Anda di halaman 1dari 57

STANDAR OPERASIONAL

PROSEDUR

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


(K3) DI BIDANG KONSTRUKSI

SOP-K3 KONSTRUKSI 1
KATA PENGANTAR
Standar Operasional Prosedur (SOP) ini merupakan pedoman untuk pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) konstruksi yang dapat menjadi acuan oleh siapapun yang terlibat dalam
pekerjaan konstruksi baik sebagai pekerja, pengawas dan penanggungjawab kegiatan proyek
konstruksi.

Standar Operasional Prosedur (SOP) berisi petunjuk-petunjuk yang harus dilakukan seperti persiapan
pribadi, pekerjaan, bahan, peralatan dan metode kerja yang aman dan selamat.

Standar Operasional Prosedur (SOP) akan di evaluasi kembali minimal setiap 1 (satu) tahun sekali
untuk penyempurnaannya.

……………, ………….. 20….

SOP-K3 KONSTRUKSI 2
DAFTAR ISI
1. Judul dan Pengesahan …………………………………………………………… 1
2. Kata Pengantar ……………………………………………………………………… 2
3. Daftar Isi ……………………………………………………………………………… 3
4. Daftar Perubahan/Revisi ………………………………………………………….. 4
5. Pendahuluan ………………………………………………..……………………… 5
6. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) …………………………………………. 7
7. Pedoman Umum K3 ………………………………………………………………… 11
8. Pedoman Khusus K3 ……..………………………………………………………… 16
9. Bahaya Kebakaran …..……………………………………..……………………… 27
10. Kesehatan dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) ……………….. 29
11. Lampiran
a. Lampiran 1 Piramida Kecelakaan Kerja
b. Lampiran 2 Form Laporan Kecelakaan Kerja
c. Lampiran 3 Alat Pelindung Diri (APD)
d. Lampiran 4 Rambu-Rambu K3
e. Lampiran 5 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
f. Lampiran 6 Petugas dan Fasilitas P3K
g. Lampiran 7 Ilustrasi K3

SOP-K3 KONSTRUKSI 3
DAFTAR PERUBAHAN/REVISI
No Tgl Halaman Uraian yang dirubah Uraian Perubahan

SOP-K3 KONSTRUKSI 4
PENDAHULUAN
Lingkup Standar Operasional Prosedur ini mencakup seluruh kegiatan saat
konstruksi berlangsung bagi pekerja, pengawas dan
penanggungjawab kegiatan proyek
konstruksi.
Tujuan 1. Pedoman keselamatan dan kesehatan kerja pada
kegiatan proyek konstruksi
2. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja
dan orang lain ditempat kerja.
3. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara
aman dan efisien.
4. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja
Refrensi 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.04/MEN/1980
tentang Syarat-Syarat Pemsangan Dan Pemeliharaan Alat
Pemadam Api Ringan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.15/MEN/VIII/2008
tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat
Kerja.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.08/MEN/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. PER.150/MEN/1999
tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga
Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
6. Pedoman Pelaksanaan Tentang Keputusan Bersama Menteri
Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No.
174/MEN/1986 dan No. 104/KPTS/1986 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi
7. Program Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), Kementrian Kesehatan, Tahun 2010.

SOP-K3 KONSTRUKSI 5
8. Pedoman Umum 3-R, Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman, Dirjen Cipta Karya, Departemen
Pekerjaan Umum, Tahun 2007
9. 10 Standard for Fire Portable Extinguisher, National Fire
Protection Association (NFPA), Tahun 2002
10. Pedoman Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja di bidang
Konstruksi, ILO, Tahun 2006.
11. Buku Saku Pedoman Untuk Pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi, PT. Jasa Marga (Persero).
Tbk, Tahun 2010
12. Pedoman Pelatihan untuk Manajer dan Pekerja,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja Sarana
untuk Produktivitas, ILO, Tahun 2013

SOP-K3 KONSTRUKSI 6
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
Slogan 1. Utamakan keselamatan dan kesehatan kerja
2. Mulailah keselamatan dan kesehatan dari lingkungan terdekat.
3. Pikirkanlah keselamatan dan kesehatan sebelum
bekerja.
4. Kecerobohan dan kelalaian sebab utama kecelakaan kerja.
5. Hindarilah kecelakaan kerja, keluarga anda menunggu
dirumah.
6. Pastikan kerjaan anda benar.
7. Periksalah alat-alat sebelum dipergunakan.

Keselamatan dan Multidisiplin ilmu yang berfokus pada penerapan prinsip


Kesehatan Kerja ilmiah dalam memahami resiko yang mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan manusia dalam lingkungan kerja
Kecelakaan Kerja Kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan yang terjadi
dalam lingkungan kerja
Penyebab Kecelakaan 1. Tindakan tidak aman seseorang
Kerja  Kurangnya pengetahuan seseorang tentang
keselamatan kerja
 Bekerja pada kondisi kurang/tidak sehat.
 Tidak memakai APD atau menggunakan dengan cara yang
salah
 Menggunakan alat kerja dan/atau APD yang rusak
 Kerja tanpa izin/ wewenang
 Bekerja dengan kecepatan yang tidak aman
 Berolok-olok, berselisih, tidak konsentrasi dan/atau
mabuk/penyalahgunaan obat-obat terlarang
 Dan lain-lain.
2. Keadaan tidak aman
 APD tidak memenuhi syarat atau tidak
berfungsi/rusak
 Peralatan kerja yang telah rusak

SOP-K3 KONSTRUKSI 7
 Bising, keadaan sesak/sempit, penerangan kurang atau
berlebihan.
 Kesalahan perencanaan dan Instruksi yang salah
 Dan lain-lain.
3. Faktor alam
 Hujan/ Banjir
 Gempa bumi
 Tornado/Puting Beliung
 Dan lain-lain.
Pelatihan Keselamatan 1. Setiap tenaga kerja yang bekerja wajib mengetahui, memahami
dan Kesehatan Kerja dan menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Seluruh tenaga kerja yang bekerja wajib diberikan
pengetahuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara
jelas melalui pelatihan yang dilakukan oleh
pengawas K3.

Jaminan Sosial Tenaga 1. Membuat laporan identitas dan jumlah seluruh tenaga kerja
Kerja yang bekerja yang disampaikan kepada Dinas/Instasi terkait.
2. Semua tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja
waktu tertentu wajib dipertanggungkan kedalam Jaminan
Sosial Tenaga Kerja
3. Jaminan sosial tenaga kerja berupa Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan

Pelaporan dan 1. Setiap tenaga kerja yang mengetahui adanya kecelakaan kerja
Penanganan Kecelakaan (kecelakaan fatal, kecelakaan ringan dan/atau hamper celaka)
Kerja memberikan informasi kepada mandor dan pengawas K3.
2. Penanganan korban dilakukan sesuai prosedur P3K.
3. Melakukan penyelidikan sebab-sebab terjadinya kecelakaan
kerja, kemudian melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan
4. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi dibuat laporan dan
disampaikan kepada Dinas/Instasi terkait.

SOP-K3 KONSTRUKSI 8
Organisasi Keselamatan 1. Kontraktor/ pemborong harus menunjuk petugas keselamatan
dan Kesehatan Kerja kerja (safety officer) yang ditugaskan untuk mengurus
keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek yang jumlah
pekerjanya 25 orang atau lebih.
2. Pada semua proyek -proyek yang mempekerjakan secara
teratur 250 orang atau lebih, safety officer harus bekerja secara
full-time untuk mengurus keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Pantia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (safety
committee) harus dibentuk;
 Pada setiap proyek yang keadaan lingkungan
memerlukannya.
 Proyek yang mempekerjakan 100 pekerja.
4. Petugas keselamatan & kesehatan kerja (safety officer) harus
mengumpulkan laporan individu yang berisi keterangan
lengkap atas sebab- sebab dan tiap kejadian kecelakaan kecil
dan bahaya- bahaya yang timbul untuk mencegah hal-hal
tersebut tidak terulang lagi.
5. Petugas keselamatan & kesehatan kerja (safety officer) atau
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (safety
committee) harus:
 Mengetahui sebab-sebab keadaan-keadaan dan sebab-
sebab semua kecelakaan terjadi di proyek.
 Membuat rekomendasi pada kontraktor-kontraktor untuk
mencegah kecelakaan atau mencegah supaya kecelakaan
tidak terjadi lagi.
 Mengadakan inspeksi/peninjauan secara teratur pada
tempat kerja dan seluruh peralatannya yang berhubungan
dengan keselamatan dan kesehatan.
 Meneliti dan mengontrol langkah-langkah yang diambil
untuk mencegah kecelakaan-kecelakaan.
 Meneliti dan mengontrol peraturan-peraturan,
instruksi-instruksi dan lain-lain yang berhubungan dengan
keamanan dan kebersihan.

