Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan (Nokia Solution and Networks, PT)

Nokia Solution and Networks adalah perusahaan yang bergerak dibidang

telekomunikasi yaitu sebagai perusahaan penyedia perangkat dan jasa

pembagunan jaringan terlekomunikasi atau sering juga disebut dengan perusahaan

vendor telekomunikasi. Nokia Solution and Networks (NSN) sendiri adalah

perusahaan hasil penggabungan atau merger dari dua perusahaan vendor

telekomunikasi terbesar PT. Nokia dengan Siemens Communication division yang

resmi diumumkan pada april 2008 dan menamakan dirinya dengan Nokia Siemens

Networks. Sebelum memutuskan untuk merger, PT. Nokia dan Siemens

merupakan dua perusahaan besar yang juga memiliki pasar / proyek terbesar di

dunia termasuk Indonesia. Khusus di Indonesia, Nokia sudah mendapat pasar

pembangunan jaringan telekomunikasi dari perusahaan – perusahaan operator

Indonesia seperti Telkomsel, Indosat, dan Xl di daerah Jakarta dan Jawa Barat,

sedangkan Siemens sudah menguasai pasar di area Sumatera Selatan, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

32
33

Namun dengan munculnya kompetitor – kompetitor baru yang juga mulai

masuk ke dalam pasar International termasuk Indonesia seperti Huawei, ZTE, dll.

Mulai mempengaruhi dan mengurangi lahan pasar yang sebelumnya dikuasai oleh

kedua perusahaan tersebut. Karena muncul nya perusahaan kompetitor dari Cina

tersebut dengan cepat mempengaruhi perusahaan-perusahaan operator di dunia

karena menawarkan harga perangkat dan jasa yang jauh lebih murah dan juga

strategi – strategi lain yang pada saaat itu didukung juga dengan kondisi ekonomi

dunia yang membuat banyak perusahaan operator telekomunikasi tidak ada

pilihan lain untuk memakainya sehingga mengurangi lahan pasar dari Nokia,

Siemens dan vendor-vendor lainnya seperti ericsson, alcatel, motorola, dll.

Rencana merger sendiri sudah dicanangkan oleh Nokia dan Siemens sejak

2007, khususnya dari sisi kondisi Siemens pada saat itu yang memang

menganggap scope bisnis atau divisi Communication sudah tidak menguntungkan

dan siap untuk dilepas. Dan kondisi ini dilihat dengan cermat oleh Nokia yang

juga sudah mulai kekurangan pasar dan akhirnya terjalinlah suatu kerjasama dan

kesepakatan untuk bergabung dan merger dengan nama PT. Nokia Siemens

Networks. Namun pada tahun 2011, Nokia Siemens Networks mulai melepas

atribut siemens dan kembali hanya menggunakan atribut Nokia dan mengubah

namanya menjadi PT. Nokia Solution and Networks.

Di Indonesia PT. Nokia Solution and Networks masih mengerjakan jaringan

telekomunikasi untuk operator – operator telekomunikasi Indonesia seperti

Telkomsel, Indosat, HCPT (3), dan Xl. Dan sampai 2011 Telkomsel masih

menjadi Customer terbesar yaitu mengerjakan hampir 60 persen dari total proyek

pembangunan jaringan Telkomsel di seluruh Indonesia.


34

4.1.2 Struktur Organisasi PT. Nokia Solution and Networks (Indonesia)

4.1.2.1 Bentuk Susunan Organisasi Secara Global

Gambar 4.1 Bentuk Organisasi Global NSN

Pada gambar 4.1 diatas menunjukkan bagaimana bentuk organisasi Global

dari NSN. Bentuk ini adalah gambaran secara keseluruhan setiap bagian-bagian

atau Departemen yang membawahi dan mengembangkan seluruh scope bisnis

yang ada di NSN. Bagian-bagian tersebut antara lain:

