Anda di halaman 1dari 18

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA Negeri 1 Simpang Hulu


Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : XI / Ganjil
Materi Pokok : Sistem dan Dinamika Demokrasi Pancasila
Sub Pokok Materi : Dinamika Penerapan Demokrasi Pancasila
Pembelajaran :2
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

A. Kompetensi Inti
 KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
 KI-2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi
secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.
 KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
 KI4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan
kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator
1.2 Menghargai nilai-nilai ke- 1.2.1 Menghargai nilai-nilai ke-Tuhanan dalam berdemokrasi
Tuhanan dalam berdemokrasi Pancasila sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Pancasila sesuai Undang- Indonesia Tahun 1945
Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
2.2 Berperilaku santun dalam ber- 2.2.1 Berperilaku santun dalam ber-demokrasi Pancasila
demokrasi Pancasila sesuai sesuai
Undang-Undang Dasar Negara Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Republik Indonesia Tahun 1945 1945

3.2 Mengkaji sistem dan dinamika 3.2.1 Memahami hakikat demokrasi


demokrasi Pancasila sesuai 3.2.2 Memahami dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
dengan Undang-Undang Dasar 3.2.3 Memahami upaya membangun kehidupan yang
Negara Republik Indonesia demokratis di
Tahun 1945 Indonesia
3.2.4 Mengkaji sistem dan dinamika demokrasi Pancasila
sesuai
Dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
4.2 Menyajikan hasil kajian tentang 4.2.1 Menyajikan hasil kajian tentang sistem dan dinamika
sistem dan dinamika demokrasi demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang
Pancasila sesuai dengan Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
1.2.1 Menghargai nilai-nilai ke-Tuhanan dalam berdemokrasi Pancasila sesuai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2.2.1 Berperilaku santun dalam ber-demokrasi Pancasila sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
3.2.1 Memahami hakikat demokrasi
3.2.2 Memahami dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
3.2.3 Memahami upaya membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia
3.2.4 Mengkaji sistem dan dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
4.2.1 Menyajikan hasil kajian tentang sistem dan dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

D. Materi pembelajaran
Sistem dan dinamika demokrasi Pancasila.
a. Hakikat demokrasi
b. Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
c. Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia

E. Metode Pembelajaran
1) Pendekatan : Saintific
2) Model Pembelajaran : Problem Based Learning (PBL)
3) Metode : Tanya jawab, diskusi, ceramah

F. Media Pembelajaran
Media :
 Worksheet atau lembar kerja (siswa)
 Lembar penilaian
 Internet
 Power point

Alat/Bahan :
 Papan tulis
 Laptop
 Computer
 Infokus

G. Sumber Belajar
 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.2017. Buku Peserta Didik Kelas XI
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan kebudayaan Republik
Indonesia. Cet ke-2 ( edisi revisi ).
 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.2017. Buku Guru Kelas XI Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia.
Cet ke-2 ( edisi revisi ).
 E-Modul/ Modul PPKn Kelas XI Materi Sistem dan Dinamika Demokrasi Pancasila
 https://docs.google.com/presentation/d/1LfYLyBkM9EQlmSpva_OJj26crUyJTeV/edit?usp=drivesdk&oui
t=102205901441758832705&rtpof+true&sd=true
 https://youtu.be/HacFsXFF3V0

H. Kegiatan Pembelajaran

2 . Pertemuan Ketiga (2 x 40 Menit)


Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan YME dan berdoa
untuk memulai pembelajaran ( PPK Religius )
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin ( PPK Integritas )
 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran.(PPK Integritas,
Kemandirian)
Aperpepsi
 Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta
didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya ( Communication-C4)
 Mengingatkan (C1) kembali materi prasyarat dengan bertanya. (TPACK-Tecnology, Pedagogic)
 Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
 Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari.
 Apabila materi tema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik,
maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan(C2) tentang materi :
 Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
 Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
 Mengajukan pertanyaan
Pemberian Acuan
 Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
 Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada pertemuan yang
berlangsung
 Pembagian kelompok belajar
 Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran.
Kegiatan Inti ( 50 Menit )
2 . Pertemuan Ketiga (2 x 40 Menit)
Sintak Model
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
Stimulation KEGIATAN LITERASI
(stimullasi/ Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatian pada
pemberian topik materi Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia dengan cara :
rangsangan)  Alat) Melihat (tanpa atau dengan
Menayangkan power point dan video yang relevan.
 Mengamati
 Lembar kerja materi Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia.
 Pemberian contoh-contoh materi Dinamika penerapan demokrasi di
Indonesia untuk dapat dikembangkan peserta didik, dari media interaktif, dsb
 Membaca.
Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah dengan membaca materi
dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari internet/materi yang
berhubungan dengan Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia.
 Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait Dinamika penerapan
demokrasi di Indonesia.
 Mendengar
Pemberian materi Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia oleh guru.
 Menyimak
Penjelasan pengantar kegiatan secara garis besar/global tentang materi
pelajaran mengenai materi :
 Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan kedisiplinan, ketelitian, mencari
informasi.
Problem Fase 1: Orientasi peserta didik pada masalah
statemen CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
(pertanyaan/ Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi masalah,
identifikasi peserta didik di minta untuk merumuskan (C3) pertanyaan yang berkaitan dengan
masalah) gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan belajar, contohnya :
 Mengajukan pertanyaan tentang materi :
 Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
Yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual
sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat.
Data KEGIATAN LITERASI
collection Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab pertanyan
(pengumpulan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan:
data)  Mengamati obyek/kejadian
Mengamati dengan seksama materi Dinamika penerapan demokrasi di
Indonesia yang sedang dipelajari dalam bentuk gambar/video/slide presentasi
yang disajikan dan mencoba menginterprestasikannya.
 Membaca sumber lain selain buku teks
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan mencari dan membaca
berbagai referensi dari berbagai sumber guna menambah pengetahuan dan
pemahaman tentang materi Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia yang
sedang dipelajari.
 Aktivitas
Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari
kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan
dengan materi Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia yang sedang
dipelajari.
 Wawancara/tanya jawab dengan nara sumber
Mengajukan pertanyaan berkaiatan dengan materi Dinamika penerapan
demokrasi di Indonesia yang telah disusun dalam daftar pertanyaan kepada
guru.