SOP-K3 KONSTRUKSI 9
 Berusaha untuk menyakinkan (mendorong) kerjasama
seluruh pekerja dalam menjaga kesehatan dan kebersihan.
 Berpartisipasi di dalam menjalankan peraturan- peraturan
keselamatan.
 Mempelajari statistik dari kecelakaan-kecelakaan yang
terjadi di proyek.
 Agar semua tenaga kerja baru, dan tenaga kerja yang
pindah ke pekerjaan baru, menerima latihan (training)
instruksi dan petunjuk.
6. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus
terdiri dari:
 Wakil pemerintah yang diwakili oleh Dinas/Instasi terkait.
 Pemberi kerja/pengusaha.
 Manager produksi atau yang setingkat.
 Pejabat/unit-unit/bagian yang penting antara lain
petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (safety officer)
dan Petugas Kesehatan (medical officer).

SOP-K3 KONSTRUKSI 10
PEDOMAN UMUM
Persiapan Sebelum 1. Kesiapan pribadi, apakah saya
Bekerja  Bersyukur atas nikmat yang saya terima ?
 Sehat, kondisi badan saya saat ini ?
 Senang, tidak emosi saat ini ?
 Tenang, tidak ada keraguan saya saat ini ?
 Sadar, adanya potensi bahaya disekitar saya ?
 Alat Pelindung Diri yang saya gunakan sesuai untuk
mengatasi potensi bahaya ?
 Prosedur dan Cara Kerja yang aman, telah saya pahami
 Jika semua pertanyaan diatas saya jawab “ya” maka saya
boleh memulai pekerjaan hari ini
 Jika ada yang saya jawab “tidak”, maka saya berusaha
untuk cari tahu, berusaha berubah hingga saya
menjawab “ya” untuk siap memulai pekerjaan hari ini
2. Kesiapan izin kerja khusus (jika diperlukan)
3. Kesiapan peralatan dan perkakas kerja dengan mengecek
kondisinya, apakah kondisi baik/normal atau rusak
4. Brifing keselamatan dan kesehatan kerja
 Kondisi kesehatan tenaga kerja yang akan bekerja ?
 Jenis pekerjaan apa saja yang akan dilakukan ?
 Potensi kecelakaan apa saja yang mungkin dapat terjadi ?
 Alat pelindung diri apa saja yang akan digunakan ?

Fasilitas Umum 1. Denah lokasi tempat fasilitas umum tersedia dan dipasang agar
mudah dilihat dan dibaca oleh semua pekerja dan yang
berkepentingan.
2. Ada tempat istirahat dan tempat makan serta jumlah toilet
yang memadai bagi pekerja
3. Ada tersedia bak air bersih dengan ukuran cukup untuk
cuci tangan demi menjaga kebersihan

SOP-K3 KONSTRUKSI 11
4. Tersedia air minum untuk pekerja, tempat ganti pakaian dan
penyimpanan pakaian yang aman
5. Tersedia tempat untuk beribadah dan dilengkap sarana yang
dibutuhkan
6. Tempat kerja memiliki ventilasi/lubang angin sirkulasi udara
untuk menekan bahaya debu, uap, asap, bau dan lainnya yang
sejenis.
7. Tersedia dan terpasang rambu peringatan seperti “JAGALAH
KEBERSIHAN”
1. Ada tempat tersendiri untuk pekerja yang merokok
terpisah dengan tempat umum lainnya.
Kebersihan dan 2. Bahan, material yang berserakan harus dirapihkan baik
Kerapihan sebelum, selama kerja dan setelah jam kerja.
3. Alat kerja, perkakas lainnya yang digunakan tidak boleh
merintangi dan membahayakan akses kerja dan disimpan
setelah selesai jam kerja
4. Tempat sampah sesuai jenis sampah dan volume timbulan
sampah, selalu dibersihkan dan dikumpulkan serta siap
diangkut keluar proyek
5. Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk, harus ada jadual
dan pembersihan yang rutin
6. Tempat kerja yang licin karena air, minyak atau zat lainnya
harus segera dibersihkan
7. Semua orang wajib menyingkirkan paku yang berserakan,
kawat/besi menonjol, potongan logam yang tajam semuanya
yang dapat membahayakan
8. Jumlah bahan/material yang tersedia di lapangan untuk
digunakan hari ini tidak berlebihan agar tidak mengganggu
dan membahayakan akses kerja
(selebihnya dikembalikan ke gudang umum).
Akses Kerja di Proyek 1. Tersedia pintu masuk dan pintu keluar, baik untuk rutin
dan darurat di kantor proyek serta terjaga dengan baik

SOP-K3 KONSTRUKSI 12
2. Ada batas atau tanda peringatan atau pagar yang memberi
tanda area kerja kantor proyek, pabrikasi area kerja lapangan
dan jalur/akses penghubung terhadap area umum masyarakat
3. Jalan dan jalur lintas pekerja diberi batas dan pengaman serta
tanda peringatan yang jelas
4. Lubang yang terbuka diberi tutup sementara dan ada tanda
peringatan agar pekerja berhati-hati dan tidak terperosok
5. Material dan peralatan yang berada di jalur lintas pekerja harus
dipindahkan (harus bebas, bersih dan tidak licin)
6. Penerangan yang cukup baik siang (jika gelap) maupun malam.
7. Tangga kerja yang memadai dan aman untuk akses dan jalur
pekerja pada kondisi area kerja yang
curam/terjal dan tinggi

Orang Yang Tidak 1. Di daerah bangunan yang sedang dibangun dan di samping
Berwenang jalan raya harus dipagari.
2. Orang yang tidak berwenang tidak diijinkan memasuki daerah
pembangunan kecuali jika disertai oleh orang yang
berwenang dan diperlengkapi dengan alat
pelindung diri.
Ijin Kerja Khusus Beberapa jenis pekerjaan yang memerlukan Ijin kerja khusus
1. Bekerja diruang terbatas (confined area).
2. Bekerja yang bersinggungan langsung dengan jalan yang
sedang digunakan
3. Menggunakan bahan kimia berbahaya
4. Menggunakan bahan mudah terbakar
5. Menggunakan bahan mudah meledak
6. Bekerja berhubungan dengan listrik
7. Bekerja dengan cara menyelam
8. Pasang, bongkar, pindah perancah (scaffolding)
9. Memindahkan barang/benda berat
10. Pekerjaan pembongkaran
11. Bekerja diluar jam kerja normal tanpa pengawas

SOP-K3 KONSTRUKSI 13
12. Penggalian lebih dari 2 (dua) meter
13. Bekerja di ketinggian
Perkakas Tangan 1. Perkakas tangan adalah semua alat kerja yang dioperasikan
langsung dengan tangan yang elektrik, bertekanan udara,
berbahan peledak, dan yang digunakan secara manual seperti
palu, obeng, tang, catut, gergaji tangan dan lain lain.
2. Setiap perkakas diperuntukan sesuai dengan standard
penggunaan dan batas kekuatannya, jika dipaksakan maka
akan cepat rusak dan berbahaya karena patahan dan
terpelanting
3. Setiap perkakas harus diperiksa sebelum digunakan, yang
menggunakan aliran listrik harus dalam keadaan lepas,
kemudian dicoba terlebih dulu dalam keadaan tanpa beban atau
sasaran obyek
4. Setiap perkakas diperuntukan sesuai dengan kegunaannya,
jangan dipaksakan jika tidak maka akan cepat rusak,
5. Alat pelindung diri selalu digunakan, tidak boleh dilepas
walaupun sekejap selama masih aktif menggunakan perkakas,
6. Semua perkakas tangan dibersihkan setelah selesai digunakan
pada hari itu dan disimpan rapi

Struktur Bangunan dan Konstruksi Bangunan.


Peralatan Konstruksi 1. Struktur bangunan misalnya, perancah pelataran (platform),
gang, dan menara dan peralatan (misalnya mesin-mesin alat-
alat angkat, bejana tekan dan kendaraan-kendaraan, yang
digunakan di daerah bangunan) harus:
 Terdiri dari bahan yang berkwalitas baik.
 Bebas dari kerusakan dan
 Merupakan konstruksi yang sempurna sesuai dengan
prinsip- prinsip engineering yang baik.

SOP-K3 KONSTRUKSI 14
2. Struktur bangunan dan peralatan harus cukup kuat dan aman
untuk menahan tekanan-tekanan dan muatan- muatan yang
dapat terjadi.
3. Bagian bagian struktur bangunan dan peralatan- peralatan yang
terbuat dari logam harus:
 Tidak boleh retak, berkarat, keropos dan
 Jika perlu untuk mencegah bahaya harus dilapisi dengan
cat/alat anti karat (protective coating).
4. Bagian-bagian struktur bangunan dan peralatan- peralatan
yang terbuat dari kayu misalnya perancah, penunjang, tangga
harus:
 Bersih dari kulit kayu.
 Tidak boleh dicat untuk menutupi bagian-bagian yang
rusak.
5. Kayu bekas pakai harus bersih dari paku-paku, sisa-sisa
potongan besi yang mencuat tertanam, dan lain-lain sebelum
kayu bekas pakai tersebut dipergunakan lagi.

