harus menemukan nilai keunggulan unik yang ditawarkan oleh produk ekspor kepada
pembeli, yang biasa disebut value propositions atau unique selling propositions.
bagaimanakah kita bisa mencari nilai keunggulan tersebut ketika sudah banyak produk
yang hampir sama ditawarkan di pasar ekspor? Inilah saatnya kita dapat menawarkan dan
mengkomunikasikan prinsip sustainability (berkelanjutan) sebagai nilai keunggulan produk
ekspor kita.
Kita dapat melihat bahwa saat ini terdapat kebutuhan dari pasar ekspor terhadap sertifikasi
yang berkaitan dengan praktik sustainability. Pemenuhan standar ini meskipun belum
bersifat sepenuhnya wajib dan umum, tapi terjadi peningkatan permintaan yang terus
berkembang serta dapat meningkatkan daya saing dan harga jual secara signifikan. Tapi
kita harus akui, bahwa kita sebagai pelaku UKM memiliki keterbatasan dalam kemampuan
dan modal untuk memenuhi berbagai sertifikasi standar sustainability tersebut.
Maka dari itu, disini kita akan membahas bagaimana pemenuhan standar ekspor berkaitan
sustainability itu tanpa melalui sertifikasi. Caranya itu adalah dengan “story” atau cerita.
Sudah banyak bukti bahwa pembeli/importir mampu tertarik membeli produk UKM yang
memiliki cerita unik terkait prinsip sustainability ini.
Jadi untuk menggugah emosi konsumen, tidak bisa kita hanya menekankan sekedar
manfaat/fungsi pada produk ekspor kita. Bagi segmen konsumen yang peduli dengan isu
kesehatan dan lingkungan, mereka akan lebih tergugah emosinya dengan produk yang
mengedepankan nilai keunggulan produksi organik yang unik seperti pada iklan Ayam
Penyet Organik, yang termasuk dalam prinsip sustainability.
Apalagi, saat ini konsumen, khususnya generasi milenial, sudah mulai peduli dan tertarik
terhadap produk yang mengedepankan prinsip sustainability seperti organik, eco-
green, social enterprise, hingga perlindungan anak dan perempuan. Forbes mengatakan
bahwa generasi milenial adalah konsumen yang paling penting untuk dibidik sekarang
karena besarnya kemampuan pengeluaran yang mereka miliki. Data penelitian Nielsen juga
menemukan bahwa 81% konsumen merasa penting bahwa perusahaan turut meningkatkan
kondisi lingkungan. Opini ini disetujui oleh semua gender dan generasi (tidak hanya
millennial). Bahkan, berdasarkan riset tersebut, kepedulian konsumen di negara-negara
Asia Pasifik saat ini sudah lebih tinggi daripada negara-negara Eropa dan Amerika Utara.
Fakta-fakta ini menerangkan bahwa produk yang mengedepankan
prinsip sustainability akan lebih memiliki nilai jual di pasar ekspor.
Oleh karena itu, pelaku UKM yang mulai menerapkan prinsip sustainability dalam bisnisnya
dijamin akan memiliki prospek bagus kedepannya, baik itu di pasar domestik maupun
ekspor, karena selalu up-to-date dan naik kelas sesuai dengan tren global.
Banyak sekali saat ini pelaku UKM yang sudah memberikan pemberdayaan masyarakat.
Misalnya, kita memberikan pelatihan pada masyarakat sekitar yang kurang mampu untuk
dapat memproduksi barang tertentu, lalu barang tersebut kita beli dan jualkan ke pasar.
Secara tidak sadar, kita tidak hanya tidak hanya memberikan ilmu kepada masyarakat
tersebut, tapi juga meningkatkan taraf hidup mereka. Contoh lainnya yang sering ditemukan
adalah meningkatkan kesejahteraan karyawan, memberdayakan masyarakat, mendorong
gaya hidup positif, membeli dari pemasok lokal, dan melindungi hak pekerja perempuan,
dan mengurangi tingkat kecelakaan kerja di lokasi UKM.
limbah.
konsumen.
