Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum PT. Telkom Akses Banda Aceh

PT. Telkom Akses merupakan anak perusahaan PT. Telekomunikasi

Indonesia Tbk (Telkom) yang didirikan pada tanggal 12 Desember 2012, dengan

lingkup pekerjaannya dibidang konstruksi pembangunan dan manage service

infrastruktur jaringan, termasuk sebagai lessor penyediaan Network Terminal

Equipment (NTE), serta menyediakan pekerjaan jasa manage service operasi dan

pemeliharaan jaringan akses broadband. Pendirian PT. Telkom Akses merupakan

bagian dari komitmen Telkom untuk menghadirkan akses informasi dan

komunikasi tanpa batas bagi seluruh masyarakat Indonesia berupa koneksi

internet berkualitas dan terjangkau untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia sehingga mampu bersaing di level dunia.

PT. Telkom Akses memiliki visi “Menjadi perusahaan jasa operasi dan

pemeliharaan jaringan broadband dan jasa konstruksi infrastruktur

telekomunikasi yang terdepan di kawasan nusantara yang berorientasi kepada

kualitas prima dan kepuasan seluruh stakeholder”. Beberapa misi untuk mencapai

visi tersebut yaitu:

1. Mendukung suksesnya pengembangan perluasan dan peningkatan kualitas

infrastruktur jaringan akses PT. Telekomunikasi Tbk.

2. Memberikan layanan prima dengan orientasi tepat mutu, tepat waktu, dan

tepat volume infrastruktur jaringan akses.

30
31

3. Menciptakan tenaga kerja yang profesional, handal, dan cakap dibidang

teknologi jaringan akses dan membina hubungan baik dengan lingkungan

terkait pekerjaan konstruksi.

4. Memberikan hasil terbaik bagi seluruh stakeholder.

4.1.2 Struktur Organisasi PT. Telkom Akses Banda Aceh

PT. Telkom Akses Kota Banda Aceh memiliki struktur organisasi yang

diatur berdasarkan Keputusan Direksi PT. Telkom Akses No. 00546/LP.000/TA-

350000/02-2019 tentang Organisasi Teritori PT. Telkom Akses 2019.

Berdasarkan ketentuan tersebut, PT. Telkom Akses terbagi atas 3 (tiga) wilayah

telekomunikasi (witel) dengan tingkatan peringkat A, B, dan C. PT. Telkom

Akses Kota Banda Aceh termasuk witel berperingkat C, dengan struktur

organisasinya dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Sumber: Kepdir PT. Telkom Akses No. 00546/LP.000/TA-350000/02-2019

Gambar 4.1 – Struktur Organisasi


32

Uraian dari gambar tersebut di atas yaitu:

1. General Manager (GM), bertugas nemimpin perusahaan dan menjadi

motivator bagi karyawannya, mengelola operasional harian perusahaan,

merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasi, mengawasi dan

mengalisis semua aktivitas bisnis perusahaan, mengelola perusahaan

sesuai dengan visi dan misi perusahaan, merencanakan, mengelola dan

mengawasi proses penganggaran di perusahaan, merencanakan dan

mengontrol kebijakan perusahaan agar dapat berjalan degan maksimal,

memastikan setiap departemen melakukan strategi perusahaan dengan

efektif dan optimal, mengelola anggaran keuangan perusahaan,

memutuskan dan membuat kebijakan untuk kemajuan perusaahan,

membuat prosedur dan standar perusahaan, membuat keputusan penting

dalam hal investasi, integrasi, aliansi dan divestasi, merencanakan dan

mengeksekusi rencana startegis perusahaan jangka menengah dan jangka

panjang untuk kemajuan perusahaan, dan menghadiri pertemuan, seminar,

konferensi maupun pelatihan.

2. Manager Shared service, bertugas menyelenggarakan dukungan

manajemen dan operasional dan memastikan terlaksananya kegiatan yang

mengacu pada corporate plan dan hasilnya sesuai RMO. Uraian pekerjaan

dari manager shared service mencakup bidang administrasi dan

kesekretariatan, pengelolaan sistem dan proses bisnis internal, pengelolaan

SDM, pengelolaan peningkatan mutu, penyelenggaraan aktivitas

komunikasi internal dan eksternal, mengelola fungsi legalitas,


33

melaksanakan dan mengelola community development, menyusun

negosiasi SLA dan kesepakatan lain dengan unit-unit pengguna, dan

memasarkan program riset TELKOM.