- Customer Operations

- Business Solutions

- Network System

- Global Services

- Operations

- Strategy and business development


35

- Human Resources

- Marketing and Corperate affair

- Legal and Compliance

- Corporate development office

- Chief finance office

- Chief technology office, dan

- Academy atau training center

4.1.2.1 Struktur Organisasi PT. Nokia Solution and Networks untuk Projek

Telkomsel di Indonesia

Gambar 4.2. Struktur Organisasi Utama NSN Projek Telkomsel


36

Organisasi dipimpin oleh seorang Head of Project yang membawahi semua

bagian-bagian dibawahnya yang terdiri dari:

1. National Project Support.

Merupakan bagian atau divisi yang berfungsi sebagai pendukung / support

semua kebutuhan implementasi projek secara nasional. Bagian ini terdiri dari sub-

sub bagian yang akan melaksanakan semua scope yang dibutuhkan untuk

pelaksanaan projek dilapangan secara nasional.

Bagian-bagian itu terdiri dari:

- Site Acquisition (SITAC)

Merupakan divisi uang mensupport dalam hal perijinan dan pembebasan

lahan yang akan dipakai nantinya untuk pembangunan suatu jaringan

telekomunikasi.

- Construction Works (CW)

Merupakan divisi yang mensupport segala kebutuhan projek dari sisi

pelaksanaan pekerjaan Sipil, misalnya pembangunan tower, pondasi, penyediaan

kebutuhan tenaga listrik, dll. Divisi ini akan mensupport secara nasional dan

menyediakan semua kebutuhan standard pengerjaan, spesifikasi teknis, dan semua

hal yang akan dibutuhkan dalam projek pekerjaan sipil.

- Telecom Implementation (TI)

Merupakan divisi yang mensupport segala kebutuhan projek dari sisi

pelaksanaan pekerjaan Telecom Implementasi, misalnya Instalasi perangkat,


37

antena, Radio dll. Divisi ini akan mensupport secara nasional dan menyediakan

semua kebutuhan standard pengerjaan, spesifikasi teknis, dan semua hal yang

akan dibutuhkan dalam projek pekerjaan TI.

- Network Integration Center (NIC)

Mensupport segala pekerjaan aktifasi perangkat dan integrasi network.

- Quality Specialist

Yang mengkoordinir segala aktifitas Quality secara Nasional. Juga

menggordinir semua aktifitas Quality Audit ke area dan regional. Memastikan

semua pelaksanaan pekerjaan dilapangan sudah sesuai dengan standard yang

sudah ditetapkan.

- Berita Acara Serah Terima (BAST)

Divisi yang mengurus segala dokumen serah terima (Acceptance) pekerjaan

ke Customer.

- Cost and Progress Management

Adalah divisi yang berfungsi untuk mengkontrol semua Biaya (Cost) dan

progress di projek

- Contract Management

Adalah divisi yang mengurus semua yang berkaitan dengan kontrak kerja

dengan Customer, dalam hal ini dengan pihak Telkomsel.


38

- Service Procurement

Divisi yang berfungsi untuk mensupport dan menyediakan segala kebutuhan

projek baik material maupun resource.

Untuk masing masing Divisi tersebut diatas memiliki susunan struktur

organisasi tersendiri seperti berikut:

Eka Tarigan
(TI)
Murhadi

Gambar 4.3. Struktur Organisasi National Project Support


39

Gambar 4.4. Struktur Organisasi Cost and Progress Management Department

Gambar 4.5 Struktur Organisasi Contract Management Departement


40

Gambar 4.6. Struktur Organisasi Service Procurement Departement

4.1.3 Tahapan Pekerjaan di Proyek Jaringan Telkomsel

Secara keseluruhan, proses tahapan pekerjaan proyek dari Telkomsel ke NSN,

adalah seperti yang terlihat pada gambar 4.7 berikut:


41

Gambar 4.7 Tahapan Proses Pekerjaan Telecom Implementation (TI) proyek


Telkomsel

Pekerjaan atau proyek yang didapat oleh NSN dari telkomsel adalah

pembangunan jaringan telekomunikasi yang mencakup penyediaan perangkat,

pemasangan, aktifasi, performance monitoring, sampai troubleshoot. Pekerjaan

dimulai dari proses Survey untuk melihat kesiapan site, Penyediaan equipment

dan material (di di warehouse), persiapan dan pembuatan Telecom

Implementation Planning Data, Instalasi dan commissioning, Pre Acceptance

Testing dan aktifasi, Performance monitoring dan fine tuning, sampai kepada

serah terima kepada Telkomsel (BAST – Berita Acara Serah Terima). NSN

bertanggung jawab untuk menyelesaikan seluruh tahapan proyek dari awal sampai

selesai.
42

Namun dari semua proses tahapan pekerjaan tersebut, tidak semua bagian

pekerjaan dilakukan sendiri oleh NSN. Untuk melakukan pekerjaan pembangunan

atau instalasi di site, NSN menyerahkan atau menggunakan jasa subkontraktor

yang sudah dipilih melalui proses perekrutan oleh bagian departemen

procurement. Puchase Order (PO) kepada subkontraktor adalah untuk jasa

instalasi atau pemasangan perangkat dan aktifasi nya (Bagian A dan B pada

gambar 4.7). Sedangkan untuk penyediaan seluruh perangkat dan material tetap

disediakan oleh NSN.

Adapun gambaran proses tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh

subkontraktor adalah sebagai berikut:


43

Gambar 4.8 Proses Tahapan Pekerjaan Site oleh Subkontraktor


44

Pekerjaan dimulai dari penerimaan PO dari NSN, setelah PO diterima dan

disetujui kemudian material dikirim oleh NSN ke site. Kemudian tim

subcontraktor dan NSN melakukan Pre Installation Site Meeting (PISM), yaitu

pengecekan secara bersama untuk memastikan kembali apakah site sudah benar-

benar siap untuk dikerjakan atau masih ada yang harus dikerjakan dan dilengkapi

dari pekerjaan sebelumnya (contoh pekerjaan tower) dan juga kesiapan dan

kelengkapan material. Setelah semuanya dipastikan siap dan dokumen PISM diisi

dan ditandatangani bersama baru kemudian pekerjaan instalasi dilakukan. Setelah

pekerjaan instalasi selesai tim subkontraktor wajib melakukan Self Assessment,

yaitu pengecekan kualitas instalasi sendiri dengan menggunakan Quality Checklist

NSN yang nantinya akan di cek kembali oleh inspektor lapangan NSN, untuk

memastikan bahwa pekerjaan Instalasi memang sudah benar-benar dilakukan dan

tidak ada kesalahan. Setelah itu kemudian baru site tersebut dicoba diintegrasikan

(disambungkan) dan diaktifasi. Kemudian setelah semua pekerjaan dilapangan

selesai, dan semua dokumentasi dan data dikumpulkan, baru kemudian dilakukan

proses ATP (Acceptance Test Protocol) kembali oleh tim subkontraktor dengan

tim NSN, yaitu pengecekan dan pengetesan kembali semua pekerjaan dilapangan

sebelum nantinya di serah terimakan dari subkontraktor ke NSN.


45

4.1.4 Proses Pengendalian Kualitas site NSN di Proyek Telkomsel

Seperti yang dijelaskan diatas, pekerjaan instalasi di site hampir secara

keseluruhan dikerjakan oleh tim subkontraktor, artinya kualitas pekerjaan hasil

instalasi tentunya sangat ditentukan juga oleh kualitas workmanship atau sumber

daya manusia dari subkontraktor itu sendiri. Namun ada juga faktor-faktor lain

yang mempengaruhi kualitas instalasi seperti faktor material, permintaan

customer, atau faktor lain yang diluar dari tanggung jawab subkontraktor.