Cerita-cerita dalam setiap tahap inilah yang harus kita identifikasi untuk dapat menciptakan
nilai keunggulan sustainability dibandingkan para pesaing kita. Tapi ingat, semua proses
positif ini harus diceritakan dan dikomunikasikan ke publik agar produk kita dikenal
dengan keunikan dan kontribusi positifnya. Komunikasi cerita sustainability ini tidak
hanya mampu menarik calon pembeli, tapi juga mampu menarik calon investor yang dapat
meningkatkan modal. Yuk kita bahas selanjutnya bagaimana cara mengkomunikasikannya.
Menyusun Company
Profile Berbasis Sustainability sebagai Fondasi
Komunikasi
Langkah awal yang dapat dilakukan oleh sahabat UKM disini adalah melalui
penyusunan company profile dengan berbagai aspek sustainability yang sudah
diidentifikasi. Ini merupakan fondasi bagi UKM dalam mengkomunikasikan
prinsip sustainability dalam bisnis ke calon pembeli atau importir.
Terutama pada pasar negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat, kebanyakan
importir dan konsumen ingin memastikan bahan baku yang digunakan aman dan
tersertifikasi, tenaga kerja terlindungi dan sejahtera, tidak mempekerjakan anak di bawah
umur, serta proses bisnis kita tidak merusak lingkungan. Tidak heran jika mereka biasanya
melakukan audit terhadap produsen/eksportir sebelum terjadi kesepakatan jual-beli.
Company profile ini nantinya juga bisa menjadi dasar dalam penyusunan konten di aset
promosi/komunikasi lainnya seperti website, media sosial, brosur, dan lainnya. Pastikan
bahwa sahabat UKM konsisten dalam mengkomunikasikan prinsip sustainability pada
setiap aset promosi/komunikasi ini.
al terpenting yang bisa dilakukan UKM saat ini adalah mulai melakukan
praktik sustainability ini secara bertahap. Dengan memiliki komitmen dan praktik akan
prinsip sustainability yang kuat, kedepannya akan membantu menarik perhatian konsumen,
importir, dan investor, dan menjadikan bisnis anda ‘naik kelas’ sesuai dengan tren global.
Serta jangan lupa, komunikasikan secara konsisten prinsip sustainability ini melalui cerita
yang unik dan kuat kepada para calon pembeli atau importir.
elain meminjamkan perizinan/lisensi, jasa undername juga biasanya menyediakan
beberapa layanan lainnya, di antaranya:
Pelaku UKM hanya perlu mengemas baik barang sampai di tujuan dengan baik serta
mengasuransikan barangnya (jika diperlukan).
Berikut adalah beberapa fasilitas yang dapat diberikan dalam suatu pameran:
Ingat, tidak semua UKM yang mendaftar bisa langsung mendapatkan fasilitas ini. Ada
beberapa persyaratan untuk dipenuhi. Lalu, terdapat proses kurasi jika mendaftar lebih dari
kuota.
selain itu, untuk melihat daftar dan detail yang lebih lengkap tentang pameran dagang di
Indonesia dapat dilihat
Untuk di luar negeri, juga terdapat berbagai pameran dagang yang mendapatkan fasilitas
dari pihak sponsor.
Ekonomi kreatif, yang berbasis ide kreatif dan inovatif, dipercaya mampu meningkatkan
daya saing produk Indonesia sekaligus mempertahankan eksistensi dan jati diri bangsa.
Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang tinggi. Terdapat berbagai ras, bahasa, adat-
istiadat, seni dan tradisi yang masing-masing memiliki kekhasan unik. Inilah sebenarnya
aset terbesar dari negara kita. Aset ini bisa kita jadikan peluang besar bagi bisnis ekonomi
kreatif yang sedang tren di level global, termasuk pada
Untuk dapat bersaing di pasar global produk pakaian jadi, pelaku UKM harus memiliki
keunggulan yang kuat dan segmen pasar yang tepat. Desain menjadi salah satu
keunggulan yang dapat ditonjolkan sebagai produk kreatif yang mampu memasuki segmen
pasar ekspor yang lebih tinggi. Maka dari itu, yang perlu dijual bukanlah hanya produk
pakaian jadi melainkan juga fashion. Tapi ingat, keberhasilan fashion di pasar global bukan
hanya dari kreativitas desain, tapi juga harus mempertimbangkan selera pasar. Media
online juga penting di era digital ini untuk keberhasilan fashion. Strategi ini tepat untuk
dilakukan oleh pelaku UKM karena tidak membutuhkan skala volume yang besar untuk
bermain di pasar ekspor pakaian jadi.