3. Manager Operasi, bertugas mengelola dan mengarahkan tim operasi untuk

mencapai target bisnis, membantu untuk mengembangkan atau

memperbarui prosedur operasi standar untuk semua kegiatan operasional

bisnis, membangun hubungan yang kuat dengan menangani masalah dan

keluhan pelanggan secara tepat waktu, memberikan penilaian karyawan,

promosi, kompensasi dan pemutusan hubungan kerja berdasarkan tinjauan

kinerja, memberikan dukungan operasional dan bimbingan kepada staf,

membantu mengembangkan anggaran operasional dan modal, memantau

dan mengendalikan pengeluaran sesuai anggaran yang dialokasikan,

membantu dalam mewawancarai, merekrut dan melatih kandidat,

mengelola penugasan kerja dan alokasi untuk staf, meninjau kinerja dan

memberikan umpan balik kinerja kepada staf, menyimpan dokumentasi

yang akurat dan jelas untuk prosedur dan kegiatan operasional, bekerja

sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan, memastikan tim

mengikuti prosedur operasi standar untuk semua fungsi operasional, dan

mendukung risiko operasional dan proses audit untuk tujuan pemeliharaan

preventif.

4. Manager Kontruksi, bertugas mengusahakan jasa riset dan pengembangan

bidang network untuk menghasilkan produk dalam mendukung bisnis

jaringan Telkom serta memastikan terlaksananya kegiatan riset


34

pengembangan yang mengacu pada corporate plan dan hasil sesuai

dengan RMO. Uraian pekerjaan manager kontruksi mencakup melakukan

asessment teknologi dan pemilihan teknologi untuk seluruh aspek jaringan

akses wireline termasuk customer premises network, jaringan transport

yang berkaitan dengan integrasi teknologi baru dalam jaringan eksisting,

melakukan inovasi dan riset teknologi baru dibidang teknologi jaringan

akses wireline dan jaringan transport, melaksanakan dan melakukan

koordinasi perencanaan jaringan dalam bentuk strategic level network

planning, termasuk roadmap network plan untuk mendukung optimalisasi

ekspansi jaringan Telkom dan proses pengembangan produk.

4.1.3 Persediaan Perlengkapan Jaringan pada PT. Telkom Akses Banda


Aceh

Persediaan perlengkapan jaringan pada PT. Telkom Akses Banda Aceh

diantaranya meliputi ONT, STB, kabel drop core, kabel lan, dan tiang ODP.

Uraian dari beberapa jenis perlengkapan tersebut yaitu:

1. Optical Network Terminal (ONT), yaitu perangkat di sisi pelanggan yang

menyediakan interface baik data, voice, maupun video. Fungsi utama ONT

adalah menerima trafik dalam format optik dan mengkonversinya menjadi

bentuk yang diinginkan, seperti data, voice, dan video.

2. Set Top Box (STB), yaitu sebuah perangkat disisi pelanggan yang

diperlukan sebagai interface ke televisi. STB bertanggungjawab untuk

menerima paket IP yang berisi video, audio dan content yang lain

kemudian memproduksi signal yang dapat ditampilkan pada TV. STB

dilengkapi dengan remote control.


35

3. Drop core cable, yaitu kabel yang digunakan untuk pekerjaan FTTH (

fiber to the home) telkom. FTTH merupakan suatu format penghantaran

isyarat optik dari pusat penyedia (provider) ke kawasan pengguna dengan

menggunakan serat optik sebagai medium penghantaran.

4. Kabel LAN (local area network), yaitu media transmisi ethernet yang

menghubungkan piranti-piranti jaringan dalam jaringan. Ethernet

merupakan teknologi jaringan komputer berdasarkan pada kerangka

jaringan area lokal. Sistem komunikasi melalui ethernet membagi aliran

data ke dalam paket individual yang disebut frame. Setiap frame, berisi

alamat sumber dan tujuan serta pengecekan error data sehingga data yang

rusak dapat dideteksi dan dikirim kembali.

