelola sendiri atau bekerja sama dengan pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) yang berada di sekitar lokasi proyek.

2. Penanganan Jika Pekerja Mengalamai Kecelakaan

a. Petugas K3 segera memeriksa dan memberikan pertolongan pertama.


b. Petugas K3 segera menentukan apakah korban perlu dibawa ke puskesmas atau
tidak.
c. Apabila perlu Petugas K3 membawa korban ke Puskesmas untuk perawatan lebih
lanjut.
d. Petugas K3 membuat laporan kecelakaan dan diserahkan kepada Manajer Proyek.
e. Membuat Laporan untuk pihak luar (Jamsostek / Asuransi).

3. Penanganan Jika Pekerja Sakit

a. Patugas K3 segera memeriksa dan memberikan pengobatan atas gejala sakit.


b. Petugas K3 segera menentukan apakah pasien perlu dibawa ke puskesmas/rumah
sakit atau tidak, istirahat di lokasi atau di rumah.
c. Petugas K3 membawa pasien ke puskesmas/rumah sakit untuk pengobatan lebih
lanjut.
d. Membuat laporan adanya pekerja sakit di lokasi kerja.

Page 9
4. Penanganan Jika Pekerja Meninggal
a. Untuk pekerja meninggal karena kecelakaan kerja, petugas K3 segera memberikan
kabar kepada keluarga korban, membuat dan mengirimkan laporan ke lembaga
asuransi (Jamsostek, dll), Depnaker dan Polisi. Waktu dan format disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku. Selanjutnya petugas K3 bekerja sama dengan bagian
administrasi membuat dan mengirim laporan kecelakaan intern dan evaluasinya
kepada Manajer Operasi II dan MR.
b. Untuk pekerja meninggal karena sakit di lokasi kerja, petugas K3 segera mengadakan
pertemuan dengan bagian administrasi membuat laporan dan petunjuk yang perlu
untuk menindak lanjuti kejadian tersebut. Selanjutnya laporan tersebut dikirim kepada
Manajer Operasi II dan MR.

F. PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN

1. Tindakan Pencegahan.

a. Upayakan seminimal mungkin


menggunakan bahan mudah
terbakar.
b. Melakukan Pemisahan penempatan
untuk bahaya yang mudah terbakar.
c. Dilarang merokok di lokasi kerja
(pasang rambu-rambu).
d. Instalasi listrik dan gas sementara sebagai alat bantu kerja harus ditata rapi, aman dan
diperiksa secara periodik.
e. Tempat kerja harus rapi, bebas dari bahan yang mudah terbakar.
f. Dipasang alat pemadam kebakaran dan jalan keluar/jalur evakuasi apabila terjadi
kebakaran dan diberi rambu-rambu.

2. Penanggulangan dan Penyelamatan


a. Harus tersedia alat pemadam kebakaran dalam jumlah yang cukup, jenis yang sesuai,
dilakukan pemeriksaan secara periodik, penempatan yang mudah terlihat, tidak
diperbolehkan untuk dipindah-pindahkan, terdapat petunjuk singkat cara pemakaian,
dan ditempatkan di dekat lokasi yang mengandung tingkat resiko kebakaran yang
tinggi.
b. Harus tersedia jalan untuk penyelamatan diri beserta petunjuknya.
c. Buat denah letak-letak alat pemadam kebakaran dan alarm dini dan ditempel minimal
di dua tempat yaitu di bagian pintu masuk dan di bagian pintu darurat.
d. Dilakukan pelatihan terhadap pihak-pihak yang terkait dalam pekerjaan mengenai
penanggulangan dan penyelamatan bahaya kebakaran.

Page 10
e. Jika proyek menggunakan alarm, harus dipastikan alarm berfungsi dengan baik dan
dapat terdengar sampai radius yang direncanakan.
f. Tersedia alat komunikasi untuk menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran
g. Apabila Dinas Kebakaran sudah datang, agar dibantu diinformasikan lokasi api
/kebakaran dan jumlah orang yang terperangkap di dalamnya.
h. Penanggung jawab/Koordinator penanggulangan dan penyelamatan akibat bahaya
kebakaran harus ditetapkan.