Fase 2: Mengorganisasikan peserta didik belajar


COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
 Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam buku
paket mengenai materi Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia.
 Mengumpulkan informasi
2 . Pertemuan Ketiga (2 x 40 Menit)
Mencatat semua informasi tentang materi Dinamika penerapan demokrasi di
Indonesia yang telah diperoleh pada buku catatan dengan tulisan yang rapi dan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
 Mempresentasikan ulang
Peserta didik mengkomunikasikan(C2) secara lisan atau mempresentasikan
materi dengan rasa percaya diri Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
sesuai dengan pemahamannya.
 Saling tukar informasi tentang materi :
 Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga
diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi
kelompok kemudian, dengan menggunakan metode ilmiah yang terdapat pada
buku pegangan peserta didik atau pada lembar kerja yang disediakan dengan
cermat untuk mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat
orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Data Fase 3: Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
processing COLLABORATION (KERJASAMA) dan CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
(pengolahan Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data hasil pengamatan
Data) dengan cara :
 Berdiskusi tentang data dari Materi :
 Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
 Mengolah informasi dari materi Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun
hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi yang
sedang berlangsung dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.
 Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi Dinamika penerapan
demokrasi di Indonesia.
Verification CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
(pembuktian) Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan memverifikasi hasil
pengamatannya dengan data-data atau teori pada buku sumber melalui kegiatan :
 Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi
yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada yang bertentangan untuk mengembangkan sikap jujur,
teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang materi
:
 Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas
jawaban soal-soal yang telah dikerjakan oleh peserta didik.
Generalization Fase 4: Mengembangkan dan menyajukan hasil karya
(menarik COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
kesimpulan) Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
 Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Dinamika penerapan demokrasi di
Indonesia berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,
atau media lainnya untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan sopan.
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal tentang materi :
 Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
 Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan tentanag materi
Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia dan ditanggapi oleh kelompok
yang mempresentasikan.
 Bertanya atas presentasi tentang materi Dinamika penerapan demokrasi di
Indonesia yang dilakukan dan peserta didik lain dan menilai(C5) serta
memberikan kesempatan untuk menjawabnya.

Fase 5: Menganalisa dan mengevaluasi


CREATIVITY (KREATIVITAS)
 Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran yang baru dilakukan berupa :
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi :
 Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
 Mengevaluasi (C5) dengan menjawab pertanyaan tentang materi Dinamika
penerapan demokrasi di Indonesia yang terdapat pada buku pegangan peserta
didik atau lembar kerja yang telah disediakan.
 Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan beberapa
pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi Dinamika penerapan
demokrasi di Indonesia yang akan selesai dipelajari
2 . Pertemuan Ketiga (2 x 40 Menit)
 Menyelesaikan evaluasi (C5) uji kompetensi untuk materi Dinamika penerapan
demokrasi di Indonesia yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau
pada lembar lerja yang telah disediakan secara individu untuk mengecek
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.

Catatan : Selama pembelajaran Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia berlangsung, guru mengamati
sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku
jujur, tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Peserta didik :
 Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia yang baru
dilakukan.
 Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
yang baru diselesaikan.
 Mengagendakan materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus mempelajarai pada
pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau dirumah.
Guru :
 Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran Dinamika
penerapan demokrasi di Indonesia.
 Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan benar
diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian tugas projek/produk/portofolio/unjuk
kerja pada materi pelajaran Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia.
 Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia kepada
kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.

I. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan


1. Teknik Penilaian (terlampir)
a. Sikap
- Penilaian Observasi
Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik sehari-hari, baik
terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum. Pengamatan langsung dilakukan oleh
guru. Berikut contoh instrumen penilaian sikap
N Aspek Perilaku yang Dinilai Jumlah Skor Kode
Nama Siswa
o BS JJ TJ DS Skor Sikap Nilai
1 … 75 75 50 75 275 68,75 C
2 … ... ... ... ... ... ... ...
Keterangan :
• BS : Bekerja Sama
• JJ : Jujur
• TJ : Tanggun Jawab
• DS : Disiplin

Catatan :
1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Cukup
25 = Kurang
2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4 = 400
3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = 68,75
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang ingin dinilai

- Penilaian Diri
Seiring dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru kepada peserta didik, maka peserta
didik diberikan kesempatan untuk menilai kemampuan dirinya sendiri. Namun agar penilaian
tetap bersifat objektif, maka guru hendaknya menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penilaian
diri ini, menentukan kompetensi yang akan dinilai, kemudian menentukan kriteria penilaian yang
akan digunakan, dan merumuskan format penilaiannya Jadi, singkatnya format penilaiannya
disiapkan oleh guru terlebih dahulu. Berikut Contoh format penilaian :
Jumlah Skor Kode
No Pernyataan Ya Tidak
Skor Sikap Nilai
Selama diskusi, saya ikut serta mengusulkan 250 62,50 C
1 50
ide/gagasan.
Ketika kami berdiskusi, setiap anggota
2 50
mendapatkan kesempatan untuk berbicara.
Saya ikut serta dalam membuat kesimpulan
3 50
hasil diskusi kelompok.
4 ... 100

Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 4 x 100 = 400
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (250 : 400) x 100 = 62,50
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat juga digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan dan
keterampilan

- Penilaian Teman Sebaya


Penilaian ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menilai temannya sendiri. Sama
halnya dengan penilaian hendaknya guru telah menjelaskan maksud dan tujuan penilaian,
membuat kriteria penilaian, dan juga menentukan format penilaiannya. Berikut Contoh format
penilaian teman sebaya :

Nama yang diamati : ...


Pengamat : ...
Jumlah Skor Kode
No Pernyataan Ya Tidak
Skor Sikap Nilai
1 Mau menerima pendapat teman. 100
Memberikan solusi terhadap
2 100
permasalahan.
Memaksakan pendapat sendiri kepada 450 90,00 SB
3 100
anggota kelompok.
4 Marah saat diberi kritik. 100
5 ... 50

Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50 untuk pernyataan yang positif, sedangkan untuk
pernyataan yang negatif, Ya = 50 dan Tidak = 100
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 5 x 100 = 500
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (450 : 500) x 100 = 90,00
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)

- Penilaian Jurnal (Lihat lampiran)

b. Pengetahuan
- Tertulis Uraian dan atau Pilihan Ganda (Lihat lampiran)
- Tes Lisan/Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan
Praktek Monolog atau Dialog
Penilaian Aspek Percakapan
Skala
N Jumlah Skor Kode
Aspek yang Dinilai 10
o 25 50 75 Skor Sikap Nilai
0
1 Intonasi
2 Pelafalan
3 Kelancaran
4 Ekspresi
5 Penampilan
6 Gestur

1. SOAL PENILAIAN PENGETAHUAN


1). Jelakan yang di maksud dengan Demokrasi rule of law?....
2). Jelaskan yang menjadi karakter utama Demokrasi Pancasila?...
3). Jelaskan kelemahan pelaksanaan demokrasi Indonesia pada periode 1945-1949?...
4). Mengapa Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatan sebagai presiden pada 21
mei 1998?
5). Jelaskan yang menjadi inti dari Demokrasi Pancasila?...