Pada awal nya proses pengendalian kualitas tersebut sudah dilakukan dengan

tahap-tahap dan proses, antara lain:

- Pelatihan di Academy atau Training Center NSN

NSN memiliki fasilitas training center yang disebut dengan departement

Academy, yaitu sebagai tempat untuk melakukan pelatihan-pelatihan mengenai

perangkat-perangkat dan teknologi-teknologi yang ada dan dijual oleh NSN ke

Customer nya. Namun ada kendala-kendala yang mengakibatkan akhirnya

pelatihan di training center tidak begitu diminati dan menjadi suatu keberatan

khususnya bagi subkontraktor, antara lain:

1. Biaya yang mahal.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti pelatihan di training center

NSN tidak bisa dikatakan murah yaitu sekitar 400 Euro / orang. Hal itu

disebabkan karena memang training center NSN merupakan satu divisi tersendiri

dan memiliki cost center sendiri yang langsung dibawah koordinasi NSN global,

sehingga semua fasilitas dan trainer nya pun merupakan orang-orang yang

didatangkan langsung dari NSN global. Sebenarnya sudah ada usaha yang
46

dilakukan untuk mengurangi biaya training khususnya untuk subkontraktor, antara

lain melalui subsidi dari cost center departement project yang akan menggunakan

jasa subkontraktor tersebut. Namun karena dari sisi nilai proyek yang juga terus

menerus dikurangi maka subkontraktor masih tetap merasa keberatan untuk

membayar biaya pelatihan tersebut.

2. Materi Pelatihan yang tidak sepenuhnya mencakup pekerjaan di site

Materi pelatihan di training center memang lebih kepada pengenalan teknis

mengenai perangkat dan teknologi yang akan dikerjakan, dan juga lebih banyak

sisi teori dibanding praktis nya. Sehingga ketika dilakukan pekerjaan sebenarnya

di site, tidak semua materi training tersebut bisa dilakukan dan juga banyak

pekerjaan-pekerjaan lain yang tidak diajarkan di training center.

Kedua hal tersebut yang mengakibatkan proses dan metode training yang ada

di training center tidak begitu efektif dalam usaha peningkatan kualitas site.

- Pembuatan Guide line atau buku panduan mengenai standar-standar

instalasi

- Pengecekan Self Assessment oleh tim subkontraktor dengan menggunakan

checklist Quality NSN

- Inspeksi Quality oleh site inspector NSN dengan menggunakan checklist

quality NSN

- Pengecekan bersama-sama ketika ATP dengan menggunakan checklist

quality NSN dan ATP form.


47

Untuk penilaian atau indikasi mengenai bagus atau tidaknya kualitas akhir

pekerjaan di site akan dikeluarkan berupa bentuk quality score (index) yang akan

didapatkan dari penilaian melakukan checklist quality NSN. Dari checklist quality

tersebut akan dibedakan mana score quality untuk keseluruhan pekerjaan di site

(SQI = Site Quality Index), dan score quality untuk yang merupakan hasil

pekerjaan atau tanggung jawab dari tim subkontraktor saja (SeQI = Service

Quality Index).

4.1.5 Sistem Penilaian Kualitas Pekerjaan Site

4.1.5.1 Quality Checklist

Seperti yang disebutkan di bagian sebelumnya, sistem penilaian kualitas

pekerjaan site di NSN akan dilakukan menggunakan checklist quality yang berisi

semua item-item pekerjaan yang dilakukan di site. Pengecekan kualitas

menggunakan checklist quality dilakukan dengan mengecek setiap item yang ada

didalam checklist dengan kondisi hasil instalasi apakah sudah sesuai standar

spesifikasi atau tidak, dan menentukan pihak yang bertanggung jawab atas

kesalahan / defect yang terjadi, apakah kesalahan subkontraktor (man and

method), atau NSN (material). Dan dari hasil pengecekan tersebut akan

dikonversikan kedalam bentuk score yang disebut dengan SQI (Site Quality

Index) dan SeQI (Service Quality Index).

