Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

Kualitas Mikrobiologi Daging Ayam Broiler dengan Uji Total Plate Count
di Pasar Tradisional Kota Surabaya

Oleh:
KELOMPOK 1A PPDH 36

Nurul Aulia, S.KH. 062023143005


Brama Matutu, S.KH. 062023143010
Maryana Siska Silviani, S.KH. 062023143093

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


DIVISI KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022

i
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................3
2.1 Kota Surabaya............................................................................................................3
2.2 Daging Ayam.............................................................................................................4
2.3 Bakteri pada Daging Ayam.......................................................................................6
2.4 Pertumbuhan Bakteri pada Daging Ayam.................................................................6
2.5 Jumlah Total Bakteri dengan Metode Total Plate Count (TPC)...............................7
BAB 3 METODE PENELITIAN..........................................................................................9
3.1 Rancangan Penelitian.................................................................................................9
3.2 Sampel dan Besar Sampel.........................................................................................9
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian....................................................................................9
3.4 Alat dan Bahan Penelitian........................................................................................10
3.4.1 Alat penelitian..................................................................................................10
3.4.2 Bahan penelitian...............................................................................................10
3.5 Prosedur Penelitian..................................................................................................10
3.5.1 Tahap persiapan................................................................................................10
3.5.2 Pembuatan medium..........................................................................................10
3.5.3 Prosedur pengambilan sampel..........................................................................11
3.5.4 Pengenceran sampel.........................................................................................11
3.5.5 Inokulasi...........................................................................................................11
3.6 Diagram Alir............................................................................................................12
BAB 4 USULAN ANGGARAN PENELITIAN.................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang baik bagi tubuh manusia.

Hal ini dikarenakan daging ayam mengandung asam amino esensial juga penyembuhan

dari cedera pascaoperasi. Dengan perbandingan yang cukup, serat-serat daging tergolong

ke dalam jenis yang pendek dan lunak sehingga mudah untuk dicerna. Namun kelemahan

daging ayam sendiri yaitu mudah mengani kebusukan biologis oleh enzim ataupun

mikroba pembusuk. Hal ini disebabkan karena faktor sifat fisik dan kimia dari daging

ayam (Fatimah, 2017).

Permasalahan daging ayam yang sering terjadi akibat faktor biologi yaitu

ditemukannya bakteri dengan Total Plate Count (TPC) Colliform dan E. coli yang

berada diluar ambang batas standar Nasional Indonesia (SNI). Menurut Hasrawati

(2017), adanya jumlah bakteri diluar ambang batas bisa menyebabkan daging ayam

mengalami kerusakan nilai nutrisi serta penurunan kualitas akibat proses

pembusukan oleh bakteri, sehingga daging tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.

Menurut Rafika N dkk (2018), kondisi kontaminasi mikroorganisme diluar

ambang batas berpotensi menimbulkan penyakit yang berbahaya apabila

dikonsumsi manusia atau sering disebut foodborne disease. Oleh sebab itu, TPC,

Colliform dan E. coli pada daging ayam harus diketahui untuk memastikan tingkat

kelayakan daging ayam untuk dikonsumsi. Keberadaan E.coli pada daging ayam

dapat dijadikan sebagai indikator sanitasi berupa adanya kontaminasi fekal

dengan bahan makanan, karena menurut Hidayati S.N., dkk (2016) reservoir E.

coli adalah saluran pencernaan hewan termasuk unggas.