G. PENGGALIAN, PONDASI DAN PARIT.

1. Sebelum melakukan pekerjaan penggalian tanah dan pembuatan parit ataupun pondasi,
terlebih dahulu harus dipastikan kondisi kestabilan tanah dan lingkungan di sekitar tempat
tersebut.
2. Sebelum melakukan penggalian, harus dipastikan tidak terdapat instalasi kabel, gas, air
atau instalasi lain pada lokasi galian. Apabila ada, harus dikoordinasikan dengan pihak
terkait, agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan aman.
3. Pagar pengaman dan rambu peringatan harus dipasang di sepanjang parit atau
disekeliling lubang dan galian yang ada.
4. Tanah galian tidak boleh diletakkan terlalu dekat dengan pinggir galian. Jarak minimum
yang aman adalah sedikitnya 1,5 meter dari pinggir galian.
5. Kendaraan yang digunakan untuk pekerjaan galian harus diparkir pada tempat yang aman
dan rata.

H. TANGGA, PERANCAH, DAN BEKERJA PADA KETINGGIAN.

1. Tangga

a. Tangga bantu kerja harus dibuat dari material atau bahan yang kuat dan tahan
terhadap cuaca dan harus memiliki konstruksi yang kuat.
b. Harus dipasang railling untuk pegangan.
c. Kemiringan tangga harus diatur sedemikian rupa sehingga aman untuk digunakan.
d. Jangan meletakkan tangga di atas tumpukan material untuk menambah ketinggian.
e. Jangan meletakkan benda apapun pada tangga dan jalan kerja.

Page 11
2. Perancah

a. Rancangan penyangga beban atau perancah untuk sarana bekerja harus didukung
dengan analisa perhitungan.
b. Dasar perancah harus cukup kuat
untuk menahan beban, kalau
diperlukan dibuat landasan kayu atau
cor beton.
c. Harus dibuat pengaku (bracing) untuk
menahan gaya kesamping atau
goyangan.
d. Sebelum perancah memikul beban,
harus dicek dahulu keseluruhan dari
perancah terpasang sesuai rancangan.
e. Tangga naik perancah harus disediakan.
f. Petugas yang melakukan inspeksi harus mengetahui prinsip-prinsip pemasangan
perancah yang aman.

3. Bekerja pada ketinggian

a. Yang dimaksud dengan bekerja pada ketinggian adalah bekerja di lokasi dimana
terdapat perbedaan ketinggian dengan lokasi sekitarnya yang dimungkinkan terjadinya
bahaya kecelakaan kerja.
b. Pekerja yang melakukan pekerjaan di tempat ketinggian haruslah dipastikan dalam
keadaan sehat, tidak takut pada ketinggian, menggunakan pelindung tubuh yang
memadai sesuai aspek keselamatan kerja.
c. Tepi suatu tempat ketinggian haruslah dipasang railling pengaman. Tipe dan jenis
bahan disesuaikan dengan kondisi pekerjaan dan lingkungan, tetapi harus dipastikan
mudah terlihat jelas, cukup kuat, harus dipelihara, dan dalam kondisi yang baik.

Page 12
d. Lubang-lubang dengan ukuran lebih besar dari kaki sampai badan manusia harus
ditutup dengan bahan yang kuat dan apabila lebih besar dari itu harus dipasang railling
pengaman.
e. Apabila pekerja yang bekerja pada ketinggian membawa peralatan dan bahan-bahan
kecil, maka harus membawa kantong atau wadah tempat peralatan dengan tujuan alat
atau bahan tidak jatuh.

f. Tidak diperkenankan meninggalkan pekerjaan dalam keadaan bahan terpasang dan


mudah terlepas.
g. Apabila dipandang perlu bekerja di tempat ketinggian dengan lokasi lingkungan yang
padat maka perlu dipasang jaring pengaman (safety net).
h. Harus dipastikan adanya lokasi dan sarana yang memadai untuk mengkaitkan sabuk
pengaman sehingga berfungsi sebagaimana mestinya.
i. Penumpukan sementara material ditempatkan cukup jauh dari tepi dan disusun
sedemikian rupa sehingga tidak mudah berpindah walau tidak dipindahkan.
j. Tempat berpijak untuk pekerja, dudukan alat, dan bahan dipastikan kuat dan aman.