5. Tiang ODP (Optical Distribution purpose), yaitu sebuah perangkat role

berfungsi untuk melindungi kabel commissioned military officer (fiber

optic), dengan fungsi utamanya membagi satu core optic ke beberapa

pelanggan.

Kemudian prosedur pendistribusian perlengkapan jaringan pada PT.

Telkom Akses Banda Aceh diatur dalam suatu Standart Operation Procedure

(SOP) yang disebut dengan Enhancement SCMT (Supply Chain Management

Telkom) for Broadband. SOP SCMT ini disediakan dengan tujuan membantu para

pengguna dalam menjalankan pekerjaan yang berkaitan dengan distribution pada

aplikasi SCMT. Distribution merupakan proyek yang dilakukan enhancement di

dalam aplikasi SCMT. Distribution meliputi proses replenishment order atau

pemesanan pemindahan barang hingga proses IDO Receiving atau penerimaan


36

barang pada saat pemindahan. Beberapa istilah penting terkait dengan SOP

SCMT, yaitu:

1. Replenishment Order, yaitu form yang digunakan untuk melakukan order

perpindahan barang di dalam internal perusahaan

2. Stock Allocation, yaitu form yang digunakan untuk melakukan pemisahan

atau alokasi stok barang sebelum dilakukannya proses pemindahan barang

dari gudang

3. Internal Delivery Order (IDO), yaitu form yang digunakan untuk

membuat surat jalan internal

4. IDO Receiving, yaitu proses penerimaan barang dalam proses

replenishment.

4.1.4 Pengendalian Intern Persediaan Perlengkapan Jaringan pada PT.


Telkom Akses Banda Aceh

Penerapan pengendalian intern persediaan perlengkapan jaringan pada PT.

Telkom Akses Banda Aceh bertujuan untuk menjadikan pengelolaan persediaan

perlengkapan jaringan semakin efektif, karena seiring berjalannya waktu tingkat

aktivitas perusahaan terus meningkat mengingat fasilitas jaringan khususnya

jaringan internet termasuk suatu kebutuhan besar di masa kini. Berdasarkan hasil

penelitian lapangan, peneliti mencoba menguraikan penerapan pengendalian

intern persediaan perlengkapan jaringan pada PT. Telkom Akses Banda Aceh

berdasarkan unsur-unsur pengendalian intern yang digagas oleh Committee of

Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO), yang terdiri atas

lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan

komunikasi, dan pemantauan.


37

Unsur pengendalian internal pertama yaitu lingkungan pengendalian, yang

merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian yang lain. Pada PT.

Telkom Akses Banda Aceh, penerapan lingkungan pengendalian persediaan

perlengkapan jaringan dapat dilihat dari adanya struktur organisasi yang baik

sehingga mampu memisahkan tugas dan tanggungjawab masing-masing divisi.

Disamping itu, PT. Telkom Akses memiliki tingkatan operasional yang dibagi

berdasarkan wilayah telekomunikasi (witel) dan regional, yang mana

pendistribusian persediaan perlengkapan jaringan dimulai dari area regional ke

witel.

Unsur pengendalian internal kedua yaitu penaksiran risiko, yang

merupakan proses evaluasi dalam rangka pencegahan risiko-risiko terjadinya

penyalahgunaan pendistribusian persediaan perlengkapan jaringan, baik itu berupa

kehilangan barang persediaan maupun pendistribusian yang kurang efektif. Pada

PT. Telkom Akses Banda Aceh, penerapan penaksiran risiko dapat dilihat dari

pemantauan yang dilakukan manajer terhadap proses distribusi persediaan

perlengkapan jaringan, sehingga sistem pendistribusiannya terus dilakukan

penyempurnaan-penyempurnaan (up to date). Disamping itu, PT. Telkom Akses

Banda Aceh dalam mendistribusikan persediannya menggunakan sistem SCMT

(Supply Chain Management Telkom) yang sudah terintegrasi dengan sistem utama

perusahaan, yang mana dengan sistem tersebut memudahkan manajer dalam

melakukan penaksiran risiko yang mungkin akan terjadi pada aktivitas

pendistribusian persediaan perlengkapan jaringan.