Kesuksesan pemasaran fashion telah terbukti dilakukan oleh para desainer Indonesia.
Contohnya adalah Tex Savario dan Rafi Ridwan yang telah merancang untuk tokoh-tokoh
terkemuka kelas dunia. Pamoritas desain mereka terus tumbuh pesat dari pagelaran,
kompetisi, dan penghargaan fashion internasional. Desain mereka sukses karena
karakteristik desain yang unik namun tetap bersifat universal sehingga diterima di pasar
global.
yang biasanya nongkrong atau makan di luar sekarang lebih memilih makan di rumah. Orang kerja
di rumah otomatis mereka harus membuat rumahnya nyaman kan, itu yang membuat mereka mau
membeli produk home decor," ujarnya dalam obrolan ekspor bertema "Peluang dan Strategi Ekspor
Produk Home Decor" yang disiarkan secara virtual, dikutip Kompas.com, Sabtu (3/7/2021). Apalagi,
kata dia, konsumen di negara-negara besar biasanya memiliki bujet tersendiri untuk memperbaiki
rumah atau mendekor ulang rumahnya. Bahkan, dana yang biasanya ditabung untuk liburan
dialihkan menjadi dana untuk mendekor rumah. "Kan liburan udah enggak bisa lagi. Bujet untuk
liburan atau traveling dialokasikan ke bujet mendekor ulang rumah,"jelas Liena. Dia membeberkan,
ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh UMKM home decor jika ingin menembus pasar
ekspor atau cara menangkap peluang selama pandemi. Pertama, harus mengamati kondisi pasar.
Dia menjelaskan, eksportir harus tahu produk home decor yang sedang dibutuhkan. Cara melihat
kebutuhan tersebut pun bisa melalui internet ataupun media sosial. "Kita juga bisa monitor di
beberapa website yang menampilkan kondisi pasar di negara tertentu seperti apa atau bahkan lihat
website para importir home decor," ucapnya.
Kedua, lakukan adaptasi. Dia menjelaskan, para eksportir harus bisa melakukan adaptasi dengan
kebutuhan serta produk yang ada. Misalnya, dijelaskan dia, apabila UMKM memiliki produk
keranjang yang besar, usahakan mendesain ulang dengan membuat keranjang yang bisa dilipat.
"Karena kalau keranjang besar susah ngirimnya, makanya buat yang bisa dilipat. Usahakan produk
itu fungsinya tidak berubah, tapi dibentuk menjadi lebih handy," ucapnya. Dia menambahkan,
negara yang memiliki potensi permintaan home decor adalah AS, Jerman, Belanda, Perancis,
Swedia, Italia, dan Spanyol. Sementara negara yang menjadi kompetitor adalah Vietnam, Thailand,
Polandia, dan Maroko.
Pemilihan bahan yang ramah lingkungan juga faktor penting untuk mengurangi polutan ini.
Bahan katun adalah yang paling banyak menyerap pestisida. Disisi lain, wool dan linen
adalah bahan yang direkomendasikan karena tingkat penggunaan energinya paling rendah
dan tingkat ketahanannya lama. Sisi negatifnya adalah bahan-bahan ini harganya lebih
mahal sehingga hanya segmen atas tertentu yang mampu membelinya. Untuk produk
berbahan katun, solusinya adalah dengan pemenuhan standar dan sertifikasi organik dalam
proses produksinya. Terdapat berbagai sertifikasi untuk pemenuhan standar lingkungan ini
yang khusus untuk produk tekstil. Contohnya adalah Global Organic Textile
Standard (GOTS) dan OEKO-TEX (Nantikan artikel Standar Khusus Ekspor).