JAWABAN
1). Pertama, kekuasaan negara Republik Indonesia itu harus mengandung,
melindungi, serta mengembangkan kebenaran hukum (legal truth) bukan
demokrasi ugal-ugalan, demokrasi dagelan, atau demokrasi manipulatif.
Kedua, kekuasaan negara itu memberikan keadilan hukum (legal justice)
bukan demokrasi yang terbatas pada keadilan formal dan pura-pura.
Ketiga, kekuasaan negara itu menjamin kepastian hukum (legal security)
bukan demokrasi yang membiarkan kesemrawutan atau anarki.
Keempat,kekuasaan negara itu mengembangkan manfaat atau kepentingan hukum
(legal interest), seperti kedamaian dan pembangunan, bukan demokrasi
yang justru mempopulerkan fitnah dan hujatan atau menciptakan
perpecahan, permusuhan, dan kerusakan.
2). Karakter utama demokrasi Pancasila adalah sila keempat, yaitu Kerakyatan yang
dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dengan kata
lain, demokrasi Pancasila mengandung tiga karakter utama, yaitu kerakyatan,
permusyawaratan, dan hikmat kebijaksanaan.
3). Pertama, pemberian hak-hak politik secara menyeluruh. Para pembentuk negara,
sudah sejak semula, mempunyai komitmen yang sangat besar terhadap demokrasi,
sehingga begitu kita menyatakan kemerdekaan dari pemerintah kolonial
Belanda, semua warga negara yang sudah dianggap dewasa memiliki hak politik
yang sama, tanpa ada diskriminasi yang bersumber dari ras, agama, suku dan
kedaerahan. Kedua, presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk
menjadi seorang diktator, dibatasi kekuasaanya ketika Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) dibentuk untuk menggantikan parlemen. Ketiga, dengan maklumat
Wakil Presiden, maka dimungkinkan terbentuknya sejumlah partai politik yang
kemudian menjadi peletak dasar bagi sistem kepartaian di Indonesia untuk masa-
masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik kita.
4). Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada masa pemerintahan Orde
Baru pada akhirnya membawa Indonesia kepada krisis multidimensi yang di awali
dengan badai krisis moneter yang tidak kunjung reda
5). adalah demokrasi yang berlandaskan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
Permusyawaratan/Perwakilan

Score penilaian = Jumlah peolehan x 100

25

2. Soal Oyektif tes

1. Perhatikan hal – hal berikut !

1). persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia

2). keseimbangan antara hak dan kewajiban

3). pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri dan orang lain.

4). mewujudkan rasa keadilan sosial

5). pengambilan keputusan dengan musyawarah dan mufakat

6). mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan

7). menjunjung tinggi tujuan dan cita – cita nasional

Yang merupakan prinsip – prinsip demokrasi Pancasila adalah ...

a. 1,2,3, dan 5

b. 2,3,4, dan 6
c. 3,4,5, dan 7

d. 2,3,4, dan 6

e. 4,5,6, dan 7

2. Contoh sikap terhadap putusan musyawarah yang sesuai dengan demokrasi Pancasila
adalah...

a. Menghormati dan menerimanya dengan ikhlasdan penuh tanggung jawab

b. Menerima saja karena telah di putuskan oleh pimpinan

c. Mengakui dengan senang hati dan tanggung jawab

d. Menerima karena sudah menjadi kebiasaan rapat

e. Menerima dan menjalankan dengan tanggung jawab

3. Perhatikan penyimpangan – penyipangan di bawah ini!

1). Pengekangan hak di bidang politik

2). Pembatasan wewenang Presiden

3). Pengangkatan Presiden seumur hidup

4). Adanya program penembakan misterius dalam menciptakan keamanan

5). Pembubarab DPR oleh Presiden

Dari pernyataan di atas yang merupakan penyimpangan pada masa demokrasi


terpimpin di tunjukan oleh nomor...

a. 1).2),3)

b. 1),2),4)

c. 1),3),5)

d. 2),3),4)

e. 3),4),5)

4. Demokrasi pada masa orde baru memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu
kelebihan pemerintahan orde baru adalah ...

a. Pemerataan pendapat

b. Pemekaran wilayah

c. Perubahan UUD 1945

d. Pemilu yang demokratis

e. Keamanan dalam negeri stabil

5. Ciri utama demokrasi pada masa reformasi adalah ...

a. Pelaksanaan demokrasi tertuang pada kunci pokok sistem pemerintahan

b. Adanya konsensus/persetujuan umum

c. Eksekutif lebih dominan dalam pengambilan keputusan

d. Banyaknya partai politik dan kebebasan pers

e. Birokrat benar – benar melaksanakan kebijakan pemerintah


6. Demokrasi liberal pernah dilaksanakan di Indonesia dari tahun 1950-1959, pada masa
demokrasi liberal, lebih menekankan pada kebebasan individu, persamaan hukum, dan
hak asasi manusia bagi warga negaranya. Hal negatif yang terjadi pada masa
demokrasi liberal adalah ...

a. Mengakibatkan instabilitas baik di bidang politik, ekonomi maupun hankam

b. Jumlah sekolah bertambah

c. Pemerintah pusat mendapat tantangan dari daerah seperti PRRI

d. Badan peradilan menikmati kebebasab dalam menjalankan fungsinya

e. Pers semakin tertekan

7. Kemerdekaan pers merupakan pengejantawahan kebebasan mengeluarkan pendapat


dalam bentuk Undang – Undang pers, yaitu...

a. Undang - Undang nomor 39 Tahun 1999

b. Undang - Undang nomor 40 Tahun 1999

c. Undang - Undang nomor 26 Tahun 2000

d. Undang - Undang nomor 3 Tahun 1998

e. Undang - Undang nomor 45 Tahun 1999

8. Setiap warga Negara memiliki hak dasar yang melekat sejak lahir. Hal ini menunjukkan
adanya prinsip...

a. Dalam demokrasi

b. Persamaan kedudukan

c. Pengakuan hak politik

d. Pemerintahan berdasarkan konstitusi

e. Adanya jaminan hak asasi

9. Sebutkan sistem demokrasi yang di anut oleh Indonesia sekarang ini yaiyu demokrasi...

a. Orde Baru

b. Pancasila

c. Orde Lama

d. Terpimpin

e. Otoriter

10. Jelaskan terciptanya sebuah keadilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di Indonesia menunjukkan prinsip demokrasi Pancasila, yaitu...