Jaminan keamanan pangan atau bahan pangan telah menjadi tuntutan

1
2

seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. Pemerintah

dalam hal ini Departemen Pertanian telah menetapkan kebijakan penyediaan

pangan asal hewan yang "Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH)" guna

melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Aman, daging tidak

tercemar bahaya biologi (mikroorganisme, serangga, tikus), kimiawi (pestisida dan

gas beracun) dan fisik (kemasan tidak sempurna bentuknya karena benturan) serta

tidak tercemar benda lain yang mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan

manusia. Sehat, daging memiliki zat-zat yang dibutuhkan, berguna bagi kesehatan dan

pertumbuhan tubuh manusia. Utuh, daging tidak di campur dengan bagian lain dari hewan

tersebut atau bagian dari hewan lain. Lingkaran tersebut merupakan sirkulasi lalu lintas

produk peternakan yang mutlak harus dibina dan diawasi. Sehingga diperlukan adanya

kegiatan untuk menjamin kualitas daging ayam yang beredar di pasaran tradisional

Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah kualitas mikrobiologis daging ayam broiler dari pasar tradisional

Kota Surabaya dengan uji Total Plate Count (TPC)?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui kualitas mikrobiologis daging ayam broiler dari pasar

tradisional Kota Surabaya dengan uji Total Plate Count (TPC).

1.4 Manfaat

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui kualitas mikrobiologis daging ayam

broiler dari pasar tradisional Kota Surabaya dengan uji Total Plate Count (TPC). Hasil

dari penelitian ini juga bermanfaat sebagai data atau informasi yang dapat digunakan

pihak terkait sebagai evaluasi serta referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan.
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kota Surabaya

Kota Surabaya yang secara resmi berdiri sejak tahun 1293, terkenal sebagai kota

pelabuhan yang secara tidak langsung mengantarkan Surabaya sebagai kota Perdagangan

dan jasa; serta merupakan jalur strategis yang menghubungkan regional di tengah dan

Timur Indonesia. Secara geografi s Kota Surabaya berada di 7° 9’ - 7° 21’ Lintang

Selatan dan 112° 36’ - 112° 57’ Bujur Timur, sebagian besar wilayah Kota Surabaya

merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 - 6 meter di atas permukaan laut,

sebagian lagi pada sebelah Selatan merupakan kondisi berbukit-bukit dengan ketinggian

25 - 50 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Surabaya + 52.087 Ha, dengan

63,45 persen atau 33.048 Ha dari luas total wilayah merupakan daratan dan selebihnya

sekitar 36,55 persen atau 19.039 Ha merupakan wilayah laut yang dikelola oleh

Pemerintah Kota Surabaya. Secara administratif wilayah Kota Surabaya terbagi menjadi

5 wilayah kota, terdiri dari 31 Kecamatan dan 163 Kelurahan. Dengan batas-batas

wilayah kota Surabaya adalah sebagai berikut : Utara berbatasan dengan Selat Madura,

sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo, sebelah timur dibatasi Selat

Madura dan sebelah barat dibatasi dengan Kabupaten Gresik.

2.2 Daging Ayam

Ayam ras pedaging disebut juga Broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama

dalam memproduksi daging ayam. ayam pedaging adalah jenis ternak bersayap dari

kelas aves yang telah didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan

tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk daging (Yuwanta, 2004).

Kingdom : Animalia
Sub/kingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Divisi : Carinathae
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
6
Genus : Gallus
Spesies : Gallus gallus domestica sp.

Gambar 2.1 Daging Ayam Broiler

Daging ayam sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1). warna daging putih-

kekuningan cerah (tidak gelap, tidak pucat, tidak kebiruan), (2) warna kulit ayam putih-

kekuningan, cerah, mengkilat dan bersih, (3). Bila disentuh, daging terasa lembab dan

tidak lengket (tidak kering), (4). Bau spesifik daging (tidak ada bau menyengat, tidak

berbau amis, tidak berbau busuk), (5). Konsistensi otot dada dan paha kenyal atau elastis

(tidak lembek), (6). Bagian dalam karkas dan serabut otot berwarna putih agak pucat,

(7). Pembuluh darah di leher dan sayap kosong (Ditjennak, 2012). Taha (2012)

menyatakan bahwa daging yang tidak aman akan membahayakan kesehatan konsumen,

beberapa kriteria daging yang tidak aman adalah sebagai berikut : (1). Hewan sakit

(2). Hewan dalam pengobatan, terutama pemberian antibiotik (3). Warna daging tidak

normal dan (4). Daging busuk.

