OLEH
IRHAM FALAHUDIN
KATA PENGANTAR
Irham Falahudin
3
ACARA: 1
RESPON HEWAN TERHADAP LINGKUNGAN
(PENGUKURAN FAKTOR ABIOTIK HEWAN DARAT)
A. Pendahuluan
Ekologi adalah ilmu yang mempeajari saling hubungan antara
organisme dengan organisme lain, serta saling hubungan antara organisme
dengan lingkungannya. Dalam ekologi hewan setidaknya mencakup tiga
aspek pokok yaitu: deskriptif, kuantitatif dan analitik sintetik.
Hewan adalah organisme yang bersifat motil, artinya dapat berjalan dari
satu tempat ketempat lain. Jenis jenis hewan tertentu tinggal disuatu
lingkungan hidup yang sesuai dengan ciri-ciri kehidupannya. Sehingga ada
yang hidup di tanah disebut dengan teresterial, di pohon arboreal dan di air
dikenal dengan aquatik. Berpindah atau tidaknya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan.
Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan.
Begon (1996) membedakan faktor menjadi dua yaitu kondisi dan sumber
daya. Respon hewan terhadap kedua faktor ini akan mempengaruhi kehidupan
hewan pada suatu habitat.
B. Tujuan
Tujuan setelah kegiatan praktikum ini mahasiswa di harapkan dapat mengukur
dan menganalis faktor abiotik dan biotik baik hewan didarat maupun hewan
di air dengan parameter ukur sebagai berikut:
1. Suhu
2. Cahaya
3. Kelembaban
4. Penguapan
5. Curah hujan
6. Angin
7. Kadar air tanah
8. Suhu Tanah
9. pH tanah
10. Organik Tanah
11. Porositas tanah
4
D. Cara Kerja
1.Pengukuran suhu udara
a. Ambil thermometer min-max, kemudian letakkan didaerah terlindung
biarkan selama 30 menit, catat dan ukurlah angka yang tertera pada
alat tersebut.
b. Lakukan kegiatan tersebut selama 1 minggu untuk melihat suhu
minimum dan maksimum udara, kemudian catat hasilnya.
2. Pengukuran Cahaya
a. Pasanglah batere Luxmeter yang akan digunakan.
b. Kemudian standarkan terlebih dahulu, hidupkan, lalu mengunakan
luxmeter ukurlah intensitas cahaya di dalam dan luar laboratorium,
serta di tempat terbuka di sekitar kampus dengan menyalakan alat
tersebut selama 30 menit.
c. Kemudian catat intensitas cahaya pada angka yang tertera pada lux
meter
3. Kelembaban udara
4. Penguapan udara:
5. Curah Hujan
Untuk mengukur curah hujan dengan alat ombromter. Jika tida ada
maka menggunakan gelas ukur dengan corong di atasnya. Kemudian
ketakkan gelas tersebut ditempat terbuka, selama 24 jam, amati selama
6
1 minggu. Setelah itu diambil dan catat air yang masuk. Seperti gambar
berikut ini:
6. Angin
Dengan menggunakan alat anemometer, pasang ditenpat terbuka,
dengan melihat arah angin. Perhatikan dan catatlah kecepatan dan arah
angin saat praktikum pada alat tersebut selama 15 menit.
berat air
U = ------------------------ x 100 %
berat tanah kering
sedankan Kadar air tanah berdasarkan perbandingan berat basah (Bb)
adalah:
berat air
Bb = ------------------------ x 100%
berat tanah basah
8. Suhu tanah
Dengan menggunakan thermometer air raksa, untuk mengukur suhu
tanah bagian tanah atau termistor. Termometer tanah terdiri dari
termometer air raksa biasa, yang pada bagian ujungnya atau
reservoarnya dilapisi dengan serbuk logam dan logam yang dapat
ditekankan ke tanah sehingga termometer itu bisa masuk ke dalam
tanah.
Ujung logam yang masuk ke dalam tanah akan menerima suhu tanah
dan meneruskannya ke serbuk logam dan berikutnya ke reservoar
termometer air raksa.
Bila seandainya thermometer tanah tidak ada, suhu tanah dapat juga
diukur dengan termometer air raksa biasa, hanya saja haruslah dibuat
lubang di tanah sehingga termometer itu dapat dimasukkan ke dalam
tanah. Lubang di tanah itu dapat dibuat dengan sebatang logam yang
diameternya lebih kurang sama dengan diameter termometer yang
akan digunakan.
9. pH Tanah
Untuk mengukur tanah dapat mengunakan pH meter tanah.
Caranya adalah: Tanah contoh diaduk-aduk sampai homogen.
Selanjutnya, sebanyak 1 gram tanah itu dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan akuades 3 ml, dan dikocok dengan batang
gelas dan dibiarkan selama 5 menit.
8
E. Pengolahan data
Tabel 1. Data Pengamatan Faktor Abiotik Lingkungan Darat
9
Hasil Pengukuran
No Faktor Abiotik Ket
1 2 .....
o
1 Suhu ( C)
2 Cahaya (oA)
3
... ...
F. Analisis Data
Setelah hasil didapatkan dalam praktikum tersebut, analisis dengan data
skunder dari BMKG atau data lain yang sesuai ada pengukuran yang telah
dilakukan. Kemudian buat kesimpunannya.
Laporan dibuat,
10
ACARA: 2
HEWAN DAN LINGKUNGAN
(PENGUKURAN ABIOTIK LINGKUNGAN AIR)
A. Pendahuluan
Hewan selalu ketergantungan factor lingkungannya, baik mikro maupun
makro. Sama sperti hewan di darat, hewan yang hidup diperairan juga oleh
factor abiotiknya.
Untuk melihat pengaruh kehidupan hewan tersebut dengan lingkungan
abiotiknya, maka dilakukan kegiatan praktikum ini.
B. TUJUAN
Dalam tujuan kegiatan praktikum ini mahasiswa di harapkan dapat mengukur
factor abiotic dan biotik baik hewan didarat maupun hewan di air dengan para
meter sebagai berikut:
1. Kekeruhan air
2. Kecepatan arus
3. Kedalaman air
4. Kadar Garam
5. Karbon dioksida Bebas
6. Oksigen Terlarut
7. Salinitas
8. pH air
2. Kecepatan arus
Pengukuran kecepatan arus air dengan cara yang paling sederhana
ialah dengan menggunakan benda yang mengapung di air, seperti
kertas atau gabus (15x15x5cm)
- Tentukan titik awal di sungai sebagai T0. Dan titik akhir T1, kemudian
siapkan stopwatch sebelum melepaskan benda tsb.
- Benda itu dilepaskan di permukaan air dan akan bergerak di
permukaan air sesuai dengan aliran air.
- Pengukuran kecepatan arus air didasarkan pada jarak (S) yang
ditempuh oleh benda terapung tadi per satuan waktu (t)
- Pengukuran kecepatan arus air dengan alat yang terapung hanya akan
memberikan informasi kecepatan arus air pada permukaan saja. Selain
itu, angin juga akan berpengaruh terhadap hasil pengukuran.
- Untuk memperkecil kesalahan pengaruh angin, maka bila akan
mengukur arus permukaan air dengan benda terapung dipilih benda
yang ringan dan tidak begitu besar.
Hitung Kuat arus: V= S/t (m/s)
3. Kedalaman air
Kedalaman suatu badan air yang diteliti juga dibutuhkan sebagai
informasi tentang lokasi penelitian. Khusus untuk penelitian tentang
bentos maka pengukuran kedalaman air merupakan suatu keharusan.
12
7. pH air
Pengukuran pH air dapat dilakukan dengan cara kolorimetri, dengan
kertas pH, atau dengan pH meter. Pengukurannya tidak begitu berbeda
dengan pengukuran pH tanah seperti dinyatakan di depan, hanya saja
di sini pengukuran dilakukan tanpa pengenceran.
Yang perlu diperhatikan dalam pengukuran pH air adalah cara
pengambilan contohnya harus benar, seperti yang telah dinyatakan di
atas. Bila akan mengukur pH air dari kedalaman tertentu haruslah
contoh sampel air diambil dengan alat botol sampel kemudian dikasih
pemberat, usahakan tidak ada gelembung udara.
E. Pengolahan data
Tabel 2. Data Pengamatan Uji Feeding
Hasil Pengukuran
No Faktor Abiotik Ket
1 2 3
1 Kekeruhan air (m)
2 Kecepatan arus (m/d)
3
... ...
F. Analisis data
Data yang telah didapat dibandingkan dengan data skunder, literas dari hasil
riset atau jurnal
14
ACARA 3:
INTERAKSI HEWAN DENGAN LINGKUNGAN
(RESPON HEWAN PADA PREFERENSI DAN PREVALENSI)
A. Pendahuluan
Hewan selalu ketergantungan dengan hewan lain dan lingkungannya.
Dalam interaksi ini adanya saling makan-memakan, sehingga terbentuk pola
umum dari rantai makanan yaitu produsen→konsumen I→Konsumen
II→konsumen III→ Top konsumen→pengurai.
Tingkatan ini juga disebut tingkat trofik I, trofik II dst. Proses
selanjutnya adalah terbentuknya jaring-jaring makanan dan piramida
makanan. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan,
merupakan penjelasan dari peran organisme di alam terhadap komunitasnya.
Hubungan tersebut terjalin dalam suatu komunitas sehingga terbentuklah apa
yang disebut dengan simbiosis dan kompetisi.
Dari interaksi tersebut akan terjalin suatu aliran energi dan terbentuk
model-model interaksi dalam suatu komunitas didalam ekologi hewan.
Kompetisi adalah hubungan antara dua individu untuk memperebutkan satu
macam sumber daya, sehingga hubungan ini bersifat merugikan salah satu
pihak.
Persaingan ini dapat terjadi jika terjadi ledakan populasi, sehingga
hewan-hewan berdesakan di suatu tempat tertentu. Hubungan kompetitif ini
antara satu hewan dengan yang lainnya dapat berkembang menjadi pemisahan
kegiatan hidup. (partitision). Dalam hal ini hewan tertentu akan mengadakan
spesialisasi dalam hal jenis makanan atau dalam metode mencari tempat dan
makanan. Oleh karena itu respon hewan akan berbeda setiap jenisnya, begitu
juga dengan preferensi dan prevalensi hewan tersebut.
B. Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan untuk:
a. Untuk melihat peran ekologis hewan terhadap respon yang diberikan
rantai makanan dan melihat peran intra dan interspesifik hewan pada
habitatnya
b. Melihat preferensi hewan pada skala laboratorium
c. Mengetahun prevalensi hewan
15
D. Cara Kerja
1. Preferensi
Kesukaan hewan terhadap pakannya sangat tergantung kepada jenis dan
jumlah pakan yang tersedia. Bila jumlah pakan yang tersedia tidak sebanding
dengan jumlah yang dibutuhkan, perpindahan kesukaan terhadap jenis pakan
dapat terjadi. Kesukaan (preferensi) umumnya merupakan spesifik dari jenis,
tetapi dapat berubah oleh pengalaman. Perpindahan dari satu pakan ke pakan
lain berdasarkan pengalaman sebelumnya disebut dengan “switching”.
Peristiwa ini terjadi dalam populasi bukanlah perpindahan yang bersifat
berangsur-angsur, melainkan perpindahan spesifik akibat ketidakseimbangan
pakan.
Cara kerja:
Koleksilah ulat api pada hewan kelapa sawit. Beri makan daun kelapa sawit
untuk aklimatisasi hewan sebelum percobaan minimal 10 ekor. kemudian
laparkan selama kurang lebih 24 jam. Lakukan juga pengkoleksian beberapa
daun hewan Solanaceae. Berilah alas pada cawan petri dengan kertas saring
yang telah ditetesi dengan 2-3 ml air (kertas saring dalam keadaan lembab).
Kemudian masukkan beberapa daun hewan Solanaceae yang ukurannya
masing-masing sama pada beberapa tempat dalam cawan petri dan ulat yang
telah dilaparkan.
Amatilah selama kurang lebih 30 menit meliputi:
1. Berapa lama waktu yang diperlukan ulat untuk menemukan pakannya?
2. Daun mana yang lebih dulu dimakan serta paling banyak dimakan?
3. Berapa lama seekor kumbang memakan sesuatu jenis pakan?
4. Apakah terjadi switching?
Dimana:
EF efisiensi ekologis
Pn: jumlah makanan yang dimakan
Pn-1: jumlah makanan yang tersimpan dalam trofik.
17
ACARA:4
ADAPTASI HEWAN PERAIRAN PADA EKOSISTEM SUNGAI
PADA BERBAGAI FAKTOR FISIK LINGKUNGAN
A. Pendahuluan
Hewan-hewan di lingkungan perairan akan berbeda dengan hewan di
lingkungan daratan. Hal ini akan berkaitan dengan transformasi energi di
lingkungan perairan. Selain itu hewan-hewan air dapat juga dijadikan sebagai
parameter perairan.
Dalam ekosistem peraian komunitas dapat dipadang sebagai persediaan
energi bagi kehidupan di eksosistem tersebut. Energi yang masuk tergantung
dari cahaya yang masuk kedalam perairan, sehingga ada daerah fotik dan
afotik. Untuk itu adanya ledakan populasi di perairan dapat dipengaruhi oleh
aliran energi. Melihat bagaimana terjadinya aliran energi dapat diukur
berdasarkan daya tembus pandang cahaya dan jumlah organisme yang di
dapat.
B. Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan untuk:
1. Melihat perbedaan faktor-faktor fisik yang mempengaruhi kehidupan di
sungai
2. Melihat adaptasi hewan air terhadap perubahan faktor-faktor fisik dan
kemis
3. Mengetahui aktivitas metamorfhosis katak dan ikan pada air
kolam/sungai
C. Alat dan Bahan
Alat : pH meter, salinometer, termometer, piring secci, tali, meteran, botol
sampel, Akuarium 40x40 cm (9 kotak), garam, es batu
Bahan : ikan mujair/ikan mas, kerang2, katak dan berudu.
D. Cara Kerja
1. Lapangan
18
E. Hasil
Tabel pengamatan faktor Fisik Air sungai
Sungai
No Indikator Ket
Sta 1 Sta 2 Sta 3
1 Kuat arus
2 Kekeruhan
3 Kadar Garam
4 Suhu air
5 pH air
6 Warna air
7 BOD/DO
.......
19
Kondisi Air
No Jenis Ikan Ket
Gara
Biasa Dingin
m
1 Ikan ....
2 Ikan.....
3 Ikan.....
F. Analisis data
a. Hitung kelimpahan dan Jenis
a. Kelimpahan suatu spesies A
Jumlah Individu Suatu Spesies
(K) =
Jumlah unit perangkap
b. Kelimpahan Relatif
Jumlah Individu suatu Jenis
(KR) = x100%
Jumlah Individu seluruh Jenis
c. Frekuensi Relatif
Jumlah perangkap suatu Spesies ditemukan
(FR) = x 100%
Jumlah seluruh perangkap
d. Indeks Diversitas (H')
S
H' = − pi ln pi
i =1
Keterangan :
H'= indeks diversitas
S = jumlah jenis
Jumlah individu suatu jenis
Pi=
Jumlah individu seluruh jenis
b. Kecepatan arus
V= s/t (V= kecepatan; s= jarak dan t= waktu)
20
ACARA:5
PENYEBARAN HEWAN (EKOLOGI HEWAN TANAH)
A. Pendahuluan
Hewan-hewan tersebar di muka bumi, mulai dari kutub utara sampai
kutub selatan. Perpindahan hewan secara aktif ada yang berlangsung melalui
proses dispersal dan ada yang melalui migrasi.
Pola perpindahan dan penyebaran hewan yang hidup disuatu habitat
terpencar dengan pola tertentu yang berbeda antara populasi yang satu dengan
jenis lainnya. Pola penyebaran hewan tersebut bentuknya ada tiga macam
yaitu acak (random), teratur dan kelompok.
B. TUJUAN:
Praktikum ini bertujuan untuk
1. untuk mengetahui struktur dan komunitas hewan tanah
2. untuk mengetahui pola kehidupan hewan tanah
3. untuk melihat distribusi beberapa hewan tanah
4. untuk melihat peran hewan tanah dalam kehidupan
5. mengetahui model dispersal
D. Cara Kerja
C.1. Distribusi Hewan
- Tentukan 3 daerah yaitu kebun sawit, kebun karet dan hutan biasa dengan
luas daerah masing 50 x 50 m. Setiap 5 meter di pasang 1 perangkap.