a. Kemakmuran

b. Pemisahan kekuasaan

c. Pengadilan yang merdeka

d. Berkeadilan sosial

e. KUNCI JAWABAN
1 D 6 A Pedoman Penskoran Pilihan Ganda
1. Jika dijawab benar, skor = 100
2 A 7 B 2. Jika dijawab salah/tidak dijawab skor = 0
100 : sangat baik
3 C 8 E 80-90 : baik
70 : cukup
4 E 9 B <70 : kurang

5 D 10 E

Penugasan Tugas Rumah

a. Peserta didik menjawab pertaanyaan yang terdapat pada buku peserta didik

b. Peserta didik meminta tanda tangan orang tua sebagai bukti bahwa mereka telah mengerjakan
tugas rumah dengan baik

c. Peserta didik mengumpulkan jawaban dari tugas rumah yang telah di kerjakan untuk
mendapatkan penilaian

c. Keterampilan
- Penilaian Unjuk Kerja
Contoh instrumen penilaian unjuk kerja dapat dilihat pada instrumen penilaian ujian keterampilan
berbicara sebagai berikut:

Instrumen Penilaian
Sangat Kurang Tidak
Baik
No Aspek yang Dinilai Baik Baik Baik
(75)
(100) (50) (25)
1 Kesesuaian respon dengan pertanyaan
2 Keserasian pemilihan kata
3 Kesesuaian penggunaan tata bahasa
4 Pelafalan

Kriteria penilaian (skor)


100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Kurang Baik
25 = Tidak Baik
Cara mencari nilai (N) = Jumalah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor maksimal dikali
skor ideal (100)

Instrumen Penilaian Diskusi


No Aspek yang Dinilai 100 75 50 25
1 Penguasaan materi diskusi
2 Kemampuan menjawab pertanyaan
3 Kemampuan mengolah kata
4 Kemampuan menyelesaikan masalah

Keterangan :
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Kurang Baik
25 = Tidak Baik

- Penilaian Proyek (Lihat Lampiran)


- Penilaian Produk (Lihat Lampiran)
- Penilaian Portofolio
Kumpulan semua tugas yang sudah dikerjakan peserta didik, seperti catatan, PR, dll

Instrumen Penilain
No Aspek yang Dinilai 100 75 50 25
1
2
3
4

2. Instrumen Penilaian (terlampir)


a. Pertemuan Pertama
b. Pertemuan Kedua
c. Pertemuan Ketiga

3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan


a. Remedial
Bagi peserta didik yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM), maka guru bisa
memberikan soal tambahan misalnya sebagai berikut :
1) Jelaskan tentang Sistem Pembagian Kekuasaan Negara!
2) Jelaskan tentang Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan
Lembaga Pemerintah Non Kementerian!
3) Jelaskan tentang Nilai-nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan pemerintahan!

CONTOH PROGRAM REMIDI

Sekolah : ……………………………………………..
Kelas/Semester : ……………………………………………..
Mata Pelajaran : ……………………………………………..
Ulangan Harian Ke : ……………………………………………..
Tanggal Ulangan Harian : ……………………………………………..
Bentuk Ulangan Harian : ……………………………………………..
Materi Ulangan Harian : ……………………………………………..
(KD / Indikator) : ……………………………………………..
KKM : ……………………………………………..

Nama Bentuk
Nilai Indikator yang Nilai Setelah
No Peserta Tindakan Keterangan
Ulangan Belum Dikuasai Remedial
Didik Remedial
1
2
3
4
5
6
dst

b. Pengayaan
Guru memberikan nasihat agar tetap rendah hati, karena telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal). Guru memberikan soal pengayaan sebagai berikut :
1) Membaca buku-buku tentang Nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik penyelenggaraan
pemerintahan Negara yang relevan.

2) Mencari informasi secara online tentang Nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik
penyelenggaraan pemerintahan Negara

3) Membaca surat kabar, majalah, serta berita online tentang Nilai-nilai Pancasila dalam
kerangka praktik penyelenggaraan pemerintahan Negara

4) Mengamati langsung tentang Nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik penyelenggaraan


pemerintahan Negara yang ada di lingkungan sekitar.

Balai Berkuak, 15 Juli 2022


Mengetahui
Kepala SMA Negeri 1 Simpang Hulu Guru Mata Pelajaran

Triyono, S.Pd, Siska Aprilia Novitasari, S.Pd


NIP 19710326 200212 1 0005 NIP. 19830817 200901 2 010
Nama : Siska Aprilia Novitasari S.Pd
No. UKG : 201502810605
Mapel : PPKn
BAHAN AJAR ( PENGEMBANGAN MATERI )

Satuan Pendidikan : SMAN 1 Simpang Hulu


Mata Pelajaran : PPKn
Kelas/ Semester : XI/Ganjil
Tema : Sistem Dan Dinamika Demokrasi Indonesia
Sub Tema : Dinamika Penerapan Demokrasi di Indonesia
Kompetensi Dasar : 3.2 Mengkaji sistem dan dinamika demokrasi Pancasila
dengan
IPK : Undang Negara Indonesia 1945.
 Menghargai nilai-nilai ke-Tuhanan dalam
berdemokrasi Pancasila sesuai Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
 Berperilaku santun dalam ber-demokrasi Pancasila
sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
 Memahami hakikat demokrasi
 Memahami dinamika penerapan demokrasi di
Indonesia
 Memahami upaya membangun kehidupan yang
demokratis di Indonesia
 Mengkaji sistem dan dinamika demokrasi Pancasila
sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
 Menyajikan hasil kajian tentang sistem dan dinamika
demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
 Pertemuan pertama
A. Tujuan Pembelajaran

 Menghargai nilai-nilai ke-Tuhanan dalam berdemokrasi Pancasila sesuai Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
 Berperilaku santun dalam ber-demokrasi Pancasila sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
 Memahami hakikat demokrasi
 Memahami dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
 Memahami upaya membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia
 Mengkaji sistem dan dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
 Menyajikan hasil kajian tentang sistem dan dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

 Bahan Ajar ( Pengembangan Materi )