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan Jerman dan Jepang adalah target pasar paling
potensial bagi Indonesia saat ini. Jerman adalah salah satu pusat bisnis fashion. Terdapat
Bread & Butter dan Berlin Fashion Week di Berlin yang merupakan salah satu pameran
khusus produk fashion terbesar di Eropa. Tidak heran, bahwa Jerman mampu menjadi
negara keempat eksportir produk pakaian jadi terbesar di dunia. Disisi lain, Jepang saat ini
merupakan negara yang tinggi sekali konsumsinya akan produk pakaian jadi, didorong
dengan pendapatan yang tinggi. Jepang juga memiliki industri tekstil yang sangat maju
dengan beberapa brand yang sudah mendunia seperti Uniqlo. Maka dari itu, pelaku UKM
Indonesia sudah saatnya untuk menargetkan Jerman dan Jepang untuk ekspor produk
tekstil kreatif, bukan hanya Amerika Serikat.
Kita sudah memahami prospek yang dapat diambil oleh pelaku UKM industri tekstil, namun
dibutuhkan strategi-strategi untuk mampu menembus pasar ekspor, diantaranya:
ngat, disini yang terpenting adalah bukan seberapa unik desain produk kita, tapi bagaimana
produk kita dapat diminati oleh konsumen dunia. Perbanyaklah riset mengenai tren fashion
internasional yang bisa dilakukan dari internet. Fokuskan juga untuk mengutamakan
komponen sustainability dalam produksi tekstil kita. Dengan ini semua, tekstil kreatif
Indonesia pasti bisa mendunia.
Mbak Syanaz memulai usaha Rorokenes sejak 2014 di Semarang. Apa Saja sih
Prinsip Sustainability yang Dijalankan?
Pengembangan Ekonomi
Pada produk-produk tas Rorokenes, 85% menggunakan bahan baku lokal dengan
mengedepankan prinsip etis dan meminimalisir limbah (zero waste), Tidak hanya itu,
Rorokenes juga memberlakukan persamaan gender di dalam internal perusahaan maupun
kepada konsumen. Maka dari itu, prinsip sustainability sangat melekat dalam model bisnis
Rorokenes.
Rorokenes menjual berbagai produk kerajinan tas, di antaranya yang utama adalah Tas
Kulit, Tas Kulit Anyaman, Tas Anyaman Tenun, dan Tas Daur Ulang Kayu. Konsumen yang
membeli kebanyakan adalah wanita dengan umur 28-45 tahun. Saat ini usahanya mampu
mempekerjakan sekitar 11 orang, yang hampir semuanya direkrut dari Semarang karena
memprioritaskan masyarakat lokal.
Dalam hal praktek pengadaan barang, Rorokenes memiliki kebijakan untuk memilih
pemasok dan bahan baku hanya dari wilayah lokal. Contohnya, bahan baku kulit diambil
hanya dari pemasok di pulau Jawa. Rorokenes hanya mengimpor bahan baku dari luar
negeri yang ketersediaannya sangat terbatas di Indonesia, di antaranya adalah aksesoris
tas dan mesin.
elestarian Lingkungan
Daur ulang limbah menjadi prioritas dalam model bisnis. Salah satu contohnya adalah
dengan mengubah limbah kulit menjadi produk lainnya seperti keyholder, yang dapat dijual
kembali dan jadi bonus tambahan untuk karyawan. Bahkan, sisa-sisa kayu dari
industri furniture diolah menjadi produk Tas Daur Ulang Kayu.
elain itu, Rorokenes selalu melakukan pemilihan dan evaluasi yang ketat terhadap
pemasok bahan bakunya. Untuk pemasok bahan kulit, diwajibkan untuk memiliki ISO atau
SNI dan manajemen limbah yang baik dikarenakan limbah kulit yang berbahaya bagi
lingkungan. Sedangkan untuk pemasok bahan kayu, diwajibkan untuk memiliki SVLK
(Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) dan sudah dilakukan proses Kiln Dry sehingga
produknya tahan lama.
Pemberdayaan Sosial
Rorokenes selalu berkomitmen untuk mensejahterakan karyawannya. Ini dilakukan dengan
berbagai remunerasi yang tidak hanya terbatas pada gaji, tetapi juga pada cuti tahunan,
cuti menstruasi pada wanita, tunjangan makanan, transportasi, beras, sampai tunjangan
hidup. Bahkan, Rorokenes memastikan kesetaraan gender di lingkungan usaha.
Contohnya, tidak ada kesenjangan gender dalam masalah remunerasi serta tidak boleh
adanya pelecehan gender. Bahkan, Rorokenes juga memberikan cuti dan bonus pada
karyawan pria ketika istrinya melahirkan.
