Anda di halaman 1dari 55

ffimffiffiffiwffi&mre

l(ayu & Barnbu


Tim ilsspat
Tim ELSPPAT

Pengawetan
KAYU dan BAMBU

Dinamika Media
2007
PENGAWtrI-AN KAYU DAN BAMBU
Prakata
Penulis :Tim Elsspat
Penyunting : D nda
Foto isi dan sampu , Cazarez
Banyak gagasan cemerlang tidak sempat terlaksana
Perancang sampul : JhuQ
Penata letak : Bicky karena tidak diketahui oleh banyak orang. Banyak teknologi
Penerbt : Dinamika Media dan pengetahuan yang mendarah daging di masyarakat,
kemudian hilang karena tidak tercatat.
Cetakan ) Jakarla,2aO7
Menulis buku ini adalah salah satu usaha agar penge-
Buku ini dllindungi Undang-Undang Hak Cipta Segala tahuan yang pernah ada itu tidak hilang begitu saja. Selain
bentuk penggandaan, penerlemahan, atau reproduksi, itu, tentu ada harapan agar buku ini berguna bagi masyarakat
baik melalui med a cetak maupun elelftonik harus seizin
yang haus informasi.
penerbit, kecuali untuk kutipan ilmiah
Dalam penulisan buku yang berisi tentang teknologi
pengawaten kayu dan bambu ini, penulis banyak mendapat
sBN 978 979 1 472 84 5
informasi dari pihak-pihak yang ahli dalam bidang kayu
dan bambu. Penulis juga sangat terbantu oleh jurnal-jurnal
ilmiah yang pernah terbit serta keterangan-keterangan dari
berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu pembuatan buku ini. Besar harap-
an buku ini akan tetap berguna dan memperkaya penge-
tahuan bangsa meskipun literatur tentang ini sudah banyak
diketahui.
Penulis

ii I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan AamUu I iii


Pengawasan Terhadap Mutu 71
A. Pengawasan Mutu Kayu oleh Perusahaan yang
Bersangkutan 71

B. Prosedur Pengujian Penembusan Bahan Pengawet


Daftar lsi 73
C. Pengawasan Mutu Kayu oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan 75
Prakata iii D. Pengawasan pada Pengawetan Kayu Berdasarkan
Pendahuluan 1
Kontrak 76

Pengawetan Kayu .5 Penutup 78

A. Keawetan Kayu 5 Daftar Pustaka 79


B. Penyebab Kerusakan Kayu 11
C. Pengawetan Kayu untuk Bahan Bangunan 23
D. Pengawetan Kayu untuk Barang Kerajinan
dan Mebel36

Pengawetan Bambu49
A. Bambu SebagaiTanaman Serba Guna 49
B. Keawetan Bambu 55
C. Penyebab Kerusakan Bambu 57
D. Pengawetan Bambu 60
E. Nilai Ekonomis Pengawetan Bambu 70

iv I eengu*etan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan gambu I v


Bab 1
Daftar Lampiran Pendahuluan

lndonesia terletak di negara tropis pada 6"LU dan 11'LS.


Di daerah seperti ini, tumbuh berbagai jenis tanaman. Di
Lampiran 1 .................. ..........................82
antaranya kayu dan bambu yang dapat tumbuh dengan
Daftar 120 Kelompok Jenis Kayu Perdagongan lndonesio
baik serta terdiri dari bermacam-macam jenis. Oleh sebab
Lampiran 2.................. .........................94 itu, masyarakat lndonesia sangat akrab dengan pengguna-
Model Daftar Muatan Pengaweton Secaro Vakum Tekan an kayu dan atau bambu. Hal ini dapat dilihat pada rumah
tradisional, mulai dari tiang rumah sampai dinding rumah.
Lampiran 3.................. ..........................96
Bila perlu, atap pun menggunakan kayu atau bambu. Tentu-
ModelDaftar Muatan Pengawetan Secaro Rendaman Dingin
nya hal ini beralasan sekali karena kayu dan bambu adalah
Lampiran 4.................. ..........................97
bahan konstruksi bangunan yang relatif mudah diperoleh
ModelDaftar Muatan Pengowetan Secara Difusi dan mudah dibentuk dengan peralatan yang minim
Lampiran 5.................. ..........................98 sekalipun.

Model Laporan Pemakaian Bahan Pengawet


lndonesia terkenal sebagai salah satu penghasil kayu
tropis terbesar di dunia. Produksi kayu di lndonesia diper-
Lampiran 6.................. ..........................99
kirakan mencapai 30 juta m3 setiap tahunnya. Ketika har-
Ringkasan Doftor Muatan dan Jumlah Contoh Uji ga minyak menurun, untuk menjaga laju pertumbuhan
Lampiran 7 .................. ....................... 100 ekonomi, lndonesia mengandalkan ekspor kayu sebagai
Model Daftar Pemeriksaan I nstalasi salah satu komoditas nonmigas. Saat permintaan kayu dan
bambu dalam bentuk mentah dan olahan terus meningkat,
berhembus pula isu tentang lingkungan hidup. Hal ini

vi I P"ngu*etan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan aamUu I 1


Sebagian besar kayu dengan tingkat keawetan yang
rendah tersebut masih cukup baik untuk digunakan sebagai
bahan bangunan walaupun peka sekaliterhadap lingkungan
tropis. Oleh karena itu, diperlukan suatu perlakuan khusus
agar kayu-kayu tersebut dapat bertahan lebih lama dan
tentunya untuk menghemat penggunaan kayu.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk menghe-
mat pemakaian kayu dan bambu adalah dengan pengawet-
an.Tujuan pengawetan adalah memperpanjang umur pakai.
Secara umum, pengawetan dilakukan dengan memberikan
Rumah trad i sio na I I ndon esia
perlakuan khusus kepada kayu dan bambu. Misalnya, dengan
banyak menggunakan kayu dan bambu
memberikan bahan pengawet atau mengeringkan kayu dan
bambu sampai kadar air tertentu. Yang perlu diperhatikan,
menyebabkan nilai ekonomis kayu semakin tinggi. Tanpa pengawetan harus disesuaikan dengan penggunaan kayu
perencanaan yang baik, sumber daya kayu hutan yang ada
dan bambu.
di lndonesia bisa terancam kelestariannya.
Penggunaan kayu dan bambu akan menentukan metode
Sebagai salah satu negara besarpenghasil kayu, lndonesia
pengawetannya. Jika tidak, pengawetan akan menjadi mu-
memiliki kira-kira 4.000jenis kayu. Darijumlah itu, kurang dari
bazir dan membuang biaya. Jangan sampai pengawetan me-
25o/o-nyamemiliki sifat keawetan rendah. Pusat Penelitian nyebabkan harga kayu dan bambu tidak ekonomis lagi.
dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Ke- Banyak metode pengawetan kayu dan bambu telah
hutanan (P3HHSEK) berhasil mengidentifikasi 3.233 jenis dikenal oleh masyarakat lndonesia. Prosedur pengawetan
dan 3.132 jenis di antaranya sudah berhasil diklasifikasikan
kayu telah mulai dibuat dan dilaksanakan oleh instansi ter-
keawetannya. Dari jumlah tersebut, hanya 14,3o/ojenis kayu
kait, tetapi prosedur pengawetan bambu yang resmi belum
ya ng mem pu nyai keawetan tin g gi. Sisanya, 85,7o/otergolong
tersedia. Bahkan, keefektifan metode pengawetan bambu
kurang atau tidak awet sehingga perlu diawetkan terlebih yang banyak dilakukan. Sebagian besar belum berhasil di-
dahulu sebelum jenis kayu ini digunakan. buktikan secara ilmiah.

2 I Rengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan aambu I 3


lndustri pengawetan kayu di lndonesia beberapa tahun
terakhir ini sempat dilanda goncangan. Belum adanya per-
aturan dari pemerintah yang mengharuskan penggunaan Bab 2
kayu yang sudah diawetkan, menyebabkan banyak industri Pengawetan Kayu
pengawetan kayu terancam bangkrut. Oleh karena itu,
peraturan tentang penggunaan kayu awetan sudah saatnya
A. Keawetan Kayu
menjadi keharusan. Bukan semata-mata agar industri peng-
Kayu merupakan bahan bangunan yang mudah diper-
awetan kayu tidak bangkrut, tetapi agar konsumen sadar
oleh dan relatif murah. Namun,tidaksemua jenis kayu mem-
bahwa menggunakan kayu awetan berarti penghematan.
punyai keawetan yang baik. Bahkan, sebagian besar jenis
kayu yang ada di bumi ini tidak mempunyai keaweatan se-
perti yang dikehendaki manusia.

1. Pengertian Keowetan Kayu


Apakah keawetan kayu itu? Keawetan kayu adalah daya
tahan suatu jenis kayu tertentu terhadap berbagai faktor
perusak kayu. Biasanya yang dimaksud adalah daya tahan
terhadap faktor perusak biologis, misalnya jamur, serangga
(terutama rayap dan bubuk kayu kering), dan binatang laut.
Dengan demikian, istilah"keawetan kayu"secara umum me-
ngacu pada daya tahan kayu terhadap organisme tersebut.
Secara sederhana, berdasarkan pada perkiraan lama pe-
makaian kayu pada berbagai keadaan dan ketahanannya
terhadap rayap dan bubuk kayu kering, di lndonesia berlaku
lima kelas awet, yaitu kelas I yang paling awet sampai kelas
V yang paling tidak awet.

4 I Pengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan gamUu I 5


Daritabel tersebut, dapat dilihat juga bahwa selain faktor
biologis, terdapat faktor lain yang memengaruhi keawetan
kayu.Yang jelas terlihat adalah tempat kayu tersebut dipakai.
KELAS AWET
Kayu yang awet jika dipakaidi bawah atap, belum tentu akan
URAIAN awet bila dipakai di luar dan berhubungan dengan tanah
il ilt IV V
lembap. Kayu yang dipakai di daerah pegunungan, tinggi
Selalu berhubungan Bth 5th 3th sangat sangat
keawetannya akan berkurang jika dipakai di dataran ren-
dengan tanah lembap pendek pendek
dah. Demikian juga, kayu yang awet di Amerika Utara belum
Cuma dipengaruhi cuaca, 20 th 15 th 21 th bbrp sangat
tentu akan tahan lama jika dipakai di daerah tropis.
pendek sangat pendek, tahun pendek
Keaweta n kayu m enjad i fa ktor uta ma penentu pen ggun a-
tetapi dijaga supaya tidak
terendam air dan tidak an kayu dalam konstruksi. Bagaimanapun kuatnya suatu
kekurangan udara jenis kayu, penggunaannya tidak akan berarti bila keawet-
Di bawah atap, tidak tak tak sangat bbrp pendek annya rendah. Suatu jenis kayu yang tidak memiliki bentuk
berhubungan dengan terbatas terbatas lama tahun dan kekuatan yang baik untuk konstruksi bangunan tidak
tanah lembap, dan tidak
akan bisa dipakai bila konstruksi tersebut akan berumur
kekurangan udara
beberapa bulan saja, kecuali jika kayu tersebut diawetkan
ldem, tetapi dipelihara tak tak tak 20 th 20 th
terlebih dahulu dengan baik.
dengan baik dan terbatas terbatas terbatas
dicat dengan teratur
Oleh karena itu, dikenal apa yang disebut dengan kelas
pakai, yaitu komposisi antara kelas awet dan kelas kuat,
Serangan rayap tanah tidak Jarang cepat sangat sangat
cepat cepat dengan kelas awet dipakai sebagai penentu kelas pakai.
Serangan bubuk kayu tidak tidak hampir tidak sangat Jadi, meskipun suatu jenis kayu memiliki kelas kuat yang
kering tidak berarti cepat
tinggi, kelas pakainya akan tetap rendah jika kelas awetnya
Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen rendah.
Kehutanan Rl 1 996 Di daerah tropis, tempat organisme perusak kayu dapat
TabelPembagian Kelas Awet Kayu
hidup dan berkembang biak dengan subur. Keawetan kayu
menjadi lebih penting lagi artinya. Oleh karena itu, penge-

6 I Penga*etan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan gamOu I 7


tahuan mengenai keawetan kayu dan berbagai faktor yang o. Berot Jenis
memengaruhinya menjadi hal yang utama. Sebagian orang berpendapat bahwa berat jenis kayu
Seperti telah diutarakan sebelum ini, selain faktor biolo- yang semakin tinggi memberikan pengaruh keawetan yang
gis, keawetan kayu dipengaruhi pula oleh faktor lain, seperti semakin baik. Pendapat ini dianggap berlaku untuk kayu
kandungan zat ekstraktif, umur pohon, bagian kayu dalam yang berasal dari satu jenis saja.
batang, kecepatan tumbuh, dan tempat kayu tersebut di- Banyak jenis kayu yang memiliki berat jenis tinggi,
gunakan. Selain itu, faktor suhu, kelembapan udara, dan mempunyai keawetan di bawah jenis kayu yang memiliki
faktor fisik lainnya akan ikut memengaruhi kegiatan orga- berat jenis rendah. Dalam kasus seperti ini, beberapa ahli
nisme perusak kaYu tersebut. berpendapat bahwa zat ekstraktif mungkin lebih berperan
Untuk meningkatkan keawetan kayu, orang sering dibandingkan dengan hubungan antara berat jenis dan
melakukan tindakan pengawetan. Tindakan ini biasanya kekuatan kayu yang berlaku umum.
dilakukan secara kimiawi. Namun, sebelum dilakukan tin- Pernah ditemukan juga bahwa tingkat ketahanan ter-
dakan pengawetan apa pun terhadap suatu jenis kayu, hadap serangan rayap pada kayu ulin, jati, resak, keruing,
sebaiknya harus dipertimbangkan perlu tidaknya tindakan meranti, dan pulai adalah sama dengan urutan berat jenis-
itu dilakukan, dengan mengetahui keawetan kayu terlebih nya. Meskipun begitu, hal tersebut belum dapat dijadi-
dahulu. Kayu yang sudah awet tidak perlu diawetkan lagi. kan patokan. Berat jenis kayu tidak berdiri sendiri dalam
Hal ini untuk menghindari pemborosan yang tidak perlu. memengaruhi keawetan kayu. Oleh karena itu, sangat tidak
tepat jika mengklasifikasikan keawetan kayu berdasarkan
2. Foktor Penentu Keowetan KoYu pada berat jenisnya saja.
Selai n fa ktor dari I uar, keawetan kayu ju ga ditentu kan oleh
genetik kayu tersebut. Beberapa sifat yang memengaruhi b. Zot Ekstraktif
Zat ekstraktif yang terkandung di dalam kayu bisa bersifat
keawetan kayu telah banyak diselidiki oleh ilmuwan. Yang
sebagaifungisida atau insektisida. Sifat ini membantu sekali
paling berperan antara lain berat jenis, zat ekstraktif, dan
dalam membentuk keawetan alami kayu. Zat yang berperan
umur pohon.
antara lain zat fenol, terpene, soponin, flavonoid, dan tanin.
Selain zat yang menguntungkan, terdapat juga zat yang

8 I e"ng.*etan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan gambu I 9


dapat merugikan keawetan kayu, misalnya zat gula atau zat bagai metode pengawetan yang telah ditemukan, tingkat
tepung. Jenis serangga tertentu menyenangi zat tepung da- keawetan alami, terutama yang rendah, dapat dimanipulasi
lam kayu sehingga kayu tersebut memiliki keawetan yang sesuai dengan keinginan kita agar kayu menjadi awet dan
rendah. tahan lama.
Berdasarkan jenis zat ekstraktif tersebut, dapat diketahui
suatu jenis kayu awet berdasarkan ketahanannya terhadap B. Penyebab Kerusakan Kayu
serangan organisme tertentu. Misalnya, saponin yang ter- 1. Foktor Perusak Nonbiologis
dapat pada kayu sengon menyebabkan kayu ini dijauhi Faktor perusak nonbilogis ini dipengaruhi antara lain
jamur Schizophyllum commune.Kadar zat ekstraktif juga ber- oleh faktor fisik (udara, cahaya, air, panas, api), kimia (asam-
pengaruh positif. Keawetan akan meningkat dengan kenaik- basa), meka n is (pu ku lan, geseka n). Terhadap fa ktor perusa k
an kadar zat ekstraktif yang dikandung di dalam kayu yang nonbiologis ini, kayu relatif lebih tahan daripada bahan lain-
sama. nya. Namun, faktor perusak nonbiologis ini belum banyak
diselidiki, bahkan sering kali terjadi kekeliruan dugaan me-
c. Umur Pohon
ngenai kerusakan kayu. Misalnya, pelapukan yang disangka
Umur pohon memiliki hubungan positif dengan ke-
terjadi karena faktor fisis, ternyata sebenarnya diakibatkan
awetan kayu. Tentunya hal tersebut berhubungan dengan
oleh faktor bilogis, yaitu jamur. Masih banyak contoh lain
kemampuan pohon tersebut untuk membangun jaringan
yang bisa ditemukan.
dan mengisi sel-sel, termasuk juga pembentukan zat eks-
Berikut ini ditubjukkan beberapa contoh mengenai
traktif. Meskipun mengeluarkan zat yang merugikan, jika
faktor perusak kayu nonbiologis.
ditebang dalam umur yang tua, pohon tersebut mungkin
akan lebih awet dibandingkan jika ditebang ketika masih o. Foktor Fisik
muda. Udara
Ada sebuah mekanisme didalam pohon yang merangkai O, dalam udara perlahan-lahan mampu mengoksidasi
berat jenis, zat ekstraktif, dan umur, menjadi suatu sistem selulosa pada permukaan kayu. Pada awalnya, udara
bagi pohon untuk melindungidiirinya dan menjadikan tiap- menyebabkan kayu berubah warna menjadi kecokelat-
tiap pohon memiliki tingkat keawetan alami. Melalui ber- cokelatan, kemudian kayu yang berwarna muda menjadi