 Dinamika Penerapan Demokrasi di Indonesia
1. Prinsip-prinsip Demokrasi di Indonesia
Pada bagian sebelumnya, kalian telah mempelajari prinsip-prinsip demokrasi secara
umum. Nah, bagaimana dengan prinsip demokrasi yang dilaksanakan di Indonesia?
Ahmad Sanusi mengutarakan 10 pilar demokrasi konstitusional Indonesia menurut
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu:
a. Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa. Artinya, seluk beluk sistem serta
perilaku dalam menyelenggarakan kenegaraan RI harus taat asas, konsisten, atau
sesuai dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Demokrasidengankecerdasan.Artinya,mengaturdanmenyelenggarakan demokrasi
menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu bukan
dengan kekuatan naluri, kekuatan otot, atau kekuatan massa semata-mata.
Pelaksanaan demokrasi itu justru lebih menuntut kecerdasan rohaniah,
kecerdasan aqliyah, kecerdasan rasional,dan kecerdasan emosional.
c. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat. Artinya, Kekuasaan tertinggi ada di tangan
rakyat. Secara prinsip, rakyatlah yang memiliki/memegang kedaulatan itu. Dalam
batas-batas tertentu kedaulatan rakyat itu dipercayakan kepada wakil-wakil rakyat
di MPR (DPR/DPD) dan DPRD.
d. Demokrasi dengan rule of law. Hal ini mempunyai empat makna penting.Pertama,
kekuasaan negara Republik Indonesia itu harus mengandung, melindungi, serta
mengembangkan kebenaran hukum (legal truth) bukan demokrasi ugal-ugalan,
demokrasi dagelan, atau demokrasi manipulatif. Kedua, kekuasaan negara itu
memberikan keadilan hukum (legal justice) bukan demokrasi yang terbatas pada
keadilan formal dan pura-pura.Ketiga, kekuasaan negara itu menjamin kepastian
hukum (legal security) bukan demokrasi yang membiarkan kesemrawutan atau
anarki. Keempat, kekuasaan negara itu mengembangkan manfaat atau
kepentingan hukum (legal interest), seperti kedamaian dan pembangunan, bukan
demokrasi yang justru mempopulerkan fitnah dan hujatan atau menciptakan
perpecahan, permusuhan, dan kerusakan.
e. Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan negara. Artinya, demokrasi menurut Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bukan saja mengakui kekuasaan
negara Republik Indonesia yang tidak tak terbatas secara hukum, melainkan juga
demokrasi itu dikuatkan dengan pemisahan kekuasaan negara dan diserahkan kepada
badan-badan negara yang bertanggung jawab. Jadi demokrasi menurut Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengenal semacam pembagian dan
pemisahan kekuasaan (division and separation of power), dengan sistem
pengawasan dan perimbangan (check and balances).
f. Demokrasi dengan hak asasi manusia, Artinya, demokrasi menurut Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengakui hak asasi manusia yang
tujuannya bukan saja menghormati hak-hak asas tersebut, melainkan terlebih-lebih
untuk meningkatkan martabat dan derajat manusia seutuhnya
g. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka. Artinya, demokrasi menurut
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menghendaki
diberlakukannya sistem pengadilan yang merdeka (independen) yang memberi
peluang seluas-luasnya kepada semua pihak yang berkepentingan untuk mencari
dan menemukan hukum yang seadil-adilnya. Di muka pengadilan yang merdeka itu
penggugat dengan pengacaranya, penuntut umum dan terdakwa dengan
pengacaranya mempunyai hak yang sama untuk mengajukan konsiderans (pertimbangan)
dalil-dalil, fakta-fakta, saksi, alat pembuktian, dan petitumnya.
h. Demokrasi dengan otonomi daerah . otonomi daerah merupakan pembatasan terhadap
kekuasaan negara, khususnya kekuasaan legislative dan eksekutif di tingkat pusat , dan
lebih khusus lagi pembatasan atas kekuasaan presiden.
i. Demokrasi dengan kemakmuran. Artinya, demokrasi itu bukan hanya soal kebebasan
dan hak, bukan hanya soal kewajiban dan tanggung jawab, bukan pula hanya salah
mengorganisir kedaulatan rakyat atau pembagian kekuasaan kenegaraan. Demokrasi itu
bukan pula hanya soal otonomi daerah dan keadilan hukum. Sebab bersamaan dengan itu
semua, demokrasi menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 itu ternyata ditujukan untuk membangun negara kemakmuran (welfare state) oleh
dan untuk sebesar-besarnya rakyat Indonesia.
j. Demokrasi yang berkeadilan sosial. Artinya, Demokrasi menurut Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menggariskan keadilan sosial di
antara berbagai kelompok, golongan, dan lapisan masyarakat. Tidak ada golongan,
lapisan, kelompok, satuan, atau organisasi yang jadi anak emas, yang diberi berbagai
keistimewaan atau hak-hak khusus.
Tiga karak tertersebut sekaligus berkedudukan sebagaicita-cita luhur penerapan demokrasi
di Indonesia. Cita-cita kerakyatan merupakan bentuk penghormatan kepada rakyat Indonesia
dengan member kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk berperan atau terlibat dalam
proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah. Cita-cita permusyawaratan
memancarkan keinginan untuk mewujudkan negara persatuan yang dapat mengatasi paham
perseorangan atau golongan. Sedangkan cita-cita hikmat kebijaksanaan merupakan
keinginan bangsa Indonesia bahwa demokrasi yang diterapkan di Indonesia merupakan
demokrasi yang didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, perikemanusian, persatuan, Hikmat
kebijaksanaan itu adalah perpaduan antara kebenaran yang berasal dari Tuhan dengan
pemikiran manusia. Untuk menambah pemahaman kalian mengenai nilai yang dikandung
demokrasi Pancasila, simaklah ilustrasi berikut.permusyawaratan dan keadilan.
2. Periodesasi Perkembangan Demokrasi di Indonesia Pada bagian sebelumnya, telah dibahas
secara singkat karakteristik demokrasi Indonesia. Hal ini secara otomatis akan memunculkan
suatu anggapan dalam benak kita bahwa negara kita adalah negara demokrasi. Akan tetapi,
muncul suatu pertanyaan apakah benar negara kita adalah negara demokrasi? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, kita dapat menggunakan sudut pandang normatif dan
empirik. Dalam sudut pandang normatif, demokrasi merupakan sesuatu yang secara ideal
hendak dilakukan atau diselenggarakan oleh sebuah negara, seperti misalnya kita mengenal