Mbak Syanaz mencoba memasarkan di pasar ekspor untuk membuktikan bahwa produk
Indonesia tidak kalah dengan brand-brand ternama tersebut serta mampu diakui oleh
konsumen global.
Manfaat terbesar yang dirasakan dengan melakukan ekspor adalah proses pembelajaran
yang didapatkan. Rorokenes mampu belajar bagaimana mengatasi persaingan ekspor
seperti China dan India yang bermain di harga. Dari pengalaman ini, ditemukan bahwa
produk Indonesia bisa lebih unggul dalam hal kualitas dalam persaingan ekspor. Manfaat
lainnya tentu saja dapat meningkatkan omset dan laba usaha.
Saat ini, Rorokenes sudah menjalin kerjasama dengan distributor di Jepang, melalui
strategi white label. Keberhasilan menembus pasar Jepang menjadi bukti kesuksesan
ekspor karena negara tersebut termasuk yang paling sulit dalam hal regulasi dan
standarisasi. Tidak hanya itu, produk Rorokenes sudah banyak dibeli oleh konsumen di
berbagai negara seperti Qatar, Hongkong, Malaysia, Singapura, Australia, Selandia Baru,
bahkan sampai Eropa.
Prinsip sustainability yang dilakukan oleh Rorokenes diakui mampu meningkatkan daya
saing di pasar ekspor. Prinsip ini dikomunikasikan melalui cerita yang dibalut dalam suatu
pemasaran konten di berbagai media sosial dalam bentuk foto dan video. Apalagi, dengan
adanya company profile berbasis sustainability yang dikirim ke tiap calon pembeli/importir
potensial mampu meningkatkan ketertarikan untuk menghubungi lebih lanjut.
kan tetapi sebelum itu, konsumen ekspor juga melihat dulu beberapa nilai keunggulan
lainnya. Pertama, mereka akan lihat dulu dari kualitas produk Rorokenes. Kedua, mereka
juga melihat pelayanan Rorokenes kepada konsumen, khususnya dalam layanan garansi
perbaikan produk gratis. Baru setelah itu, konsumen akan melihat
prinsip sustainability yang dilakukan yang dirasa menjadi nilai keunggulan dibandingkan
para pesaing. Dengan kombinasi nilai keunggulan Rorokenes ini, sudah banyak importir
yang menawarkan kerjasama ekspor. Tanpa adanya sertifikasi sustainability saja sudah
bisa meningkatkan daya saing, apalagi jika ada sertifikasi yang membuktikan
praktek sustainability ini.
Bahkan, berbagai konsumen sudah lebih memilih produk Rorokenes dibandingkan produk
brand ternama lainnya, dikarenakan model produk Rorokenes lebih terbatas (limited)
dan handmade, serta tidak ada tiruan. Prinsip sustainability yang dijalankan Rorokenes pun
membuat konsumen ikut andil dalam kontribusi meningkatkan lingkungan dan sosial.
Untuk mengenal dan meriset suatu negara tujuan ekspor, Rorokenes mengakui hanya
mempelajarinya lewat internet. Jadi, tidak ada yang tidak mungkin untuk dipelajari bagi
pelaku UKM di era digital sekarang. Setiap UKM pasti bisa untuk masuk pasar ekspor.
Tidak ada persiapan lebih bagi Rorokenes dalam memenuhi standar pasar ekspor. Ini
dikarenakan standar yang ditetapkan pada produk-produk Rorokenes sudah berkualitas
tinggi dari awal. Karena itu penting bagi pelaku UKM untuk dari awal melakukan
standarisasi pada produknya, sehingga bisa siap untuk dipasarkan di pasar ekspor.
Baca Juga: Jitu Membidik Peluang Pasar dan Target Negara Ekspor
Akan tetapi, hambatan yang dirasakan adalah mengenai pengurusan lisensi dan sertifikasi.
Terutama untuk pengurusan WIPO (World Intellectual Property Organization) dan
sertifikasi sustainability yang masih sangat sulit untuk diurus. Padahal sudah banyak
pembeli/importir yang sudah sepakat untuk kerjasama tapi hanya terkendala di masalah ini.