Tabel 2.2 Kandungan gizi daging ayam per 100 gram


7

2.3 Bakteri pada Daging Ayam

Cemaran bakteri patogen yang dapat dikategorikan membahayakan kesehatan

manusia adalah jenis cemaran bakteri sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) (2000)

nomor : 01-6366-2000 pada daging serta olahannya adalah Coliform, Escherichia

coli, Enterococci, Staphylococcus aureus, Chlostridium sp, Salmonella sp,

Champhylobacter sp, dan Listeria sp.Salmonellosis merupakan salah satu penyakit yang

dapat membahayakan kesehatan manusia yang disebabkan oleh bakteri patogen. Gejala

penyakit Salmonellosis yaitu Enteric fever dan Gastroenteritis setelah mengkonsumsi

daging yang tercemar bakteri Salmonella (Pui et al., 2011). Sesuai dengan Standar

Nasional Indonesia (SNI) (2009) syarat mutu mikrobiologi daging ayam yaitu total

bakteri maksimum 1 X 106 CFU/g.

2.4 Pertumbuhan Bakteri pada Daging Ayam

Awal kontaminasi pada daging berasal dari mikroorganisme yang memasuki

peredaran darah pada saat penyembelihan dikarenakan alat-alat yang dipergunakan

untuk pengeluaran darah tidak bersih/higienis sementara darah masih bersirkulasi selama

beberapa saat setelah penyembelihan (Adiningsih, 2009). Sumber kontaminasi bakteri

terjadi selama pemasaran pada umumnya daging ayam yang dijual-belikan di pasar

masih kurang dari segi kebersihan dan tidak memiliki fasilitas penyimpanan yang

layak misalkan daging dipaparkan diatas alas yang kotor tanpa penutup dan disimpan

hanya dalam suhu kamar yaitu 25- 40ºC sehingga bakteri akan berkembang dengan

cepat (Suardana et al., 2007). Terdapat hubungan yang sangat nyata antar tingkat

sanitasi dengan total bakteri, makin rendah tingkat sanitasi maka total bakteri makin

tinggi (Suryanto, 2005).

Sumber kontaminasi lain ialah pada saat perendaman untuk menghilangkan

(proses pencabutan bulu) pada ayam, pada saat perendaman mikroorganisme masuk ke
8

dalam karkas/daging ayam (Ditjennak, 2012). Karkas ayam mula-mula mengandung

total bakteri antara 600-8.100 unit koloni per cm2 pada kulitnya, setelah preparasi dan

eviscerasi jumlahnya dapat meningkat sampai 11.000-93.000 unit koloni per cm2

(Rahardjo dan Santoso, 2005).

2.5 Jumlah Total Bakteri dengan Metode Total Plate Count (TPC)

Total Plate Count (TPC) memiliki prinsip yaitu menumbuhkan sel bakteri yang

masih hidup pada media agar, sehingga sel tersebut berkembang biak dan membentuk

koloni yang dapat dilihat menggunakan mata langsung tanpa perlu bantuan mikroskop

(Prawesthirini dkk., 2016). Metode Total Plate Count (TPC) memiliki keuntungan dan

beberapa kelemahan. Keuntungan dari metode Total Plate Count (TPC) diantaranya

adalah beberapa jenis bakteri yang tumbuh pada media dapat dihitung sekaligus, hanya

sel hidup yang dapat dihitung, dapat digunakan untuk isolasi sekaligus identifikasi

bakteri karena koloni yang tumbuh mungkin berasal dari satu sel bakteri dengan

pertumbuhan yang spesifik.

Kelemahan dari metode Total Plate Count (TPC) yaitu hasil perhitungan koloni

tidak menunjukkan jumlah sel bakteri yang sesungguhnya karena beberapa sel yang

tumbuhnya berdekatan mungkin membentuk satu koloni, nilai yang dihasilkan

tergantung pada media dan kondisi yang berbeda, bakteri yang akan ditumbuhkan harus

dapat tumbuh pada media padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas serta

tidak menyebar, tidak efisien karena memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa

hari (Widyastika, 2008).