38

Kemudian unsur pengendalian internal ketiga yaitu aktivitas pengendalian,

yang merupakan suatu kebijakan yang mengisyaratkan atau yang memastikan

bahwa arahan manajemen telah dilaksanakan. Pada PT. Telkom Akses Banda

Aceh, penerapan aktivitas pengendalian dapat dilihat dari adanya evaluasi kinerja

yang dilakukan manajer terhadap bawahannya. Evaluasi kinerja tersebut

merupakan suatu upaya untuk membentuk tanggungjawab bagi karyawan sesuai

dengan tugas dan fungsinya masing-masing, sehingga dengan adanya rasa

tanggungjawab tersebut membuat karyawan melaksanakan tugasnya sesuai

dengan arahan atasan. Selain itu, PT. Telkom Akses Banda Aceh secara berskala

melakukan perhitungan fisik persediaan (stock opname), yang mana hal tersebut

merupakan salah satu upaya efektif dalam mengendalian persediaan perlengkapan

jaringan.

Berikutnya unsur pengendalian internal keempat yaitu informasi dan

komunikasi, merupakan pertukaran informasi yang memungkinkan orang

melaksanakan tanggung jawab mereka. Pada PT. Telkom Akses Banda Aceh,

penerapan informasi dan komunikasi di bidang persediaan perlengkapan jaringan

dapat dilihat dari adanya pelaporan jumlah persediaan secara berskala yang

disusun oleh manajer bagian gudang kepada pimpinan dan divisi-divisi lainnya.

Selain itu, penggunaan sistem SCMT dalam proses pendistribusian persediaan

termasuk suatu solusi dalam meningkatkan arus informasi dan komunikasi antara

pimpinan dan bawahan dalam hal mengendalikan perputaran arus persediaan.

Selanjutnya unsur pengendalian internal yang terakhir yaitu pemantauan,

merupakan proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang


39

waktu. Pada PT. Telkom Akses Banda Aceh, penerapan pemantauan di bidang

persediaan dilakukan oleh manajer yang membawahi bagian gudang. Kegiatan

pemantauan tersebut berupa mengharuskan adanya pelaporan terhadap

perkembangan persediaan secara berskala. Pemantauan persediaan perlengkapan

jaringan pada PT. Telkom Akses Banda Aceh dilakukan dengan 2 (dua) cara,

yaitu melalui sistem dan survei lapangan. Pemantauan melalui sistem diantaranya

berupa pengujian keandalan sistem supaya terus reliabel dalam beroperasi,

sedangkan pemantauan melalui survei diantaranya dengan memantau langsung ke

lapangan dalam menguji keandalan aktivitas pengendalian intern persediaan.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Pengendalian Intern Persediaan Perlengkapan Jaringan pada
PT. Telkom Akses Banda Aceh

Analisis pengendalian intern persediaan perlengkapan jaringan pada PT.

Telkom Akses Banda Aceh bertujuan untuk menggambarkan atau

mendeskripsikan bagaimana PT. Telkom Akses Banda Aceh melakukan

pengendalian terhadap persediaannya. Pada dasarnya, penerapan pengendalian

intern memberikan kepastian yang layak atas pencapaian masing-masing dari 3

(tiga) tujuan yaitu keandalan (relibilitas) laporan keuangan, kataatan terhadap

hukum dan peraturan yang berlaku, dan efektifitas serta efesiensi operasi. Selain

itu, proses pengendalian intern juga secara rutin mengumpulkan informasi

mengenai pelaksanaan tugas-tugas, transfer otoritas, persetujuan dan verifikasi.

Berdasarkan paparan sebelumnya dapat diketahui terdapat beberapa upaya

yang dilakukan PT. Telkom Akses Banda Aceh dalam mengendalian persediaan

perlengkapan jaringan, diantaranya dengan memiliki lingkungan pengendalian


40

yang baik, penaksiran risiko yang memadai, aktivitas pengendalian yang efektif,

pengkomunikasian informasi yang realtime setiap waktu, dan pemantauan

jalannya sistem pengendalian yang baik. Adapun jalannya aktivitas pengendalian

intern persediaan perlengkapan jaringan pada PT. Telkom Akses Banda Aceh

dapat dilihat pada Gambar 4.2.