Dibutuhkan lebih kuat lagi layanan dukungan pemerintah Indonesia untuk membantu para
pelaku UKM Indonesia dalam memiliki lisensi dan sertifikasi yang dibutuhkan oleh pasar
ekspor.
Mbak Syanaz mengakui belajar prosedur dan regulasi tentang ekspor dari pelatihan ekspor
yang diselenggarakan oleh PPEI (Pendidikan Pelatihan Ekspor Indonesia) dan dinas-dinas
daerah. Selain itu, Rorokenes pernah juga diikuti program DDS (Designer Dispatch
Service) dari Kemendag RI yang memberikan pendampingan untuk menghasilkan produk-
produk berbasis desain sesuai tren global saat ini. Saat ini juga diakui pemerintah telah
memberikan berbagai fasilitas pembiayaan bagi UKM untuk mengembangkan pasar
ekspor, salah satunya adalah program KUR (Kredit Usaha Rakyat).
Kedepannya, Rorokenes ingin terus dapat menguatkan brand Rorokenes di pasar global.
Sehingga, konsep dan ide produk Rorokenes akan selalu terlindungi. Terutama dari para
negara pesaing yang mampu memproduksi dengan harga yang lebih murah.
Terakhir, Mbak Syanaz hanya berpesan bagi pelaku UKM untuk jangan pernah berhenti
untuk belajar. Terutama dalam merintis dan mengembangkan usaha ekspor. Karena ini
butuh proses belajar yang terus menerus.
Sekian pembahasan kita kali ini mengenai pengalaman dari Rorokenes. Banyak pelajaran
yang kita bisa ambil disini. Sahabat UKM memang harus mengutamakan terlebih dahulu
kualitas dan standarisasi untuk dapat masuk pasar ekspor. Namun, untuk bisa memenangi
persaingan pasar dan menciptakan konsumen yang setia, prinsip sustainability saat ini
penting untuk dilakukan dan dikomunikasikan. Baca juga artikel mengkomunikasikan prinsip
sustainability secara efektif.
Untuk itu, ia menetapkan secara spesifik segmen pembeli karyanya adalah masyarakat kalangan
menengah ke atas. Hal ini dilakukan Anthony karena karya perhiasan biji-bijian yang dibuatnya
memerlukan proses yang tidak mudah. Umumnya dilakukan secara custom order. Selain itu, ia pun
selalu mengutamakan kualitas pada setiap karya yang dihasilkannya, sebagai bentuk penghargaan
terhadap biji yang dirangkai menjadi perhiasan alami. Merebaknya pandemi Covid-19 diakui Anthony
berdampak pada karya yang dihasilkannya. Bahan-bahan yang dipakai untuk berkarya dijual sangat
murah sehingga kesulitan untuk menjual dengan harga yang ditetapkan. Apalagi dalam kondisi pandemi,
daya beli konsumen rendah, karena banyak yang kehilangan pekerjaan sehingga banyak pembeli dan
beralih menjadi penjual. untuk mempertahankan hidupnya. Selain itu, banyak pengrajin yang
berkolaborasi, saling tukar konsuman untuk bisa bertahan. Meski kondisi sedang menurun, Anthony
berkeyakinan bahwa saat pandemi, industri kriya bisa berkembang dengan baik bagi mereka yang mau
berkarya secara kreatif. Sementara itu, bagi yang sudah menjalankan bisnis ekonomi kreatif, untuk
dapat mempertahankan usahanya, dalam kondisi pandemi maupun tidak, yang harus dilakukan adalah
terus berinovasi, dari desain, teknik maupun pemasarannya. Inovasi yang dilakukan oleh pengrajin dan
pelaku ekonomi kreatif dapat meningkatkan daya saing dengan penguatan kewirausahaan dan
peningkatan produktivitas yang didukung dengan upaya peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan
pasar, pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi (Afifuddin, 2010) Ketersediaan internet
merupakan pendukung bagi pengembangan pemasaran ke dunia digital. Media sosial, yang berbasis
internet, dapat dimanfaatkan untuk memasarkan produk, dengan perencanaan yang baik, terutama
dalam penyampaian pesan dalam bentuk gambar dan teks. Standie Nagadi, VP Marketing Mekari
menyatakan, penggunaan teknologi menjadi solusi terbaik dalam membantu roda perekonomian UKM
tetap berjalan. Selain bantuan modal, pemasaran melalui media sosial akan memudahkan UKM untuk