ungkapan “pemerintah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Ungkapan normatif tersebut
biasanya diterjemahkan dalam konstitusi pada masing-masing negara, misalnya dalam
Undang-Undang Dasar 1945 bagi pemerintahan Republik Indonesia. Apakah secara normatif,
negara kita sudah memenuhi kriteria sebagai negara demokrasi? Jawabannya tentu saja
sudah. Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan negara kita, semua konstitusi
yang pernah berlaku menganut prinsip demokrasi. Hal ini dapat dilihat misalnya:
a. Dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 (sebelum diamandemen) berbunyi
“kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat”.
b. Dalam Pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(setelah diamandemen) berbunyi “kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
c. Dalam konstitusi Republik Indonesia Serikat, Pasal 1:
1) Ayat (1) berbunyi “Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan
berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokrasi dan berbentuk federasi”
2) Ayat (2) berbunyi “Kekuasaan kedaulatan Republik Indonesia Serikat
dilakukan oleh pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat
dan Senat”
d. Dalam UUDS 1950 Pasal 1:
1) Ayat (1) berbunyi “ Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat
ialah suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan”
2) Ayat (2) berbunyi “Kedaulatan Republik Indonesia adalah ditangan
rakyat dan dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan Dewan
Perwakilan rakyat”
Dari ke empat konstitusi tersebut, kita dapat melihat secara jelas bahwa secara normative
Indonesia adalah negara demokrasi, menurut Affan Gaffar berikut ini indicator system
pemerintahan yang demokratis:
a. Akuntabilitas.
b. Rotasi kekuasaan
c. Pemilihan umum
d. Pemenuhan hak – hak dasar.
a. Pelaksanaan Demikrasi Pancasila
Kalau kita mengikuti risalah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia,
maka kita akan melihat begitu besarnya komitmen para pendiri bangsa ini untuk mewujudkan
demokrasi politik di Indonesia. Muhammad Yamin dengan beraninya memasukkan asas peri
kerakyatan dalam usulan dasar negara Indonesia merdeka, dan Ir. Soekarno dengan penuh
keyakinan memasukkan asas mufakat atau demokrasi dalam usulannya tentang dasar negara
Indonesia merdeka yang kemudian diberi nama Pancasila. Keyakinan mereka yang sangat besar
tersebut timbul karena dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan mereka. Mereka percaya
bahwa demokrasi bukan merupakan sesuatu yang hanya terbatas pada komitmen, tetapi juga
merupakan sesuatu yang perlu diwujudkan. Pada masa pemerintahan revolusi kemerdekaan ini
(1945-1949), pelaksanaan demokrasi baru terbatas pada berfungsinya pers yang mendukung
revolusi kemerdekaan. Sedangkan elemen-elemen demokrasi yang lain belum sepenuhnya
terwujud, karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Hal ini dikarenakan pemerintah
harus memusatkan seluruh energinya bersama-sama rakyat untuk mempertahankan
kemerdekaan dan menjaga kedaulatan negara, agar negara kesatuan tetap hidup.
b. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1949-1959 Periode kedua pemerintahan
negara Indonesia merdeka berlangsung dalam rentang waktu antara tahun 1949 sampai
1959. Pada periode ini terjadi dua kali pergantian undang-undang dasar. Pertama,
pergantian UUD 1945 dengan Konstitusi RIS pada rentang waktu 27 Desember 1949 sampai
dengan 17 Agutus 1950. Dalam rentang waktu ini, bentuk Negara kita berubah dari
kesatuan menjadi serikat, system pemerintahan juga berubah dari presidensil menjadi quasi
parlementer. Kedua, pergantian Konstitusi RIS dengan Undang-Undang Dasar Sementara
1950 pada rentang waktu 17 Agutus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959. Periode pemerintahan ini
bentuk negara kembali berubah menjadi negara kesatuan dan sistem pemerintahan menganut
system parlementer. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada periode 1949 sampai
dengan 1959, negara kita menganut demokrasi parlementer. yang diberhentikan dengan mosi
tidak percaya dari parlementer Kedua, akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemegang jabatan
dan politisi pada umumnya sangat tinggi. Hal ini dapat terjadi karena berfungsinya parlemen
dan juga sejumlah media massa sebagai alat kontrol sosial. Sejumlah kasus jatuhnya
kebinet dalam periode ini merupakan contoh konkret dari tingginya akuntabilitas tersebut.
Ketiga, kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang sebesar-besarnya
untuk berkembang secara maksimal. Dalam periode ini, Indonesia menganut sistem
multipartai. Pada periode ini, hampir 40 partai politik terbentuk dengan tingkat otonomi yang
sangat tinggi dalam proses rekruitmen, baik pengurus atau pimpinan partainya maupun para
pendukungnya. Campur tangan pemerintah dalam hal rekruitmen boleh dikatakan tidak ada
sama sekali. Sehingga setiap partai bebas memilih ketua dan segenap anggota pengurusnya.
Keempat, sekalipun Pemilihan Umum hanya dilaksanakan satu kali yaitu pada 1955, tetapi
Pemilihan Umum tersebut benar-benar dilaksanakan dengan prinsip demokrasi. Kompetisi
antar partai politik berjalan sangat intensif dan fair, serta yang tidak kalah pentingnya adalah
setiap pemilih dapat menggunakan hak pilihnya dengan bebas tanpa ada tekan atau rasa takut.
Kelima, masyarakat pada umumnya dapat merasakan bahwa hak-hak dasar mereka tidak
dikurangi sama sekali, sekalipun tidak semua warga negara dapat memanfatkannya dengan
maksimal. Hak untuk berserikat dan berkumpul dapat diwujudkan dengan jelas, dengan
terbentuknya sejumlah partai politik dan organisasi peserta Pemilihan Umum. Kebebasan pers
juga dirasakan dengan baik. Demikian juga dengan kebesan berpendapat. Masyarakat mampu
melakukannya tanpa ada rasa takut untuk menghadapi resiko, sekalipun mengkritik pemerintah
dengan keras. Sebagai contoh adalah yang dilakukan oleh Dr. Halim mantan Perdana
Menteri yang menyampaikan surat terbuka dan mengeluarkan semua isi hatinya dengan
kritikan yang sangat tajam terhadap sejumlah langkah yang dilakukan Presiden Soekarno.