Tampilan Checklist Quality dan Hasil Score SQI dan SeQI tersebut seperti

yang terlihat pada gambar 4.8 dan gambar 4.9.


48

Gambar 4.9. Contoh Quality Checklist NSN

Gambar 4.10. Contoh tampilan Score SQI dan SeQI pada Checklist Quality
49

4.1.5.2 Site Quality Index dan Service Quality Index

Site Quality Index (SQI) adalah indeks penilaian kualitas suatu site secara

keseluruhan, artinya merupakan gabungan dari semua penilaian item pekerjaaan

baik yang dilakukan atau tanggung jawab dari NSN dan juga yang dilakukan oleh

tim Subkontraktor.

Service Quality Index (SeQI) adalah indeks penilaian kualitas dari hasil

pekerjaan yang merupakan tanggung jawab dari tim subkontraktor saja.

- Cara Dasar Penilaian SQI dan SeQI

Nilai SQI dan SeQI didapat dari hasil pengecekan item pekerjaan, dan didapat

dari kerusakan / kesalahan atau ketidak sesuaian dengan spesifikasi standar

project. Nilai dari masing-masing item pekerjaan tersebut telah di bagi

berdasarkan tingkat kerusakan atau resiko (severity) yang kemudian akan

dikonversikan kedalam bentuk score.

Jadi semakin banyak ketidaksesuaian atau kesalahan yang terjadi, maka nilai

SQI akan semakin tinggi, yang artinya kualitas site tersebut semakin buruk.

Dan untuk standar Kualitas dari NSN sendiri adalah nilai SQI ≤ 3.5

- Pembagian Tingkat Severity Pada Item Pekerjaan (Severity Level)

Tingkat severity atau keparahan pada masing-masing item pekerjaan di

checklist quality di bagi menjadi 4 (empat) level severity, sebagai berikut:


50

- Contoh hasil Penilaian SQI dan SeQI

contoh simulasi penghitungan nilai SQI dan SeQI adalah sebagai berikut:
51

Dari contoh diatas dapat dilihat ada 5 (lima) item kesalahan yang terjadi di

satu site. Kelima item tersebut sudah ditentukan tingkat severity nya didalam

checklist sesuai standar NSN global. Dan juga dari masing-masing kesalahan

tersebut di tentukan pihak yang bertanggung jawab (N = NSN ; NS = NSN

Subcontractors; C = Customer).

Sehingga rumus penghitungannya adalah:

Jumlah item dengan masing-masing level severity nya dikalikan dengan point

dari level severity item tersebut.

Jadi untuk nilai SQI adalah jumlah secara keseluruhan (N+NS+C) = 21,

sedangkan SeQI dihitung dari item-item yang merupakan kesalahan dari

subkontraktor saja (NS) = 13.

4.1.6 Hasil Penilaian Kualitas Site NSN

Hasil penilaian kualitas site didapat dari data hasil inspeksi quality yang

dilakukan oleh divisi quality NSN di proyek telkomsel diseluruh regional

sepanjang tahun 2010. Hasil tersebut menunjukkan hasil pencapaian kualitas yang

direpresentasikan dengan skor SQI dan SeQI untuk setiap site yang dikerjakan.
52

Tabel 4.1 Hasil skor SQI dan SeQI per Regional periode January – December
2010
#Site SQI score SeQI score Acceptance Delayed
Region
Visited (Avg) (Avg) (avg day)
R1-PADANG 32 10,34 9,25 9
R2-SUMBAGSEL 56 10,64 9,50 8
R3-JABOTABEK 68 11,66 10,50 9
R4-WEST JAVA 85 11,54 10,53 9
R5-CENTRAL JAVA 46 11,98 10,50 10
R6-EAST JAVA 56 11,70 11,23 11
R7-BALI & NUSA
103 11,74 10,83 9
TENGGARA
R8-KALIMANTAN 86 13,21 12,30 8
R9-SUMALPUA 102 11,55 10,82 9
Grand Total 634 11,72 10,77 9
KPI SQI score ≤ 3,5