10 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan gamOu I 11


keabu-abuan, sedangkan yang berwarna tua menjadi rusak sama sekali. Sebagai contoh, kertas koran (yang 80%
pucat. Selain itu, kayu menjadi rapuh. Pada kayu yang baru
banhannya terdiridari kayu) akan menjadi mudah sobekjika
ditebang, udara yang masuk, terutama Or, dapat bereaksi
terus-menerus terkena sinar matahari.
dengan sel parenkim yang mula-mula masih hidup. Caranya
dengan membentuk gelembung yang disebut tyloses, untuk Angin

menyumbat saluran di dalam kayu. Penguapan yang terlalu cepat dan tidak merata yang
Gejala inidisebut einlauf dan banyakterdapat pada dolok disebabkan oleh angin, dapat menimbulkan keretakan pada
kayu beuk (Fagus silvatico) yang baru ditebang. Gejala ini kayu. Selain itu, angin adalah pembawa spora jamur perusak

banyak terdapat di Jerman. Kayu yang terkena einlauf lebih kayu yang menginfeksi kayu. Di daerah berpasir, angina
sukar ditembus bahan pengawet, meskipun kekuatan kayu akan membawa pasir dan mengakibatkan permukaan kayu
tersebut tidak dirugikan karena hanya berupa cat warna. menjadi aus karena gesekan pasir tersebut.
Belum dapat dikatakan dengan pasti apakah einlauf juga
Air
terdapat pada jenis kayu di lndonesia, meskipun pernah Air yang berada dalam kayu memberikan pengaruh
dijumpai pada kayu jati.
yang buruk. Pada umumnya, kekuatan kayu menjadi lebih
Sinar Matahari rendah ketika kayu tersebut banyak mengandung air (kadar
Sinar matahariyang langsung menimpa kayu dapat me- air tinggi) dibandingkan dengan kayu kering. Perubahan
nimbulkan retak karena terjadi pengeringan yang terlalu kandungan airdalam kayu bisa menyebabkan mengembang
cepat. Komponen sinar ultra-ungu (ultraviolet) dari cahaya dan menyusutnya sel-sel kayu dan hal ini mengakibatkan
matahari secara perlahan-lahan dapat mengakibatkan oksi- keretakan.

dasi pada permukaan kayu. Akibatnya, di dataran tinggi, Uap air panas (steom) juga memengaruhi kerusakan
kayu itu akan berwarna kecokelat-cokelatan atau keabu- kayu, bergantung pada lama dan besarnya tekanan uap
abuan bila ada pengaruh garam besi. tersebut. Uap air sedikit demi sedikit akan merangsang
Sinar ultra-ungu akan lebih banyak memengaruhi lignin keluarnya asam cuka, asam semut, dan metil-alkohol kayu.
daripada selulosa. Akibatnya, kayu akan menjadi rapuh dan Kemudian, keluar juga gula, hemiselulosa, dan juga zat
mudah patah. Untuk kayu yang tebal, hal ini tidak akan semacam lignin dan zat penyamak. Kayu akan menjadi lunak
dan modulus elastisitasnya menurun sampai 800/0. Beberapa

12 | Pengawetan Kayu dan Bambu


Pengawetan Kayu dan aamOu I 1 3
pendapat menyatakan bahwa uap panas dapat menurunkan b. Foktor Kimia
pengembangan/penyusutan kayu sehingga menjadi lebih Alkali/Basa
stabil daripada kayu biasa. Kayu lebih tahan mendapat perlakuan alkali/basa meski-
pun zat hidrat arang (terdiri dari pentosan dan heksosa) larut
Suhu
di dalamnya. Selain itu, perlakuan basa dapat menimbulkan
Kayu yang mendapatkan panas sekitar 100'C tidak akan
penyabunan terhadap damar. Pada perlakuan basa berkon-
mengalami perubahan, kecuali pengeringan yang lebih
sentrasitinggi dengan suhu kamar, sebagian kecil lignin dari
cepat. Jika pemanasan ini dilakukan terus-menerus dalam
kayu dapat larut. Dalam keadaan suhu dan tekanan tinggi,
jangka waktu yang lama, perubahan akan terjadi. Secara
seluruh lignin dapat dilarutkan.
pasti, proses perubahannya belum diketahui. Namun, diduga
Besarnya pengaruh perlakuan basaterhadap kayu berban-
hal ini terjadi karena pemanasan yang lama, kayu menjadi
ding terbalik dengan volume kayu. Pengaruh akan semakin
rapuh. Pada suhu sedikit di atas 100"C sampai dengan sedikit
besar bila kayunya semakin kecil. Begitu pula sebaliknya.
di bawah 200'C, terjadi perubahan yang sangat lambat,
Pada kayu yang berukuran besar, pengaruh perlakuan basa
terlihat dengan adanya pengurangan berat kayu.
relatif kecil karena hanya terjadi di permukaan. Hal iini di-
Ditemukan juga bahwa pemanasan pada suhu tinggi
sebabkan oleh pengembangan serabut kayu mencegah
akan mengurangi sifat mengembang dan menyusut pada
masuknya alkali lebih dalam lagi. Pengembangan serabut
kayu sehingga kayu menjadi lebih stabil. Namun, metode
kayu ini sudah dapat terjadi pada larutan alkali dengan
ini tidak dipakai dalam praktik karena selain warnanya
konsentrasi keci I (1 o/o-5o/o).
menjadi kecokelat-cokelatan, kekuatan kayu akan banyak
Konsentrasi alkali yang tinggi (pH > 1 1 ) dapat menurunkan
berkurang.
kekuatan kayu. Alkali dengan pH 7-11 tidak menyebabkan
Selain itu, suhu yang rendah dapat menaikkan kekuatan
kerusakan yang berarti, bahkan melindungi kayu dariserang-
kayu yang jenuh air. Namun, sesudah disimpan selama enam
an jamur. Karena larutan alkali konsentrasi rendah ini banyak
bulan di bawah atap, kekuatan kayu praktis kembali seperti
digunakan (dalamperusahaan tekstil, binatu, pertanian, dan
semula.
sebagainya), alternatif kayu lebih dipilih daripada besi dan
beton yang akan mengalami korosi dalam larutan alkali ini.

14 | Pengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan eambu I 1 5


(meskipun dalam keadaan dingin) dan larutnya zat hidrat
Asam
arang, sedangkan lignin tertinggal.
Dibandingkan dengan besi atau beton yang sudah
Gas asam garam diisapoleh kayu dengan sangat cepat
mulai rusak pada pH 5, kerusakan yang berarti pada kayu
sehingga kayu berubah menjadi kecokelat-cokelatan dan
baru terjadi pada pH 2 atau di bawahnya. Hal inidisebabkan
kemudian hijau kehitam-hitaman. Sifat ini dapat dipakai
ekstrak air dari kayu yang segar sebenarnya sudah berada
untuk mengambil gas asam garam dari campuran gas lain-
pada keadaan asam dengan Ph 3,3-6,5. Oleh karena itu,
nya.
tidak perlu khawatir terjadi korosipada kayu'dengan pH 2-
Kayu jati masih tahan terhadap asam belerang dingin
7. Asam-asam organik pun, meskipun konsentrasinya tinggi,
denga n ko n se nt ra s i sa m pa i 1 0olo. Pa d a ko n se nt ra s i 40%, te I a h
tidak mempunyai pengaruh yang berarti pada kayu.
terjadi perombakan hidrolisis secara hebat. Asam belerang
Asam akan menurunkan kekuatan kayu jika konsentrasi
dengan konsetrasi 960/o menyebabkan kayu menjadi arang,
dan suhunya dinaikkan. Juga bila waktu perlakuan asam ini
seperti terjadi pada bahan organik lainnya. Ada pendapat
diperbesar (lebih lama). Serangan asam terhadap kayu di-
bahwa jika di-impregnir (dilapisi) dengan parafin, kayu itu
mulai dengan perombakan polyosa kayu menjadi fulfurol,
menjadi tahan terhadap asam.
asom semut, asom cuka, dan lain-lain. Pada konsentrasi asam
Asam cuka 50o/o dan 800/o tidak menyebabkan penurunan
ya ng ti ngg i,sel ulosa berubah menjad i hid roselu loso. Bila pada
kekuatan yang berarti. Penelitian menunjukkan bahwa pe-
keadaan ini ditambahkan perlakuan panas, pengaruhnya
nurunAn kekuatan sebesar 30% jika dibandingkan dengan
akan bertambah besar. Bila juga ditambahkan asam-asam
kayu kering semata-mata disebabkan pengembangan. Oleh
mineral dalam keadaan dimasak-panas, selulosa yang
karena itu, bejana dan pipa kayu dapat dipakai pada pabrik
dirombak menjadi hidroseluloso akan berubah semuanya
asam cuka.
menjadigula.
Asom sendawa 5olo dalam keadaan dingin tidak berpe- Garam
ngaruh pada beberapa jenis kayu, tetapi pada konsentrasi Keawetan kayu praktis tidak dipengaruhi oleh garam
dan suhu tinggi, semua jenis kayu dirusaknya. Kayu jati yang asam atau basa lebih ditentukan oleh nilai pH larut-
tahan terhadap 5olo dsam garam dingin. Pada konsentrasi an tersebut. Larutan garam higroskopis yang pekat akan
tinggi, kayu perlu dilapisi dengan karet, aspal, atau damar mengisap air dalam kayu sehingga menimbulkan penyusut-
buatan karena akan menyebabkan berkembangnya kayu
Pengawetan Kayu dan SamUu I 17
16 | Pengawetan Kayu dan Bambu
an. Bejana atau pipa yang terkena larutan garam ini akan 2. Faktor Perusok Biologis
menjadi bocor. Kayu juga akan mengalami kerusakan akibat Sebagai benda hidup, kayu memiliki sifat yang kurang
asam yang ditimbulkan oleh garam-garam yang mengalami menguntungkan karena adanya kemungkinan terjadi pe-
penguraian di atas suhu 100'C. Garam tersebut mudah di- rusakan biologis oleh serangan organisme tertentu. Orga-
pengaruhi hidrolisahidrolisa, misalnya garam besi, seng, nisme perusak kayu banyak sekali ragamnya, tetapi yang
aluminium, dan chrom. terpenting dapat digolongkan sebagai berikut.
Larutan garam kalsium umumnya tidak berbahaya un-
a. Jomur Pelapuk Koyu
tuk kayu. Meskipun demikian, pernah dijumpai kayu yang
Serangan jamur pelapuk kayu akan menghancurkan kom-
terdapat pada mesin cuci yang selalu terkena sabun kal-
ponen utama dinding sel kayu. Hal ini akan menyebabkan
sium, ternyata menunjukkan gejala penurunan kadar lignin
berkurangnya sifat mekanis kayu. Komponen utama dinding
dan selulosa. Garam natrium, terutama garam dapur, juga
sel adalah lignin dan selulosa, sedangkan jamur dari kelas
tidak merusak kayu. Garam notrium yang merusak kayu
Bosidiomycetes ini memiliki kemampuan merombak lignin
di antaranya adalah larutan sulfid natrium, terutama pada
dan selulosa sehingga dengan sendirinya kekuatan kayu
kayu berdaun lebar. Akantetapi, ternyata kayu sangat tahan
akan berkurang, bahkan bisa rusak.
terhadap air laut. Umumnya kerusakan terjadi karena kayu
Beberapa jenis jamur hanya merombak seluloso, se-
tidak tahan terhadap serangan binatang laut (penggerek
hingga warna kayu yang dirombaknya berubah menjadi
atau yang lain) sehingga perlu diberi bahan pengawet.
cokelat, sesuai dengan warna lignin yang tersisa. Oleh sebab
c. Foktor Mekonis itu, jamur tersebut dinamakan brown rot.Pada jenis lain
Pada beberapa keadaan, sangat sulit membedakan apa- dijumpai warna kayu menjadi putih pucat akibat serangan
kah kerusakan kayu yang dijumpai itu karena kerusakan jamur yang merombak seluloso dan lignin sehingga jamur
mekanis atau kare na serangan organisme tertentu. Secara tersebut dikenal dengan nama white rof. Serangan brown
sederhana dapat dikatakan, kerusakan mekanis adalah ke- rot pada umurnya lebih cepat menurunkan kekuatan kayu
rusakan pada kayu yang disebabkan oleh gaya mekanis, dibandingkan dengan serangan white rot Kekuatan kayu
seperti lenturan, pukulan, dn gesekan. Lantai kayu misalnya, yang dipengaruhi jamur ini berturut-turut adalah keteguhan
lama-kelamaan akan mengalami aus karena pengaruh pukul, keteguhan lentur, keteguhan tekan, kekerasan, dan
gesekan sepatu. elastisitas.

18 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan SamOu I 19


b. Jomur Pelunok Koyu seluloso sebagai bahan makanan sehingga kekuatan kayu
Kekuatan kayu yang teserang oleh jamur pelunak kayu menjadi hilang.
ini akan turun karena jamur ini menyerang lapisan tengah Seran gan rayap da ri fam i li Kalotremitidae initida k mudah
dinding sel. Serangan jamur dari kelas Ascomycetes ini tampak dari luar. Namun, bagian dalam kayu sudah rusak
terutama dijumpai pada kayu yang berhubungan dengan berat, berlubang-lubang akibat gerekan rayap, bagian per-
tanah atau air. Salah satu jenis yang terkenal dan terdapat di mu kaan kayu masi h tam pa k utu h. Ada nya kotoran berbentu k

mana-mana adalah Chaetomium globusum kunze. butiran halus menjadi tanda adanya serangan rayap kering
ini. Bila diperhatikan secara saksama, hanya akan tampak
c. Jamur Pewarna Kayu lubang halus sebesar ujung jarum pada permukaan kayu.
Serangan jamur ini lebih banyak ditemukan pada kayu
yang basah atau masih segar. Berbeda dengan kedua jenis e. RayapTanah
jamur yang telah disebutkan sebelumnya, jamur ini tidak Jenis rayap ini umumnya menyerang kayu yang berhu-
merombak dinding sel, tetapi hidup dari zat pengisi sel. bungan dengan tanah, misalnya tiang listrik atau rel kereta
Meskipun serangan jamur ini tidak menurunkan kekuatan api. Meskipun demikian, rayap ini juga menyerang kayu
kayu, mutu kayu akan turun karena pewarnaan yang di- yang tidak berhubungan langsung dengan tanah, melalui
timbulkannya. terowongan yang dibuat dari dalam tanah.
Jamur pewarna dari kelas Ascomycetes ini mula-mula Di lndonesia terdapat dua famili rayap tanah, yaitu
tumbuh pada permukaan kayu, kemudian dengan cepat Rhinotermitidae dan Termtidae. Sarangnya pada umumnya
sekali menembus ke dalam kayu sehingga kayu menjadi terdapat di dalam tanah. Agar dapat hidup dan berkembang
berwarna kelabu kebiru-biruan sampai hitam kotor. Jamur biak, rayap ini harus selalu berhubungan dengan tanah
pewarna kayu yang umum dijumpai di daerah tropis adalah untuk mendapatkan persediaan air.
berasal dari genus Ceratocytis dan Diplodia.
f. Bubuk Kayu Kering
d. RayapKoyuKering Bubuk kayu kering yang tampak pada kayu adalah
Jenis rayap ini menyerang kayu yang berada dalam akibat serangan serangga dari ordo Coleoptera. Akibat yang
keadaan kering. Serangannya ditemukan pada hampirsemua ditimbulkan mirip dengan serangan rayap kayu kering, yaitu
jenis kayu yang ringan dan tidak awet. Rayap menggunakan kayu menjadi rapuh dari dalam. Biasanya bubuk kayu ini

20 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan eamOu I 21


menyerang kayu yang sudah kering, misalnya bagian rumah
dan mebel. Bubuk kayu kering initerutama dapat ditemukan
pada jenis kayu yang banyak mengandung zat tepung.
Serangan bubuk kayu dapat ditandai dengan adanya
kotoran yang berbentuk tepung halus sebagai akibat gerek-
an serangga. Pada permukaan kayu akan tampak lubang
keluar serangga dewasa.