9

Gambar 2.3 Skema uji TPC


BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

secara eksploratif laboratorik. Penelitian yang dilakukan memberikan uraian mengenai

tingkat cemaran mikrobiologi pada daging ayam yang berada di beberapa pasar yang

berada di wilayah Surabaya dengan memanfaatkan penggunaan alat-alat laboratorium

dalam pengujiannya. Tingkat cemaran mikrobiologi tersebut dideteksi menggunakan uji

Total Plate Count (TPC) dengan metode tuang (pour plate).

3.2 Sampel dan Besar Sampel

Jumlah dan tempat sampel ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu

dengan menentukan atau memilih dengan sengaja pasar besar sampel yang akan dipilih.

Sampel daging ayam broiler di ambil dari 5 pasar besar di Surabaya. Sampel yang

diambil sebanyak 50, masing-masing sampel yang diambil seberat 25 g.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kota Surabaya. Pengambilan sampel daging ayam broiler dilakukan pada 5 pasar

besar di Surabaya yaitu, Pasar Keputih , Pasar Pacar Keling , Pasar keputran Utara, Pasar

Dukuh Kupang dan Pasar Tradisional Pegirian. Penelitian dilaksanakan pada bulan

Oktober 2022 hingga November 2022.

9
10

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik,

pembakar api bunsen, cawan petri, inkubator, kapas, autoclave, alumunium foil,

pipet hisap (1mL dan10mL) (Iwaki®), plastic klip, kertas label, Ice gell, coolbox,

Erlenmeyer (Duran®), gelas Beaker (Pyrex®), tabung reaksi (Pyrex®), rak tabung

reaksi, dan pinset (OneMed®).

3.4.2 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging ayam broiler,

media Nutrient Agar (Merck®), larutan BPW (Buffered Pepton Water) 1%

(Merck®), spiritus, dan alkohol 70% (OneMed®).

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Tahap persiapan

Alat-alat penelitian yang akan digunakan, media dan pelarut yang akan

digunakan disterilisasi menggunakan autoclave bersih pada suhu 121ºC selama 15

menit (Handijatno, dkk., 2018).

3.5.2 Pembuatan medium

Medium yang digunakan adalah Nutrient Agar (NA). Cara pembuatan

medium NA dengan melarutkan 2,4 g NA ke dalam 100 mL aquades lalu

disterilkan dengan autoklaf temperatur 121ºC selama 15 menit. Kemudian

tuangkan media ke cawan petri sampai memadat dan siap digunakan sebagai

medium.
11

3.5.3 Prosedur pengambilan sampel

Pengambilan sampel daging ayam broiler diambil dari 5 pasar besar yang

berada di Surabaya. Sampel daging ayam broiler yang diambil kemudian di

masukkan ke dalam plastik klip untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan

ditempelkan kertas label untuk menghindari tertukarnya sampel. Sampel kemudian

dimasukkan ke dalam coolbox yang berisi ice gel untuk dibawa ke laboratorium.

3.5.4 Pengenceran sampel

Sampel daging ayam broiler ditimbang sebanyak 25 g, kemudian

dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang telah berisi 225 mL larutan BPW 1%.

Suspensi sampel ini dianggap pengenceran 10-1. Empat buah tabung reaksi steril

(tabung reaksi 1-4 diisi larutan BPW 1% sebanyak 9 mL). Suspensi pengenceran

10-1 diambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi pertama, sehingga

didapat suspense dengan pengenceran 10-2. Pengenceran tersebut dilakukan sampai

tabung keempat, sehingga terdapat empat buah tabung reaksi dengan konsentrasi

sampel 10-2, 10-3, 10-4, 10-5.