ALAT-ALAT ANGKAT DAN PENGOPERASIAN ALAT-ALAT BERAT.

4. Umum
a. Hanya orang yang memiliki Surat Ijin Mengoperasikan Peralatan (SIM-P) yang boleh
mengoperasikan alat berat.
b. Operator harus mengetahui kapasitas alat berat yang dioperasikan.
c. Pastikan bahwa peralatan keselamatan berada pada posisinya dan dalam kondisi siap
pakai.
d. Jangan mengisi bahan bakar pada saat kendaraan hidup.
e. Perhatikan daerah-daerah yang bermuatan listrik (electric line) sebelum
mengoperasikan alat, pastikan wilayah/daerah aman.

Page 13
5. Crane
a. Informasi penting seperti tabel kapasitas muatan, kecepatan operasi yang disarankan,
peringatan bahaya khusus dan informasi penting lainnya harus dipasang dengan jelas
pada semua crane dan peralatan sejenis.
b. Alat pemadam api yang berukuran sekurang-kurang 5 BC harus ditempatkan di dalam
kabin setiap alat.
c. Harus dilakukan pemeriksaan pada rangka tiang crane atas kemungkinan adanya
korosi atau kerusakan / ketidak sempurnaan pada sambungan rangka.
d. Operator harus dibantu minimal dengan seorang pemandu yang akan memberikan
isyarat kepada operator. Dalam keadaan darurat, sinyal „STOP/BERHENTI”dapat
diberikan oleh siapa saja.
e. Hanya sinyal tangan standar saja yang diakui (sinyal ini berlaku umum dan standar)
kecuali operator terhalang pandangannya dapat menggunakan isyarat lainnya.
f. Dilarang menaiki kait (hook) atau muatan yang diam maupun yanh sedang diangkat.
g. Pada setiap kait (hook) dari crane harus dipasang kancing pengaman (safety laches).
h. Ukuran dan kapasitas kekuatan sling harus diperhitungkan terhadap beban yang
diangkut, dan harus dipastikan berfungsi dengan benar.
i. Apabila mengikat suatu muatan dengan sling, tempatkan sling pada tempatnya yang
benar, dan waktu mulai mengangkat dengan menegangkan sling, jagalah jangan
sampai tangan dan jari-jari anda terjepit.
j. Sebelum mengangkat muatan, pastikan bahwa tidak ada benda lepas yang terletak
pada muatan.
k. Jika melepas sling dari kait tunggu sampai muatan diam dan bebas lepas dari sling.
l. Operator crane mobil harus senantiasa menggunakan kaki penahan (outrigger)

sewaktu melakukan operasi pengangkatan.

Page 14
m. Semua crane mobil harus juga dilengkapi dengan tangkai penahan (boom stop) dan
penyetop otomatis (cut-out automatic), yang harus dijaga agar selalu dalam kondisi
yang baik untuk dipakai.
n. Jika menjalankan hydraulic crane jagalah agar lengan (jib) dalam posisi bawah.
o. Setiap line kabel di atas kepala harus dianggap bertenaga (bermuatan listrik).
p. Jika bekerja pada ruang yang terbatas atau pada saat angin cukup kencang,
gunakanlah tali penarik (tag line) untuk mengendalikan muatan yang sedang diangkat.