Kayu segar yang dibiarkan tanpa diberi bajan pengawt akan mudah
g. BubukKayuBosoh terserang jamur
Bubuk kayu basah diakibatkan serangan kumbang
Ambrosia darifamili Solytidoe dan Plotypodidae. Pada umum-
C. Pengawetan Kayu untukBahan Bangunan
nya mereka menyerang kayu basah karena serangga ini
Berbagaijenis kayu mudah ditemui di lndonesia, tetapi
memerlukan kadar air yang relatif tinggi, yaitu di atas 4Oo/o.
tingkat keawetannya tidak seragam. Dari sekitar 4.000
Kayu yang berkadar air di bawah 25olo sudah tidak dapt
jenis kayu yang ada, dalam penelitian yang dilakukan oleh
diserang oleh kumbang ini.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial
Serangan kumbang inimenyebabkan kualitas kayu turun
Ekonomi Kehutanan, sebagian besar memiliki keawetan
akibat adanya lubang gerekan dan warna kehitaman yang
alamiyang rendah. Meskipun demikian, kayu-kayu tersebut
ditimbulkan kemudian. Kayu yang diserang oleh kumbang
tetap dapat digunakan untuk bahan bangunan, tetapi peka
ini akan menunjukkan lubang bulat kecil dengan diameter
sekali terhadap kondisi iklim tropis yang lembap seperti
sekitar 0,5-2mm. Dinding lubang gerekan akan ditumbuhi
di lndonesia. Agar daya pakainya dapat ditingkatkan, sifat
jamur yang merupakan makanan bagi kumbang Ambrosia.
keawetan alami kayu tersebut harus diperbaiki.
Pertumbuhan jamur ini menimbulkan warna kehitaman
Kayu dengan tingkat keawetan alami yang tinggi se-
pada dinding lubang gerek.
makin langka. Oleh karena itu, tentu saja kayu yang tingkat
keawetan alaminya tinggi akan berharga mahal. Akhirnya,
konsumen memilih menggunakan jenis kayu yang kurang
awet sebagai komponen bangunan. Kayu yang umum

22 I Rengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan gamOu I 23


dipakai untuk bahan bangunan perumahan didominasi dipakai. Kering udara dalam kayu maksimal 35olo untuk
oleh jenis meranti, kapur atau kamper, keruing, kempas, metode pengawetan dengan vakum tekan dan maksi-
bangkirai, dan kayu-kayu campuran yang umumnya mal 45o/o untuk metode proses rendaman dingin dan
didatangkan dari luar Jawa. Selain kayu kamper, semuanya rendaman panas dingin.
memiliki tingkat keawetan yang rendah (kelas awet lll b) Permukaan kayu harus tidak berkulit, bersih, dan bebas
- lV). Tanpa pengawetan yang baik, akan banyak kerugian dari segala macam kotoran.
yang ditimbulkan bila menggunakan kayu yang seadanya. c) Kayu harus sudah dalam bentuk siap-pakai, tidak perlu
Ada berbagai metode pengawetan kayu yang dikenal di pemotongan,penyerUtan,danperlakuanforminglainnya'
lndonesia, dari yang sederhana sampai yang paling rumit. yang
Dalam keadaan terpaksa dilakukan forming,bagian i

Cara yang dapat digunakan antara lain metode pelaburan, terbuka dan tak tembus pengawet harus disapu dengan ;

rendaman, dan vakum tekan. bahan pengawet konsentrasi tinggi secara merata.
Agar hasil pengawetan kayu sesuai dengan yang di- d) Kayu dengan sifat keawetan atau berat jenis berbeda
harapkan, pertama-tama haruslah diketahui dulu jenis kayu- harus diawetkan secara terpisah. r

nya dan kemungkinan penyebab kerusakannya. Metode e) Kayu dengan ukuran tebal berbeda harus diawetkan se- :

pengawetan kayu yang ada didalam buku ini lebih mengarah cara terpisah.
pada pencegahan (perlindungan) kayu dari serangan
organisme tertentu (faktor biologis). Untuk hal yang bersifat
nonbiologis (air, udara, matahari), tindakan pencegahan Bahan pengawet adalah suatu senyawa kimia yang bila
yang dilakukan adalah dengan memperhatikan konstruksi dimasukkan ke dalam kayu, dapat meningkatkan ketahanan f

bangunan. kayu dari serangan faktor perusak biologis. Hal ini berarti .

bahan pengawet yang digunakan dalam pengawetan harus i

1, TohopPropengawetan mampu mencegah serangan rayap tanah, rayapkayu kering , '

Untuk mencapai hasil pengawetan yang optimal, perlu bubuk kayu kering, dan jamur perusak kayu. I

diperhatikan hal-hal berikut. Jenis bahan pengawet di lndonesia dibagi menjadi


a) Kadar air yang terkandung dalam kayu yang akan diawet- empat golongan, yaitu:
kan harus sesuaidengan metode pengawetan yang akan

24 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan eamUu I 25


a) Golongan CCA, misalnya tanalith, kemira, celcure, dan 1. bak pencamur berguna sebagai tempat membuat dan
osmose; mengaduk bahan pengawet
b) Golongan CCB, misalnya wolmanit, diffusol, dan impralit; 2. tangki atau bak persediaan berguna sebagai tempat
c) Golongan CCF, misalnya basilitp; dan menyimpan persediaan larutan bahan pengawet yang
d) Golongan BFCA, misalnya koppers. sudah siap pakai

Semua bahan pengawet tersebut memiliki persyaratan 3. bak pencelup berguna sebagai tempat mencelupkan
penembusan dan retensi masing-masing. Nilai penembusan kayu yang akan diawetkan
(penetrasi) bahan pengawet dinyatakan dalam satuan mm, 4. terpal kedap air berguna sebagai penutup kayu yang

menunjukkan kemampuan tembus bahan pengawet ke telah dicelup


dalam sel kayu yang diawetkan. Retensiberarti kemampuan 5. pompa pemindah larutan berguna sebagai alat untuk

kayu menyerap bahan pengawet yang dinyatakan dalam mengalirkan serta memindahkan larutan bahan peng-
kg/m3. awet
Formulasi yang beredar di pasaran bermacam-macam. 6. timbangan, gergaji, bor riap, gelas ukur, aerometer, dan

Ada yang berbentuk tepung, pasta, dan cairan. Tentunya pengukur kadar air.
bahan pengawet yang baik harus memenuhi persyaratan Agar pengawetan berjalan mudah, usahakan tempat
sebagai berikut: untuk pengawetan agak luas. Kayu yang akan diberi bahan
a) memiliki daya penetrasi (penembusan)yang tinggi pengawet ditumpuk rapi di satu sisi dan di sisi lain disiapkan
b) memilikidaya racun yang ampuh untuk kayu yang sudah selesai dicelup. Pencelupan dapat
c) bersifat permanen dilakukan dengan tangan atau dengan bantuan katrol. Jika
d) aman dipakai menggunakan katrol, tumpukan kayu yang akan dicelup
e) tidak mengurangi sifat baik kayu jangan lebih dari 75o/ovolume bak pencelup.
Kayu dicelupkan dalam larutan beberapa saat, tidak lebih
3, TahopPengawetan dari tiga menit. Segera setelah diangkat, kayu diletakkan
o. Metode Pencelupan sesaat di tempat yang kedap air dan bila dirasa tumpukan
Peralatan pokok yang diperlukan dalam metode ini kayu tersebut sudah cukup banyak, barulah tumpukan di-
adalah: tutup dengan terpal. Hal ini bertujuan supaya penguapan

26 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan SamOu I 27


3. bak pengawet atau perendam digunakan sebagaitempat
kayu diawetkan
4. pompa pemindah larutandigunakan untukmemindahkan
larutan bahan pengawet
5. alat pelengkap: i, gelas ukur, pengukur kadar air, gergaji,
dan bor riap.

Kayu yang akan diawetkan harus sudah mengalami proses


penyerutan, pemotongan, dan tinggal pengonstruksian
saja. Kayu tersebut diusahakan dalam keadaan kering udara
lnstalasi pencelupan atau setengah kering dengan kadar air tidak lebih dari 45olo.
Metode ini lebih tepat diterapkan di lokasi pembangunan
dapat dicegah dan kayu dapat tetap basah sehingga bahan
gedung atau perumahan yang dilaksanakan secara massal.
pengawet dapat meresap ke dalam kayu.
Lebih cocok lagi digunakan pada bangunan dengan peng-
Lama penutupan dengan terpal ini sangat bervariasi,
gunaan komponen kayu yang bervolume besar.
bergantung pada jenis dan ukuran kayu. Paling tidak sekitar
Kayu yang akan diawetkan ditumpuk dalam bak peng-
tiga minggu atau ketika penetrasi telah mencapai minimal
awet dan diberi palang penahan supaya kayu tidak ter-
10 mm, terpal dapat dibuka. Jika angka ini belum tercapai
apung. Kemudian, larutan bahan pengawet dialirkan dari
sebaiknya terpal jangan dibuka dulu.
bak persediaan ke dalam bak pengawet sampai permukaan
b. Rendamon Dingin larutan mencapai tinggi 10 cm di atas tumpukan kayu.
Peralatan pokok dalam rendaman ini terdiri dari: Penetapan retensi dan penembusan dipilih dari 10 con-
1. bak pencampur digunakan untuk membuat dan meng- toh yang kira-kira mewakili. Kesepuluh potong kayu ter-
aduk larutan bahan pengawet sebut ditimbang dan ditempatkan dalam tumpukan kayu
2. bak atau tangki persediaan digunakanuntuk menyimpan sedemikian rupa sehingga setiap saat dapat diangkat dengan
persediaan larutan bahan pengawet yang sudah siap mudah untukditimbang kembali meskipun terendam dalam
pakai bahan pengawet.

28 | Pengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan eamUu I 29


Pompa pemindahan Artinya, jika nilai Bo sudah diketahui dan target retensi
Bak pencampur Bakperendam
(R)yang diinginkan, melalui persamaan di atas diperkirakan
perendaman dapat dihentikan ketika nilai B, telah tercapai.
Untuk uji penembusan, cara dan metodenya dapat dilihat
pada bagian pengawasan mutu.

c. Metode Rendamon Ponos Dingin


Peralatan pokok yang digunakan untuk metode ini ada-
nstalasi rendaman di ngi n
lah sebagai berikut:
I

1. bak pencampur digunakan untuk membuat dan meng-


Lama rendaman bergantung pada jenis dan ukuran kayu
aduk larutan bahan pengawet
yang diawetkan. Perendaman dihentikan bila berat contoh
2. bak persediaan digunakan untuk menyimpan persediaan
uji sesudah diawetkan menunjukkan nilai retensi yang di- bahan pengawet yang sudah siap pakai
kehendaki. Untuk mengetahui apakah nilai retensi yang
3. bak pengawet yang sudah dilengkapi dengan fasilitas
diinginkan telah tercapai atau belum, dapat diperkirakan pemanas
dengan menimbang contoh uji sebelum direndam dan se-
4. pompa pemindah larutan
sudah direndam. Selanjutnya, digunakan persamaan berikut
5. alat bantu lain: hidrometer, gelas ukur, termometer, peng-
ini.
ukur kadar air, gergaji, dan bor riap, serta timbangan.

,,_ R-V+Bo Kayu yang akan diawetkan harus siap pakai dan dalam
ul-
K keadaan kering udara atau setengah kering dengan kadar
B, = berot contoh uji sesudah direndam (kg) air tidak lebih dari 45010. Seperti halnya dalam pengawetan
Bo= berot contoh ujisebelum direndam (kg) dengan rendaman dingin, setelah kayu ditumpuk dalam bak
R = retensibahan pengawet (kg/m1 pengawet, palang penahan harus selalu dipasang agar kayu
V =volume kayu yang diawetkon tidak terapung. Ketika larutan bahan pengaawet dialirkan ke
K = konsentrasi larutan bahan pengawet dalam bak pengawet, biarkan bahan itu merendam tumpuk-
an kayu sampai ketinggian 10 cm dari permukaan kayu.

3O I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan AamUu I 31


Setelah semuanya siap, barulah pemanasan dilangsung- d. MetodeVakumTekon
kan. Bak pengawet dipanaskan sampai larutan bahan peng- Peralatan yang dibutuhkan dalam instalasi metode
awet mencapai suhu 70'C. Suhu tersebut dipertahankan vakum tekan adalah sebagai berikut:
selama beberapa jam. 1. tangki pengawet, yaitu bejana tahan vakum dan tahan
Melalui pemanasan ini, udara di dalam kayu akan me- tekanan tempat kayu diawetkan
ngembang dan akan tampak gelembung udara keluar dari 2. tangki pengukur digunakan untuk mengukur jumlah
permukaan kayu. Pemanasan dihentikan ketika sudah tidak larutan yang terpakai
ada lagigelembung udara yang keluar. 3. tangki persesdiaan digunakan untuk menyimpan per-
Api pemanas dimatikan dan larutan bahan pengawet sediaan larutan bahan pengawet yang sudah siap pakai
dibiarkan mendingin paling tidak setelah 12 sampai 16 4. tangki pencampur digunakan untuk mengaduk atau
jam. Setelah dingin, larutan bahan pengawet dapt dialirkan mencampur larutan
kembali ke tangki persediaan. 5. pompa vakum digunakan untuk mengisap udara dalam
Untuk mengetahui berhasil tidaknya pengawetan ini kayu yang berada dalam tangki pengawet
dilakukan pengujian seperti dalam metode rendaman di- 6. pompa tekan hidrolik digunakan untuk menekan larutan
ngin. Gunakan sepuluh potong contoh kayu yang kira-kira supaya dapat meresap ke dalam kayu
mewakili, kemudian uji penetrasi dan retensinya. 7. bejana vakum, yaitu penghubung antara pompa vakum
dan tangki pengawet
8. pompa pemindah larutan
9. kompresor.

Selain peralatan tersebut, instalasi tersebut masih


harus dilengkapi dengan manometer, termometer, dan
skala pengukur volume. Gunanya untuk memantau proses
pengawetan dengan melihat tekanan dan vakum suhu
dalam tangki serta banyaknya larutan yang diserap oleh
kayu. Alat pokok yang tidak boleh dilupakan seperti pada
lnstalasi rendaman panas dingin

321 Pengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan samuu I 33


metode lainnya adalah hidrometer, gelas ukur, gergaji, bor 3. Pompa vakum dijalankan sampai mencapai tingkat
riap, dan timbangan untuk mengukur contoh uji. vakum tertentu (60 cm Hg)dan terus dipertahankan sam-
Kayu dengan beratjenis 0,60 atau lebih harus dikeringkan pai jangka waktu tertentu (90 menit). Tinggi dan lama
terlebih dahulu sampai kadar air 3Oo/o sebelum diawetkan. vakum awal bergantung pada jenis dan volume kayu
Untuk kayu dengan berat jenis kurang dari 0,60, kadar airnya yang diawetkan.
maksimal 35ol0. 4. Larutan bahan pengawet daritangki persediaan dialirkan
Pelaksanaan metode ini sebagai berikut. ke dalam tangki pengawet. Sementara itu, vakum awal
1. Periksa terlebih dulu instalasi pengawetan, tangki per- tetap dipertahankan tidak boleh turun lebih dari 10 cm
sediaan dalam keadaan penuh bahan pengawet dan Hg.
tangki pengawet dalam keadaan kosong. 5. Tekanan hidrolik dimulai sampai mencapai tingkat
2. Setelah semuanya siap, kayu dimasukkan ke dalam tangki tertentu (8-15 atm) dan terus dipertahankan selam dua
pengawet, tutup dengan baik jangan sampai ada yang jam. Hal ini berguna untuk memasukkan bahan pengawet
bocor. ke dalam kayu. Tinggi dan lamanya bergantung pada
1 . Tongki pengawet jenis dan ukuran kayu.
2.Tongki pengukur
3. Tongki persediaon
6. Tekanan dihentikan dan larutan bahan pengawet dialir-
4.Tangki pencampur
kan kembali ke tangki persediaan.
5. Pompa vakum
6. Bejana vakum 7. Vakum akhir d'rjalankan untuk membersihkan permukaan
7. Pompa pemindoh
8. Kompresor kayu dari sisa bahan pengawet yang berlebihan. Tinggi
vakum akhir sama dengan vakum awal dan lamanya
sekitar 15 menit.

Untuk mengetahui keberhasilan pengawetan yang di-


lakukan, dapat dilihat dari pengukuran penembusan dan
retensi bahan pengawet. Penetapan penembusan dapat
dilihat pada bagian pengawasan mutu. Berdasarkan target
retensidan jumlah volume kayu yang akan diawetkan dapat
lnstalasi vakum tekan dihitung banyaknya penyerapan bahan pengawet yang
34 | eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan eamOu I 35
harus dicapai. Caranya dengan menggunakan persamaan pengawet. Selain itu, tentu saja perlu diperhatikan cara pe-
berikut: rawatan selama barang tersebut dipakai.
Ada banyak jenis kayu yang digunakan untuk barang
RxV
A_ kerajinan dan mebel, antara lain sengon, kemiri, karet,
K
pulai, jelutung, kapuk, dan ramin. Pada umumnya, kayu ter-
A = larutan yang harus diserap (lite) sebut adalah jenis kayu ringan atau kayu yang berwarna
R = target retensi (Kg/m3) muda. Jenis kayu tersebut sering kali menoalami cacat atau
V = volume kayu yang diawetkan (m3) kerusa kan biologis beru pa pewa rnaa n kotor a kibat seran ga n
K = konsentrasi loruton bahan pengowet, o/o berat volume jamur biru, berlubang-lubang karena serangan kumbang
(dalam desimal) Ambrosia, atau karena bubuk kayu kering.
Kerusakan tersebut dapat terjadi sejak kayu masih
D. Pengawetan Kayu untuk Barang Kerajinan dan di hutan sampai menjadi barang kerajinan dan mebel,
Mebel bahkan sampai ke tangan konsumen. Kerugian yang di-

Alam lndonesia yang kaya akan kayu, telah mendukun timbulkan oleh kerusakan cukup besar. Oleh karena itu,
peembentukan masyarakat yang akrab dengan barang diperlukan teknik pengawetan yang sesuai. Tentunya yang

kerajinan dan mebel dari kayu. Walaupun kini sudah dapat memperpanjang umur pakai, mudah dilakukan, dan
ekonomis.
bergeser ke barang yang lebih praktis, misalnya dari plastik
atau logam, minat terhadap barang kerajinan dan mebel
1. Penyebab Kerusokan Koyu Kerajinan don Mebel
dari kayu tetap tinggi. Barang kerajinan dan mebel dari kayu
Barang kerajinan dan mebe[ yang terbuat dari kayu
memiliki nilai tersendiri di mata masyarakat. Nilai barang
banyak yang rusak akibat serangan jamur pewarna, bubuk
kerjinan dan mebel akan semakin tinggi jika dihadapkan
kayu basah, rayap kayu kering, dan bubuk kayu kering.
pada kondisi hutan kita saat ini.
Untuk lebih jelasnya, perlu diketahui terlebih dulu ciri-ciri
Agar barang kerajinan dan mebel dapat menacpai umur
serangan organisme perusak tersebut. Dengan demikian,
pakai yang maksimal, bahan bakunya (kayu) perlu diberi
dapat ditentukan teknik pengawetan yang tepat.
perlakuan khusus, antara lain dengan ditambahkan bahan