Surat tersebut tertanggal 27 Mei 1955. Petikan isi surat tersebut adalah sebagai berikut.
Keenam, dalam masa pemerintahan parlementer, daerah-daerah memperoleh otonomi yang
cukup bahkan otonomi yang seluas-luasnya dengan asas desentralisasi sebagai
landasan untuk berpijak dalam mengatur hubungan kekuasaan antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah. Keenam indikator tersebut merupakan ukuran kesuksesan
pelaksanaan demokrasi pada masa pemerintahan parlementer. Akan tetapi, kesuksesan
tersebut tidak berumur panjang. Demokrasi parlementer hanya bertahan selama sembilan
tahun seiring dengan dikeluarkannya dekrit oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959
yang membubarkan Konstituante dan kembali kepada UUD 1945. Presiden menganggap
bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang dijiwai
oleh semangat gotong royong, sehingga beliau menganggap bahwa sistem demokrasi ini telah
gagal mengadopsi nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia.
c. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1959-1965
Kinerja Dewan Konstituante yang berlarut-larut membawa Indonesia ke dalam persoalan politik
yang sangat pelik. Negara dilingkupi oleh kondisi yang serba tidak pasti, karena landasan
konstitusional tidak mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena hanya bersifat
sementara. Selain itu juga, situasi seperti ini memberi pengaruh yang besar terhadap situasi
keamanan nasional yang sudah membahayakan persatuan dan kesatuan nasional. Presiden
Soekarno sebagai kepala negara melihat situasi ini sangat membahayakan bila terus
dibiarkan. Oleh karena itu untuk mengeluarkan bangsa ini dari persoalan yang teramat pelik ini,
Presiden Soekano suatu dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 yang selanjutnya dikenal dengan
sebutan Dekrit Presiden 5 Juli 1945. dalam dekrit tersebut, presiden menyatakan
membubarkan Dewan Konstituante dan kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945. Dekrit
Presiden tersebut mengakhiri era demokrasi parlementer, yang kemudian membawa
dampak yang sangat besar dalam kehidupan politik nasional. Era baru demokrasi dan
pemerintahan Indonesia mulai di masuki, yaitu suatu konsep demokrasi yang oleh Presiden
Soekarno disebut sebagai Demokrasi Terpimpin. Maksud konsep terpimpin ini, dalam
pandangan Presiden Soekarno adalah dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan. Demokrasi terpimpin merupakan pembalikan total dari
proses politik yang berjalan pada masa demokrasi parlementer. Apa yang disebut dengan
demokrasi tidak lain merupakan perwujudan kehendak kehendak presiden dalam rangka
menempatkan dirinya sebagai satu-satunya institusi yang paling berkuasa di Indonesia.
Adapun karakteristik yang utama dari perpolitikan pada era demokrasi terpimpin adalah:
Pertama,mengaburnyasistemkepartaian.Kehadiranpartai-partaipolitik,bukan untuk
mempersiapkan diri dalam rangka mengisi jabatan politik di pemerintah (karena Pemilihan
Umum tidak pernah dijalankan), tetapi lebih merupakan elemen penopang dari tarik ulur
kekuatan antara lembaga kepresidenan, Angkatan darat dan Partai Komunis Indonesia.
Kedua, dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, peranan lembaga
legislatif dalam sistem politik nasional menjadi sedemikian lemah. Karena, DPR-GR tidak lebih
hanya merupakan instrumen politik lembaga kepresidenan. Proses rekruitmen politik untuk
lembaga ini pun ditentukan oleh Presiden.Ketiga, hak dasar manusia menjadi sangat
lemah. Presiden dengan mudah menyingkirkan lawan-lawan politiknya yang tidak sesuai
dengan kebijaksanaannya atau yang mempunyai keberanian untuk menentangnya.
Sejumlah lawan politiknya menjadi tahan politik presiden, terutama yang berasal dari kalangan
Islam dan Sosialis. Keempat, masa demokrasi terpimpin adalah masa puncak dari semangat
antikebebasan pers. Sejumlah surat kabar dan majalah diberangus oleh pemerintah seperti
misalnya Harian Abadi dari Masyumi dan Harian Pedoman dari PSI. Kelima, sentralisasi
kekuasaan yang semakin dominan dalam proses hubungan antara pemerintah pusat dan daerah.
Daerah-daerah memiliki otonomi yang terbatas.
d. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1965-1998
Era baru dalam pemerintahan dimulai setelah melalui masa transisi yang singkat yaitu
antara tahun 1966-1968, ketika Jenderal Soeharto dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia.
Era yang kemudian dikenal sebagai Orde Baru dengan konsep Demokrasi Pancasila. Visi
utama pemerintahan Orde Baru ini adalah untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan visi
tersebut, Orde Baru memberikan secercah harapan bagi rakyat Indonesia, terutama yang
berkaitan dengan perubahan-perubahan politik, dari yang bersifat otoriter pada masa
demokrasi terpimpin di bawah Presiden Soekarno menjadi lebih demokratis. Harapan rakyat
tersebut tentu saja ada dasarnya. Presiden Soeharto sebagai tokoh utama Orde Baru
dipandang rakyat sebagaisesosok pemimpin yang yang mampu mengeluarkan bangsa ini
keluar dari keterpurukan. Hal ini dikarenakan beliau berhasil membubarkan PKI, yang ketika itu
dijadikan musuh utama negeri ini. Selain itu, beliu juga berhasil menciptakan stabilitas
keamanan negeri ini pasca pemberontakan PKI dalam waktu yang relatif singkat. Itulah
beberapa anggapan yang menjadi dasar kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru
di bawah pimpinan Presiden Soeharto. Harapan rakyat tersebut tidak sepenuhnya terwujud.
Karena, sebenarnya tidak ada perubahan yang subtantif dari kehidupan politik Indonesia. Antara
Orde Baru dan Orde Lama sebenarnya sama saja (sama-sama otoriter). Dalam perjalanan
politik pemerintahan Orde Baru, kekuasaan Presiden merupakan pusat dari seluruh proses politik
di Indonesia. Lembaga Kepresidenan merupakan pengontrol utama lembaga negara
lainnya baik yang bersifat suprastruktur (DPR, MPR, DPA, BPK dan MA) maupun yang
bersifat infrastruktur (LSM, Partai Politik, dan sebagainya). Selain itu juga Presiden yang
tidak dimiliki oleh siapapun seperti Pengemban Supersemar, Mandataris MPR, Bapak
Pembangunan dan Panglima Tertinggi ABRI. Untuk lebih jelas, berikut ini dipaparkan ala Orde
Baru yang berdasarkan pada indicator demokrasi yang telah dikemukakan sebelumnya.