menyusun strategi yang tepat guna untuk kelangsungan usaha saat ini dan kedepannya
(Jakarta.bisnis.com, 2020). Pemasaran produk kriya Indonesia secara daring bukan tanpa alasan. Hal ini
mempertimbangkan kelebihan pemasaran digital, yakni jangkauan pasar yang lebih luas serta pola
pembelian masyarakat sejak pandemi berlangsung mulai beralih ke arah digital. Selain dari segi
pemasaran, inovasi juga dilakukan pengrajin dari segi produk. Cara ini yang dipilih oleh banyak pengrajin
kriya. Berkembangnya penggunaan media sosial yang semula sebagai media komunikasi menjadi media
pemasaran produk yang dihasilkan maupun dijualkan oleh warga net, menjadi peluang yang sangat
terbuka untuk mengembangkan pemasaran. Potensi pasar digital di Indonesia sangat besar. Berdasarkan
jumlah pengakses, Indonesia menempati urutan kedua terbanyak pengakses Facebook dengan jumlah
35,4 juta user, melebihi jumlah penduduk Kanada, serta urutan keempat terbesar pengakses Twitter
engan jumlah 4,8 juta user, setara dengan jumlah penduduk Singapura (Susanti, Rachmaniar & Koswara,
2020). Meski demikian, Anthony mengakui, jika pemasaran melalui e-commerce atau market place,
untuk produk yang dihasilkannya tidak akan berjalan dengan baik. Karena di market place, banyak
kerajinan berbentuk handycraft yang dihargai lebih murah dengan kualitas yang baik. Untuk itu, ia lebih
memilih memasarkan produknya melalui Instagram dan Facebook. “Di Instagram, banyak respon dari
lokal. Sedangkan di Facebook, malah dapat konsumen dari luar negeri.” Anthony menuturkan, dulu, ia
pernah membuat website, bahkan mempekerjakan orang untuk mengelola website, tetap tidak berhasil.
Pendekatan personal justru lebih efektif. Jalinan kedekatan dengan konsumen selama bertahun-tahun
melalui perdekatan personal, justru yang mendorong konsumen untuk mengontak langsung Anthony
dan meminta dibuatkan perhiasan biji-bijian sesuai pesanannya. Sebagai pengrajin, Anthony merasa
banyak kendala yang dialami, seperti kurangnya apresiasi seni dari masyarakat. Saat pandemi, kendala
yang dihadapi semakin banyak. Namun, hal terpenting yang harus dilakukan oleh pengrajin adalah
memertahankan kualitas yang ada.
Perubahan pada proses produksi dan pemasaran kerajinan yang dialami oleh Anthony, dirasakan pula
oleh Ibu Ani Wariah, pemateri kedua, dari Rineka Karya Art, Parakan Honje, Indihiang, Kota Tasikmalaya.
Ibu Ani merupakan generasi kedua pengelola Rineka Karya Art, yang bergerak di bidang usaha kerajinan
anyaman bambu halus seperti topi, tas, dompet, souvenir, pot dan lampion.
Bu Ani menuturkan, langkah yang dilakukan untuk dapat bertahan dalam bisnis kriya atau kerajinan yang
dijalaninya adalah berinovasi dari sisi produksi dan kualitas. Ia harus terus kreatif, inovatif dan jeli
membaca peluang usaha. Sementara itu, Pak Iwan, suami ibu Ani, menjelaskan, tantangan yang dihadapi
dalam menekuni bisnis kerajinan bambu seperti yang dijalani Rineka Karya Art adalah ketersediaan
bambu yang berkesinambungan, sumber daya manusia yang multitalenta, workshop yang representatif,
dilengkapi dengan penerapan teknologi tepat guna pada kerajinan bambu. “Di Parakan Honje,
kebutuhan akan SDM masih cukup banyak, karena produk anyaman bambu Parhon masih diminati
sehingga kondisi pandemi tidak berpengaruh banyak pada kerajinan di Parakan Honje. Potensi
pemasarannya masih mendukung.” Senada dengan Anthony dan Ibu Ani, pemateri ketiga, Rachmaniar,
S.Sos., M.I.Kom., dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Fikom Unpad, menyarankan hal serupa agar
UMKM dapat mempertahankan usahanya di masa pandemi dan pascapandemi, yakni melalui
pemasaran digital dan melakukan inovasi produk. Sinergi 6 komponen dalam pengembangan kriya, yakni
akademisi, pengusaha, pemerintah, media, komunitas dan wisatawan (pembeli) juga diperlukan dalam
menjaga kelangsungan UMKM.