Pemeriksaan, Pengujian Pemeliharaan.


1. Struktur bangunan dan peralatan harus diperiksa pada jangka
waktu tertentu oleh orang yang berwenang, sebelum struktur
bangunan dan peralatannya dipakai/dibuat/dibangun.
2. Struktur bangunan dan peralatan yang mungkin menyebabkan
kecelakaan bangunan, misalnya bejana tekan, alat-alat
pengerek dan perancah sebelum dipakai harus diuji oleh orang
yang berwenang.
3. Struktur bangunan dan peralatan harus selalu dipelihara dalam
keadaan yang aman.
4. Struktur bangunan dan peralatannya harus secara khusus
diperiksa oleh orang yang berwenang.
 Setelah diketahui adanya kerusakan yang dapat
menimbulkan bahaya.
 Setelah terjadi kecelakaan yang disebabkan oleh
struktur bangunan dan peralatan.

SOP-K3 KONSTRUKSI 15
 Setelah diadakan perbaikan-perbaikan pada struktur dan
peralatannya.
 Setelah diadakan pembongkaran pemindahan ke
bangunan lain atau dibangun kembali.
5. Peralatan/alat-alat seperti perancah, penunjang dan penguat
(bracing) dan tower cranes harus diperiksa:
 Setelah tidak dipakai dalam jangka waktu yang lama.
 Setelah terjadi angin ribut dan hujan deras.
 Setelah terjadi goncangan/getaran keras gempa bumi,
peledakan, atau sebab-sebab lain.
6. Struktur bangunan dan peralatan yang rusak berat harus
disingkirkan dan tidak boleh dipergunakan lagi kecuali setelah
diperbaiki sehingga aman.
7. Hasil-hasil pemeriksaan dari struktur bangunan dan peralatan
harus dicatat dalam buku khusus.

Pemakaian/Pengamanan.
1. Struktur bangunan peralatan hanya digunakan untuk maksud
tertentu sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
2. Peralatan hanya boleh digunakan oleh orang
yang berwenang
Alat Pelindung Diri (APD) 3. Alat pelindung diri yang digunakan harus sesuai Standar
Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
4. APD yang dimaksud meliputi pelindung kepala, pelindung
mata dan muka, pelindung telinga, pelindung pernapasan
beserta perlengkapannya, pelindung tangan, pelindung kaki,
pakaian pelindung, alat pelindung jatuh perorangan dan atau
pelampung.
5. Tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja
wajib memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi
bahaya dan risiko
6. Memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan
APD di tempat kerja.APD harus segera diganti apabila rusak,
tidak dapat berfungsi dengan baik
atau telah habis masa pakainya (lifespan).

SOP-K3 KONSTRUKSI 16
7. APD yang telah rusak dan mengandung bahan
berbahaya harus dimusnahkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Rambu- Rambu K3 1. Rambu-rambu keselamatan berguna untuk
 Menarik perhatian terhadap adanya bahaya
kesehatan dan keselamatan kerja
 Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak
terlihat
 Menyediakan informasi umum dan memberikan
pengarahan
 Mengingatkan para tenaga kerja dimana harus
menggunakan peralatan perlindungan diri
 Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa
tindakan yang atau perilaku yang tidak diperbolehkan
2. Memasang/meletakan rambu pada lokasi strategis (potensi
bahaya yang mungkin akan terjadi) dan mudah dilihat.
3. Menjaga rambu-rambu keselamatan selalu dalam keadaan
baik. Lakukanlah inspeksi terhadap rambu- rambu yang ada
 Mengganti rambu-rambu yang rusak, cacat dan tidak
sesuai atau yang sudah usang
 Mengganti rambu-rambu yang sering
membingungkan atau menjadi salah pengertian
 Mencat ulang area-area dimana warna keselamatan
sudah mulai pudar.

SOP-K3 KONSTRUKSI 17
PEDOMAN KHUSUS
Perlindungan Terhadap 1. Memasang jaring- jaring jala (alat penampung) yang cukup
Bahan-Bahan Jatuh dan kuat harus disediakan atau pencegahan- pencegahan yang
Bangunan Yang Mudah efektif harus dilakukan untuk menjaga agar tenaga kerja
Rubuh terhindar dari kejatuhan benda
2. Benda dan alat alat seperti, bahan untuk perancah, sisa bahan
bangunan dan alat-alat tidak boleh dibuang atau dijatuhkan
dari tempat yang tinggi, yang dapat menyebabkan bahaya pada
orang lain.
3. Jika benda-benda dan alat-alat tidak dapat dipindahkan dari
atas dengan aman, harus dilakukan usaha pencegahan seperti
pemasangan pagar papan-papan yang ada tulisan, “HATI-
HATI”, “BERBAHAYA”, atau jalur pemisah untuk
mencegah orang lain agar tidak mendapat kecelakaan.
4. Untuk mencegah rubuhnya bangunan atau bagian- bagian dari
bangunan yang sedang didirikan, diperbaiki atau dirubuhkan,
harus digunakan penunjang/penguat
atau cara lain yang efektif.

Perlindungan Agar Orang 1. Lobang pada lantai harus ditutup atau dilindungi dengan terali
Tidak Jatuh pengaman atau dan pagar pengaman.
2. Lobang pada dinding yang ukuran lebar minimal 45 cm dan
tinggi minimal 75 cm yang berada kurang dari 1 m dari lantai
dan memungkinkan orang jatuh dari ketinggian
minimum 2 m harus dilindungi dengan pinggir pengaman dan
terali pengaman
3. Lobang kecil pada dinding harus dilindungi dengan pinggir
pengaman (toe board) tonggak pengaman jika tingginya kurang
dari 1,5 m dari lantai.
4. Pintu-pintu untuk lift barang harus tertutup secara
otomatis setelah muatan penuh.

SOP-K3 KONSTRUKSI 18
5. Semua terali pengaman dan pagar pengaman untuk memagar
lantai yang terbuka, dinding yang terbuka gang tempat kerja
yang ditinggikan dan tempat-tempat lainnya; untuk mencegah
orang jatuh, harus:
a. Terbuat dari bahan dan konstruksi yang baik dan kuat.
b. Antara 1 m dan 1,5 m di atar lantai pelataran
(platform).
c. Terdiri dari:
 Dua rel, 2 tali atau 2 rantai.
 Tiang penyangga.
 Pinggir pengaman (toe board) untuk mencegah orang
terpeleset atau benda-benda yang jatuh.
6. Rel, tali atau rantai penghubung harus berada di tengah- tengah
antara puncak pinggir pengaman (toe board) dan bagian
bawah dari terali pengaman yang teratas.
7. Sejumlah tiang-tiang penyangga yang mencukupi atau tiang-
tiang standard vertikal harus dipasang untuk menjamin
kestabilan dan ketahanan.
8. Pinggir pengaman (toe board) tingginya harus minimal 14 cm
dan dipasang dengan kuat dan aman.
9. Terali pengaman pinggir pengaman (toe board) harus bebas
dari sisi- sisi yang tajam, dan harus dipelihara dengan baik.
10. Tutup untuk lobang pada lantai harus aman untuk orang lewat
dan jika perlu, harus aman untuk kendaraan yang lewat di
atasnya.
11. Tutup lobang pada lantai harus diberi engsel, alur pegangan
dudukan atau dengan cara lain yang efektif untuk menghindari
jatuh atau terangkatnya tutup tersebut atau hal lain yang tidak
diinginkan.
12. Tutup tutup lobang pada lantai tidak boleh menghalangi lalu
lintas dan harus rata dengan lantai.
13. Jika tutup-tutup lobang dibuat seperti kisi-kisi, harus
berjarak tidak lebih dari 55 cm.