Pertama, rotasi kekuasaan eksekutif boleh di katakana sangat kecil terjadi. Kecuali, pada jajaran
yang lebih rendah, seperti gubernur, bupati/walikota, camat, dan kepala desa.
Ketiga, Pemilihan Umum. Pada masa pemerintahan Orde Baru, Pemilihan Umum telah
dilangsungkan sebanyak tujuh kali dengan frekuensi yang teratur setiap lima tahun sekali.
Tetapi kalau kita amati kualitas pelaksanaan pemilihan umum tersebut masih jauh dari
semangat demokrasi. Karena Pemilihan Umumtidak melahirkan persaingan yang sehat,
yang terjadi adalah kecurangan- kecurangan yang sudah menjadi rahasia umum.
Keempat, pelaksanaan hak dasar warga negara. Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi,
bahwa dunia internasional seringkali menyoroti politik Indonesia berkaitan erat dengan
perwujudan jaminan hak asasi manusia. Masalah kebebasan pers sering muncul ke
permukaan. Persoalan mendasar adalah selalu adanya campur tangan birokrasi yang sangat
kuat. Selama pemerintahan orde baru, sejarahpemberangusan surat kabar dan majalah terulang
kembali seperti yang terjadi pada masa orde lama, misalnya beberapa media massa seperti
Tempo, Detik, dan Editor dicabut surat izin penerbitannya atau dengan kata lain dibredel
setelah mereka mengeluarkan laporan investigasi tentang berbagai masalah penyelewengan
oleh pejabat-pejabat negara.
e. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1998-sekarang
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru pada
akhirnya membawa Indonesia kepada krisis multidimensi yang di awali dengan badai krisis
moneter yang tidak kunjung reda. Krisis moneter tersebut membawa akibat pada terjadinya
krisis politik, dimana tingkat kepercayaan rakyat terhadap pemerintah begitu kecil. Tidak hanya
itu, kerusuhan-kerusuhan terjadi hampir di semua belahan bumi nusantara ini.Akibatnya bisa
ditebak, pemerintahan orde baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto (meskipun kembali
terpilih dalam Sidang Umum MPR bulan Maret tahun 1998) terperosok ke dalam kondisi
yangdiliputi oleh berbagai tekanan politik baik dari luar maupun dalam negeri. Dari dunia
internasional, terutama Amerika Serikat, secara terbuka meminta PresidenSoeharto mundur
dari jabatannya sebagai presiden. Dari dalam negeri, timbulgerakan massa yang dimotori
oleh mahasiswa turun ke jalan menuntut Presiden Soeharto lengser dari jabatannya. Tekanan
dari massa mencapai puncaknya ketika tidak kurang dari 15.000 mahasiswa mengambil alih
Gedung DPR/MPR yang mengakibatkan proses politik nasional praktis lumpuh. Sekalipun pada
saat-saat akhir Presiden Soeharto ingin menyelematkan kursi kepresidenannya dengan
menawarkan berbagai langkah, antara lain reshuffle (perombakan) kabinet dan membentuk
Dewan Reformasi, akan tetapi Presiden Soeharto tidak punya pilihan lain kecuali mundur dari
jabatannya. Akhirnya pada hari Kamis tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto bertempat di
Istana Merdeka Jakarta menyatakan berhenti sebagai Presiden dan dengan menggunakan
pasal 8 UUD 1945, Presiden Soeharto segera mengatur agar Wakil Presiden Habibie disumpah
sebagai penggantinya di hadapan Mahkamah Agung, karena DPR tidak dapat berfungsi karena
gedungnya diambil alih oleh mahasiswa. Saat itu, kepimpinan nasional segera beralih dari
Soeharto ke Habibie. Hal ini merupakan jalan baru demi terbukanya proses demokratisasi di
Indonesia. Kendati diliputi oleh kontroversi tentang status hukumnya, pemerintahan Presiden
Habibie mampu bertahan selama satu tahun kepemimpinan. Dalam masa pemerintahan
Presiden Habibie inilah muncul beberapa indicatorpelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Pertama, diberikannya ruang kebebasan pers sebagai ruang publik untuk berpartisipasi dalam
kebangsaan dan kenegaraan. Kedua, diberlakukannya sistem multipartai dalam pemilu tahun
1999. Habibie dalam hal ini sebagai Presiden Republik Indonesia membuka kesempatan kepada
rakyat untuk berserikat dan berkumpul sesuai dengan ideologi dan aspirasi politiknya. Dua
hal yang dilakukan Presiden Habibie di atas merupakan fondasi yang kuat bagi pelaksanaan
demokrasi Indonesia pada masa selanjutnya. Demokrasi yang diterapkan negara kita pada era
reformasi ini adalah demokrasi Pancasila, tentu saja dengan karakteristik yang berbeda dengan
orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi parlementer tahun 1950-
1959.Pertama,Pemiluyangdilaksanakan jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya. Sistem
pemilu yang terus berkembang memberikan jalan bagi rakyat untuk menggunakan hak
politiknya dalam pemilu, bahkan puncaknya pada tahun 2004 rakyat bisa langsung memilih
wakilnya dilembaga legislatif dan presiden/wakil presiden pun dipilih secara langsung. Tidak
hanya itu, mulai tahun 2005 kepala daerah pun (gubernur dan bupati/walikota)dipilih langsung
oleh rakyat. Kedua, rotasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampai
pada tingkat desa. Ketiga, pola rekrutmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan
secara terbuka dimana setiap warga negara yang mampu dan memenuhi syarat dapat
menduduki jabatan politik tersebut tanpa adanya diskrimisi. Keempat, sebagian besar hak
dasar rakyat bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan pers
dan sebagainya. Kondisi demokrasi Indonesia saat ini bisa diibaratkan sedang menuju sebuah
kesempurnaan. Akan tetapi jalan terjal menuju itu tentu saja selalu menghadang. Tugas kita
adalah mengawal demokrasi ini supaya teraplikasikan dalam seluruhaspek kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA
Chamim, Asykury Ibn. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan; Munuju Kehidupan yang Demokratis dan
Berkeadaban. Yogyakarta: Majelis Diklitbang PP Muhammadiyah.
Dahl, Robert A. 1992. Demokrasi dan Para Pengkritiknya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Darmawan, Cecep. 2002. Pergumulan Demokrasi; Beberapa Catatan Kritis. Bandung: Pustaka Aulia
Press
Gaffar, Affan. 2004. Politik Indonesia; Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Huntington, Samuel P. 1997. Gelombang Demokrasi Ketiga. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

Anda mungkin juga menyukai