- Peragkap dipasang selama 1x24jam, kemudian serangga di koleksi dan
dihitung
21
E. Pengolahan data
Tabel 2. Data Pengamatan Penyebaran Hewan tanah pada tiga lokasi
Faktor Fisik
F. Analisis data
Pola penyebaran populasi dengan Indeks Morisita dapat dicari dengan
menggunakan rumus berikut ini:
Id = n
X2 −N
N ( N − 1)
Keterangan:
n = Jumlah Plot
N = Jumlah total Individu Seluruh Plot
ΣX2 = Kuadrat Jumlah individu per Plot
Jika dari hasil perhitungan di atas didapatkan hasil seperti berikut;
Id = 1, maka distribusinya adalah random/acak
Id < 1, maka distribusinya adalah seragam/uniform
Id > 1, maka distribusinya adalah mengelompok/ clumped
23
ACARA: 6
DINAMIKA POPULASI HEWAN
(KURVA LULUS HIDUP KUMBANG BERAS)
A. Pendahuluan
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Dalam
penyebarannya individu-individu tersebut dapat berada dalam kelompok-
kelompok, dan kelompok tersebut terpisah dari organisme satu dengan
lainnya. Pemisahan ini dapat disebabkan oleh kondisi geografis atau kondisi
cuaca dan lain-lain.
Populasi dapat tersebar secara merata atau tidak merata, hal ini
tergantung dari kepadatan, pertumbuhan populasi pada sautu daerah.
Pertumbuhan suatu populasi dapat dilihat dari dinamikanya dalam suatu
komunitas. Pertumbuhan populasi adalah kemampuan populasi untuk
meningkat jumlah individunya yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti angka kelahiran.
Model-model perkembangan populasi yang realistik yaitu dibuat
berdasarkan keadaan populasi yang sebenarnya serta perlu diamati per-
kembangan populasi tersebut dengan mengumpul- kan data kerapatan
populasi atau jumlah individu (N) dalam populasi untuk waktu (t) tertentu.
Pengamatan demikian akan mencakup berbagai umur yang dibagi dalam
selang waktu tertentu. Hasil pengamatan dicatat dalam sebuah tabel yang
dalam kajian dinamika populasi disebut neraca kehidupan atau tabel hidup
(life table). Tabel hidup bermanfaat mengkalkulasi berbagai aspek statistik
yang merupakan informasi populasi seperti kelahiran (natalitas), kematian
(mortalitas), dan peluang untuk hidup/berkembang biak (survivalship)
diturunkan dari data tersebut dapatlah dilakukan aproksimasi untuk berbagai
parameter perilaku perkembangan populasi (Odum, 1971; Agus, 1977;
Anonim, 1982; Schoonhoven, et.al., 1998; Surtikanti, 2004).
Pearl, (1928) dalam Price (1975) memperkenalkan tabel hidup di bidang
ekologi tahun 1928, yaitu merupakan ringkasan kematian bagi anggota-
anggota populasi. Di dalam bidang ekologi, dengan cara penyajian dan analisa
tertentu, tabel hidup dapat menggambarkan sifat populasi yang lebih dalam,
sehingga akan menyajikan parameter- parameter populasi yaitu laju kelahiran
24
B. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk:
1. untuk mengetahui cara penghitungan populasi dan Dinamika populasi
kumbang beras
2. mengetahui laju pertumbuhan populasi kumbang beras pada berbagai
makanan.
3. Mengetahui jenis makanan mana saja kemampuan hidupnya tinggi
D. Cara Kerja
1) Susunlah gelas cup sebanyak 3 baris (3A, 3B, 3C = total 9 gelas)
seperti gambar berikut:
A B C
E. Hasil/pengolahan data
Tabel Pengamatan
Usia Mx qx Px dx lx Lx Tx ex ex + x
Pengam
atan (X)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Catatan:
Kolom dalam tabel kematian lengkap :
• Umur tepat X (kolom 1) : berarti anggota kohor yg dimaksud telah
menjalani hidup selama tepat X tahun.
dX 2 . Mx
qX = atau qx =
lX 2 + Mx
PX = = 1- = 1 - qX
lX lX
• LX (kolom 7) : tahun hidup orang yang dijalani antara umur tepat X dan
X+1.
Khusus untuk umur <1 th biasanya menggunakan rumus :
0L1 = 0,3 l0 + 0,7 l1
• TX (kolom 8) : total tahun hidup orang setelah umur tepat X tahun sampai
semua anggota kohor meninggal.
w
TX = LX
X
1
CDR = CBR =
e0
F. Analisis Data
Hitung analisis kurva life table dengan anova dan biat grafiknya, dokumentasi
foto dan video
27
ACARA: 7
KOMPOSISI DAN STRUKTUR KOMUNITAS HEWAN
a. Dasar Teori
Suatu ekosistem tersusun atas komponen biotik dan abiotic yang saling
beriteraksi, ekosistem juga memiliki fungsi yang terkait dengan siklus
energy dan materi, regulasi dan kebernetik. keanekaragaman dalam ruang
dan waktu organisme dalam sutu ekosistem berubah dinamis. Kondisi
lingkungan yang berbeda memiliki daya dukung dan kendala bagi
pertumbuhan populasi dan komunitas organisme di dalamnya.
Keanekaragaman cenderung akan rendah pada ekosistem yang
secara fisik terkendali (dibatasi oleh factor lingkungan abiotic) atau
mendapatkan tekanan limgkungan. Dan akan cenderung tinggi pada
ekosistem yang di batasi, atau aleh factor biotik.
Keanekaraman banyak dipakai untuk mengindikasikan kondisi
lingkungan suatu ekosistem. Oidentic dum (1971) menyatakan bahwa
keanekaragaman identik dengan kesetabilan suatu ekosistem, yaitu jika
keanekaragaman suatu ekosistem relative tinggi maka kondisi ekositem
tersebut cnderung stabil.
b. Tujuan Praktikum
Setelah kegiatan praktikum ini, diharapkan :
1) Mahasiswa dapat menemukan adanya keanekaragaman tingkat
komunitas dalam suatu ekosistem.
2) Mahasiswa dapat menghitung kepadatan,domainsi dan
keanekaragaman pada suatu lingkungan
d. CARA KERJA:
1. Cari beberapa area di dekat kebun, sawah, suangai yang kondisinya
berbeda (kering, lembab dan lain-lain)
28
Plot
ke…
F. Analisis Data
a. Kelimpahan
b. indeks keanekaragaman
c. indek kemerataan
d. indek dominansi
e. nilai penting
29
ACARA PRAKTIKUM 8
KOLEKSI HERBARIUM EKOLOGI HEWAN
a. Pendahuluan
Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan
spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru.
Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit di temukan di alam.
Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau kering. untuk
awetan kering, hewan diawetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan
untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-
organ dalamnya. awetan basah, baik untuk hewan maupun tumbuhan
biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan
formalin 4%.
Awetan yang telah dibuat kemudian dimasukkan dalam daftar
inventaris koleksi. pencatatan dilakukan kedalam field book/collector
book. sedangkan pada herbarium keterangan tentang tumbuhan
dicantumkan dalam etiket. dalam herbarium ada dua macam etiket,
yaitu etiket gantung yang berisi tentang; nomer koleksi, inisial nama
kolektor, tanggal pengambilan spesimen dan daeran tingkat II tempat
pengambilan (untuk bagian depan) dan nama ilmian spesimen (untuk
bagian belakang).
Pada etiket tempel yang harus dicantumkan antara lain;
1) kepala surat) sebagi pengenal indentitas kolektor/lembaga
yang menaungi,
2) nomer koleksi,
3) tanggal ambil,
4) Taksa: familia, genus, spesies, Nom. Indig (nama lokal),
5) tanggal menempel, (determinasi)nama orang yang
mengidentifikasi spesimen itu, (insula) pulau tempat
mengambil,
6) ketinggian tempat pengambilan dari permukaan air laut,
7) Kabupaten tempat pengambilan, dan (annotatione) deskripsi
spesimen tersebut.
30
B. TUJUAN
Diharapkan hasil kegiatan ini mahasiswa mampu membuat spesimen hewan
berdasarkan karakteristik morfologi dalam kegiatan konservasi sederhana.
C. Metode kerja
1. Awetan Hewan Avertebrata
Ada tiga langkah pokok pada pembuatan preparat hewan, yakni : 1)
mematikan objek, 2) Fiksasi, 3) Pengawetan. Untuk mematikan, hewan
dimasukkan ke botol pembunuh. Untuk hewan yang bergerak kuat perlu
dilakukan anestesi dahulu. Ada banyak macam larutan anestesi, Contoh,
magnesium chloride (MgCl2), eter (untuk membius) atau alkohol. Fiksasi
dimaksudkan untuk menstabilkan protein jaringan. Larutan fiksasi juga
bermacam-macam, di antaranya formalin (formaldehyde), larutan Viets,
larutan Bouin.
Cara membuat larutan fiksatif
1. Larutan Viets : campurkan alcohol 80% (6 bagian), dengan gliserin (11
bagian) danasam asetat glacial (3 bagian)
2. Larutan Bouin : Asam asetat glasial (5 ml) ditambah dengan formalin 40 %
(25 ml dan asam pikrat jenuh (75 ml).
Pengawetan merupakan tindak lanjut setelah proses fiksasi, agar objek
menjadi awet, tidak rusak jaringannya, tidak terjadi otolisis sel, dan terhindar
dari serangan bakteri dan jamur. Bahan pengawet yang mudah adalah formalin
(5 – 10 %), alcohol 70 %. Untuk menghindari kerusakan jaringan, fiksasi
dilakukan bertahap. Objek tidak langsung direndam dalam alkohol 70 %,
tetapi mulai dari kadar yang rendah (30 %).
Langkah-langkah :
1. Masukkan objek hewan yang telah diberi etiket gantung ke dalam botol
2. Aturlah posisinya dengan melekatkannya pada potongan kaca
3. Tutuplah dengan tutup yang rapat, dan berilah etiket pada botolnya.
4. Simpan pada tempat yang aman.
Beberapa larutan awetan basah
1. Pengawet umum :
a. Formalin 40 % : air = 1 : 10 ( formalin 4 % )
b. Formalin 40 % 6 bagian Asam asetat 40 %,
1 bagian Alkohol 95 %, 20 bagian Akuades 40 bagian
2. Pengawet Insekta :
a. Formalin 40 %, 40 bagian
31
ACARA 9:
PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
PRENEURSHIP BIOPLASTIK
A. Pendahuluan
Bioplastik adalah bentuk awetan kering mahluk hidup yang berada
dalam plastic sehingga tidak akan rusak dalam waktu ratusan tahun. Untuk
membuat awetan dalam bentuk ini diperlukan ketelitian dan kehati-hatian
yang cukup, namun pembuatanya sangat mudah dan memerlukan waktu yang
tidak lama. Bioplastik dapat dibuat dalam berbagai macam bentuk sesuai
keinginan dan pembuatan alat cetaknya. Selain sebagai alat untuk penelitian
dan koleksi, bioplastik ini juga dapat digunakan / dibuat dalam bentuk hiasan
seperti pegangan kunci dll. Pada umumnya mahluk hidup yang di awetkan
dalam bentuk ini adalah berbagai macam serangga, bunga dan berbagai bentuk
daun tumbuhan , karena walaupun sudah tersimpan cukup lama, tumbuhan /
bunga tersebut tidak akan layu dan masih nampak segar serta tidak akan rusak
kecuali bila dipecah.
B. Tujuan
Setelah praktikum ini mahasiswa mampu menjadi kolektor ekologi hewan
dan mampu menjadi preneurship ekowan bioplastik
ACARA 10
MINI RISET
A. Pendahuluan
Kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu melaporkan hasil
penelitian kecilnya dalam bidang kajian ekologi hewan.
Kemampuan riset ini diharapkan dapat menunjang penelitian
akhir skripsi mahasiswa. Langkah yang ditetapkan
menggunakan metode ilmiah dalam penelitian biologi.
B. Tujuan
Setelah praktikum dapat membuat dan presentasi hasil riset
mini sebagai produk karya tulis mahasiswa
C. Alat dan Bahan
Silahkan mahasiswa menentukan alat dan bahannya sesuai
dengan tema riset yang dikaji dalam bidang ekologi hewan
D. Hasil
Penelitian kecil ini dilaksanakan selama praktikum berjalan
dan dibuat dalam bentuk artikel ilmiah (maksimal 15 halaman)
38
Laporan Praktikum
Judul:………..
Oleh:
Kelompok: I
1. Ari Koemiran
2. Siti KDI
3. ........
Pembimbing: Irham Falahudin, M.Si
Prodi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Raden Fatah Palembang
2020
DAFTAR PUSTAKA
Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. 4rd ed. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.