3.5.5 Inokulasi

Inokulasi dilakukan dengan cara meneteskan ekstrak daging ayam broiler

sebanyak 1 mL di atas cawan petri yang sudah ditambahkan kurang lebih 10-15

mL media NA padat. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 37 ºC. Setelah

itu pilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah bakteri 25-

250. Bila salah satu dari cawan petri menunjukkan kurang dari 25 atau lebih dari

250 dihitung jumlah rata-rata kemudian dikalikan faktor pengencer. Menghitung

jumlah bakteri dengan menggunakan koloni counter dan dengan rumus berikut :

Total Bakteri = Jumlah Bakteri x 1/ Faktor Pengenceran


12

3.6 Diagram Alir

Pembuatan media Plate Count Agar dan Buffered Peptone Water 0,1%

Pengambilan sampel daging ayam broiler di pasar

Dilakukan pengenceran sampel 10-1 dengan menambahkan 25 g daging ayam broiler ke


dalam 225 mL larutan BPW 0,1%

Pengenceran sampel dilakukan sebanyak 10-2, 10-3, 10-4, dan 10-5

Penanaman sampel dengan metode tuang (pour plate)

Cawan petri diberi label dan lakukan inkubasi pada suhu 37⁰ C selama 24 jam

Hitung jumlah koloni bakteri berdasarkan Standard Plate Count (SPC)

Pengolahan Data
13

BAB 4 USULAN ANGGARAN PENELITIAN

 Peralatan Penunjang
Nama
Jumlah Satuan Harga Satuan Harga Total
Barang
Erlenmeyer
(Duran®), 60 pcs Rp 60.000 Rp 3.600.000
500mL
Beaker Glass
(Pyrex®), 60 pcs Rp 90.000 Rp 5.400.000
1000mL
Tabung Reaksi
300 pcs Rp 10.000 Rp 3.000.000
(Pyrex®)
Rak Tabung
10 pcs Rp 50.000 Rp 500.000
Reaksi
Cawan Petri 300 pcs Rp 15.000 Rp 4.500.000

Pipet Ukur 1 20 pcs Rp 35.000 Rp 700.000


mL
Pipet Ukur 10
20 pcs Rp 50.000 Rp 1.000.000
mL
Bulb Pipet 10 pcs Rp 100.000 Rp 1.000.000

Bunsen 10 pcs Rp 45.000 Rp 450.000


Pinset 10 pcs Rp 20.000 Rp 200.000

Bolpoin 2 pack Rp 20.000 Rp 40.000

Coolbox 5.5 L 5 pcs Rp 170.000 Rp 850.000

Masker KN95 10 pack Rp 120.000 Rp 1.200.000

Glove 10 pack Rp 100.000 Rp 1.000.000

Total Rp 23.440.000
14

 Bahan Habis Pakai

Nama Barang Jumlah Satuan Harga Satuan Harga Total

Na Agar
3 botol Rp 2.000.000 Rp 6.000.000
@Merck 500 gr

BPW 1%
3 botol Rp 1.000.000 Rp 3.000.000
@Merck 500 gr

Spiritus 5 liter Rp 50.000 Rp 250.000

Plastik klip (Wadah


1 pack Rp 10.000 Rp 10.000
Sampel) @100

Alumunium Foil 15 meter Rp 45.000 Rp 675.000

Kertas Label 5 pack Rp 20.000 Rp 100.000

Alkohol 70% 5 liter Rp 35.000 Rp 175.000

Ice Gell 50 pcs Rp 25.000 Rp 1.250.000

Aquadest 15 liter Rp 35.000 Rp 525.000

TOTAL Rp 11.985.000

 Sarana dan Prasarana

Nama Barang Satuan Biaya Sewa Harga Total


Laboratorium 7 hari Rp. 5.000.000/hari Rp 35.000.000

Konsumsi 100 Rp 50.000 Rp 5.000.000

Sewa Ruangan 1 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000

Dokumentasi 1 Rp 500.000 Rp 500.000

Operasional 1 Rp 1.000.000 Rp 1.000.000

Total Rp 43.500.000
15

 Biaya Operasional
Nama Barang Jumlah Satuan Harga Satuan Harga Total

Akomodasi (Tiket

Pesawat PP 6 person Rp 1.000.000 Rp 6.000.000

Surabaya-Makassar)