Dari tabel 4.1 dapat dilihat hasil rata-rata skor index kualitas masing-

masing regional selama tahun 2010. Secara total jumlah site yang diinspeksi yaitu

sebanya 634 lokasi, dengan total rata-rata skor kualitas SQI = 11,72. Hasil

tersebut sangat jauh dari nilai standar yang seharusnya yaitu ≤ 3,5. Dan dari hasil

tersebut juga didapat bahwa buruknya skor kualitas sangat dominan disebabkan

oleh kesalahan atau kekurangan dari subkontraktor yaitu SeQI = 10,77. Kondisi

tersebut sangat merugikan perusahaan (project) karena secara keseluruhan

mengakibatkan delay dalam proses acceptance rata-rata sebanyak 9 hari.


53

Tabel 4.2 Hasil skor SQI dan SeQI per Subkontraktor periode January –
December 2010
#Site SQI score SeQI score Acceptance Delayed
Subcont Name
Visited (Avg) (Avg) (avg day)
ARS 14 12,93 11,21 10
Biosron 55 11,51 10,55 8
Intisel 144 11,43 10,32 9
KMS 71 12,42 11,25 10
Media Intertel Graha 32 10,78 10,66 9
Nexwave 74 11,81 11,19 10
PCOM 103 11,07 10,06 8
PKM 44 11,07 9,98 9
Soonpoh Technologies 58 11,03 10,28 9
UCE 39 15,44 14,46 8
Grand Total 634 11,72 10,77 9
KPI SQI score ≤ 3,5

Jika melihat ke tabel 4.2, ditunjukkan bahwa ada 10 perusahaan

subkontraktor yang dipakai oleh NSN untuk proyek telkomsel. Dan dari data

tersebut dapat dilihat bahwa kualitas pekerjaan semua subkontraktor tersebut tidak

ada yang memenuhi standar NSN.

Dari hasil-hasil inspeksi selama tahun 2010 tersebut, bisa terlihat juga hal-hal

atau items yang sering menjadi defect, seperti pada tabel 4.3. Dari 10 jenis

kesalahan (defect) yang ditemukan dengan jumlah total temuan sebanyak 655 kali,

dan dari total tersebut 561 kali (85,6%) merupakan akibat kesalahan atau

tanggung jawab dari subkontraktor.


54

Tabel 4.3 Daftar temuan Defect pekerjaan instalasi


Responsible Party Grand
List Of Common Defects
NSN Subcon Total

Waterproof on connectors according to specifications 2 106 108


Grounding kits installed according to specification 5 92 97
Antennas properly mounted and secured 12 79 91
Feeder installed correctly (bending, clamps, radius, etc…) 11 70 81
Labeling done according to specifications 16 50 66
Jumper installed correctly 10 35 45
Tilting (mechanical &/or electrical) done according to specifications 45 45
Cabinet (and all its elements) grounding done correctly (cable, position,
6 38 44
stops washer, etc…)
All connector tightened according to specification 15 28 43
Cabinet installed according to specifications 17 18 35
Grand Total 94 561 655

4.2 Pegolahan Data

Selama tahun 2010, ada sebanyak 655 kali temuan defect dengan jenis variasi

defect yang beragam. Dan dari 655 temuan tersebut 561 diantaranya merupakan

akibat kesalahan dari subkontraktor, sisanya sebanyak 94 terjadi akibat kesalahan

dari sisi NSN sendiri. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa faktor terbesar yang

mengakibatkan buruknya kualitas instalasi adalah dari sisi subkontraktor. Hal ini

sangat merugikan project karena dengan banyak temuan-temuan kesalahan

tersebut mengakibatkan proses acceptance atau penyelesaian proyek menjadi

terhambat sehingga mengakibatkan ada cost penalty yang harus dibayarkan

kepada customer (Telkomsel)