6. Hal khusus untuk Tower Crane (TC) :


a. Lakukan perawatan secara rutin pada brake, rope, dan cek dengan teliti kabel-kabel
arus.
b. Posisikan TC pada permukaan datar dan dijaga apabila ada pekerjaan saluran / galian
dekat TC tidak membahayakan kedudukan TC.
c. Pastikan rail track / lintasan rel bebas dari kemungkinan goncangan yang kuat.
d. Posisikan dengan benar travelling limit switch dan buffer (penahan).
e. Cek kekencangan klem rel sebelum operasi.
f. Jangan memodifikasi setting alat atau memindahkan alat keselamatan.
g. Cek pengaturan beban dan sambungan limit switch.
h. Jangan menarik beban pada posisi miring.
i. Dilarang menaikkan beban yang tertanam.
j. Jangan menggunakan siewing atau trolley untuk menggeser beban atau untuk
mendorong.
k. Cek kekakuan section terhadap puntiran dan kekakuan jib terhadap lengkung.
l. Jika jangkauan tidak terlihat, minta bantuan pemandu untuk mengarahkan.
m. Setiap selesai operasi, naikkan hook ke atas sampai pangkal, gerakkan trolley ke
pangkal dan pindahkan crane ke posisi parkir (jika diperlukan), dan jib diusahakan
diarahkan searah dengan arah angin.
n. Untuk TC dengan rel, maka setiap selesai operasi kencangkan rel ke relnya dan
matikan sumber listrik.

Page 15
Excavator
o. Kenali area dan kondisi tanah sebelum memulai pengoperasian alat.
p. Pastikan sebelum masuk/keluar kabin, posisi kabin searah dengan under carriage.
q. Sebelum dioperasikan periksa dan pastikan tidak ada orang lain di sekitar area, dan
beri tanda (bunyikan klakson) jika ada seseorang yang harus menghindar.
r. Duduklah dalam kabin dan stel tempat
duduk (jika ada reclining seat) dengan
ukuran badan anda, sehingga anda
merasa nyaman dalam
mengoperasikan alat

Page 16
s. Starter mesin excavator harus dari dalam kabin, jangan melakukannya dari luar.
t. Pada waktu menggalian, perhatikan posisi excavator terhadap longsoran tanah dari
samping, karena dapat menenggelamkan alat.
u. Jangan melakukan loading pada saat alat tidak dalam posisi datar.
v. Beri tanda yang mudah dikenali untuk daerah yang terdapat timbunan utilitas (gas,
telepon, air, dsb).
w. Jika alat sedang tidak beroperasi, pilihlah tanah yang datar (jika mungkin), fungsikan
rem, rendahkan bucket sampai menyentuh tanah dan matikan mesin.

I. ALAT KENDARAAN BERMOTOR

1. Semua operator wajib memeriksakan kendaraannya setiap hari sebelum melakukan


pekerjaan
2. Semua operator harus yang berpengalaman dan mempunyai wewenang mengoperasikan
kendaraan dan ijin mengemudi khusus.
3. Tidak seorangpun dibenarkan menumpang kendaraan kecuali diberikan tempat duduk
yang aman.
4. Setiap pengemudi harus mematuhi batas kecepatan maksimum yang berlaku di dalam
lingkungan proyek.

J. BEKERJA YANG BERHUBUNGAN DENGAN LISTRIK.

1. Untuk lokasi-lokasi kerja tertentu (daerah terbuka dan daerah ketinggian) harus dilengkapi
dengan penangkal petir
2. Pada saat bekerja, instalatir listrik harus memastikan tangan dan kakai pada kondisi
kering.
3. Setiap pekerja harus menggunakan sepatu dari bahan karet atau berisolasi, tidak boleh
telanjang kaki.
4. Setiap peralatan listrik yang mengandung voltage tinggi, harus diberi tanda bahaya.
5. Pastikan setiap kabel yang terkelupas harus segera ditutup dengan bahan isolator.
6. Pastikan bahwa sistem pentanahan untuk panel
atau listrik yang dipakai untuk bekerja sudah
terpasang dengan baik.