Penginapan 7 hari Rp 300.000 Rp 2.100.000

Sewa Mobil 7 hari Rp 300.000 Rp 2.100.000

Konsumsi 63 kali Rp 50.000 Rp 3.150.000

Bensin 7 hari Rp 200.000 Rp 1.400.000

Honor @ 3 orang 7 hari Rp 500.000 Rp 10.500.000

TOTAL Rp 25.250.000

 Total Anggaran

No Anggaran Total

1. Peralatan Penunjang Penelitian Rp 23.440.000

2. Bahan Habis Pakai Rp 11.985.000

3. Biaya Sarana dan Prasarana Rp 43.500.000

4. Biaya Operasional Rp 25.250.000

TOTAL ANGGARAN Rp 104.175.000


DAFTAR PUSTAKA

Anindita, R. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus. Surabaya.

Anonimus , 2007. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur. Dinas
Peternakan Jawa Timur

Dewi E., E. Latifa, Fawwarahly, dan R. Kautsar. 2016. Kualitas Mikrobiologis Daging
Unggas di RPA dan yang Beredar di Pasaran. Jurnal Ilmu Produksi. 3: 379-385.

Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian (Ditjennak). 2012. Tanya Jawab


Seputar: Daging Ayam Sumber Makanan Bergizi. Jakarta: Direktorat Jendral
Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI.

Fatimah, S., Nadifah, F., & Azizah, U. L. (2017). Pemeriksaan Angka Kuman Pada Daging
Ayam Dengan Pemberian Parutan Rimpang Lengkuas Putih (Alpinia Galanga Linn
Swartz). Jurnal Teknologi Laboratorium, 6(1), 1.

Hidayati, S.N., Darmawi, Rosmaidar, T. Armansyah, M. Dewi, F. Jamin, dan Fakhrurrazi.


2016. Pertumbuhan Escherichia coli yang Diisolasi dari Feses Anak Ayam Broiler
terhadap Ekstrak Daun Salam (Syzgium polyanthum [Wight.] Walp.), Jurnal Medika
Veterinaria. 10: 101-104.

Prawesthirini, S., N. Harijani, Budiarto, D. Raharjo, M. H. Effendi, A. T. S. Estoepangesti,


dan H. Puntodewo. 2016. Analisis Kualitas Susu, Daging, dan Telur. Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. Hlm 36 – 40.

Ravallion, M. 1986. Testing Market Integration. American Journal of Agricultural


Economics. Vol. 68 No 1 p 102-109.

Rahardjo, A. H. D., dan B. S. Santoso. 2005. Kajian terhadap kualitas karkas broiler
yang disimpan pada suhu kamar setelah perlakuan pengukusan. JAP, 7, 1-5.

Suardana I.W., B. Sumiarto, dan D.W. Lukman. 2007. Isolasi dan identifikasi
Escherichia coli O157:H7 pada daging ayam di Kabupaten Badung Provinsi Bali. J.
Vet. 8(1):16-23.

16
17

Suradi, K. 2006. Perubahan Sifat Fisik Daging Ayam Broiler Post Mortem Selama
Penyimpanan Temperatur Ruang. Jurnal Ilmu Ternak. 6: 23-27.

Taha, S. R. 2012. Cemaran Bakteri Pada Pangan Asal Hewani Di Pasar Tradisional Kota
Gorontalo. Laporan Penelitian Dosen Muda. Jurusan Peternakan. Fakultas Ilmu
Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo.

Widyastika, D. M. 2008. Deteksi Bakteri Gram Negatif (Salmonella sp., Escherichia coli,
dan Coliform) pada Susu Bubuk Skim Impor [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan.
Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai