Anda di halaman 1dari 7

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Terdahulu


Secara umum kajian terhadap analisis usaha sate lilit tenggiri yang
diusahakan ini masih belum banyak dilakukan, sehingga diperlukan kajian
sebelumnya untuk mempermudah dalam memecahkan masalah dan dapat
membantu dalam mengkajinya.
Ambarwati, F.A (2014), dalam tugas akhirnya yang berjudul “Analisis
Usaha Nugget Ikan Lemuru “ANNAZ” di Kecamatan Cluring Kabupaten
Banyuwangi” menyatakan bahwa berdasarkan Analisis Usaha yang telah
dilakukan menggunakan Analisis Break Event Point (BEP) unit dan BEP (harga),
Revenue/Cost Ratio (R/C Ratio) serta Return on Invesment (ROI) usaha produksi
nugget ikan lemuru “ANNAZ” dengan nilai BEP (unit) 8 bungkus dari kapasitas
produksi 11 bungkus dan nilai BEP (harga) Rp. 6.389,- dengan harga jual Rp.
8.000,-, nilai R/C ratio 1,25 dan nilai ROI 3 % maka usaha tersebut
menguntungkan dan layak diusahakan.
Sari, D.P (2013), dalam tugas akhirnya yang berjudul “Analisis Usaha Abon
Pedas Ikan Tongkol “JUWARNI” di Desa Selomukti Kecamatan Mlandingan
Kabupaten Situbondo” menyatakan bahwa berdasarkan Analisis Usaha yang telah
dilakukan menggunakan Analisis BEP (unit) dan BEP (harga), R/C Ratio serta
ROI usaha produksi Abon Pedas Ikan Tongkol “JUWARNI” dengan nilai BEP
(unit) 19 bungkus dari kapasitas produksi 30 bungkus dan nilai BEP (harga) Rp.
2.527,- dengan harga jual Rp. 4.000,-, nilai R/C ratio 1,6 dan nilai ROI 11 %
maka usaha tersebut menguntungkan dan layak diusahakan.
Hermawan, T (2014), dalam tugas akhirnya yang berjudul “Analisis Usaha
Abon lele di Desa Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember”
menyatakan berdasarkan Analisis Usaha yang telah dilakukan menggunakan
Analisis BEP (unit) dan BEP (harga), R/C Ratio serta ROI usaha produksi Abon
Lele dengan nilai BEP (unit) 22 bungkus dari kapasitas produksi 35 bungkus dan
nilai BEP (harga) Rp. 3.200,- dengan harga jual Rp. 5.000,-, nilai R/C ratio 2 dan
nilai ROI 16 % maka usahanya menguntungkan dan layak diusahakan.

4
5

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Ikan Tenggiri
Ikan tenggiri mempunyai morfologi tubuh yang cukup unik. Di bagian
samping tubuhnya terdapat garis lateral yang memanjang dari insang hingga akhir
sirip dorsal kedua, sedangkan pada punggungnya terdapat warna biru kehijauan.
Garis pada bagian samping menjadi ciri khas ikan tenggiri yang berbeda dengan
ikan sejenis. Secara umum, warna ikan tenggiri adalah perak keabu-abuan. Ikan
tenggiri (Scomberomorus Commerson) adalah ikan laut yang termasuk dalam
famili Scombridae. Ikan tenggiri dikenal pula dengan nama Spanish Mackerel,
namun nama tersebut berbeda-beda di setiap daerah. Orang India menyebutnya
ikan anjai, di Filipina lebih dikenal dengan nama ikan dilis, dan di Thailand akrab
dengan istilah ikan thuinsi. Ukuran ikan tenggiri dapat mencapai panjang 240 cm
dengan berat 70 kg. Usia dewasa tercapai setelah 2 tahun atau ketika memiliki
panjang tubuh 81-82 cm. Ikan tenggiri betina ukurannya lebih besar dan usianya
lebih panjang dibanding jantan. Ikan tenggiri betina dapat hidup selama 11 tahun.
(Sudariastuty, E., 2011)
Berikut kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram ikan tenggiri
disajikan dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Komposisi Gizi Ikan Tenggiri Dalam 100 gram
No. Kandungan Jumlah Satuan
1 Energi 109 kkal
2 Protein 21,5 gr
3 Lemak 2,60 mg
Sumber: Direktorat Gizi, Depkes RI (2004)

2.2.2 Sate
Menurut Boga (2014), Sate merupakan makanan tradisional Indonesia yang
umumnya berbahan dasar ikan atau daging yang disajikan dengan berbagai
macam bumbu bergantung pada variasi resep sate. Sate kemudian dibakar di atas
bara api sampai matang sambil dibolak – balik dan diolesi sedikit minyak goreng
atau santan kental (Repository, U, 2015).
6

Menurut Anon (2015) dalam Repository, U, (2015) Sate diketahui berasal


dari Jawa dan dapat ditemukan di daerah manapun di Indonesia dan telah
dianggap sebagai salah satu masakan nasional Indonesia. Indonesia adalah negeri
asal mula sate, dan hidangan ini dikenal luas dihampir seluruh wilayah di
Indonesia dan dianggap sebagai masakan nasional dan salah satu hidangan terbaik
Indonesia. Sate lilit merupakan salah satu variasi sate dari Bali. Sate ini terbuat
dari daging cincang berbahan daging sapi, ayam, ikan, babi, atau kura-kura.
Daging cincang ini dicampur kelapa parut, santan kental, jeruk nipis, bawang
merah, dan merica. Adonan ini kemudian dibungkus melilit tusukan bambu,
batang tebu, atau batang serai, lalu dipanggang di atas bara arang.

2.2.3 Adonan Sate Lilit (Luluh) dan Sate Lilit


Menurut Karisna, (2013) sate lilit ikan laut khas Bali terbuat dari ikan laut
cincang dicampur parutan kelapa lalu dililitkan ketusukan sate. Sate kemudian
dibakar di atas bara api. Hasilnya adalah sate dengan tekstur lembut dengan
rempah-rempah khas Bali. Luluh merupakan adonan sate lilit yang belum dibakar
dan masih setengah jadi. Selama ini, luluh dibuat langsung sebelum dibakar
dengan jumlah yang terbatas, sementara penyiapan bahan-bahannya relatif rumit.
Produksi secara massal dan memudahkan distribusi serta pengurangan biaya bisa
dilakukan dengan pengemasan secara vakum dan disimpan pada suhu dingin dan
beku dalam freezer untuk membuat adonan lebih tahan lama. Adonan sate lilit
menggunakan kelapa parut muda dan ikan sebagai bahan utama dalam pembuatan
masakan ini. Kelapa parut selanjutnya dicampur dengan ikan laut cincang serta
bumbu-bumbu antara lain: cabai rawit, bawang putih, bawang merah, jahe, kunyit,
kencur, serai, lengkuas, garam, dan kemiri (Repository, U, 2015)

2.2.4 Analisis Usaha


Analisis usaha dapat dijadikan acuan atau pertimbangan dalam mengambil
keputusan, layak tidaknya suatu usaha untuk dilakukan dan dilanjutkan.
Kelayakan disini memiliki arti suatu usaha menguntungkan dalam transaksinya.
7

a. Break Event Point (BEP)


Break Event Point (BEP) merupakan suatu kondisi pada saat hasil usaha
yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan. Artinya, pada kondisi ini,
usaha yang dijalankan tidak mendapat keuntungan, tetapi juga tidak mengalami
kerugian (impas) (Prajnanta, 2003)
Menurut Rukmana dan Yudirachman, (2015). BEP merupakan titik impas
dari suatu usaha atau pulang modal atau titik temu antara total biaya dengan total
output (penerimaan). Perhitungan BEP terdiri atas BEP produksi dan BEP harga
jual produk
1. BEP Harga
Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya harga jual yang
harus ditetapkan agar memiliki keuntungan.
2. BEP Produksi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui banyaknya barang yang
harus diproduksi agar mencapai titik impas.
b. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) merupakan perbandingan antara
penerimaan kotor (hasil penjualan) dengan biaya total yang dikeluarkan
(Prajnanta, 2003). Menurut Rukmana dan Yudirachman (2015), Suatu usaha
dinilai menguntungkan apabila R/C Ratio > 1.
c. Return On Investment (ROI)
Return On Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran
tentang efisiensi manajemen. Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva
yang dikendalikannya dengan mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya rasio
ini diukur dengan persentase (Kasmir, 2014).
Return On Investment (ROI) merupakan salah satu rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh tingkat kembalian investasi
(Praptiwi, D., dkk. 2010).
8

2.2.5 Strategi Bauran Pemasaran


Strategi bauran pemsaran (Marketing Mix), yakni Product, Price, Place dan
Promotion (4-P), satu sama lain saling berkaitan. Untuk setiap strategi yang akan
ditetapkan harus mempertimbangkan strategi yang lain (Sunarya, A., dkk. 2011).
Penekanan Strategi Bauran Pemasaran atau lebih dikenal dengan nama
Marketing Mix Strategy. Pelaksanaan strategi ini dibagi ke dalam :
1. Strategi Produk
2. Strategi Harga
3. Strategi Lokasi dan Distribusi
4. Strategi Promosi
Masing-masing strategi berkaitan berkaitan erat satu sama lain. Setiap salah
satu strategi yang akan ditetapkan harus mempertimbangkan strategi lainnya.
Akan sangat berbahaya jika pelaksanaan strategi tidak dilakukan dengan matang
dan tidak saling berkaitan satu sama lain (Kasmir, 2014).
a. Strategi Produk
Produk adalah sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen atau pengguna. Sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi, sehingga dapat
memenuhi keinginan dan kebutuhan (Sunarya, A., dkk. 2011).
Langkah yang pertama dilakukan adalah strategi produk. Hal ini penting
karena yang akan dijual adalah produk dan konsumen akan mengenal perusahaan
melalui produk yang ditawarkan (Kasmir, 2014).
b. Strategi Harga
Harga merupakan sejumlah nilai (dalam mata uang) yang harus dibayar
oleh konsumen untuk membeli atau menikmati barang atau jasa yang ditawarkan.
Strategi harga yang salah akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan
dan berakibat tidak lakunya produk tersebut dipasar. Metode penentuan harga
untuk produk baru antara lain yaitu (Sunarya, A., dkk. 2011) :
1. Cost Plus Pricing dengan mark up berarti pengusaha menambah
keuntungan yang diinginkan dalam BEP (harga) yang telah ditentukan.
9

2. Break Event Point (BEP) pricing atau Target Pricing, yaitu harga
ditentukan berdasarakan titik impas (pulang pokok atau kembali modal).
3. Perceived Value Pricing, yaitu penetapan harga produk didasarkan kesan
pembeli terhadap produk yang ditawarkan
c. Strategi Tempat atau Distribusi
Menurut Sunarya, A., dkk (2011), Strategi ini yang perlu dipertimbangkan
adalah berapa jalur atau rantai distribusi atau tingkat yang diperlukan dalam
penyaluran produk. Semakin pendek jalur atau rantai distribusi yang dilalui suatu
produk maka akan semakin efisien dan efektif (tepat sasaran dan tepat waktu).
Distribusi adalah cara perusahaan menyalurkan barangnya, mulai dari
perusahaan sampai ke tangan konsumen akhir. Distribusi dapat pula diartikan
sebagai cara menentukan metode dan jalur yang akan dipakai dalam menyalurkan
produk ke pasar. Pendek atau panjangnya jalur yang digunakan perlu
dipertimbangkan secara matang (Kasmir, 2014).
Menurut Kasmir (2014), strategi distribusi melalui pemilihan saluran
distribusi adalah jaringan dari organisasi dan fungsi-fungsi yang menghubungkan
antara produsen dengan konsumen akhir. Dasar penentuan saluran distribusi untuk
produk konsumen terdiri dari :
a. Produsen – Kosumen
b. Produsen – Pengecer- Konsumen
c. Produsen – Agen Tunggal – Pengecer – Konsumen
d. Produsen – Agen – Sub Agen – Pengecer – Konsumen
e. Produsen – Agen – Sub Agen – Grosir – Pengecer - Konsumen
d. Strategi Promosi
Strategi promosi merupakan kegiatan pengusaha berusaha mempromosikan
produk dan atau jasa yang dimiliki, baik langsung maupun tidak langsung.
Setidaknya ada empat macam sarana promosi yang dapat digunakan pengusaha
dalam mepromosikan produk maupun jasanya, yaitu (Sunarya, A., dkk. 2011) :
1. Periklanan (Advertising)
Menurut Kasmir, (2014) Iklan merupakan sarana promosi yang sering
digunakan oleh perusahaan untuk menginformasikan, menarik, dan
10

mempengaruhi calon konsumennya. Penggunaan promosi dengan iklan dapat


dilakukan dengan berbagai media.
2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Bertujuan untuk meningkatkan penjualan atau peningkatan jumlah
pelanggan. Promosi ini dilakukan untuk menarik pelanggan agar membeli produk
atau jasa yang ditawarkan. Agar pelanggan tertarik untuk membeli maka promosi
harus dibuat semenarik mungkin.
3. Publisitas (Publicity)
Kegiatan untuk memancing pelanggan melalui kegiatan, seperti pameran,
bakti sosial, dan berbagai kegiatan lain. Kegiatan ini diharapkan dapat
meningkatkan pamor perusahaan di mata konsumen.
4. Penjualan Pribadi (Personal Selling)
Penjualan produk yang dilakukan secara langsung oleh salesman dan atau
salesgirl secara door to door, dari pintu ke pintu.

Anda mungkin juga menyukai