Page 17
7. Pemeriksaan berkala terhadap panel atau kotak listrik harus dilakukan oleh petugas yang
berkompeten.
8. Jaringan atau instalasi listrik harus ditempatkan dan diatur sedemikian rupa untuk
menghindari terjadinya kecelakaan akibat listrik.
9. Ukuran dan kualitas kabel harus sesuai dengan tingkat keperluannya.

K. PENGELASAN, PEMOTONGAN DAN GERINDA

1. Pekerja harus dilengkapi dengan kaca mata


pelindung khusus, sarung tangan dan pelindung
kepala sebelum melakukan pengelasan,
pemotongan atau gerinda.
2. Pengelasan, pemotongan dan gerinda tidak boleh
dikerjakan di daerah yang mudah terbakar,
apabila terpaksa dilakukan harus mendapat ijin
dari petugas yang bertanggung jawab untuk itu.
3. Pengelasan atau pemotongan yang memakai tabung gas, harus dicek dahulu apakah
tabung gas tersebut bocor atau tidak. Hal ini dapat dicek dari bau gas.
4. Alat pemadam kebakaran harus tersedia dekat dengan tempat kerja.
5. Alat-alat yang menggunakan aliran listrik, apabila pekerjaan akan ditinggal, kabel-kabel
harus dicabut dari stop kontak.

L. PEKERJAAN DENGAN LALU LINTAS PADAT.

1. Sebelum melewati areal proyek dipasang „Papan


Nama Proyek” di jalan yang menuju ke arah lokasi
sekitar 500 m dari lokasi proyek atau melihat
kondisi lapangan.
2. Kurang lebih 200 m dari proyek dipasang rambu
„Awas ada Proyek”, „Harap Hati-hati”, dan batas
kecepatan yang diperbolehkan.
3. Pada lokasi berlangsungnya proyek, harus dipasang pagar yang mengelilingi seluruh
lokasi proyek dengan warna yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4. Bila lalu lintas satu arah dipasang rambu „Jalan satu arah”.
5. Tempatkan gardu pengendali di kedua ujung jalan yang mengalami penyempitan disertai
petugas pengatur yang dilengkapi dengan bendera serta alat komunikasi.
6. Harus dipasang lampu penerangan di sepanjang jalan yang mendekati proyek untuk
keamanan di malam hari.

Page 18
M. KONDISI MALAM HARI DAN TEMPAT GELAP

1. Ketetapan Umum

a. Pada lokasi, jalan kerja, alat pendukung kerja utama, dan rambu-rambu peringatan
harus dipasang lampu dengan tingkat penerangan yang memadai.
b. Lampu-lampu tidak boleh berkedip-kedip (aliran listrik tidak baik atau kurang watt).
c. Jaringan listrik dan lampu dipasang semi permanen dan kuat.
d. Petugas yang mengatur kendaraan atau alat yang bergerak dilengkapi dengan lampu
tangan.

2. Persiapan
a. Persiapan instalasi penerangan dilakukan pada waktu kondisi terang.
b. Pemasangan alat-alat penerangan dari jaringan listrik harus aman.
c. Mesin pembangkit listrik beserta cadangannya, jaringan listrik dan lampu harus diuji
coba sebelum digunakan.
d. Harus disediakan lampu cadangan.
e. Diperiksa segala sesuatunya hingga aman bekerja.

3. Saat Bekerja

a. Diwajibkan pekerja melapor sebelum dan sesudah bekerja.


b. Dilarang bekerja di tempat gelap (tidak ada penerangan).
c. Pekerja dilarang memberi tanda atau isyarat dengan lampu kecuali petugas atau
dalam kondisi darurat.
d. Mobil-mobil atau alat yang bergerak untuk bekerja harus menyalakan lampu
perlengkapannya.
e. Barang-barang yang memungkinkan menghambat kerja harus disingkirkan.

Page 19
Contoh Rambu-rambu K3

Jakarta, 30 MEI 2018


PT. DOVLEN SEVENTY

OSLEN NAPITUPULU
Direktur

Page 20

Anda mungkin juga menyukai