36 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan SamOu I 37


o. Jamur Peworna Koyu c. RoyapKoyuKering
Jamur pewarna mula-mula tumbuh pada permukaan Barang kerajinan dan mebel mudah terserang oleh rayap
kayu, kemudian dengan cepat menembus ke dalam kayu. kayu ini. Sesuai dengan namanya, rayap kayu dari famili
Kayu akan menjadi berwarna kelabu kehiru-biruan sampai Kalotermitidae ini menyerang kayu dalam keadaan kering.
hitam kotor. Jamur pewarna bisa menyerang barang ke- Umumnya, rayap ini menyukai jenis kayu yang ringan dan
rajinan saat bahan bakunya masih berupa dolok (batang tidak awet. Serangan rayap tidak mudah kelihatan dari luar.
kayu yang masih belum digergaji) ataupun dalam bentuk Permukaan kayu akan tampak utuh meskipun pada bagian
kayu gergajian yang masih basah. dalamnya rusak.
Serangan jamur pewarna biasanya terjadi pada per- Pada permukaan kayu hanya akan terlihat lubang halus
mukaan dolokyang kulitnya terkelupas. Pada kayu gergajian, sebesar ujung jarum. Ciri khas yang lain ditunjukkan dengan
jamur pewarna dapat mengotoriseluruh permukaan ataupun adanya kotoran yang berbentuk butiran halus (granule).
bagian dalam kayu. Kekuatan kayu tidak terpengaruh Tanpa pencegahan sejak awal, hal ini akan mengakibatkan
oleh serangan jamur pewarna ini. Akan tetapi, kerugian mutu kayu cepat turun.
'kayu
dapat terjadi karena permukaan menjadi-koro-r dan
kualitasnya menurun.
d. Bubuk Kayu Kering
Serangan bubuk kayu, seperti halnya serangan rayap,
b. Kumbong Ambrosio tidak mudah tampak dari luar. Perbedaannya terletak pada
Kumbang Ambrosia biasanya menyerang kayu ber- adanya kotoran yang berbentuk lebih halus seperti tepung
samaan dengan jamur pewarna pada kayu basah dengan (powder). Pada permukaan kayu akan terlihat bekas lubang
kadar air di atas 4Oo/o.Pada permukaan kayu akan dijumpai gerekan yang merupakan lubang keluar serangga dewasa.
lubang-lubang kecil bekas gerekan kumbang Ambrosia. Jenis kayu yang banyak mengandung zat tepung (pati) mu-
Lubang bekas gerekan tersebut akan ditumbuhijamur dan dah sekali terserang bubuk kayu. Serangan yang sangat
menimbulkan warna kehitaman. Akibatnya, kualitas kayu cepat ditemukan pada kayu karet dan mahoni.
akan turun dengan adanya lubang bekas gerekan.
2. Pencegahan Sementora
Dolok dan kayu gergajian yang masih segar sebagai
bahan baku barang kerajinan dan mebel mudah terserang
38 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan eamou I 39
jamur pewarna dan bubuk kayu basah. Oleh karena itu, pen- dihindarkan dari serangan jamur pewarna dan kumbang
cegahan sejak awal perlu dilakukan agar mutu bahan baku Ambrosia. Bahan pengawet yang digunakan dapat dilihat di
tersebut tidak turun. Namun, jika dolok atau kayu gergajian tabel ini:
segar tersebut dapat segera dikeluarkan dari hutan, diproses,
dan dikeiingkan dengan waktu yang cepat, tidak perlu diberi
Konsentrasi dalam
bahan pengawet untuk pencegahan sementara. Jenis bahan pengawet Pewarnaan terhadap kayu
ai (o/o)

Peralatan pokok yang diperlukan untuk membuat pen- mewarnat


Creosote 50-75
cegahan sementara antara lain: Cyhalotrin 0,05 tidak mewarnai

1. bak (tangki) pencampur digunakan untuk membuat dan Cypermetrin 0,05 tidak mewarnai
Decamatrin 0,025 tidak mewarnai
mengaduk bahan larutan pengawet
Gamma-BHC 1,2 tidak mewarnai
2. bak (tangki) persediaan digunakan untuk menyimpan Leptophos 1,2 tidak mewarnai
persediaan, Permathrin 0,3 tidak mewarnai
Phoxin 2,0 tidak mewarnai
3. bak pencelupan atau sprayer penyemprot digunakan Pirimiphos metyl 3,125 tidak mewarnai
untuk kayu yang diawetkan, dan Fenitrothion 2,4-3,0 tidak mewarnai

4. ruang penyimpanan kayu yang sudah diawetkan.


Bahan pengawet untuk dolok

a. Pencegohan Sementara pado Dolok


Untuk pencegahan sementara pada dolokdiperlukan dua b. Pencegahon Sementoro poda Koyu Gergojian

jenis bahan pengawet, yaitu bahan pengawet untuk men- Kayu gergajian basah umumnya mudah terserang
cegah serangan jamurdan bahan pengawet utnuk mencegah
jamur pewarna. Kumbang Ambrosio kurang menyukai kayu
serangan bubuk kayu basah (kumbang Ambrosia). gergajian basah.. Oleh karena itu, bahan pengawet yang
Untuk setiap meter persegi (m2) permukaan, dibutuhkan dibutuhkan hanyalah untuk mencegah serangan jamur.
larutan sekitar 150-200 ml. Pelaksanaannya dapat dilakukan Bahan pengawet yang bisa digunakan dapat dilihat pada

dengan cara menyemprotkan larutan pestisida campuran tabel berikut.


(fungisida dan insektisida) ke seluruh permukaan dolok. Untuk setiap m' permukaan, dibutuhkan 150-200 ml
Penyemprotan perlu dilakukan sesegera mungkin, maksimal larutan pengawet. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan

24 jam setelah penebangan sehingga sedini mungkin bisa cara pencelupan atau penyemprotan.

40 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan gamUu I 41


Jenis bahan Konsentrasi dalam Pewarnaan
pengawet air (o/o) terhadap kayu

Copper-8 6 tidak mewarnai

MTC o,4-1 ,O tidak mewarnai

TCTMB + M 1 - 1,5 tidak mewarnai

Barang kerajinan sebaiknya diawetkan dengan tepat agar bisa


Bahan pengawet untuk kayu gergajian bertahan lama

a. Pelaburan
Pelaburan adalah cara yang paling mudah dan sederhana
3. Pengawetan
dalam pengawetan kayu. Pelaburan dilakukan terhadap
Untuk membedakan dengan pencegahan yang bersifat
kayu yang sudah dibentuk sebelum memasuki tahap
sementara, digunakan istilah pengawetan. Pengawetan
pemolesan akhir (fnlshing touch). Kelemahan metode ini,
bertujuan untuk mencegah serangan organisme peng-
bahan pengawet hanya sedikit yang dapat diserap kayu.
ganggu kayu dalam jangka panjang. Pengawetan terhadap
Pengawet dengan pelaburan hanya membutuhkan kuas
barang kerajinan dan mebel dapat dilakukan ketika masih
atau rol dan wadah untuk larutan bahan pengawet. Bahan
berupa bahan baku ataupun yang sudah jadi. Apabila kayu
pengawet yang dapat dipergunakan antara lain borax +
sebagai bahan baku sudah melewati proses pengawetan,
borot, decametrin, cypermethrin, cyholothrin, permetrin,
produk dari kayu tersebut tidak perlu lagi diberi bahan
fenithrotion, pirimiphos metil, dan xyloxmon. Banyaknya
pengawet. Oleh karena itu harus diketahui dengan jelas
larutan bahan pengawet yang dilaburkan sekitar 150-200
tahapan proses yang telah dilewati kayu untuk baranj ke-
ml setiap m'permukaan.
rajinan dan mebel, yaitu pelaburan, pencelupan, dan vakum
Sebelum dilakukan pelaburan, permukaan kayu harus
tekan. Setiap metode tersebut memiliki kelebihan dan
dibersihkan dari kotoran dan minyak. Pelaburan dilakukan
persyarata n tersend iri.
beberapa kali sampai permukaan kayu benar-benar tertutup

42 | eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan AamOu I 43


secara merata dengan bahan pengawet. Pelaburan kedua
dan seterusnya dilakukan setelah bahan pengawet yang
sebelumnya kering. Kayu yang sudah dilabur sebaiknya
disimpan ditempat yang aman dan dijaga supaya terhindar
dari siraman air.
Pada barang kerajinan atau mebelyang banyak memiliki
lekukan, lubang atau relief-reliel pelaburan harus dilakukan
dengan saksama agar tidak ada bagian yang terlewatkan.
Kadang kala bagian yang terlewatkan iniakan menjadi sum-
ber masuknya serangan bubuk kayu.

b. Pencelupan
Metode initidak berbeda jauh dengan metode pelaburan,
cukup sederhana dan mudah. Metode ini cocok untuk kayu
bahan baku kerajinan mebel atau mebel yang berlekuk-
lekuk dan banyak memiliki relief. Kemungkinan ada bagian
ynag tidak terkena bahan pengawet dapat ditekan. Bahan
pengawet yang digunakan sama dengan bahan pengawet
dalam proses pelaburan.
Hanya saja di sini dibutuhkan sebuah wadah yang relatif
besar-bergantung pada jenis barang yang dibuat-yang
digunakan untuk mencelupkan kayu. Alternatif lain yang
biasa digunakan adalah dengan melewatkan kayu melalui
ban berjala n (konveyor) ke dalam wadah larutan bahan peng-
Peralatan pengawet kayu yang ada di pasar awet. Lama pencelupan kurang lebih 5-10 detik. Selanjutnya,

44 I Rengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan gamUu I 45


kayu tersebut harus disimpan di tempat yang aman dan d. Proses Rendaman
tertutup, misalnya dengan terpal. Pengawetan dengan metode rendaman membutuhkan
Dalam keadaan tertutup tersebut, kemungkinan terjadi peralatan, antara lain, bak pencampur, tangki persediaan,
penguapan dapat ditekan sehingga bahan pengawet dapat bak perendam, dan pompa pemindah larutan. Bak perendam
meresap dalam sel-sel kayu. Lama penyimpanan bervariasi, sebaiknya disesuaikan dengan jenis dan volume kayu yang
bergantung pada jenis kayu dan ukuranya. Biasanya yang akan direndam.
digunakan sebagai patokan adalah besarnya nilai penetrasi, Metode rendaman inidapat menggunakan bahan peng-
paling tidak sudah mencapai 10 mm. awet borax + borat dengan konsentrasi 2-7o/o dengan per-
syaratan retensi 6kg/m3. Kayu akan diberi bahan pengawet
c. Penyemproton ditumpuk di dalam bak sesuai kapasitas.
Metode ini tidak jauh berbeda dengan kedua metode Dalam pelaksanaannya, yang penting untuk diperhatikan
di atas. Jenis bahan pengawet yang digunakan sama persis. adalah memberikan ruang yang cukup bagialiran larutan ke
Hanya saja di sini digunakan alat penyemprot untuk aplikasi permukaan kayu. Antara satu kayu atau barang kerajinan
bahan pengawet. dan yang lain perlu diberi pengganjal. Proses perendaman
Penyemprotan dapat dilakukan dengan cara manual, dihentikan jika retensi yang diinginkan telah tercapai.
menggunakan alat penyemprot (sproyer) biasa. Bisa juga Lama perendaman untuk barang kerajinan cukup satu
dibuat sebuah terowongan yang di dalamnya terdapat hari. Perendaman untuk bahan baku mebel sebaiknya di-
spraye r; den ga n men g g u na ka n ba n berja la n, kayu d i lewatka n
sesuaikan dengan jenis kayu yang digunakan, asalkan nilai

dalam terowongan tersebut. retensinya sudah tercapai.

Agar penyemprotan merata, jarak harus diatur. Untuk e. VokumTekon


penyemprotan mekanis atau lewat terowongan, jarak pe- Pengawetan kayu kerajinan atau mebel dengan meng-
nyemprotan bisa diaturtetap konstan. Namun, sulit menjaga gunakan proses vakum tekan, baik peralatan maupun
jarak yang konstan pada penyemprotan manual. Jaraknya persyaratannya, tidak berbeda dengan yang diterapkan
yang ideal kurang lebih 30 cm. Pengaturan jarak ini penting pada kayu untuk bangunan. Bahan pengawet yang bisa
agar larutan bahan pengawet tidak tercecer. digunakan adalah borax + borat dengan konsentrasi 2-5o/o.

Pelaksanaannya sebagai berikut.

46 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan eambu I 47


1. Setelah kayu barang kerajinan atau mebel masuk ke
dalam tangki pengawet, vakum awal dimulai dan diper-
tahankan pada 60 cm Hg. Bab 3
2. Setelah 30 menit, vakum awal dihentikan. Kemudian,
larutan pengawet dari tangki persediaan dialirkan ke Pengawetan Bambu
tangki pengawet. Selama proses ini berlangsung, tingkat
vakum awal tidak boleh turun lebih dari 10 cm Hg.
3. Tekanan hidrolik dimulai pada tekanan 10-12 cm Hg.
Hal ini dilakukan agar bahan pengawet dapat masuk ke
A. Bambu SebagaiTanaman Serba Guna
dalam kayu. Bambu termasuk dalam keluarga rumput-rumputan.
Tanaman ini tumbuh alami di semua benua kecuali Eropa
4. Tekanan hidrolik dihentikan setelah tingkat retensi ter-
pada 46'LU - 47"L5. Sebanyak 80olo darijumlah tanaman ini
capai, sekitar 7z sampai 2 jam.
5. Setelah larutan bahan pengawet dialirkan kembali ke berada di Asia Tenggara. Ada dugaan bahwa penyebaran

tangki persediaan, vakum akhir dimulai. bambu seiring dengan penyebaran manusia. Riset
6. Vakum akhir dipertahankan pada 60 cm Hg selama Uchimura dan Dransfield pada tahun 1980 mengungkapkan

15 menit. Selanjutnya, kayu dikeluarkan dari tangki kemungkinan adanya 45-50 genus bambu yang terbagi
pengawet. dalam 700-750 spesies. Sementara itu, FAO pada tahun 1978
mengumumkan adanya 75 genus bambu dengan 1.250
spesies.
Bambu adalah tanaman yang paling cepat tumbuh.
Bambu mencapai ketinggian maksimum setelah 2-4 bulan.
Setelah itu percabangan dimulai. Kebanyakan bambu
merupakan tanaman tegak. Beberapa spesies, misalnya
Dinochloa, dapat merambat. Kebanyakan bambu berbunga
dalam interval waktu yang lama, beberapa decade. Setelah
berbunga dan berbuah, rumpunnya mati. Pengetahuan

48 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan eamOu I 49


tentang ini masih sedikit sekali. Spesies yang lain berbunga Bambu dikenaldengan sebutan kayunya orang desa dan
setiap tahun dan ada juga yang tidak terartur. Ketika emas hijau. Karena kekuatan dan kelenturannya, bambu
bunga dan buahnya mati, rhizoma-nya tetap hidup dan digunakan untuk bahan bangunan rumah dan konstruksi
menghasilkan rumpun yang baru. Diameter rumpunnya yang lain, terutama di pedesaan. Selain itu, bambu juga
pada kebanyakan spesies di daerah subtropis adalah g-15 digunakan untuk mebel, kerajinan tangan, bahan dalam
cm dan panjangnya 2-4m. Di daerah tropis, diameternya industri kertas, alat musik, senjata, obat-obatan, landscaping
15-20 m dan panjangnya mencapai 40 m. Sebuah rumpun taman, bahan, bahan makanan, dan batangnya dapat
bambu seumur hidupnya diperkirakan bisa menghasilkan dijadikan arang. Pada tahun 1970 di lndia, 600lo bahan baku
batang bambu berdiameter 30 cm sepanjang 5 km. kertas adalah bambu. Jepang mengimpor rebung kalengan
Di daerah hutan hujan tropis, bambu tumbuh dalam terutama dari China dan Thailand. Hampir 80% bambu yang
kelompok. Ketika terjadi gangguan terhadap hutan alam, dihasilkan negara- Negara Asia dikonsumsi oleh masyarakat
misalnya karena logging dan pembudidayaan tumbuhan, local. Bambu adalah hasil hutan yang dikonsumsi oleh
bambu semakin tersebar. Misalnya jenis daerah China, masyarakat yang penting. Ada gabungan antara fungsi fisik
Jepang, danTaiwan. Budidaya bambu dilakukan di lndonesia, dan fungsi artistic. Meskipun serba guna, jenis bambu yang
lndia, dan Bangladesh. digunakan dalam skala komersial masih sedikit, misalnya
bambu hitam, bambu andong, bambu petung, dan bambu
tali. Tabel di halaman 46 menunjukkan jenis-jenis bambu
yang digunakan di lndonesia dan penggunaanya.
Ketika perdagangan rotan meningkat pesat dalam
setengah dekadeterakhir, perdagangan bambu masih dalam
tahap embrio. Negara-negara yang terlibat perdagangan
bambu adalah Philipina, Malaysia, lndonesia, Bangladesh,
Sri Lanka, Thailand, lndia, China, Taiwan, Hongkong, dan
beberapa negara Afrika.

5O I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan SamUu I 51


Jenis bambu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 't0 t1 12 13 t4

Arudinaria japonica
Bambusa arudinacea
Bambusa atra
Bambusa blumeana
Bambusa glaucescens
Bambusa polymorpha
Bambusa vulgaris
Dendrocalamus asper
Dinochloa scandens
Gigantochloa apus Bambu batangan
Gigantochloa otter
Gigantochloa aff. Atter
G i gantoch loa ve rti ci I lata
Nastus elegantissimus
Bambu yang diperdagangkan adalah bambu yang
Phyllostachys aurea dibudidayakan oleh masyarakat. Jarang sekali yang diambil
P. nigra
Schizostochyum blumei
dari hutan alami. Perkiraan jumlah total rumpun bambu dari
S. branchyclaudum perkebunan di Jawa, Sumatera, Bali, dan Sulawesi Selatan
S. coudatum
5.lima
adalah 33-146.juta.
S. zollingeri Meskipun digunakan oleh masyarakat luas, penelitian
Thyrsostachys sia m e n si s
tentang spesies-spesies bambu dan budidaya bambu
Spesies bambu di lndonesia dan penggunaannya secara khusus belum banyak dilakukan. Masalah yang
Keterangan tabel: dihadapi dalam pemanfaatan sumber daya bambu adalah
1. Bahan bangunan 2. Cangklong ketergantungan pada spesies tertentu, misalnya bambu
3. Wodah 4. Mebel
5. Kerajinan tangan 6. Peralotan memancing hitam. Dahulu bambu hitam hanya digunakan untuk
7. Bohan boker 8. Pipa air membuat perangkat alat musik di Jawa Barat. Kemudian
9. Peralatantradisional 10. Rebung mebel dari bambu hitam mulai dibuat dan ternyata lebih
11. Peralatan musik 12t. lndustri kertos
disukai masyarakat. Mebel bambu hitam kemudian dibuat
13. Pengobatan 14. Tanaman hios
juga oleh pengrajin di Jawa Tengah dan Jawa Timur, padahal

52 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan SamUu I 53


bambu hitam hanya tumbuh di Jawa Barat. Terjadilah
persaingan untuk memperoleh bahan baku dan harganya
pun naik. Kebutuhan bahan baku untuk mebel lebih banyak
dan ini menyebabkan pengrajin alat musik gulung tikar.
Permintaan bambu dalam industri sebetulnya besar. Kadang
penggunaannya digantikan oleh aghatis dan pinus. Banyak
produk dari bambu kini diolah dengan teknologi tinggi. lni
dengan sendirinya memerlukan studi lanjut.

B. Keawetan Bambu
Kerajinan bambu, peluang pasar baru

**.,'ryffi 1. Pengertian Keawetan Bambu


ffW
,:,,,-,,. .
'{r
...?,;{,&,
Keawetan bambu adalah daya tahan bambu terhadap
,*@ berbagaifactor perusak bambu, misalnya ketahanan bambu
terhadap serangan rayap, bubuk kay'u kering, dan jamur
'-j
perusak bambu.
.. '
.:
w44
L
4;
," _.J#*- " 2. Foktor Penentu Keoweton Bambu
F-" _:*u,.Wi;qtt Ketahanan alami bambu lebih rendah dibandingkan
Keranjang daribambu Bambu yang dibiarkan di udara dengan kayu. Ketahanan bambu tergantung pada kondisi
terbuka umurnya kurang dari 3tahun
iklim dan lingkungan. Bambu tanpa perlakuan khusus dapat
bertahan antara satu sampai tiga tahun jika berinteraksi
dengan air laut usianya kurang darisatu tahun'Jika diawetkan
usianya bisa menca pai 4-7 tahun dan dalam kondisi tertentu
bisa mencapai 10-1 5 tahun.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik bambu:
a) Memiliki batang berbentuk PiPa;
,.: Liang kumbang bubuk

54 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan AamOu I 55


b) Mempunyai lapisan khusus pada bagian luar dan dalam C. Penyebab Kerusakan Bambu
pipa, bagian luar memiliki kekuatan hampir dua kali lipat
1. Perusok Nonbiologis
bagian dalam;
Penyebab keruskan nonbiologis yang terpenting adalah
c) Memiliki buku-buku;
kadar air. Kadar air yang tinggi menyebabkan kekuatan
d) Kuat dalam arah axial; dan
bambu menurun dan mudah lapuk. Karena itu, biasanya
e) Tidak ada ray cells sehingga cairan mudah bergerak
bambu segar dikeringkan lebih dahulu sampai kadar air
dalam arah radial.
tertentu sebelum digunakan. Misalnya pada pembuatan
Karakteristik tersebut menyebabkan sulit mendapat rumah dan mebel, jika digunakan bambu segar, suatu saat
perlakuan (treatobility rendah). Selain itu, ketahanan bambu pada musim kemarau, kandungan air pada bambu tersebut
juga tergantung pada: akan berkurang (menguap). Bambu tersebut tidak pas lagi
a) kondisi fisiknya, bambu yang sobek lebih sering rusak dan akhirnya rusak. Tetapi pengeringan yang terlalu parah
dibandingkan yang tidak sobek; (kadar air terlalu sedikit) dapat menyebabkan bambu
b) bagian bawah bambu lebih kuat daripada bagian atas; menjadi retak atau pecah. lni biasanya terjadi pada musim
c) bagian dalam biasanya lebih dulu terserang daripada kemarau yang berkepanjangan.
bagian luar;
d) spesies Dendrocalamusstrictus lebih rendah resistensinya 2. Perusak Biologis
dibandingkan dengan Dendrocalamus longisphatus; Perusak biologis bambu di
antaranya adalah jamur,
e) kandungan pati, bambu yang kandungan patinya lebih kumabng bubuk, dan rayap. Tabel berikut ini berisi jenis-
tinggi rentan terhadap serangan kumbang bubuk jenis jamur yang menyebabkan kerusakan bambu dan jenis
dibandingkan bambu yang kandungan patinya rendah; kerusakanya.
f) waktu penebangan, bambu yang ditebang pada musim
panas lebih rentan terhadap serangan kumbang bubuk,
dibandingkan yang ditebang pada akhir musim hujan;
g) kandungan air, dijelaskan pada bagian factor perusak
nonbiologis.

,56 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan gamnu I 57


Nama jamur Jenis kerusakan Bambu Bambu Bambu Bambu
Bulan ampel ampel ampel ampel
1. Penicillium, Trichoderma, Graphium pengotoran
(/") (o/o) (/") (o/o)
2. Schizophyllum cummune pelapukan
Januari 0,50 0,48 0,33 0,26
3. Leptogharium sp pelapukan
Februari 1,55 1,24 0,31 0,31
4. Botryodiplodia sp pelapukan
Maret 3,96 2,09 0,36 0,28
5. Chaetomium globosum pewarnaan
April 1,99 0,32 0,38 0,42
6. Coniophora putaena pewarnaan
Mei 4,OB 0,90 0,53 0,37
7. Auricularia. Sp. pelapukan
Juni 3,70 0,56 0,42 0,30
8. Pleurotus sp. pelapukan
Juli 1,90 0,40 0,30 0,39
9. Stereum sp. pelapukan
Ag u stus 2,67 0,46 0,54 0,29
1 0. Poria incrassata pelapukan
September 3,s8 2,O7 0,27 0,28
Oktober 4,73 0,49 0,32 0,26
Jamur penyebab kerusakan bambu
November 6,22 0,48 0,37 0,31

Desember 2,82 0,48 0,37 0,31

Kumbang bubuk hidup dalam jaringan serat bambu. Rata-rata 3,41 0,83 0,37 0,33

Kumbang betinanya menggerek melintang batang bambu,


Kondungan pati beberapa jenis bambu (0/o) menurut musim
mulaidari bagian yang lebih lunak, yaitu pada bagian dalam
atau melewati bagian yang tersayat, pecah atau rusak.
Kandungan pati tidak hanya tergantung pada spesies
lnduk kumbang bubuk meletakkan telur-telurnya dalam
bambu, tetapi juga pada musim. Karena itu, penebangan
pembuluh sari makanan melalui luka bekas gerakan.Telurnya
bambu sebaiknya dilakukan pada musim yang tepat. Tabel
beibentuk kapsul lonjong dan ukurannyaamat kecil. Dlam 4-
diatas menunjukkan kandungan pati beberapa jenis bambu
7 hari telur ini akan menetas menjadi larva dan mengambil
menurut musim.
sari makanan dalam pembuluh teersebut, yaitu pati. Jadi,
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa bamboo ampel
bambu yang disukai kumbang bubuk adalah bambu yang
memilik kandungan pati rata-rata tertinggi, seddngkan
kandungan patinya tinggi, misalnya bambu ampel.
bambu ulung dan apus terendah. Penebangan bambu
sebaiknya dilakukan saat kandungan patinya terndah, kira-
kira pada bulan Desember-Februari, yaitu menjelang akhir
musim penghujan.

58 | Pengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan AamUu I 59


D. Pengawetan Bambu Rendaman Rendaman Rendaman
Jenis bambu
1 bulan 2 bulan 3 bulan
Pengawetan bambu dilakukan dengan tujuan menaikkan dan rendaman air
KP(o/o) SB(X) KP(o/o) SB(X) KP(%) SB(X)
umur pakai dan meningkatkan nilai ekonomisnya. Belum
Bambu Ampel
ada metode yang baku yang dapat dijadikan standar peng- l.Tanpa direndam 3,24 37,33 3,24 37,33 3,24 37,33

awetan bambu. Penelitian tentang keawetan dan pengawet- 2. Air mengalir 2,71 8 2,71 1 1,56 0,67

3. Air menggenang 2,37 9 2,37 3,67 1,08 4,67


an bambu juga masih sangat terbatas. Berikut ini adalah 2,73 0,67 1,97 0
4. Lumpur 2,73 7
cara yang sudah dilakukan untuk mengawetkan bambu.
Bambu petung
1, Perendomon Bambu dalam Air l.Tanpa direndam 0,62 6,33 0,62 6.33 0,62 6233

Perendaman bambu dalam air adalah salah satu metode 2. Air mengalir 0,41 0 0,34 0 0,31 0

pengawetan bambu yang sudah dikenal di masyarakat, 3. Air menggenang 0,43 0 0,28 0 0,23 0,34
4. Lumpur 0,4^l 0 0,33 0 0,26 0
terutama di pedesaan meskipun keefektifannya belum ter-
bukti secara ilmiah. Tujuannya adalah mencegah serangan Bambu ulung

kumbang bubuk pada bambu yang digunakan untuk bahan l.Tanpa direndam 0,41 2,33 0,41 2,33 0,41 2,33

2. Air mengalir 0,30 0 0,26 0 o,25 0


bangunan. 0,24
3. Air menggenang 0,32 0 0,26 0 0
Penelitian lr. Achmad Sulthoni, M.Sc. menunjukkan 4. Lumpur 0,31 0 0,26 0 0,20 0

bahwa perendaman menyebabkan penurunan kandungan


Bambu apus
pati bambu. Padahal, bambu yang paling disukai kumbang
l.Tanpa direndam 0,3s 1 0,35 1 0,3s 1

bubuk adalah bambu yang kandungan patinya tinggi. 2. Air mengalir 0,30 0 o,26 0 0,25 0

Penurunan kandungan pati pada bambu yang direndam 3. Air menggenang 0,27 0 0,26 0 0,25 0

4. Lumpur 0,34 0 0,29 0 0,30 0


disebabkan kegiatan kuman-kuman yang hidup didalam air.
Kuman-kuman tersebut mengubah pati menjadi senyawa
Catatan :
kimia lain yang mudah larut dalam air. Larutnya senyawa ini KP : kandungan pati
menyebabkan bau pada air rendaman bambu. SB : serangan kumbang bubuk
Tabel berikut ini menunjukkan pengaruh perendaman
Pengaruh perendaman terhadap serangon kumbang bubuk
terhadap serangan kumbang bubuk seperti yang diteliti
oleh lr. Achmad Sultoni, Msc.

60 I Rengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan gamOu I 61


Dari tabel tersebut dapat diambil kesimpulan berikut. Dari kedua tabeltersebut dapat disimpulkan bahwa cara
(1)Bambu yang mempunyai kandungan pati tertinggi perendaman ini baik untuk diterapkan pada bambu petung,
adalah bambu ampel dan mendapatkan serangan ulung, dan apus karena berhasil mencegah serangan kum-
kumbang bubuk paling banyak Bambu yang kandungan bang bubuk. Untuk bambu ampel, serangan masih tetap
patinya paling sedikit adalah bambu apus dan mendapat ada karena kandungan pati bambu ini masih tetap meskipun
serangan kumabng bubuk paling sedikit. Jadi, bambu sudah direndam.
yang disukai kumbang bubuk adalah yang kandungan
patinya tinggi. Serangan kumbang bubuk (X)
JENIS BAMBU
(2) Perendaman dalam air air dan lumpur menurunkan Tanpa rendaman Direndam
kandungan pati untuk keempat jenis bambu yang diteliti. 1. Bambu ampel 37,75 15,17

Makin lama waktu perendaman, kandungan pati makin 2. Bambu petung 14,17 2,08
3. Bambu ulung 3,08 0
berkurang.
4. Bambu apus 0,41 0
(3) Perendaman dalam air dan lumpur menurunkan serangan
kumbang bubuk untuk keempat jenis bambu yang Keawetan bombu setelah perendaman
diteliti. Penurunan kandungan pati akibat rendaman
dalam air mengalirdan airtergenang lebih besardaripada Tabel berikut ini menunjukkan pengaruh perendaman
perendaman dalam Lumpur. bambu dalam air terhadap kekuatannya. Secara umum, ke-
kuatan bambu, baik tekan maupun tarik, menurun akibat
Setelah tergenang dalam air selama setahun, keawetan
perendaman. Oleh karena itu, kita perlu membuat optimasi
bambu dapat dilihat pada tabel berikut ini. Penambahan lama
perendaman selama setahun ternyata tidak berpengaruh antara keawetan dan kekuatan bambu sesuai dengan
keperluan kita.
besar terhadap pengurangan serangan kumbang bubuk.

62 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan eamUu I 63


Kekuatan rata-rata bambu (KG/Cma Tabel berikut menunjukkan pengaruh lamanya proses
Jenis bambu dan konsentrasi cairan pengawet terhadap keaweta n ba m bu;
TR R1 R2 R3
10olo volume adalah jumlah rongga sel yang ditempati air di
Bambu petung
1. Kekuatan tekan 641,62 s02,88 394,46 463,85 dalam bambu yang digantioleh bahan pengawet. BJ adalah
2. Kekuatan tarik 2.838,06 2.506,34 1.890,47 1.944,44 larutan yang keluar dari bambu per satuan waktu, sedangkan
larutan keluar adalah larutan yang keluar dari bambu yang
Bambu apus
diawetkan.
1. Kekuatan tekan 453,04 400,30 422,55 420,74
2. kekuatan tarik 2.285,67 874,60 1.715,87 1.695,23
Waktu Konsentrasi 10olo volume BJ Penetrasi Larutan
Catatan : (Jam) (o/o\ bambu (cm3) (v"l keluar (cc)
TR : tanpa rendoman 1 5 2.703,96 1,01 97,75 2.020,78
Rl : rendaman selama satu bulan (3ooc)

R2 : rendaman selamq dua bulan 10 2.197,64 1,03 98,s7 1.997,95


(280C)
R3 : rendaman selama tiga bulan

Pengaruh rindaman air terhadap kekuatan bambu 2 5 2.397,29 1,012 98,56 1.276,67
(390C)

10 2.600,20 1,033 98,95 2.215,65


2. Pengowetan Bambu dengon Metode Boucherie (290C)
Secara sederhana, pengawetan bambu dengan metode 3 5 2.571,49 1,104 98,95 1.281,79
Boucherie dilakukan dengan langkah sebagai berikut. (3ooc)
10 2.734,52 1,034 99,9s 1.281,79
a) Bambu dipotong menurut ukuran tertentu.
(290C)
b) Bambu dimasukkan ke dalam mesin Boucherie.
c) Dengan mesin tersebut,cairan pengawetdengan konsen- Data rata-rata jumlah lorutan yang keluar, konsentrasi,

trasi tertentu dialirkan masuk ke dalam bambu dengan penetrasi persatuon waktu yang keluar dari bambu.

tekanan 0,8-1,5 kg/m2.


Tabel berikut ini menunjukkan hubungan konsentrasi
d) Proses dianggap selesai bila konsentrasi cairan yang ke-
bahan pengawet dan lama proses terhadap serangan kum-
luar dari bambu sama dengan konsentrasi bahan peng-
bang bubuk.
awet ditambah konsentrasi air.

64 I Pengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan eamOu I 65


!
I

Yang perlu diperhatikan pada metode iniadalah pemakaian


Konsentrasi (o/o) Liang kumbang bubuk kering tekanan sering kali menyebabkan bambu dalam bentuk
I Jam 2 )am 3 Jam utuh akan retak. Apalagi pada bambu dengan dinding tipis.
Kontrol 12 14,3 13,3
Keretakan akan menurunkan kekuatan bambu.
5 6,6 4,0 3,0
0.67 0,67 0,67 0.3
dan banyak mengandung air. Saat terbaik untuk melakukan
Hubungan rata-rata konsentrasi bahan pengawet dan lam proses
metode iniadalah selama musim hujan atau segera sesudah-
nya. Spesies yang cocok untuk diawetkan dengan metode
Penelitian Kadek Suardika dari Yayasan Bambu Lingku-
ini di antar anya Bambusa arudinacea. i
ngan Lestari, Bali, menunjukkan bahwa keberhasilan peng-
awetan bambu metode ini bergantung pada:.
1) kondisi bambu sebelum diawetkan. Bambu segar lebih (P e reb u sa n / Pe n g asa po n )
mudah diberi perlakuan dibanding bambu kering. Matangaran pada tahun 1987 mengemukakanbahwa
2) Jenis bambu. Semakin tinggi BJ-nya, bambu semakin perebusan bambu pada suhu 55-60"C selama sepuluh
i

i
sulit diawetkan karena ikatan pembuluhnya semakin ra- menit akan menyebabkan pati mengalami gelotinasasi
pat dan kandungan serabutnya semakin banyak. sempurna menjadi amilosa yang larut dalam air. Perebusan
3) Umur bambu. Semakin tua, kadar air bambu sernakin me- pada 100"C selam satu jam cukup efektif untuk mengurangi
nurun dan semakin sulit diawetkan dengan proses ini. serangan kumbang bubuk. Metode ini, selain juga metode
4) Musim. Dilakukan pada musim hujan lebih baik. pengasapan, pemanasan, dan perebusan dengan air kapur I

5) Jenis bahan pengawet. Penetrasi akan lebih baik bila tidak popular dan tidak efektif.
menggunakan garam yang larut dalam air. Pada metode pengasapan, bambu diletakkan di atas I

6) posisidan ukuran bambu. dapursehinggaterjadipengasapanbambuakibatasappem-


Metode Boucherie dimodifikasi dengan penggunaan bakaran didapur. Kemungkinan proses ini menghasilkan zat I

pompa udara. Pada metode ini, udara dipompa untuk yang menyebabkan bambu lebih awet. Kemungkinan lain,
mendorong cairan pengawet ke dalam bambu. Metode kadar patiyang ada pada sel parenkim akan berkurang.
ini menyingkat proses dari beberapa hari menjadi 3-8 jam.

66 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan AamUu I 67


1

Di Jepang, bambu dimasukkan dalam chamber pada tabung yang diisi dengan minyak solar. Solar ini, secara gra-
suhu 120"-150'C selama 20 menit. Cara ini dianggap cukup vitasi, akan mendesak keluar cairan yang terkandung dalam
efektif untuk mencegah serangan serangga terhadap bambu. Proses ini memakan waktu kira-kira satu minggu.
ba m bu, meski pu n kadan g-kada ng menyeba bka n keretaka n
pada bambu. Retak ini yang menjadi awal penurunan 6. Pengaweton Bombu dengon Cara Lain
kekuatannya. Cara pengawetan bambu yang lain antara lain dengan
melabur bambu dengan kapur secara berkala, melapisi
4. Pengoweton Bambu dengan ButtTreotment dengan cat, vernis, meni, dan bahan kimia yang lain. Cara-
Pada metode ini, bambu segar dipotong. Beserta dengan cara ini, misalnya pelaburan dengan kapur yang banyak
cabang dan daunnya dimasukkan ke dalam drum berisi dipakaididesa-desa untuk memutihkan dinding rumah dari
cairan pengawet. Cairan pengawet akan masuk ke dalam bamboo, mungkin lebih pada efek ornamental disbanding
sel-sel bambu dengan cara difusi. Cara ini hanya cocok pengawetan. Penelitian lebih jauh tentang ini masih perlu
untuk bambu dengan ukuran agak pendek dan kandungan dilakukan. Bahan kimia yang sering digunakan untuk men-
air tinggi. Cara ini memakan waktu cukup lama; dan pada cegah serangga di antaranya adalah methil bromida. P,e-

banyak kasus, penyerapan bahan pengawet ke dalam bambu makaian bahan kimia untuk mengawetkan bambu belum
tidak terlalu sukses. Daya serap bahan pengawet ternyata tentu ekonomis.
lebih baik pada bambu yang masih muda. Penyerapan
juga berlangsung lebih cepat pada bambu yang dibelah 7. Pengawetan Rebung untuk Produk Pongan Komersiol
ketimbang bambu utuh. Penyerapan lebih mudah melalui a) Pengawetan segar; pada metode ini, rebung segar
dinding sebelah dalam pipa bambu, dibandingkan dinding dimasukkan ke dalam pendingin, yaitu Controlled
sebelah luar. Atmosphere Stroge (CAS) atau modifikasinya.
b) Pengolahan dengan suhu tinggi/pengalengan.
5. Pengowetan Bdmbu dengon MinyakSolor c) Pengeringan dengan suhu di dalam oven, oven vakum,
Metode pengawetan bambu bisa dikatakan metode atau pengering beku.
yang cukup murah meriah. Bambu segaryang baru ditebang d) Fermentasi, masih dalam skala laboratorium.
didirikan terbalik. Pada ujung bambu sebelah atas dipasang e) Perendaman, untuk mengurangi kadar HCN.

68 | Pengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan eamnu I 69


!
I

E. Nilai Ekonomis Pengawetan Bambu


ini harga pasar bambu masih relatif murah. Penge-
Saat
tahuan tentang metode-metode pengawetan bambu belum Bab 4
banyak diketahui efektifitasnya. Proses pengawetan yang Pengawasan Terhadap Mutu
mahal akan menyebabkan proses ini menjadi tidakekonomis
sehingga orang lebih memilih menggunakan bambu yang
baru jika terjadi kerusakan daripada mencegah kerusakan
dengan pengawetan. Perlu dicari apakah metode-metode
tradisional yang mudah dan murah itu benar-benar efektif
Saat ini pengawetan kayu kebanyakan dilakukan ber-
untuk pengawetan bambu? Secara ekonomis, pengawetan
dasarkan kontrak. Untuk bambu bahkan tidak ada peng-
bambu baru berartijika berhasil meningkatkan umur pakai
awasan khusus terhadap pengawetannya, kecuali aturan
bambu menjadi 1 0-1 5 tahun untuk pemakaian ditempat ter-
main pengawetan berdasarkan kebiasaan.
buka dan 15-25 tahun di tempat tertutup, misalnya dalam
Pada masa mendatang, jika masyarakat pengguna
ruang.
kayu dan bambu sudah semakin sadar akan pentingnya
pengawetan, mereka akan menuntut para produsen untuk
menjual kayu awetan. Suatu badan tersendiri diperlukan
untuk mengawasi dan menilai hasil pengawetan, yaitu
penetrasi dan retensi pada kayu yang dijual ke masyarakat,
misalnya oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil
Hutan.

A. Pengawasan Mutu Kayu oleh Perusahaan yang


Bersangkutan
Pengawasan mutu kayu oleh perusahaan yang ber-
sangkutan dilakukan dengan mengikuti prosedur berikut.

70 I Pengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan aamOu I 71


q

1. Pencatatan dalam Daftar Muatan B. Prosedur Pengujian Penembusan


Setiap pelaksanaan pengawetan kayu harus dicatat dalam Bahan Pengawet
Daftar Muatan, misalnya seperti pada lampiran 2 untuk
1. Pengambilan Contoh Uji
proses vakum-tekan, lampiran 3 untuk rendaman dingin
Dari setiap muatan kayu diambil secara acak, sepuluh
dan rendaman panas dingin, dan lampiran 4 untuk difusi.
batang kayu yang mewakili seluruh muatan. Dari setiap
Dalam pengawasan ini perusahaan pengawetan cukup
batang kayu itu, dibuat sebuah contoh uji.
mengukur penetrasi tanpa perlu melakukan analisis
Pengambilan contoh uji pada kay0 berpenampang kecil,
kimia sendiri. Penentuan retensi secara kasar dilakukan
misalnya kusen dan reng, dilakukan dengan pemotongan
dengan melihat skala pada tangki pengukur atau hasil
melintang sepanjang 1 cm. Pada kayu yang besar, misalnya
penimbanmgan kayu pada Daftar Muatan. Hasil retensi
balok, dilakukan dengan menggunakan bor berdiameter
ynag pasti diperoleh berdasarkan hasil analisis kimia
1,25 cm.
yang dilakukan pada kayu contoh periodik oleh instansi
Pemboran dan pemotongan kayu yang diawetkan
berwenang, misalnya Pusat Penelitian Hasil Hutan.
dengan proses vakum tekan dilakukan paling sedikit 45
2. Laporan Pemakaian Bahan Pengawet
cm dari ujung. Untuk kayu yang diawetkan dengan proses
Setiap akhir bulan direksi perusahaan menerima laporan
rendaman dingin atau rendaman panas dingin paling sedikit
pemakain bahan pengawet seperti pada lampiran.
30 cm dari ujung. Pemboran harus dilakukan pada bagian
3. Ringkasan Daftar Muatan
tengah sisi kayu terlebar dan diarahkan tegak lurus terhadap
Setiap akhir bulan, direksi perusahaan menerima ringkas-
permukaan kayu.
an Daftar Muatan seperti pada lampiran 6.
4. Daftar Pemeriksaan lnstalasi 2, Uji Penetrasi
Direksi perusahaan wajib memeriksa secara berkala Kedalaman penembusan bahan pengawet diamati de-
instalasi pengawetan seperti pada lampiranT. ngan menyemprotkan atau melaburkan pereaksiyang sesuai
pada penampang melintang contoh uji hasil pemotongan
atau pada sisi silinder contoh uij hasil pemboran.

72 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan AamUu I 73


q

o. UjiTembago dengan Krom AzurolS d. Uji fluor


Larutan pereaksi pada uji ini adaiah 0,5 g konsentrat Uji fluor menggunakan larutan pereaksi 10 g zirkon
krom azurol S ditamabah 5 g natrium asetot dan 80 ml air, oksiklorida dalam 70 ml air suling dan 1 g alizarin-3-asam
kemudian diencerkan dengan air menjadi 500 ml. Larutan sulfonat natrium dalam 119 ml air suling. Kedua larutan
ini disemprotkan atau dilaburkan pada contoh uji. Bagian tersebut dicampur dengan perbandingan 1:1, kemudian
yang menganduhg tembaga akan berwarna biru; yang disemprotkan atau dilaburkan pada contoh uji. Adanya fluor
tidak, akan berwarna jingga. ditunjukkan dengan warna kuning dan yang tidak berwarna
ungu. Batas penembusan harus diberi tanda, sekitar 15
b. UjiTembaga dengan Asam Rubeanat
menit setelah penyemprotan.
Larutan pereaksinya adalah campuran amonia pekat
dengan air suling dengan perbandingan 1 : 6 dan larutan
C. Pengawasan Mutu Kayu oleh Pusat Penelitian
5 g asam rubeanat dalam 900 ml alkohol dan 1O ml aseton.
Pengujian dilakukan dengan menyemprotkan bagian per-
dan Pengembangan Hasil Hutan
tama pada contoh, kemudian dibiarkan selama 3-5 menit Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dapat

dan diikuti dengan larutan kedua. Adanya tembaga akan melakuakan pemeriksaan mendadak terhadap instalasi
menunjukkan warna kebiruan. pengawetan, mengambil contoh uji, dan memeriksa hasil
pengawetan tanpa memberitahukan lebih dahulu kepada
c. UjiBoron perusahaan yang bersangkutan. Metode yang digunakan
Pengujian ini menggunakan pereaksi larutan 2 g ekstrak persis seperti yang digunakan operator.
kurkuna dalam 100 ml alkohol dan dan larutan 20 ml asam Pada pabrik yang baru berjalan, pemeriksaan dilakukan
klorida pekat dalam 80 ml alkohol dan dijenuhkan dalam sejak muatan pertama sampai memenuhi persyaratan pada
asam salisilat (kira-kira 13 g per 100 ml). Semprotkan atau tiga kali pemeriksaan secara berturt-turut. Pemeriksaan se-
laburkan larutan pertama pada contoh dan diikuti dengan lanjutnya dilakukan sekali sebulan. Apabila kemudian satu
larutan kedua. Bagian yang mengandung boron akan ber- atau dua dalam tiga kali pemeriksaan berturut-turut hasilnya
warna merah jambu cerah, sedangkan yang tidak, akan tidak memenuhi syarat, produksi dihentikan sementara dan
berwarna kuning. harus dilakukan pengawetan ulang. Jika dalam tiga kali
pemeriksaa n berturut-tu rut, hasi I nya tidak memenu hi syarat,

74 | eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan SamOu I 75


..:l
I

A. Tujuannya agar Pusat Penelitian dan Pengembangan


Hasil Hutan dapat memonitor seluruh produksi kayu yang
diawetkan dan jumlah pemakaian bahan pengawet secara
nasional.
Konsumen dapat melakukan pengawasan sendiri atau
meminta bantuan kepada Pusat Penelitian dan Pengemba-
ngan Hasil Hutan yang mampu melakukan pengujian dan
penilaian terhadap penetrasi dan retensi. Prosedur pengujian
Pengawasan
sama seperti pada bagian A. Kayu tiang listrik menggunakan
konsep standar untuk penguijiannya. Pengujian dengan
konsep standar caranya sebagai berikut. Contoh uji penetrasi
diambil sebanyak satu buah dari setiap tiang pada setiap
muatan dengan mengebor bagian tengahnya.
Contoh uji retensi diambil 25o/o S€cdra acak dari contoh
uji penetrasi yang memenuhi syarat dan jumlahnya minimal
lima buah. Untuk kayu bantalan kereta api, jumlah contoh uji
dianjurkan lebih dari sepuluh batang. Pemboran dilakukan
Gudang kayu
di bagian tengah bantalan pada sisi lebarnya.
Contoh perusahaan yang mengadakan kontrak peng-
pabrik harus ditutup. Harus ada ketentuan dari pejabat yang awetan kayu adalah PLN dan Departemen Koperasi. Uji
berwenang. retensi PLN dilakukan oleh Lembaga Masalah Ketenagaan
PLN, sedangkan pengujian kayu untuk unit Pengadaan
D. Pengawasan pada Pengawetan Kayu dan Pengembangan Proyek Listrik Pedesaan (UP3LP) Depar-
Berdasarkan Kontrak temen Koperasi dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pe-

Perusahaan pengawetan wajib mengisi Daftar Muatan ngembangan Hasil Hutan.


dan membuat laporan pemakaian seperti pada bagian

76 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan samOu I 77


rl

Bab 4 Daftar Pustaka


Penutup
Abdurrochim, Sasa dan A. Martawijaya.l9S3.Pengawasan Mutu dan Stan-
darisasi Pengawetan Kayu. Prosiding Pertemuan llmiah Pengawetan
Kayu dan bambu adalah hasil alam yang banyak diguna-
Kayu,Jakarta 120-13 Oktober 1983. h.324-350
kan oleh manusia. Penggunaannya yang meningkat dan
Anonim, 1996. "Bambu Sebagai Bahan Rekayasa'i Majalah Konstruksi
semakin beragam telah meningkatkan nilai ekonominya. No.231. h. 35-38,59
Pemakaian besar-besaran menyebabkan cadangan kayu dan Anonim. 1993." lJsaha Pengawetan Kayu Sudah Semakin Digalakkan". Busi-
bambu perlu dijaga kelestariannya. Salah satu upaya untuk ness News No. 5478. Jakarta
Anonim. 1994. Pedoman Teknis : Pengawetan kayu untuk Barang Keraii nan.
menghemat pemakaian kayu dan bambu adalah dengan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta. 39 h.
meningkatkan umur pakainya. Occassional Paper No. 7. h. 4-31
Anonim. "The Bamboo Resource". RIC
Banyak usaha telah dilakukan orang untuk meningkatkan Barly & Sasa Abdurrochim. I 996. PetuniukTeknis Pengawetan Kayu untuk
umur pakai kayu dan bambu. lstilah umumnya adalah peng- Bahan Hunian & Bukan Hunian. Badan Penelitian & Pengembangan

awetan. Pengawetan harus disesuaikan dengan produkyang Kehutanan.


Barly dan Nana Supriana. 1983. Organisme Perusak Kayu di Beberapa
ingin dihasilkan agar menjadi ekonomis dan bermanfaat
Proyek Perumohan Rakyat Prosiding Pertemuan llmiah Pengawetan
dengan tepat.
kayu, Jakarta 12-1 3Oktober 1 983. h. 18-27.
Prosedur pengawetan kayu cukup banyak dikenal orang lsmanto, Agus. Beberapa Bubuk Kayu Kering Perusak Bambu dan
dan sudah distandarisasi. Demikian juga dengan peng- Cara Pencegahannya. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan

awasannya. Namun, pada bambu belum ada aturan yang Pengembangan Jenis-jenis Pohon Serbaguna, kerja sama Balitbang
Kehutanan, Departemen Kehutanan dengan Fred Project Winrock
pasti.
lnternational. H. 1 58-1 62.
Diperlukan usaha untuk memopulerkan pemakaian kayu
lsmanto, Agus. Pengaruh Perlakuan Batang Bambu Terhadap Kualitas
dan bambu yang telah diawetkan. Sumpit. Puslitbang Hasil Hutan dan Sosek Kehutanan, Bogor.

78 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan AamOu I 79


d
Khaerudin, Duljapar. 1996. Pengawetan Kayu. Penebar Swadaya. 65 h. Sumarni, Ginuk; Barly& lsmanto, Agus.1992.Keragaman Bahan Pengawet
Koesoemo, N. l99l. "Penggunaan Kayu Secara Optimal pada Bangunan,,. BFCA (Boron Fluor Chrom Arsen) pada Bambu Petung (Dendrocalamus
Majalah Kehutanan lndonesia tahun I 991.h.12-16 asperBack) terhadop Kumbang Bubuk Kering. Prosiding Seminar Nasio-
Liese, W. 198O. Preservationof Bamboos. Proceedings of a Workshop nal Penelitian dan Pengembangan Jenis-jenis pohon serbaguna,
held in Singapura, May 28-30, 1980. lnternational Development Cisarua Bogor 16-1 7 )uni 1992. Kerja sama Balitbang Kehutanan, De-
Research centre and the lnternational Union of Forestry Research partemen Kehutanan dengan Fred Project Winrock lnternational. h.
Organization s. H. 1 65-1 7 2. 197-202.
Martawijaya, Abdurahim. 1996. Petunjuk Teknis: Keawetan Koyu dan Surjokusumo, S., Naresworo N., Dodi N. 1991 . Rekayasa Pengawetan Kayu
Faktor ya ng Mem pengaruh i nya. BadanPenelitian dan pen gemba ngan Bangunan untuk Gedung Perumahan Maialah Kehutanan lndonesia.
Kehutanan. Jakarta 47 h. h. 9-1 1.
Muchtadi, Tien. Teknologi Pengolahan Rebung untuk produk pangan
R. Sutiyono, M. Yamin Mile. 1 992. Peranan Bambu sebagai Jenis Pohon Serba-
KomersiaL Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi FATETA, lpB, Bogor. guna, Pengembangan dan Pelestariannya. Prosiding Seminar Nasional
Noerdjito, A.Wo ro.Kumbang Dinoderus Minutus: perilakunya dalam Meng- Penelitian dan Pengembangan Jenis-Jenis Pohon Serbaguna, Cisarua,
gerek Bambu. Balitbang Zoologi, Puslitbang Biologi-Ltpl, Bogor. Bogor 16-i 7 )ni 1992. Kerja sama Balitbang Kehutanan, Departemen
Permadi, Pipin. 1991 ."Beberapa Metode Pengawetan dan Dasar pertim- Kehutanan denagn Fred Project Winrock lnternational'
bangan Pemilihannya." Majalah Kehutanan lndonesia tahun 1991. h. Widjaja, Elizabeth A. 1980. Bamboo Research in Asia; lndonesia. Procee-
17-21. dings of a workshop held in Singapura, May 28-30, 1 980. lnternational
Suardika, Kadek. Pengawetan Bambu dengan Metode Boucherie yang Di- Development Research centre and the lnternational Union of
modifikasi.Yayasan Bambu Lingkungan Lestari, Ubud Bali. Forestry Research Organizations. h. 63-68.
Suhadi. Pengoruh Perendaman Gigantochloa apus dalam Air Limbah Yayasan Bambu Lingkungan Lestari. 1994. Strategi Penelitian Bambu
Pabrik Gula terhadap Serangan Bubuk, Rayap dan Kekerasan Bambu. lndonesia.
lKlP Malang.
Sulthoni, Achmad, lr, M.Sc. Petunjuk llmiah pengawetan BambuTradisional
dengan Perndaman dalam Air. lnternational Development Research
Center Ottawa, Canada, 1 983.
Sumarni, Ginuk & lsmanto, Agus. 1992. Pengaruh Bagion Batang Bam-
bu Petung terhadap Serangan Kumbang Bubuk. prosiding Seminar
Nasional Penelitian dan Pengembangan Jenis-Jenis pohon Serba-
guna, Cisarua Bogor 16-17 Juni 1992. Kerja sama Balitbang Ke-
hutanan, Departemen Kehutanan dengan Fred project Winrock
lnternational. h. 1 51 -1 57.

80 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan samuu I 81


I

Lampiran 1
2 3 4 5 6 7 d

Daftor 120 KelompokJenis Koyu Perdogangon lndonesio 7. Bayur


ebicum Miq.
Pte rospe rm u m cel 0,30 0,56 o,44 IV-V [-tv il
m d iversifol i u m Bl.
Pte rospe r mu o,43 0,51 0,65 IV il-il
Pterospermu m j ovan icum 0,35 o,70 0,36 IV il il-il1
Berat jenis Kelas Jungh.
Keter-
No. Jenis kayu
awetan
Rata- 8. Bedaru
Min. Maks. Awet Kuat
rata Cantleya corm icu I ata How ard 0,35 1,15 1,04 I I

1 2 ) 4 5 6 7 8
9. Belangeran
1. Agathis Shorea belangeran Burck 0,73 0,98 0,86 (r-r r r) il-(t)
Agathis alba Foxw. 0,43 o,54 0,48 IV ilt il
Agathis becoriiWarb. o,41 0,68 o,52 IV ilt il 10. Benuang
Ag ath i s bornen s is W arb. 0,36 0,64 0,47 IV ilt I Octomeles sumatrana Miq. 0,16 0,48 0,33 I

Agathis hamii M.Dr. 0,51 0,82 o,66 IV ilt il


Ag ath i s lab i I lad ierl Warb. o,42 0,52 o,47 IV ilt lt 11. Benuang laki
Agath i s lora nth ifolra Sa lisb. o,47 0,66 0,59 Duobanga moluccana Bl. o,27 0,51 o,39 ilt-tv il
IV ilt
Agoth i s ph i I i ppi nensls Warb. 0,40 0,60 0,43 IV m ilt
12. Berumbung
2. Ampupu Adina minutiloraVal. o,74 0,94 0.85 il ll-l
Eucalyptus albo Reinw. 0,68 ,,?, 0,89 ilt-il il-l IV
E. urophylla S.T.Blake il 13. Bitangur
Collophyll um i nophyllum L 0,56 0,79 0,69 il-lI il-ilt ilt
3. Bakau Cal lophylI u m pu I ch e rri emu m 0,86 0,65 0,77 il il
h i zo lamnk
Bru g u r i e gy m norr 0,82 'r,03 0,94 il l-il Wall
Rhiziphora apiculota Bl. Col lop hyl I u m sou I atr i Bw n. F. 0,40 o,70 o,54 IV ilt ilt
0,93 1,12 1,05 il-I r t-il

4. Balau 14. Bongin


Shorea atrinervosa Sym. rvi n g io m al aya na Oliv. o,93 1,20 1,O2 ilt il
o,78 1,11 0,98 I I
I I

Shorea elliptico Burck. o,82 1,11 0,95 I I

Shorea falcifero Dyer ex. 0,90 i,l 3 1,01 I I 15. Bugis, k


Brandis Koord ers i od e n dron P i nn atu m 0,41 1,02 0,80 ilt-tv il-il1 ilt
Shorea glauca King 0,85 1,14 1,00 I t-il Merr.
Shorea laevis Ridl. "t,09 0,86 0,99 I I ilt
Shoreo maxwelliano King 1,1 5 0,88 1,01 I I
16. Bungur
Shorea seminisV.Sl. 1,O4 o,72 0,90 t-il l-il Lagerstroe m i a speciosa Pe$. 0,58 0,8i 0,69 il-il 1 il-(ilr) IV

Shorea sumatrana Sym. '1,08 0,65 0,88 il-l lt-t


Hopea dolosaV.Sl 1,18 1,04 1,1 3 I I
17. Cemara
Hopea gregariaY.Sl 1,',t1 o,99 r,05 I I
Ca su a ri n a j u n g hu hn ian a Miq. 0,90 1,30 1,12 il I

Cosuarina sumatrana )ungh. 1,O7 't,22 1,14 il I

5 Balsa
Och roma g ran d iflora Rowlee o,20 18. Cempaga
Dvsoxvlum desiflorum Miq. 0,57 0,90 0,71 [-ilt I ilt
6. Bangkirai
Shorea leavis Ridl. 19 Cempaka
Syn. S. laevifolio Endent. 0,60 1,'t6 0,91 ilt il-l Elmerilio celebica Dandy o,54 il ilt ilt

82 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan eamUu I 83


I 2 3 A 5 6 7 6 4 5 6 8
2 3 7

Elmerilia mollisDandy 0,30 0,53 0,45 il ilr-(rv) Cotylelobium burckii Heim


El me r i I i aDandy
ova IIi s 0,31 0,50 0,43 il ilr-(rv) Syn. Cotylelobium flavum Pierre 0,87 ,14 1,01 I

Michelia Montana Bl. 0,31 o,69 0,53 il ilt-tv


Michelio velutina Bl 0,34 0,61 0,52 il ilt-tv 30. Giok
Shorea guiso Bl o,73 o,97 0,83 il-Il il-l IV
)n Cendana
Santalum olbum L. 0,77 o,94 0,84 il il-l 31. Gofasa
Vltex cofassus Reinw 0,57 0,93 0,74 il-il t il-l
21 Cengal
Hopea sangal. Korth. 0,51 0,94 0,84 il-l il-ilt ilt 32. Jabon
Anthocephalus cadamba Miq. 0,29 0,56 o,42 ilt-tv il
22 Dahu
Drocontomelon dao Merr. et o,46 o,79 0,63 IV il-ilt ilt 33. Jangkang
Rolfe Xylopi a m al aya na Hook.f.et. Th. 0,41 o,75 0,63 IV.V lil-il
D roconto melon ma ng ife ru m Bl 0,37 o,75 0,58 IV ilt-il ilt
34. Jati
23 Durian Tectona grandis L.f . 0,62 0,56 o,43 ilt-tv I

Durio carinotus Mast. 0,46 o,67 0,58 ilt-il il


Durio oxleyonus Griff . 0,53 0,66 0,61 ilt-il il 35. ..lelutung
Durio zibethinus Murr. o,42 0,69 0,57 ilt-il il Dyera costulata Hook.f . o,22 0,56 0,43 ilt-tv I

Dyera lowiiHook.f . o,27 o,46 0,36 I

24. Eboni
Diospyros corinatus Mast. 1,01 1,27 1,O9 I I 36. Jeungiing
Diospyros ebenum Koen 0,71 1,03 0,92 t-il t t-il Po ra se ri a nthes fol cata ri a Niel 0,24 0',49 0,33 ilt
Diospyros ferrea Bakh. 0,90 1,14 1,05 I I

Diospyros lolin Bakh. 0,92 1,12 1,O2 I I Johar


D i ospyros pi losa nthe ro Blanco 0,71 1,33 o,84 il-ilt t-[ Casia siamea Lamk. 0,68 0,96 0,84 t-il il-l ilt
Diospyros rumph ii Bakh. 0,8s 1,12 1,03 I t-il
38. Kapuk hutan
25. Gadog Gossa m pi n u s m a I a ba ri co Alsl. o,12 0,47 0,30 il
Bischoffia javanica Bl 0,55 1,00 o,75 ilt-il r r-(r r r-r r) il
39 Kapur
26. Gelam D ry ob a I a n o p s a ro m ot i co Gaeftn 0,63 0,94 0,81 il-ilt il-l
M el al euca Ie u cad e n d ro n L. o,74 0,9s 0,85 ilt il Dryobalanops boccarii Dyer 0,69 0,91 0,78 ilt il ilt
Dryobolanops fusca V. Sl. 0,78 0,90 0,84 il-ilt il ilt
27 Gerunggang Dryobo I o nops la n ceol ata Burck 0,61 1,01 0,74 ilt r r-(r )
Crotoxylon arborescens Bl. 0,36 0,71 o,47 IV il-tv t-il t Dryobolanops rappa Becc. 0,76 0,91 0,82 il-ilt il

28. Gia 40 Kademba


Homolium foetidum Benth. o,77 1,06 0,91 t-il t-il Mitragyna specioso Korth. 0,45 0,52 o,40 IV lll

29. Giam 4',l Kemenyan


Coty I e I obi u m ma loya n u m V. Sl 0,87 1,08 o,97 I I Styrax benzoin Dryand 0,47 u,o5 0,57 il t-il
Coty I e I obi u m m e I a noxylo n 0,83 1,1 5 nqo I I

Pierre 42 Kemiri
Aleu rites mol uccona Willd. 0,23 0,44 0,31 rv-(v)

84 I Rengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan gamUu I 85


2 a 4 5 2 a 4 5 6 7
6 7 8

43. Kempas 50. Kolaka


Koom pa ssi a m o I acce n is 0,68 Parinori corymbosd Miq. o,73 1,09 0,96 il t-il
s 1,29 0,95 ilt-tv t-il il I t

Maing
51. Kuku
44. Kananga Per i cop si s m oon i o na f hw. o,87 il I
Cananga odorata Hook.f.et. Th. 0,20 0,44 o11 IV-V il-ilt
52. Kulim
45. Kenari Scorodoca r pu s bor n een si s Becc. 0,73 1,00 o,94 r- (r l) I

Canarium asperum Benth. o,77 0,61 il-il


Co no ri u m v u lg a re Leenh. ?,,, il 53. Kupang
D a cry od e s r o st ro t a.H J.L. Ormosia sumatrana P'ain. 0,63 0,70 0,68 IV il
o,52 0,79 0,66 IV il-ilt
Dacryodes rugosa.H.J.L. 0,72 0,97 0,84 m il
nti r i a g riffi th i i Engl.
Sa
0,60 0,92 0,80 ilr I ilt 54. Lara
Santirio laevigdto Bl. 0,47 0,86 0,61 IV il-flt il Metrosid e ro s pet i ol ata Kds. 0,98 1,23 1,15 I I

Santi r i a ob I on gifol ia Bl. 0,50 0,72 Metrosideros vera Roxb. o,91 1,22 1,1 5
0,63 IV il-ilt I I

Sontirio rubiginosa Bl. o,66 1,O7 o,84 ilt il-l I

Sontiria tomentosa Bl. 0,49 0,81 0,65 IV lt-il t ilt 55. Lasi
Adino fagifoliaYal 0,77 0,88 0,81 il il
46 Keranji
Dialium platysepolum Baker 0,84 1,O4 0,90 I t-il 56. Leda IV ilt
Eucolyptus deglupta Bl. 0,39 0,81 o,57 (rv-il) (il-rv) ilt
47. Keruing
D i pteroca rpu s bo r n ee n si s V. Sl. 0,69 0,90 Mahoni
0,80
D. caudiferusMerr. o,61 0,82 o,69 t-il Switenio mocrophytla King 0,53 0,67 o,64 ilt il-ilt ilt
D. confertusY. Sl. 0,89 Swietenia mohagoni )acq. 0,56 0,72 0,64 ilr il-il
o,71 0,80 t

D. cornutus Dyer o,69 0,91 o,82 I

D.costulatusV. Sl. o,84 o,?u 0,90 58. Malas


il
D. elangatusKorth. Porastemon urophyl lum A.DC 0,9s 1,1 5 1,04 il-il t I IV
D. eurynchus Miq.
D. gracillis Bl. 0,58 1,00 o,73 ilr/tv 59. Matoa
lt-l
D. grandiflorus Balnco 0,73 0,88 0,84 ilt il Pometia pinnota Fotst. 0,50 0,99 0,77 ilt-tv il-(r-ilr il-tv
I
D. hosseltiiBl. Po m et i a to m e n to s a Kuzpy
0,60 0,98 0,70 lAv I 0,64 o,92 0,80 ilt il
D. kunstleriKing 0,60 o,99 o,77 ilt [-l ilt
D.lowiiHook.f. 0,77 0,93 0,86 ilt il 60. Medang
D.retusus Bl 0,71 0,77 0,73 ilt Al seod ap h ne u m bel I ifl ora I o,49 o,7 5 o,52 ilt-tv il-il
il t

D.verrucosus Foxw. 0,72 0,93 0,82 ill Ci n n a m o mu m part he noxy I on o,40 0,86 0,63 ilt il I
I
Meissn.
48. Kesambi Dehoasia caesia Bl.
Schleichera oleosa Merr. ] 0,94 1,0i 1,01 ilt I
Dehasia cuneota Bl.
Litseo firma Hook.f . 0,39 0,76 0,56 ilr-tv il r-(il) ilt
49. Ketapans I
Litseo odoriferaVal. 0,42 0,58 0,51 ilt/tv ilt
Terminalio belerico Roxb. I 0,56 o,72 o,64 IV ll t-il Phoebe opaca Bl. 0,48 0,62 0,57 ilt-tv ilt
Terminalio edulis Balnco I 0,47 o,71 o57 IV III
Terminolio gigontean V.Sl. I 61. Melur
Dacridyum beccarii Parl. 0,47 ,056 0,54 IV ilt
D. junghuhniiMiq. 0,57 0,72 o,62 IV il
Podoca rp u s b Iu m ei Endl. 0,51 0,75 o,62 IV il-ilt

86 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan eamUu I 87


2 3 4 5 6 7 d 5
2 3 4 6 7 6
P. imbricartus Bl. 0,38 0,77 0,52 IV ilt (t r- IV
S. poucifloraKing 0,54 o,78 0,63 ilt/tv il-ilt ilt
P.motleyiDumm. 0,55 0,66 0,62 IV il-il t
S. pinangaSchelf. 0,31 0,57 0,42 IV til-tv lt
P neriifolius D. don. 0,48 0,79 0,60 IV il-il t
S. plotycarpa Heim. 0,50 0,85 o,72 ilt-tv il-il t
P hy I I ocl au d u s hypop hy I I us 0,55 0,61 0,58 IV ilt
Hook.f.
S. platycladosY.Sl. 0,34 0,86 o,67 ilr-(rv) il-(v)
S. quadrinervisY. Sl. 0,44 0,78 o,57 It-tv ilr-(il)
S. sandocanensis Sym. 0,41 0,69 o,54 IV ilt
62. Membacang
S. selanica Bl. 0,39 0,52 o,46 IV ilt II
Manifera foetida lour. o,66 0,81 o,73 t/fit lt ilt
ld, var 0,73 0,60
S. smithianaSym. 0,30 o,72 0,50 tv-il ilt-il il
0,51 il-ilt
S. stenoptera Burck o,43 0,52 0,49 IV lll il
ld,var.l 0,58 o,79 o,72 il
S. teysmanniana Dyer 0,40 0,81 0,45 ilr-tv il-il
ld, var.2 o,52 0,63 0,62 il-ilt
S. uligonosa Foxw. o,42 0,79 0,64 ilt-tv [-ilt ilt
ld, var.3 0,63 0,81 o,74 il

70. Meranti putih


63. Mendarahan
Shorea assamica Dyer
Myristica iners Bl. 0,49 o,57 0,53 ilt il
S.bracteolota Dyer 0,51 0,84 0,66 ilt-tv il-ilt ilt
javonicaK. etY.
S. 044 0,91 0,73 il-tv It-il il
64. Menjalin
S.lamellota Foxw. 0,44 0,91 0,73 il-tv [-ilt
Xanty hopyl Iu m exce I su m Miq. o,43 0,87 0,68 il-il1
S. ochrocea Sym. o,44 0,73 0,54 tv-1il lil-il
S. retinodesY.Sl o,57 0,89 0,76 ilt r r-(r r r)
65. Mensiragunung
S. virescens Parijs 0,38 0,62 0,50 IV il
I I exp I e i obra ch i ata Loes. 0,49 0,68 0,61 il-ilt lt

71. Merawan
66. Mentibu
Hopeo dosyhachisV.Sl. o,59 o,96 o,66 il-ilt il
Do ctyloclad us ste n ostachy s Oli 0,41 o,57 0,53 ilt I Hopea dryobalanoides Miq. 0,49 0,99 o,72 rr-(rrr-r) il-(ilr-D I
Hopea ferruginea Patijs 0,60 0,93 o,70 il-ilt il
67. Merambung
Hopea mengarawon Miq. 0,52 0,91 o,71 il-ilt [-(il r-r) il-ilr
Vernonia arborea Ham o,27 0,52 0,38 IV

72. Merbau
68. Meranti kuning
lntsia bijuga O.Ktze 0,63 1,O4 0,84 t-il il-l ilt
Shorea acumi natissi ma Sym. o,37 0,71 0,51 tv-ilt ilt il lntsio palembon ica Miq. 0,52 0,97 o,79 lt-l il -(r-il ) 1 lil
S. faguentiana Heim 0,40 o,70 o,57 tv-il ilt-il m
S.gibbosa Brandis o,40 0,81 0,51 tv-1il lil-il
73. Merpayung
S.hopeifolia Sym. o,41 0,73 o,54 tv-ilt il t-[ ilt
Scophium mocropodum )8. 0,51 o,77 0,65 [-[
S.multiflora Sym. 0,44 0,86 o,66 Iil-tv il-il1 m

74. Mersawa
69. Meranti merah
Anisoptera cosiatd Korth. 0,49 o,71 0,61 IV il-il t
Shoreo acuminta Dyer 0,35 o,70 0,51 tv-1il tv-ilt ilt
A. grossivenioV.Sl. 0,61 0,85 0,73 IV il
S.johorensis Foxw. il-[l
A. marginoto Korrh. 0,52 0,74 0,64 IV il-ilr ilt
S.lepidota Bl. 0,35 0,78 0,48 tv-ilt m-il-tv
S.leprusolo Miq. 0,30 o,:u o,:, IV-ilt ilt-tv il 75. Nyatoh
S. macrophylla Ashton ilt
Ganua motleyanaPierre 0,42 0,69 o,44 IV ilt-il lt
S. macropteraDyer 0,36 0,89 0,49 IV ilr-(rv) ilt
Palaqulum burckiiH).L 0,52 0,76 0,66 IV il-ilt
S. ovalis Bl. 0,32 0,86 0,51 IV-V ilt-tv [-ilt
naa P.feroxH).L. o,52 0,78 0,67 IV lt-il1 IV
S. pachpylla Ridl. 0,52 o,92 ilt-tv il-il t t-il
P. gutta Baill. 0,61 o,91 0,71 IV il ilt
S. palembanico Mig. 0,37 o,69 0,55 tv-ilt ilt-tv ilt
P. hexamdrumEngl o,45 0,51 0,48 IV ilt
S. parvifoliaDyer. 0,29 0,83 o,45 tv-il ilt-tv t-ilt
P. javence Barok o,45 0,5 r 0,48 IV Iil

88 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan eamou I 89


I 2 3 4 5 6 7 8 I 2 4 5 6 7

P. leiocorpum Boerl. 0,61 o,79 o,73 ilt/rv il il 85. Petanang


P. luzonienseVid. 0,63 o,76 0,60 IV il Dryob al a nops ob I ong ifol ia 0,62 0,91 o,75 il il

P. microphyllum K. etG. 0,53 o,92 o,78 ilt-lv il-ilt il Dyer


P.obtusifolium Burck
P. quecifolium Burck 86. Pilang
P. rostratum Burck 0,48 o,76 0,61 IV il-il t ilt Acacio leucophloea Willd. o,71 0,89 o,79 ilt il

I s u I ifol i u m Pier re
P. wo 0,56 o,84 o,66 tv-ilt il-il t

Payena acu mi nare Pierre 0,56 0,84 0,66 tv-ilt il-il t


47. Pimping
Peyena leerii Kurz 0,76 0,06 o,87 il t-il il,1 Sterculia foetida L. 0,35 o,64 ilt-tv t-tv
Payena lucida DC. 0,73 0,82 o,77 lll il ilt
88. Pinang
76. Nyirih Pentace triptera Mast. 0,47 0,87 o,66 ilt-tv It-ilt
Xy I oca rpu s g ra n otu m Koen. o,59 0,83 o,70 I-il t il
89. Pulai
77. Palapi Alstonia angustiloba Miq. o,24 o,49 0,36
Heritiera javanica (8/) Kosterm 0,66 0,84 0,74 il-tv il A.pneumatophora Back. o,21 0,48 o,34
H er iti e ra s i m pl icifol i a (M a st.) 0,52 0,55 il-tv il-fl-ilr) A.scholaris R.BR. o,27 o,49 0,38
Koesterm
90. Punak
78. Pasang Tetra merista globra Miq. 0,55 0,90 o,76 l[-tv il I

Lithocarpus elegans (Bl.)


Hatus ex Soepadmo 91. Puspa
Schimo wallichii Korth. ssP. 0,62 0,79 o,69 ilt ilt il
Lith ocarp us sun do i cu s (B l.) 0,50 o,69 0,54 IV ilt ilt
Rehd. bancana Bloem
'1,1 ld. Ssp. crenota Bloem. 0,56 0,83 o,66 lll il
Quercus lineate Bl 0,94 0 1,00 il I

ld. Ssp. noronhoe Bloem. o,45 0,72 o,62 lll il


ld. Ssp. oblato Bloem. 0,61 o,92 0,71 ilt il
79. Patin
M u ssa edop si s becca r i a n a Baill. 0,82 1,O2 o,92 t-il
92. Putat
Planchonia volida Bl. o,62 1,01 0,80 il-il t il-l ilt
80. Pelawan
Tr i sta n ia ma i ng ay i Duthie 1,00 1,19 t-il IV
93. Ramin
ny sty I u s b a n co n u s Kur z 0,46 0,84 il-ilt il
81. Perepat darat G o

Com bretoco r pu s rotu n dotu s o,67 0,85 0,76 ilt il


Dans- 94. Rasamala
Altingia excelsa Noronha 0,61 0,90
Io" il-(ilr) il

62- Perepat laut


Sonneratia olba Smilh 0,62 1,00 o,78 il-ilt il-l 95. Rengas
Gluta renghas L. 0,59 0,84 1.., il il

83. Perupuk Melano rr hoea wal I i ch i i Hook.f 0,56 o,87 il il

5 ol en os perm u m j avo n icu m o,40 0,69 0,s6 il-ilt t-il 96.


Zoll. Resak
Vati ca oblon g ifolla Hook.f. o,72 oqq 1.,. ilt il
l,]
Vatica rossak Bl 0,49 0,65 ilt il-ilt
84. Petaling
Och a nostochy s o m e ntocea o,72 1.09 0,91 t-il t-il lil Vatica venulosoY.SL. lo*
Mast.

90 | Pengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan aamuu I 91


I 2 3 4 5 6 7 8 I 2 3 4 5 6 7 8

97. Salimuli 111. Tempinis


Cordia subcordotd Lamk- 0,44 o,75 0,64 vI il-ilr Sloetio elongate Kds. 0,92 1,20 1,01

98. Sampang 112. Tepis


Evodia oromotica Bl. 0,40 0,46 ,o43 ilt I Polyalthia hypoleuce Hook. 0,67 0,90 0,80 IV il
f. et Th.
99. Saninten
Costanopsi s argentea A.DC. 0,55 0,85 o,73 ilt il IV 1 13. Terap
Artocarpu s el a sticus Reinw. 0,21 o,64 0,44 ilt-tv ilt-tv
1 00. Sawokecik
Monikara kaukiDub. 0,97 1,06 't,03 I 114. Terentang
Cam p nospe r ma o u ricu lata o,32 o,52 0,40 tv-ilt-l
101. Sendok-sendok Hook.f. 0,40 0,61 0,48 ilt I

En dos peru m mal/acense Muel. 0,30 0,61 o,45 ilt-il C. macropylla Hook.l.
Arg.
1 15. Trembesi
102. Simpurjangkang Samanea soman Merr. 0,61 IV ilt ilt
Dilenia eximia Miq. 0,68 0,92 0,80 ilt il-l
116. Tualang
1 03. Sindur Koompossio excelsa Taub. 0,57 1,12 0,83 lil-tv ( r-r r)

Si nd ora g a I ed u pa P r ain. 0,65 o,75 0,69 il


S. leiocarpa DeWit. 0,46 o,74 0,60 -il-fi il 117 Tusam
S. wallichiiBenth. o,66 0,81 0,73 il Pinus merkusii )ungh. Et de Vr. 0,40 0,75 0,5s IV lll

I 04. Sonokeling 1 18. Ulin


Dalbergio lotifolio Roxb. 0,77 0,86 0,83 I il IV Eusid eroxylon zwag eri f . et B 0,88 1,19 1,O4 I I IV

I 05. Sonokembang 119. Walikukun


Pterocorpus indicus Willd. 0,39 o,94 0,65 il-(r-rv) il-(r-rvl il Sch oute ni a ovata Korrh. 0,90 1,08 0,98 il I

I 06. Sungkai I 20. Weru


Peronema canescens )ack. 0,52 o,73 0,63 ilt ll-ilt Albizia procera Benth. 0,60 0,9s 0,77 il ll-l

107. Surian
Toona surena Merr. o,27 0,67 0,39 IV ilt Sumber: Martowiiay & lding Kortasuiano (1982)
*)Martawijoya & Barly (1982, 1987)
'108 Surian bawang
Melia excelsa )ack. 0,49 o,70 0,60 ilt-tv il-ilt ll

1 09. Tanjung
Mimusops elengil. o,92 1,O2 '1,00 t/| il il

I 10. Tembesu
Fra g raeo fra g ra n s Roxb. 0,72 0,93 0,81 I il-l I
Frograea sororia J.J.S. 0,s9 o,75 o,66 il-il t il

92 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan aamnu I 93


Konsentrasi tlahan penganr:et :" n'o
Spesifikasi Peilgawetan kg
Lampiran 2 Retenst yang drsYaratkan
Model Doftor Muaton Pengowetan Secoro Vakum Tekon i.r.tt.tt y.r.-g diperlukan " 1 *'=
Volumekayu : ' m3
Total laruian yang diperlukan " ' I
Nama perusal:laan ; Muatan no
lzin usaha no. Tailggai Hasil pengawetan: Tangki Persediaan
:
sebiumdiawetkan : "I
SesudahPengisian : 'I
Deskripsi iiayu yang diarretkan
Retensi berdasarkan :"'I
spesifikasi: ...' kg SesudahPenekanan : "" I
Sesudah Pengosongan

Retensi hasil .... I


pengawetan: kg Jumtah absorbsi larutan
Absorbsi setiaP inu : .... I
Kekurangan/kelebihan
Ianrtarr seluruh muatan : .... I ....

Rata-rata Penetasi
bahan Pengawet : .... Inm

Operator
Kadar air kay'u Bahan pengawet: ............-....

Jalannya Pengawetan
tekartan atau mular pada berakhir pada waktu yarrg
vakum maks JArA jarn dibutuhkax

Penode vakum
awel .... mm I{g
Pengisian
tangld pengawe
Periode
tekanan ..., atm
pengosongan
tangki pengawe
Periode vakum
akhn .... mmHg

Total waktu yang dibutuhkan:

Pengawetan KaYu dan samUu I 95


94 | Pengawetan Kayu dan Bambu
Lampiran 3 Lampiran 4
Model Daftar Muaton Pengawetan Secaro Rendoman Dingin Model Daftor Muatan Pengowetan Secqrq Difusi

Nama perusahaan : Ir,luatan no. :


Muatan $o.
lzrn usaha no : Taqggal :
Izin usaha no. : Tanggal
Golongan bahan pengawel: Nama dagang : Oolongan bahan pengawet : Nama dagang

Deskripsi kay,u yarg diawetkan Deskripsi kayu yang diawetkan:

Jenis k4yu Ukuran {cm) Volume {M3} Pemesan Order

Volume total:

Kadar air kayu .... o/o Jumlah Volume:


Ko[$e$trasi laiutan ": .... o/o

Berat awal ka,'u yang diawetkan : ,,.- kg


Selesai rendamsq tanggal : ..,. Fase penyimpanan mlnggu
Lama rendaman : ..,. hari Mulai pengawetan tanggal
Berat akhir kayu yang diawetkan : ..., kg ?anggal pembongkaran
Penetrasi bahan pengawet :..., ctm Tanggal pengukuran konsentrasi iarutan ,:...
.. .,..
Besarnya konsentrasi larutan setelah dipakai o/o

Penambahan bahan pengawet : .... kg


Penambahan air : .... liter
Operator Konsentrasl la"rutan setelah penambahan pada suhu : -..,0C .... o,/o

Operator,

96 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan SamUu I 97


Lampiran 5 Lampiran 6
Model Laporon Pemokaian Bahon Pengawet Ringkasan Doftor Muatan Dan Jumlah Contoh Uii

I'Iama perusahaax
iama perusahaan: .... Periode ,,. sampai.... No.instalasi :
::sialasi no. : ..-. l)aftar muatan no, ... sampal Bulan/tahun I

. Pemakaian bahan pengawet Deskripsi kayu yang diawetkan


' a, Persediaan pada awal periode kg
:

Penambahan selama periode ini kg Jumlah contoh


Jumlah Jumlah
{a} kg yan8 meme-
yang diawet* contoh yang
b Persediaan pada akhir periode kg kan (m3) diarnbil nuhi syarat
Dalam bentuk tepunglpasta/ garam kg
Da-lam bentuk larutan liter .... "/o ... kg
Iiter ... . "/o ... - kg
Jumlah (b) kg

Bahan pengawet yarrg digunakan


.Jumlah (al - jumlah (b) kg

J Target pemakaian bahan pengawet


Volurne kayu yang Retensi yang Bahan pengawet yang
diawetkan (m3) disyaratkan {kg/mt) dibutuhkan (kg)
0perator

Bahan pengawet yang terpakai berdasarkan daJtar muatan


Daftar muatan no. .... sampai : -... : .... kg

Rrngkasan:
3aha.n prngawet yang digunakan (l) .... kg
larget pemakaian {2) .... kg
Yang terpakai mmurut muatan (3)
.{t {311} - .... o/o o/o di atas/di bawah pemakaian
= ....
3l {1/2} = .... * ... o/o di atas/di bawah target
o/o
:r l3l2l * ... o/o * . .. o/o di atas/di bawah target

Operator

98 I eengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan AamOu I 99


q

Lampiran 7 Lonjuton lompiran 7


Model Doftor Pemeriksoan lnstolasi Model Daftar Pemeriksaan lnstalosi

liama Perusahaan: .... Muatan no- -,.. Persyaratan instalasi


-zrn usaha no" : .,.. Tanggal Proses
(a) Apakah daftar peraiatan instalasi dimiliki '.'.
3perator penguji : .... (b) Apakah setiap peralatan sudah ada operatornya ?
(c) Apal<ah operator menguasai tugasnya ? .'..
frekuensi pengambilan contoh uji pe rtahun
Kesimpulan umum ....
Peralatan pengendali instalasi
Termometer .... Hidrometer ... Pengukur kadar air .... Bor riap
Sertifikat kelaya-kan .... Pemeriksa,
Pengukur volume larutan: .... Hasil pembacaan {a} ..._
(b) ....
) Konsentrasi larutan Hasil pemeriksaan
{a) Awasi penentuan operator pada pada instalasi .... o/o
f.rrgfi pencampur : .... pengpkuran ulang .... o/o
Tangki pengawet : .... penentuan dengan analisis
-fb) Bandingkan dengan daftar muatan

Pengeringan
ra) Perlakuan pendahuluan ....
,b, Keadaan lapangan ....
rc) Fondasi tumpukan ....
rd) Kebersihan (hygrene) ...
,e) Tanggal tumpukan ....
lf) Tumpukan memakai atap/tidak ....
(g) Pengeringan dekat instalasi/jauh ....
th) Waktu antara penebangan dan pengawetan .... hari

Fase penyimpanan
lal Keadaan yang disyaratkan dipelihara/tidak ....
fb) Pola pemeriksaan kadar air ....
Pengujian penembusan
{a) Periksa alat yang digunakan operator ....
6) Periksa cara operator mengambil contoh uji ....
Daftar muatan
14 Periksa pembacaan pengukur volume larutan ....
Pada tangki penczrmpur .._.
Pada tangki pengawet ....
b) Apakah operator mencatat dengan bajk ? ....

100 J Pengawetan Kayu dan Bambu Pengawetan Kayu dan gamOu I 101

Anda mungkin juga menyukai