SOP-K3 KONSTRUKSI 19
Kebisingan dan Getaran 1. Kebisingan dan getaran yang membahayakan bagi tenaga
kerja harus dikurangi sampai di bawah nilai ambang
batas.
2. Jika kebisingan tidak dapat di atasi maka tenaga kerja
wajib memakai alat pelindung telinga.
Pekerjaan Pengelupasan, 1. Potensi bahaya yang perlu diperhatikan :
Penghamparan dan  Tertimbun pada saat dump truck menurunkan
Pemadatan Agregat/Aspal agregat, pekerja terlalu dekat.
 Iritasi pada kulit dan paru-paru akibat debu agregat yang
kering.
 Terluka oleh mesin penghampar (Grader).
 Tertabrak lalu lintas kendaraan.
 Terperosok akibat tanah di pinggir galian tidak stabil.
2. Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang
ditimbulkan :
 Penyiraman terhadap agregat yang telah dihampar
sebelum ditutup.
 Pemasangan rambu-rambu dan petugas pengatur lalu
lintas.
 Penimbunan material harus di tempat yang aman atau
material agar segera di hampar
 Dilakukan pemeriksaan stabilitas tanah terutama
pada pinggir bahu jalan

Pekerjaan 1. Lakukan uji stabilitas tanah dilokasi galian dan lingkungan


Galian/Penggalian sekitar rencana galian
2. Penggalian tidak boleh dilakukan pada batas bangunan atau
suatu struktur
3. Ada tanda/patok yang jelas untuk instalasi yang sudah ada
seperti kabel listrik, pipa gas, pipa air bersih, pipa minyak,
kabel telepon, pengamanan dan kordinasi pihak terkait.
4. Memasang rambu pembatas antara galian dan diluar galian
5. Menumpuk hasil galian diatas permukaan
minimum berjarak 0.6 meter dari tepi galian

SOP-K3 KONSTRUKSI 20
6. Ada inspeksi rutin oleh petugas pengawas dan inspeksi khusus
keadaan setelah hujan, banjir, gempa dan keadaan alam lainnya
7. Sistim perlindungan dari bahaya longsor :
 Terpasang Framework untuk lahan kerja
 Proteksi dinding galian
 Drainase untuk mengalirkan air
 Proteksi jaringan/kabel/pipa di lokasi galian
 Proteksi kemungkinan adanya gas beracun
 Proteksi kemungkinan kekurangan udara/oksigen
 Tangga kerja pada galian yang dalam lebih dari 2 (dua)
meter dan berjarak terjauh dari pekerja 8 (delapan) meter
 Jika menggunakan alat berat, diperlukan pengaturan
kerja khusus agar tidak membahayakan.

Pekerjaan Pengecoran/ 1. Potensi bahaya yang perlu diperhatikan adalah :


Pengerasan Beton  Iritasi kulit dan mata akibat percikan adukan semen,
 Terluka atau celaka akibat papan acuan pengecoran tidak
kuat atau rusak,
 Terluka akibat percikan beton saat penuangan beton dari
bak muatan
 Terluka oleh ambruknya beton yang sedang mengeras
akibat getaran, bahan kimia atau pembebanan,
 Terluka akibat papan lantai kerja sementara roboh.
2. Papan lantai kerja harus direncanakan dan dibuat dengan
kokoh serta dilakukan pemeriksaan
3. Bahan papan lantai kerja yang akan digunakan harus
melalui pemeriksaan kekuatannya

Pekerjaan Pengangkutan/ Secara Manual


Memindahkan 1. Kemampuan maksimum pekerja dalam mengangkat beban
dipundak secara manual seberat 50 kg, sedangkan ditangan
hanya 15 kg

SOP-K3 KONSTRUKSI 21
2. Berat beban lebih dan bentuknya berbahaya, ukurannya,
stabilitasnya, sifatnya dalam mengangkat dan
memindahkannya harus menggunakan alat angkut yang sesuai
3. Jalur atau lintasan yang dilalui pekerja dipastikan bebas dari
rintangan dan hal lain yang membahayakan, serta pekerja
menggunakan sepatu dan sarung tangan yang sesuai
4. Menjaga dan memelihara posisi tubuh dalam memindahkan
barang seperti langkah berikut :
 Kaki pada posisi kuda-kuda (jarak 30-40cm) dengan satu
kaki didepan kaki lainnya
 Tekuk lutut separuh, seolah-olah duduk dan siap
mengangkat
 Jaga punggung tetap lurus, tetapi miring kedepan
secukupnya untuk lengan dapat mengangkat beban kearah
vertical
 Pegang barang kuat-kuat, periksa dan goyangkan sedikit
 Tarik nafas dalam-dalam, angkat dan luruskan kaki dan
tubuh serta gerakan lengan yang nyaman
 Jangan melakukan gerak melintir pada waktu mengangkat
beban
 Pertahankan barang dekat dengan tubuh pada saat
membawa dan memindahkan
 Menurunkan/meletakan barang sesuai dengan gerakan
semula (pembalikan gerak)

Crane
1. Kelaikan pakai telah dinyatakan oleh mekanik serta dicoba dan
dijalankan hanya oleh operator mempunyai kompetensi (SIM-
P) yang masih berlaku
2. Setiap persiapan pengoperasian Crane harus dilakukan
uji coba seluruh gerakan, indicator pada panel, jika baik maka
boleh beroperasi

SOP-K3 KONSTRUKSI 22
3. Saat pengoperasian, kondisi tanah cukup kuat dan rata
menanggung beban crane, melepas kait dengan sling harus
dipastikan
4. Jika menggunakan mobil-crane : pastikan kaki penahan
(outrigger) digunakan saat mengangkat beban
5. Tersedia pagar pembatas/area aman untuk radius swing bagi
siapapun yang berada disekitar crane
6. Ada petugas pemandu operasi crane yang kompeten
menggunakan isyarat tangan (faktor kebisingan)
7. Saat selesai operasi, tidak boleh menggantung beban,
memasang tanda peringatan untuk tidak beristirahat di dalam
dan disekitar crane

Tower Crane
1. Kelaikan pakai peralatan dan perlengkapan lift mempunyai ijin
Depnaker serta dijalankan hanya oleh operator mempunyai
kompetensi (SIO) yang masih berlaku
2. Maksimal beban dan tanda tercantum atau tertulis pada lengan
Tower Crane dan dapat dibaca dengan jelas dari bawah
3. Setiap persiapan pengoperasian Tower Crane harus dilakukan
uji coba tanpa beban, jika baik maka boleh beroperasi
4. Saat pengoperasian, tidak diperkenankan menarik beban
kearah samping dan jika bekerja malam hari harus ada
penerangan yang cukup
5. Saat selesai operasi, posisi jip harus searah dengan arah
angin, posisi trolly diatas dan dekat kabin, ruang kabin dan
panel dalam keadaan tertutup, sambungan listrik dalam
keadaan mati, matikan breaker dan pasang travel lock pada
roda
6. Ada petugas pemandu operasi TC dibawah yang kompeten
menggunakan isyarat tangan dan alat komunikasi (HT)
(kebisingan dan jarak pandang dapat
mengganggu)

SOP-K3 KONSTRUKSI 23
SOP-K3 KONSTRUKSI 24
Lift Penumpang
1. Kelaikan pakai peralatan dan perlengkapan lift mempunyai ijin
Dinas Instasi berwenang serta dijalankan hanya oleh operator
mempunyai kompetensi
2. Maksimal beban/orang dan Tanda/kartu/log tercantum/tertulis
pada lift dan dapat dibaca dengan jelas
3. Jembatan penghubung (landing gate) antara platform dan
lantai bangunan harus rata dan lebar minimum sama dengan
pintu sangkar lift dan dilengkapi hand rail
4. Tersedia tanda peringatan/larangan baik bagi operator dan
pengguna lift dan dapat dibaca dengan jelas
5. Alat Pelindung Diri untuk operator : Helm, Sepatu dan sarung
tangan tersedia dan digunakan
6. Pintu lift/hoist selalu tertutup selama saat operasi
naik/turun.

Bekerja di Ketinggian 1. Wajib memeriksa peralatan kerja dan mental phisik dan
ketrampilan pekerja, serta alat pelindung diri yang sesuai.
peralatan kerja yang sering digunakan : railing, platform, tali
pengaman, kantong perkakas.
2. Kondisi pekerja harus sehat dan tidak ada rasa takut atau
trauma ketinggian, dan menggunakan APD yang sesuai seperti
helmet, sepatu, safety belt/harness dikaitkan
3. Platform harus kuat dan bersih serta diberi railing/ pembatas
yang sanggup menahan benturan/ dorongan minimal 100kg
4. Jika ada lubang yang melebihi besar telapak sepatu pekerja
makan harus ditutup
5. Jaring pengaman harus dipasang jika dipersyaratkan dan
dipandang perlu
6. Penumpukan material sementara harus dibatasi bebannya dan
disusun sedemikian rupa agar tidak mudah jatuh dan masih
menyisakan ruang bekerja yang
cukup

SOP-K3 KONSTRUKSI 25
SOP-K3 KONSTRUKSI 25
4. Pemasangan perancah harus melalui tahapan
 Perijinan dan sesuai dengan gambar kerja, dengan melalui
uji coba/pelatihan terlebih dulu, lengkap dengan
menggunakan APD
 Jika ketinggiannya mencapai 4 (empat) kali maka harus ada
pengikatan/support pada bangunan atau tiang untuk
menjaga kestabilan
 Papan platform dipasang rapat, yang terakhir harus
melebihi support minimal 15cm
5. Untuk mencegah kerusakan bahan-bahan perancah harus
dipasang dengan hati-hati
6. Diperiksa ulang jika terjadi angin kencang, gempa bumi atau
getaran yang menyebabkan kestabilan berubah
7. Setiap bagian dari perancah harus diperiksa sebelum dipasang.
8. Setiap bagian harus dipelihara dengan baik dan teratur
sehingga tidak ada yang rusak atau membahayakan waktu
dipakai.
9. Perancah tidak boleh sebagian dibuka dan ditinggal terbuka,
kecuali kalau hal itu tetap menjamin keselamatan
10. Untuk menghindari benda yang terjatuh, perancah harus diberi
jaring pengaman disekelilingnya.
11. Pengunaan perancah, yang harus diperhatikan
 Ada label/kartu yang digantung menyatakan perancah boleh
digunakan oleh ahli perancah
 Bebas dari instalasi listrik (untuk perancah dari bahan
logam)
 Tidak boleh menaiki perancah lewat crossbrace/silang
 Kejutan gaya yang besar tidak boleh dibebankan kepada
perancah.
 Bila perlu untuk mencegah bahaya, muatan yang diangkat
naik dikendalikan dengan tali yang dikaitkan ke muatan
(tagline), untuk mencegah muatan berada
dengan perancah.

SOP-K3 KONSTRUKSI 26
 Distribusi gaya muatan untuk perancah harus merata, untuk
mencegah bahaya dan menjaga keseimbangan.
 Dalam penggunaan perancah harus dijaga bahwa
beban/gaya muatan tidak boleh melebihi kapasitas yang
ditentukan (over loaded).
 Perancah tidak boleh dipakai untuk menyimpan bahan-
bahan kecuali bahan yang segera dipakai
 Tenaga kerja tidak boleh bekerja di dekat bangunan
perancah sewaktu angin kencang.
12. Pada waktu mengangkat perlengkapan yang digunakan pada
perancah:
 Bagian- bagian dari perancah harus diperiksa dengan
cermat dan kalau perlu diperkuat.
 Setiap pergeseran dari kayu penyangga (putlog), harus
dicegah.
 Tiang penyangga harus dihubungkan erat pada bagian
bangunan yang kuat, di tempat alat penggangkat
dipasang.
13. Bila pelataran untuk alat pengangkat tidak menggunakan terali
pengaman sehingga muatan yang diangkat dapat menganggu
perancah, harus dipasang pengaman vertikal untuk mencegah
muatan alat pengangkat menyangkut pada perancah.

Perancah Konvensional
1. Bahan-bahan jadi yang baik harus digunakan untuk membuat
perancah.
2. Kayu yang akan digunakan, harus berurat lurus
(straightstrained) padat tidak ada mata kayu yang besar,
kering (tidak membusuk), tidak ada lubang ulat dan lain- lain
kerusakan yang dapatmembahayakan.
3. Tali baja yang telah terkena asam atau bahan kimia karet
lainnya tidak boleh digunakan.
4. Tali terbuat dari serat tidak dapat digunakan yang mudah
mengundang bahaya.

SOP-K3 KONSTRUKSI 27
SOP-K3 KONSTRUKSI 28
5. Papan-papan untuk perancah harus tahan retak atau pecah.
6. Paku-paku harus mempunyai panjang dan tebal yang cukup.
7. Paku besi yang getas (cast iron) tidak boleh digunakan.
8. Bahan- bahan yang digunakan untuk pembuatan perancah ini
harus disimpan dengan baik dan jauh dari material yang
berbahaya.
9. Pengikat untuk perancah yang terbuat dari kayu harus berupa
besi dengan ukuran yang memadai, cincin penutup, mur, tali
serat yang dipadatkan, sekrup dan lain-lain pengaman yang
dibutuhkan.
10. Perancah harus dihitung dengan faktor pengaman (factor
safety) sebesar 4 kali beban maksimum.
11. Perancah harus cukup diberi penguat (Braced).
12. Perancah yang tidak bebas harus dikaitkan ke bangunan
dengan sistim jepit (rigit connections) yang kuat dengan jarak
tertentu.
13. Perancah tidak boleh terlalu tinggi di atas angker yang tertinggi
karena dapat membahayakan kestabilan dan kekuatannya.
14. Untuk perancah yang berdiri sendiri harus terdiri dari gelagar
memanjang dan gelagar melintang yang dihubungkan dengan
kuat kepada tiang penyangga ke atas atau ke samping
tergantung pemakaiannya untuk menjamin kestabilan sampai
perancah dapat dilepas.
15. Batu-bata, pipa-pipa yang rusak, dan bahan-bahan lain yang
tidak semestinya dipakai untuk penahan perancah tidak boleh
dipakai.
16. Paku-paku harus ditanam penuh, tidak boleh separuh dan
kemudian dibengkokkan.
17. Paku-paku tidak boleh menerima gaya tegangan langsung.

SOP-K3 KONSTRUKSI 29
Kerangka Siap Pasang (Prefabricated Frames)
1. Kerangka siap pasang yang digunakan untuk perancah harus
dijepit sempurna di kedua muka dan harus di pasang pengaman
(guard rails).
2. Kerangka yang berbeda macamnya tidak boleh dipakai
berpasangan.
3. Kerangka harus cukup kuat dan kaku untuk mencegah
perubahan dalam pengangkutan pelaksanaan, dan
sebagainya.
4. Untuk perancah yang tidak tertanam pada bangunan harus
diberi pengaman untuk mencegah pergeseran
vertikal dari kerangka.
Bekerja di Ruang 1. Ruang terbatas (confined space) adalah :
Terbatas  Ruang kerja yang tidak direncanakan atau tidak
diperkirakan atau tidak diharapkan sebelumnya
 Terbatas area saat masuk ataupun saat keluar bagi
pekerja
 Dipengaruhi oleh suhu udara, kurang ventilasi dan oksigen
 Ada kemungkinan terkontaminasi zat/gas bebahaya
2. Memasang blower/fan untuk udara segar masuk dan adanya
ventilasi atau aliran udara keluar
3. Tidak boleh bekerja sendirian, arti harus ada pekerja lain yang
mengawasi, menjaga, mendapatkan kode, tanda tertentu bahwa
pekerja tetap sadar dalam bekerja
4. Penerangan yang cukup, alat komunikasi, tali, tangga, alat
pelindung diri sesuai dengan potensi bahaya yang diperkirakan
5. Diadakan pelatihan terlebih dulu sebelum dinyatakan
mampu dan diijinkan bekerja pada area terbatas tersebut.

Bekerja di Air 1. Potensi bahaya telah di identifikasi seperti tenggelam,


terseret arus, kedinginan, binatang berbahaya, air
pasang dan lain-lain

SOP-K3 KONSTRUKSI 30
2. Ada perahu/boat dan pengemudi yang kompeten untuk
tindakan penyelamatan dalam keadaan darurat
3. APD yang sesuai seperti pelampung dan peralatan lain yang
selalu diperiksa setiap 3 (tiga) bulanan.
4. Memastikan pelatihan menggunakan life jacket dan
berenang menuju perahu/boat penyelamat, untuk
memberikan keyakinan diri pekerja
Pengoperasian Alat Berat 1. Peralatan berat mekanis umumnya seperti : excavator, motor
Mekanis grader, bulldozer, wheel loader, vibro roller, pneumatic tire
roller, dump truck dll.
2. Kelaikan Peralatan Berat Mekanis, ada inspeksi dan
dinyatakan oleh Mekanik/petugas yang kompeten serta alat
dijalankan operator mempunyai kompetensi (SIO) yang masih
berlaku
3. Setiap persiapan pengoperasian alat harus dilakukan uji coba
tanpa beban lebih dulu, yang menyangkut keselamatan : rem,
gigi, kemudi, kaca spion, gerakan lengan, alarm dan tanda
mundur, lampu sein jika semuanya baik maka boleh beroperasi
4. Barikade/rambu/tanda pembatas antara area kerja dan area luar
yang aman bagi pekerja disekitarnya
5. Tidak boleh mengisi bahan bakar saat mesin hidup dan
tidak boleh ada pekerja yang duduk/ berdiri diatas platform/
kabin/disebelah operator
6. Jika bekerja malam hari harus ada penerangan yang cukup,
demikian pula jika siang hari namun gelap
7. Operator harus dapat melihat jelas area tempat kerja, jika
tidak maka harus ada pemandu operasi alat, termasuk jika
bekerja diarea yang sempit dan padat lalu- lintasnya
8. Jika bekerja pada jalur lintas 1 jalur (baik pelebaran/
penambahan) dimana ada pengguna jalan, maka Operator
harus bekerja/bergerak searah (tidak berlawanan) supaya
pengguna jalan tidak terperanjat,
kaget, tidak dapat menduga gerakan tersebut

SOP-K3 KONSTRUKSI 31
9. Saat selesai operasi, posisi alat harus aman: gigi netral, bucket
diturunkan, ruang kabin dan panel dalam keadaan tertutup,
mesin dalam keadaan mati, parkir ditempat yang ditentukan
(dalam jarak aman dari pengguna jalan).
10. Terpasang tanda peringatan untuk tidak boleh istirahat didalam
dan disekitar alat baik bagi operator atau
pekerja lainnya

Penanganan Material 1. Pelajari dan memahami Lembar Keselamatan Bahan atau


Berbahaya MSDS (Material Safety Data Sheet) bahan/material
berbahaya
2. Pelihara tempat penyimpanan yang aman dengan suhu yang
sesuai
3. Tanda peringatan bagi pekerja dan terhadap bahan berbahaya
dan beracun, terpasang dan mudah dibaca
4. Pelatihan penanganan keadaan darurat jika terjadi kecelakaan
atau kejadian penting yang menyangkut bahan berbahaya
beracun
5. Alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi bahaya
dan racun
Berhubungan dengan 1. Ada alat penangkal petir pada lokasi kerja yang terbuka atau
Listrik tinggi
2. Tangan dan kaki tidak dalam keadaan basah saat bekerja
yang berhubungan dengan instalasi listrik
3. Sistem grounding/pentanahan untuk panel dan
instalasi listrik terpasang dan bekerja dengan baik
4. Panel listrik dalam keadaan tertutup dan hanya
dioperasikan oleh petugas yang
5. Kabel listrik dalam keadaan terisolasi, jika
terkelupas segera perbaiki
6. Ukuran dan kualitas kabel sesuai dengan
kebutuhan atau tenaga listrik yang dihasilkan
7. Tanda peringatan pada setiap instalasi yang
mengandung risiko voltase tinggi

SOP-K3 KONSTRUKSI 32
8. Saat memperbaiki instalasi listrik, pastikan aliran listrik dalam
keadaan mati/putus dan dipasang label “jangan
dikontak/dihidupkan” agar yang lain tahu
9. Saat selesai pekerjaan, pastikan aliran listrik putus/
dimatikan.
Pengelasan 1. Tukang las bersertifikat dan kompeten sesuai dengan tingkat
kesulitan pengelasan serta menggunakan APD
2. Tidak melakukan pengelasan di daerah yang mudah terbakar
dan mudah meledak
3. Kabel grounding/tanah berjarak ideal 3 meter dari lokasi kerja
dan mudah dilihat
4. Tabung gas yang berisi harus dalam posisi tegak (tidak boleh
digulingkan), jika kosong berikan label “kosong”. Periksa
selalu tekanan tabung sebelum digunakan
5. Kawat las yang digunakan sesuai dengan besarnya ampere
yang dihasilkan oleh mesin las
6. Jarak tabung oksigen dan acetylin minimum 3 meter
7. Alat-alat dan perlengkapan harus dalam posisi stabil saat
digunakan, apalagi jika digunakan ditempat ketinggiian,
pastikan tidak mudah bergerak apalagi jatuh kebawah
8. Mesin las harus dimatikan jika tidak digunakan
9. Kabel las tidak boleh dililitkan pada badan tukang las pada saat
pengelasan

Penggerindaan 1. Instruksi kerja harus diikuti dan dijalankan oleh orang yang
telah diuji kemampuannya dalam menggunakan gerinda,
pelindung mata, masker muka dan sarung tangan serta sepatu
harus digunakan
2. Memeriksa gerinda sebelum disambung kealiran listrik, dan
dalam keadaan off, periksa kekencangan baut dan alat
pelindung mata gerinda terpasang dengan baik, mata gerinda
tidak retak dan tidak cacat
3. Bahan dan lingkungan yang mudah terbakar dan mudah
meledak harus dihindari, karena setiap percikan apa
dapat menyebabkan kebakaran dan peledakan

SOP-K3 KONSTRUKSI 33
BAHAYA KEBAKARAN
Pencegahan 1. Di tempat-tempat kerja harus tersedia:
a. Alat-alat pemadam kebakaran.
b. Papan pengumuman pengumuman dan denah/peta situasi.
2. Papan pengumuman dan denah/peta situasi dipasang pada
tempat-tempat yang menarik perhatian, tempat yang strategis
yang menyatakan dimana kita dapat menemukan:
a. Alat pemadam kebakaran.
b. Jalur evakuasi ke lokasi aman
c. Nomor telepon dan alamat-alamat dinas pemadam
kebakaran yang terdekat
3. Orang berwenang untuk mencegah bahaya kebakaran harus
selalu siap meskipun di luar jam kerja
4. Menyimpanan barang yang mempunyai potensi bahaya
kebakaran selalu disediakan alat pemadam kebakaran (sesuai
dengan jenis, ukuran, klasifikasi kebakaran)
5. Setiap penggunaan api harus memiliki izin.
6. Dilarang merokok, menyalahkan api dekat dengan bahan-
bahan yang mudah terbakar dan menyediakan area merokok
dilengkapi asbak yang berisi pasir.
7. Apabila menggunakan gas, pastikan tidak ada kebocoran di
selang atau sistem yang lain, dan dipasang gas detector
8. Bahan-bahan yang mudah terbakar seperti debu/serbuk gergaji
lap-lap berminyak dan potongan kayu yang tidak terpakai tidak
boleh tertimbun atau terkumpul di tempat kerja.
9. Baju kerja yang mengandung oli tidak boleh di tempatkan
ditempat yang tertutup.
10. Oli harus disimpan dalam kaleng (kontainer besi)
yang mempunyai alat penutup.

SOP-K3 KONSTRUKSI 34
11. Cairan yang mudah terbakar harus disimpan, diangkut dan
digunakan sedemikian rupa sehingga kebakaran dapat
dihindarkan.
12. Bahan bakar/bensin tidak boleh disimpan di gedung atau
sesuatu tempat/alat, kecuali di dalam kaleng atau container
yang tahan api
13. Bahan bakar tidak boleh disimpan di dekat pintu-pintu
14. Memeriksa kondisi peralatan yang menggunakan listrik
sebelum digunakan.
15. Pastikan stop kontak dan steker (kontak tusuk) dalam keadaan
baik dan tidak membebani satu stop kontak secara berlebihan.
16. Pergunakan pemutus arus listrik (sekering) yang sesuai daya
listrik.
17. Apabila ada kabel listrik yang terkelupas atau terbuka, harus
segera diperbaiki.
18. Jangan sekali-kali mencantol listrik, secara langsung tanpa izin
dari PLN.
19. Inspeksi yang teratur harus dilakukan ditempat-tempat
dimana risiko-risiko kebakaran mungkin terjadi

Penanggulangan 1. Memahami teori dasar api, akan terjadi kebakaran jika


pertemuan antara bahan, panas pada titik nyala api dan
oksigen, sehingga untuk memadamkannya dengan meniadakan
salah satu dari ketiga unsur tersebut.
2. Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang
mudah dilihat dan dicapai.
3. Sekurang-kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus
tersedia:
a. Di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah
terbakar disimpan.
b. Di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk
mengelas.
c. Pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang
sedang dibangun dimana terdapat barang-barang, alat-alat
yang mudah terbakar.

SOP-K3 KONSTRUKSI 35
4. Beberapa alat-alat pemadam kebakaran dari bahan- bahan
kimia kering harus disediakan:
a. Di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair
yang mudah terbakat.
b. Di tempat yang terdapat oli/bensin, gas dan alat-alat
pemanas yang menggunakan api.
c. Di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal
d. Di tempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya
kebakaran yang disebabkan oleh aliran listrik.
5. Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi
kerusakan-kerusakan teknis.
6. Alat pemadam kebakaran yang berisi chloinated hydrocarbon
atau karbon tetroclorida tidak boleh digunakan di dalam
ruangan atau di tempat yang terbatas (ruang tertutup, sempit).
7. Kondisi alat pemadam kebakaran selalu siap digunakan dan
secara berkala dilakukan pemeriksaan.
8. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sebagai pemadam awal
kebakaran harus dipahami dan dapat digunakan setiap orang
(setiap tabung yang akan habis masa berlakunya digunakan
untuk latihan kebakaran) Melakukan pelatihan dan simulasi
keadaan darurat
secara berkala

Evakuasi 1. Tetaplah tenang, jangan berlari, berjalanlah dengan cepat


menuju lokasi aman.
2. Segera amankan semua dokumen-dokumen penting.
3. Matikan dan lepaskan semua peralatan listrik.
4. Dengarkan baik-baik pengumuman yang disampaikan
petugas melalui pengeras suara dan ikuti petunjuknya
5. Jangan kembali untuk mengambil barang-barang jika sudah
berada di jalur evakuasi atau dilokasi aman.
6. Evakuasi korban kebakaran ke klinik atau rumah sakit
terdekat.

SOP-K3 KONSTRUKSI 36
KESEHATAN DAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)
Kesehatan Kerja 1. Tenaga Kerja harus diperiksa kesehatannya.
a. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja
pertama kali (Pemeriksaan Kesehatan sebelum masuk kerja
dengan penekanan pada Kesehatan Fisik dan Kesehatan
Individu).
b. Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada
pekerjaan tersebut.
2. Tidak diperbolehkan menerima tenaga kerja di bawah umur 18
tahun.
3. Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus
dicatat dan isinya disimpan untuk referensi
Pertolongan Pertama 1. Rencana pengendalian keadaan darurat dan pertolongan
Pada Kecelakaan pertama harus dibuat sebelumnya untuk setiap daerah tempat
bekerja.
2. Setiap tenaga kerja harus diberitahu akan hal-hal yang
berhubungan dengan keadaan darurat dan pertolongan pertama
3. Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit
yang tiba-tiba, harus dilakukan oleh Dokter, Jururawat atau
seorang yang terdidik dalam pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K).
4. Alat-alat P3K atau kotak obat-obatan yang memadai, harus
disediakan di tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh
debu, kelembaban udara dan lain-lain.
5. Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-
benda lain selain alat-alat P3K. yang diperlukan dalam keadaan
darurat.
6. Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-
keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga
mudahdimengerti.
7. Isi dari kotak-kotak obat-obatan dan alat-alat P3K. harus
diperiksa secara teratur dan harus dijaga supaya tetap berisi
(tidak boleh kosong).

SOP-K3 KONSTRUKSI 37
8. Kereta atau tandu untuk mengangkat orang sakit harus selalu
tersedia.
9. Jika tenaga kerja dipekerjakan di bawah tanah atau pada
keadaan lain dimana mereka jika perlu harus dapat
diselamatkan, alat penyelamat harus selalu tersedia di dekat
pada tempat mereka bekerja.
10. Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang
menyebabkan adanya resiko tenggelam atau keracunan gas
alat-alat penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat
mereka bekerja.
11. Petunjuk/informasi harus diumumkan/di tempel tempat yang
baik (strategis) yang memberitahukan:
a. Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan,alat- alat
P3K., ruang P3K., ambulans, kereta untuk orang sakit dan
tempat dimana dapat dicari orang yang bertugas untuk
urusan kecelakaan.
b. Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil
ambulans, dokter, rumah sakit dan lain-lain.
4. Nama, alamat, nomor telepon dokter, rumah sakit dan tempat
penolong yang dapat segera dihubungi dalam
keadaan darurat/emergency.
Gangguan Pernafasan 1. Lihat gerakan (naik/turun) dada korban, dan dengarkan suara
nafas yang keluar dari mulut korban
2. Rasakan udara yang keluar dengan mendekatkan pipi ke
hidung korban
3. Waktu tidak lebih sepuluh detik untuk memastikan korban
bernafas secara normal atau tidak
4. Jika bernafas normal, langkah berikut adalah :
a. Posisikan miring (posisi stabil) untuk memastikan jalan
nafas tetap terbuka
b. Segera minta bantuan, sambil memeriksa ulang
kondisi pernafasan korban

SOP-K3 KONSTRUKSI 38
5. Jika bernafas tidak normal (satu-satu atau gapsing) dan lemah,
lakukan langkah berikut :
a. Minta orang lain mencari bantuan, jika anda sendirian,
tinggalkan dan cari bantuan, segera kembali dan bantu
pernafasan buatan
b. Jika posisi korban tertelungkup, balikan secara perlahan,
pastikan kepala dan punggung tetap lurus. Setelah telentang
maka lakukan prosedur pemeriksaan nafas seperti diatas
c. Berikan dua kali nafas efektif dengan cara :
 Kepala korban ditengadahkan dan dagu ditopang
 Tutup hidung korban dengan ibu jari dan telunjuk
didahi
 Buka mulut korban, tetap posisi tengadah
 Tarik nafas anda untuk mengisi oksigen pada paru- paru
dan tempelkan bibir anda untuk menutup mulut korban
 Tiup mulut korban secara perlahan dan teratur sambil
perhatikan pekembangan nafasnya seperti orang normal
 Perhatikan posisi turunnya dada korban saat udara
keluar dari paru-paruLakukan bantuan pernafasan ulang,
sebelumnya pastikan tidak ada yang
menyumbat mulut korban

Pendarahan 1. Angkat bagian tubuh yang terluka


2. Bersihkan luka dengan kapan atau kain bersih yang diberi
cairan steril dan menutupnya dengan pembalut
3. Bila pendarahan bertambah atau terus berlangsung, tetap
posisikan bagian tubuh yang luka lebih tinggi dari posisi
jantung, dan segera bawa ke klinik atau rumah
sakit terdekat

SOP-K3 KONSTRUKSI 39
Kelelahan 1. Pindahkan korban ketempat sejuk
2. Bila kondisi korban masih sadar, berikan air dingin
3. Bila korban banyak berkeringat, kram, diare dan muntah maka
berikan larutan ½ sendok teh garam dicampur 1 liter air
4. Bila korban pingsan, telentangkan dan posisi kaki lebih
tinggi 20-30 cm Jika kondisi masih juga belum membaik,
segera bawa ke klinik atau rumah sakit terdekat

Bagian Tubuh Jangan mencoba mengeluarkan benda asing tersebut jika


Kemasukan Benda Asing anda tidak yakin, karena akan merusak jaringan tubuh. segera
bawa ke klinik atau rumah sakit terdeka
Tersengat Aliran Listrik 1. Amati dan kenali kondisi sekitar yang masih berbahaya,
matikan aliran listrik. Gunakan alat pelindung non logam
seperti : kertas Koran, kayu, karet untuk melepas korban dari
sumber listrik
2. Baringkan korban dengn posisi kepala lebih rendah dari kaki
3. Bila korban sadar, berikan minum air gula
4. Bila korban, lakukan bantuan pernafasan
5. Bila korban belum membaik, segera bawa ke klinik atau rumah
sakit terdekat

Terkena Petir 1. Siram/rendam dengan air dingin selama 10-15 menit


2. Beri obat penawar rasa nyeri
3. Menutup bagian luka dengan kain bersih
4. Berikan minuman air putih
5. Bila korban belum membaik, segera bawa ke klinik atau
rumah sakit terdekat
Luka Bakar 1. Menyiram air dingin ke pakaian korban hingga basah saja,
untuk mengurangi luka bakar
2. Menutup anggota tubuh yang terbakar dengan kain bersih
yang telah dibasahi, untuk mengurangi rasa panas
3. Baringkan korban dengan posisi kepala lebih rendah dari
kaki

SOP-K3 KONSTRUKSI 40
4. Bila korban sadar, berikan air minum
5. Segera bawa ke klinik atau rumah sakit terdekat
Patah Bagian Tubuh 1. Ambil penyanggah bisa kayu atau logam atau lainnya,
bersihkan atau bungkus dengan kain bersih
2. Ikatkan sisi-sisinya agar tulang yang patah disanggah dan
menahan rasa sakit
3. Segera bawa ke klinik atau rumah sakit terdekat
Serangan Jantung 1. Segera bahwa ke rumah sakit menggunakan ambulance
2. Tetap tenang dan yakinkan korban
3. Longgarkan pakaian korban & kendurkan ikat pinggang
4. Lindungi korban dari kondisi kedinginan
Keracunan Makanan/ Segera bawa korban ke klinik atau rumah sakit terdekat, berikan
Minuman informasi yang jelas kepda dokter, seperti makanan
atau minuman yang digunakan atau termakan
Terkena Gigitan Ular Tetap tenang, yakinkan korban dan segera bawa korban ke
klinik atau rumah sakit terdekat, berikan informasi yang jelas kepada
dokter, ular apa yang mengigit
Iritasi Bahan Kimia 1. Segera basuh kulit yang terpapar bahan kimia dengan air
sebanyak mungkin, dan ganti pakaian korban
2. Tutup bagian tubuh yang terpapar dengan kain bersih
3. Jika kondisi parah, baringkan korban dengan posisi
kepala lebih rendah dari kaki
4. Jika korban sadar, berikan air minum
5. Segera bawa korban ke rumah sakit

SOP-K3 KONSTRUKSI 41
LAMPIRAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BIDANG KONSTRUKSI 1

PIRAMIDA KECELAKAAN KERJA

Piramida kecelakaan kerja adalah segitiga yang menggambarkan statistik urutan (rangkaian) kejadian
yang terjadi menuju 1 (satu) kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen). Dalam setiap 1 kali kasus
kecelakaan kerja yang berakibat kematian/cacat permanen terdapat 29 kasus luka ringan dan 300 kasus
hampir celaka. Menghindari kasus kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen) dengan cara eliminasi
kasus-kasus hampir celaka di tempat kerja kita

LAMPIRAN SOP-K3 KONSTRUKSI 1


LAMPIRAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BIDANG KONSTRUKSI 2

FORM LAPORAN KECELAKAAN KERJA

Telah Terjadi : Kecelakaan Fatal Hampir Celaka


Kecelakaan Ringan

No. Subyek Uraian


1 Hari/Tanggal/Bulan/Tahun
2 Waktu (Pukul)
3 Lokasi Kejadian
4 a. Kecelakaan (Fatal/Ringan)
1. Atas Nama
2. Jabatan
3. Tampat & Tanggal Lahir
4. Alamat Tempat Tinggal
5. Sebab-sebab kecelakaan (awal)

6. Keterangan lain-lain :

b. Hampir celaka
1. Tenaga kerja yang 1 ………………………………..
melihat/mengetahui 2 ………………………………..
3 ………………………………..
2. Kejadian/peristiwa (bila perlu
digambarkan)

3. Akibat dari Kejadian

4. Langkah perbaikan yang


dilakukan

Pelapor : Pengawas K3 Site Manager :


:

LAMPIRAN SOP-K3 KONSTRUKSI 2


LAMPIRAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BIDANG KONSTRUKSI 3

ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

APD Jenis Fungsi


Umum
Kepala 1. Helm pengaman (safety Melindungi kepala dari benturan, terantuk,
helmet). kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda
2. Topi atau tudung kepala. keras yang melayang/ meluncur di udara,
3. Penutup atau pengaman terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-
rambut. bahan kimia, jasad renik
(mikro organisme) dan suhu yang ekstrim
Mata dan 1. Kacamata pengaman Melindungi mata dan muka dari paparan
Muka (spectacles/ goggles). bahan kimia berbahaya, paparan partikel-
2. Tameng muka (face shield). partikel yang melayang di udara dan di badan
3. Tameng muka dan kacamata air, percikan benda-benda kecil, panas, atau
pengaman dalam kesatuan (full uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik
face masker). yang mengion maupun yang tidak mengion,
4. Masker selam. pancaran cahaya,
benturan atau pukulan benda keras atau
benda tajam.
Telinga 1. Sumbat telinga (ear plug) Melindungi alat pendengaran terhadap
2. Penutup telinga (ear muff). kebisingan atau tekanan
Pernapasan 1. Masker Melindungi organ pernapasan dengan cara
2. Respirato menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau
3. Airline respirator menyaring cemaran bahan kimia, mikro-
4. Air hose mask respirator, organisme, partikel yang berupa debu, kabut
5. Emergency breathing (aerosol), uap, asap,
apparatus gas/ fume, dan sebagainya.
Tangan 1. Sarung tangan yang terbuat dari Melindungi tangan dan jari-jari tangan dari
logam, kulit, kain kanvas, kain pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi
atau kain berpelapis karet. elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik,
2. Sarung tangan yang tahan bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores,
bahan kimia. terinfeksi zat
patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
Kaki 1. Sepatu keselamatan (safety Melindungi kaki dari tertimpa atau
shoes). berbenturan dengan benda-benda berat,
2. Sepatu karet (rubber shoes). tertusuk benda tajam, terkena cairan panas
atau dingin, uap panas, terpajan
suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia
berbahaya dan jasad renik, tergelincir.

LAMPIRAN SOP-K3 KONSTRUKSI 3


APD Jenis Fungsi
Tubuh 1. Rompi (Vests). Melindungi badan sebagian atau seluruh
2. Celemek (Apron/Coveralls). bagian badan dari bahaya temperatur panas
3. Jacket. atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan
4. Pakaian pelindung yang benda-benda panas, percikan bahan-bahan
menutupi sebagian atau kimia, cairan dan logam panas, uap panas,
seluruh bagian badan. benturan (impact) dengan mesin, peralatan
dan bahan, tergores, radiasi, binatang,
mikro- organisme patogen dari manusia,
binatang, tumbuhan dan lingkungan
seperti virus, bakteri dan jamur

Khusus
Jatuh 1. Sabuk pengaman tubuh Membatasi gerak pekerja agar tidak masuk ke
(harness), karabiner dan tali tempat yang mempunyai potensi jatuh atau
koneksi (lanyard), menjaga pekerja berada pada posisi kerja
2. Tali pengaman (safety rope), yang diinginkan dalam keadaan miring
alat penjepit tali (rope clamp) maupun tergantung dan
3. Alat penahan jatuh bergerak menahan serta membatasi pekerja jatuh
(mobile fall arrester) sehingga tidak membentur lantai dasar
Tengelam 1. Jaket keselamatan (life jacket)/ Melindungi pengguna yang bekerja di atas
Rompi keselamatan (life vest) air atau dipermukaan air agar terhindar dari
2. Rompi pengatur keterapungan bahaya tenggelam dan atau mengatur
(Bouyancy Control Device). keterapungan (buoyancy) pengguna agar
dapat berada pada posisi tenggelam (negative
buoyant) atau
melayang (neutral buoyant) di dalam air.

LAMPIRAN SOP-K3 KONSTRUKSI 4


LAMPIRAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BIDANG KONSTRUKSI 4

RAMBU-RAMBU K3.

LAMPIRAN SOP-K3 KONSTRUKSI 5


LAMPIRAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BIDANG KONSTRUKSI 5

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

1. Klasifikasi Api dan


APAR

2. Peletakan dan Simbol APAR

LAMPIRAN SOP-K3 KONSTRUKSI 6


3. Cara Menggunakan Apar

LAMPIRAN SOP-K3 KONSTRUKSI 7


LAMPIRAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BIDANG KONSTRUKSI 6

PETUGAS DAN FASILITAS P3K.

1. Petugas P3K di tempat kerja adalah pekerja yang ditunjuk dan diserahi tugas tambahan untuk
melaksanakan P3K di tempat kerja.
2. Petugas P3K harus memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari Dinas/Instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat.
3. Rasio Petugas P3K dengan jumlah pekerja
Klasifikasi Tempat Kerja Jumlah Pekerja Jumlah petugas P3K
Tempat kerja dengan potensi 25 - 150 1 orang
bahaya rendah 1 orang untuk setiap 150
>150
orang atau kurang
Tempat kerja dengan potensi ≤100 1 orang
bahaya tinggi 1 orang untuk setiap 100
>100
orang atau kurang

4. Fasilitas P3K meliputi:


a. Ruang P3K;
b. Kotak P3K dan isi;
c. Alat evakuasi dan alat transportasi; dan
d. Fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di tempat kerja
yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus.
5. Persyaratan ruang P3K
a. Lokasi - Dekat dengan toilet/kamar mandi
- Dekat jalan keluar
- Mudah dijangkau dari area kerja
- Dekat dengan tempat parkir kendaraan
b. Ukuran/Luas Mempunyai luas minimal cukup untuk menampung satu tempat tidur
pasien dan masih terdapat ruang gerak bagi seorang petugas P3K serta
penempatan sarana P3K lainnya
c. Bangunan Bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu dan jalan yang
cukup lebar untuk memindahkan korban
d. Papan Nama Diberi tanda dengan papan nama yang jelas dan mudah dilihat
e. Sarana - Wastafel dengan air mengalir;

LAMPIRAN SOP-K3 KONSTRUKSI 8


- Kertas tisue/lap.
- Usungan/tandu.
- Bidai/spalk.
- Kotak P3K dan isi.
- Tempat tidur dengan bantal dan selimut.
- Tempat untuk menyimpan (tandu dan/atau kursi roda)
- Sabun dan sikat.
- Pakaian bersih untuk penolong.
- Tempat sampah
- Kursi tunggu bila diperlukan
6. Kotak P3K
KOTAK A KOTAK B KOTAK C
No ISI (untuk ≤ 25 (untuk ≤ 50 (untuk ≤ 100
pekerja) pekerja) pekerja)
1. Kasa steril terbungkus 20 40 40
2. Perban (lebar 5 cm) 2 4 6
3. Perban (lebar 10 cm) 2 4 6
4. Plester (lebar 1,25 cm) 2 4 6
5. Plester Cepat 10 15 20
6. Kapas (25 gram) 1 2 3
7. Kain segitiga/mittela 2 4 6
8. Gunting 1 1 1
9. Peniti 12 12 12
10. Sarung tangan sekali pakai 2 3 4
11. Masker 2 4 6
12. Pinset 1 1 1
13. Lampu senter 1 1 1
14. Gelas untuk cuci mata 1 1 1
15. Kantong plastik bersih 1 2 3
16. Aquades (100 ml lar. Saline) 1 1 1
17. Povidon Iodin (60 ml) Alkohol 70% 1 1 1
18. Buku panduan P3K di tempat kerja 1 1 1
19. Buku catatan 1 1 1
20. Daftar isi kotak 1 1 1

LAMPIRAN SOP-K3 KONSTRUKSI 9


LAMPIRAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BIDANG KONSTRUKSI 7

GAMBAR-GAMBAR ILUSTRASI K3

A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

B. Cuci Tangan Pakai Sabun (CPTS)

LAMPIRAN SOP-K3 KONSTRUKSI 10


C. Pemilahan Sampah

D. Menjaga Kebersihan dan Kerapihan Tempat Kerja

LAMPIRAN SOP-K3 KONSTRUKSI 11


E. Akses Keluar Masuk
Proyek

F. Sistem Perlindungan Dari Bahaya Longsor

G. Pengangkutan/ Memindahkan Secara Menual

LAMPIRAN SOP-K3 KONSTRUKSI 12


H. Pengangkutan/ Memindahkan Secara Mekanis (Crane/Tower Crane/Lift)

I. Bekerja di Ketinggian

LAMPIRAN SOP-K3 KONSTRUKSI 13


J. Pengoperasian Alat Berat Mekanis

K. Penanganan Material Berbahaya

L. Berhubungan Dengan Listrik

LAMPIRAN SOP-K3 KONSTRUKSI 14


M. Berhubungan Dengan Listrik

N. Penggerindaan

LAMPIRAN SOP-K3 KONSTRUKSI 15

Anda mungkin juga menyukai