TA Witel/SO TA Region/Witel Ekspedisi

Start

Allocate product
Replenishment for delivery
(Stock allocation)

Internal delivery
IDO Document
order

Kirim ke Witel/SO

IDO Receiving IDO Document

End

Gambar 4.2 – Pendistribusian Persediaan PT. Telkom Akses

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui alur pendistribusian persediaan

perlengkapan jaringan pada PT. Telkom Akses Banda Aceh berawal dari kantor

wilayah atau yang disebut dengan wilayah telekomunikasi (witel) melakukan

permintaan barang atau yang disebut dengan replenishment. Witel melakukan


41

permintaan replenishment ke area regional, yang mana berdasarkan replenishment

tersebut regional membuat IDO atau surat jalan internal sebagai dokumen untuk

dapat melakukan pengiriman barang. Berdasarkan IDO tersebut, ekspedisi

melakukan pengiriman barang ke Witel.

4.2.2 Evaluasi Pengendalian Intern Persediaan Perlengkapan Jaringan


pada PT. Telkom Akses Banda Aceh

Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui

penerapan pengendalian intern persediaan perlengkapan jaringan pada PT.

Telkom Akses Banda Aceh yang dianalisis berdasarkan unsur-unsur pengendalian

intern yang dikembangkan oleh COSO menunjukkan beberapa kelebihan dan

kelemahan, sehingga perlu evaluasi terhadap hal tersebut. Beberapa kelebihan

yang dimaksud yaitu adanya struktur organisasi yang baik yang diperketat dengan

Standart Operation Procedure (SOP) masing-masing divisi, serta PT. Telkom

Akses memiliki tingkatan operasional perusahaan tersendiri baik tingkatan witel

maupun regional sehingga lebih merampingkan lingkungan pengendaliannya.

Kemudian adanya penaksiran risiko melalui up to date sistem pendistribusian

persediaan (SCMT Sistem) yang sudah terintegrasi dengan sistem utama

perusahaan.

Berikutnya terdapat aktivitas pengendalian yang memadai dalam

memantau pelaksanaan operasional pendistribusian persediaan, seperti melakukan

evaluasi kinerja dan stock opname berskala sebagai suatu upaya efektif dalam

mengendalian persediaan perlengkapan jaringan. Selanjutnya penggunaan SMCT

Sistem dalam pendistribusian persediaan perlengkapan jaringan pada PT. Telkom

Akses dapat meningkatkan arus komunikasi dan informasi, yang mana unsur
42

komunikasi dan informasi merupakan salah satu hal penting dalam sistem

pengendalian intern. Kemudian adanya pemantauan yang dilakukan manajer baik

melalui sistem dan survei lapangan. Pemantauan melalui sistem diantaranya

berupa pengujian keandalan sistem supaya terus reliabel dalam beroperasi,

sedangkan pemantauan melalui survei diantaranya dengan memantau langsung ke

lapangan dalam menguji keandalan aktivitas pengendalian intern persediaan.

Kemudian beberapa kekurangan yang mungkin masih dialami PT. Telkom

Akses Banda Aceh dalam hal mengendalian persediaan perlengkapan jaringan

yaitu memiliki area kerja yang sangat luas, sehingga pendistribusian persediaan

dari regional ke witel terkadang tidak tepat waktu. Selain itu, seringkali

persediaan tersebut dialihkan ke cabang-cabang perusahaan di area yang lain

dalam suatu witel dengan menimbang azas keperluan yang perlu disegerakan.

Adapun area yang dimaksud berdasarkan organisasi teritori PT. Telkom Akses

2019 yaitu OSM Regional Sumatera membawahi GM Telkom Akses Sumbagut

yang meliputi witel Aceh dan Pematang Siantar, GM Telkom Akses Medan yang

membawahi witel Medan, GM Telkom Akses Sumbagteng yang membawahi

witel Pekanbaru, Batam, dan Batam, GM Telkom Akses Sumbagsel yang

membawahi witel Palembang, Lampung, Pangkal Pinang, Bengkulu, dan Jambi.

Anda mungkin juga menyukai