55

Total Temuan Defects selama 2010


600 561

500

400

300
Total Defects
200
94
100

0
Nokia Solution Networks Partner/Subcontractor

Grafik 4.1 Jumlah Total Temuan defects tahun 2010

Tabel 4.4 Data Common Defects proyek Telkomsel tahun 2010


Frekuensi Persentase
Defects Akumulasi
NSN Subkontraktor NSN Subkontraktor
Waterproof on connectors according to
2 106 0% 16%
specifications 16%
Grounding kits installed according to
5 92 1% 14%
specification 31%

Antennas properly mounted and secured 12 79 2% 12%


45%

Feeder installed correctly (bending, clamps,


11 70 2% 11%
radius, etc…)
58%

Labeling done according to specifications 16 50 2% 8%


68%
Jumper installed correctly 10 35 2% 5% 75%

Tilting (mechanical &/or electrical) done


45 0% 7%
according to specifications
81%

Cabinet (and all its elements) grounding


done correctly (cable, position, stops 6 38 1% 6%
washer, etc…)
88%
All connector tightened according to
15 28 2% 4%
specification 95%
Cabinet installed according to
17 18 3% 3%
specifications 100%
94 561 14% 86%
Grand Total
655 100%
56

Pareto Common Defect Subcontractors 2010


120 106 120%
100 92 100%
79
80 70 80%
60 50 45 60%
38 35
40 28 40%
18
20 20%
0 0%

Jumper installed correctly


Waterproof on connectors

Labeling done according to

grounding done correctly (cable,


Antennas properly mounted and

electrical) done according to

Cabinet installed according to


according to specification

according to specification
according to specifications

(bending, clamps, radius, etc…)


Grounding kits installed

All connector tightened


position, stops washer, etc…)
Cabinet (and all its elements)
Tilting (mechanical &/or
Feeder installed correctly

specifications

specifications

specifications
secured

Frekuensi…

Grafik 4.2 Diagram Pareto Common Defects Pekerjaan Instalasi Tahun 2010

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat hal-hal yang paling sering terjadi

kesalahan dalam pekerjaan instalasi dan frekuensi ditemukannya kesalahan-

kesalahan tersebut selama tahun 2010. Masalah pemasangan konektor merupakan

yang paling banyak ditemukan kesalahan, dan hal tersebut terjadi hampir

semuanya karena kesalahan dari subkontraktor.

Pemasangan konektor merupakan hal yang vital dan sangat mempengaruhi

kualitas sinyal yang akan dihasilkan. Oleh karena itu instalasi konektor ini benar-

benar harus dilakukan dengan benar menggunakan tools yang benar dan juga

dilakkukan oleh orang yang berkompeten dan berpengalaman. Namun hal-hal lain

juga tidak kalah penting untuk menjamin kualitas pekerjaan yang akan dihasilkan.

Dan jika dilihat dari grafik tersebut, frekuensi kesalahan tersebut sangat lebih

banyak terjadi karena kesalahan dari tim subkontraktor. Oleh karena itu

peningkatan kualitas dan kemampuan tim instalasi subkontraktor akan sangat

berpengaruh untuk mengeliminasi kesalahan-kesalahan tersebut.


57

Kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh subkontraktor tidak memenuhi

standar yang diharapkan NSN disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain seperti:

kondisi lingkungan, metode kerja, material, tools, dan juga sumber daya manusia

nya. Secara terperinci hal-hal yang berkaitan dengan faktor tersebut seperti yang

tergambar pada gambar 4.9 diagram fishbone faktor penyebab hasil instalasi yang

buruk.

Gambar 4.11 fishbone faktor penyebab hasil instalasi yang buruk.

Anda mungkin juga menyukai