Terkait pengembangan kriya saat pandemi melalui pemasaran digital dan inovasi, Rachmaniar
menyarankan para pengrajin untuk menjalin kerja sama dengan pihak kampus, mengikuti pelatihan dan
berkunjung ke Rumah BUMN Bandung yang dikelola oleh Kadin Kota Bandung atau instansi serupa yang
mendapatkan bimbingan dalam peningkatan pemasaran melalui media digital, yang dapat diperoleh
tanpa pungutan biaya. Selama aktifitas PPM berlangsung, peserta cukup antusias untuk mengikuti sejak
awal hingga akhir acara. Dalam sesi tanya jawab dengan pemateri, cukup banyak peserta yang
menyampaikan pertanyaan kepada narasumber terkait materi yang disampaikannya. Misalnya Pak
Dadang Suganda, pemilik dan pengrajin bambu dari Bambu Raya, Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya,
yang bertanya mengenai cara menyikapi persaingan harga yang terjadi antarpengrajin. Menurut Pak
Iwan, kondisi ini terjadi karena para pengrajin menjual kerajinannya ke satu tujuan, yakni Jakarta. Untuk
bisa meraih pelanggan, banyak yang menjual dengan harga murah tanpa memerhatikan kualitas. Untuk
mencegah persaingan harga antarpengrajin, peningkatan kualitas barang mutlak dilakukan. Meskipun
produknya tidak mahal, tapi hasilnya rapi akan mampu menarik calon pembeli. Selain itu, setiap produk
seharunya memiliki ciri khas masing-masing. Pak Iwan mengusulkan adanya suatu ikatan atau wadah
yang dapat menyeragamkan harga dan membuat harga produk tidak jatuh, agar pengrajin tidak saling
menjatuhkan. Sementara itu, untuk mengatasi persaingan dengan negara luar, pengrajin dalam negeri
dapat membuat produk sesuai keinginan konsumen, seperti diubah pola atau motifnya. Ini bisa menjadi
poin lebih dari pengrajin di Indonesia, karena pengrajin luar negeri, seperti di Thailand dan Vietnam,
Pada awal-awal merebaknya pandemi, produksi dan pemasaran kriya diproduksi oleh pelaku ekonomi
kreatif mengalami gangguan, antara lain pembatalan pesanan, tertundanya distribusi barang, serta
menurunnya harga jual barang yang diproduksi. Kondisi ini merupakan tantangan yang harus dihadapi
oleh para pelaku ekonomi kreatif di bidang kriya untuk tetap dapat bertahan di tengah daya beli
masyarakat yang menurun terhadap produk kriya akibat pandemi Covid-19. Kondisi mulai membaik saat
Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) diberlakukan, meskipun belum pulih sepenuhnya. Situasi seperti ini
memberikan peluang bagi para pelaku ekonomi kreatif bidang kriya untuk mengatasi perubahan kondisi
produksi dan distribusi yang menurun. Anthony dari Bumi Putih Spiritual Jewelry maupun Ibu Ani dan
Pak Iwan dari Rineka Karya Art, melakukan beberapa langkah strategis, yakni melanjutkan proses
produksi sesuai dengan pesanan pembeli, serta memasarkan produknya menggunakan media sosial,
seperti Instagram, Facebook, dan Whatsapp. Pemasaran melalui media sosial memberikan kontribusi
dalam pemulihan pemasaran produk, meski jumlahnya tidak signifikan, seperti saat sebelum pandemi.
Kreatifitas untuk menghasilkan karya yang memiliki karakter kuat serta inovatif menjadi modal kuat bagi
para seniman maupun pengrajin kriya untuk dapat mempertahankan bisnisnya di tengah pandemi
Covid-19.