PLP Sarumaha1
PLP Sarumaha1
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Laporan Praktek Lapangan Pastoral (PLP) ini telah disetujui dan disahkan di depan
penguji pada:
Diketahui/disahkan Oleh:
Mengesahkan:
Ketua Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Dian Mandala Gunungsitoli
Keuskupan Sibolga,
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya yang
berlimpah kepada praktikan sehingga PLP dan penulisan laporan PLP dapat terlaksana dengan
baik. Meskipun banyak mengalami suka atau tantangan baik dalam pelaksanaan maupun dalam
penulisan laporan PLP. Praktikan menyadari bahwa selama menjalankan tugas perutusan ini,
masih banyak kekurangan dan kelemahan mulai dari persiapan diri, kemampuan berpikir, dan
bertindak terlebih dalam menyelesaikan tugas. Meskipun demikian, praktikan bersyukur karena
selama ini praktikan tidak merasa sendirian dalam melaksanakan tugas PLP tersebut. Maka
1. Dominikus Doni Ola, S.Ag, M. Th, sebagai ketua Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Dian
Mandala Gunungsitoli juga yang telah memberikan kesempatan kepada praktikan untuk
melaksanakan PLP.
3. P. Mikael Runggu Sitanggang, Pr, sebagai pastor paroki ditempat PLP yang telah
4. Hadamean Tumanggor, S.Ag, sebagai sekretaris paroki di tempat PLP yang telah
1) Sitepanus Zebua, S.Ag., M.M, sebagai dosen pengampu mata kuliah, yang sudah
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan laporan ini.
Akhir kata praktikan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung praktikan
dalam pelaksanaan PLP dan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Andrius Sarumaha
v
DAFTAR ISI
MOTTO...........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2. Letak Geografis Tempat Praktek Lapangan Pastoral (PLP)..................................................2
BAB II GAMBARAN DEMOGRAFIS..........................................................................................5
2.1. Gambaran Demografis Umat..................................................................................................5
2.1.1. Jumlah Umat........................................................................................................................5
2.1.2. Pendidikan...........................................................................................................................6
2.1.3. Ekonomi...............................................................................................................................6
2.1.4. Sosial/Budaya......................................................................................................................7
2.1.5. Hidup Keagamaan................................................................................................................8
BAB III GAMBARAN KEGIATAN SELAMA MENJALANKAN PRAKTEK LAPANGAN
PASTORAL (PLP)..............................................................................................................10
3.1. Proses Pelaksanaan 7 Teknik Pastoral..................................................................................11
3.1.1. Orientasi Pastoral...............................................................................................................11
3.1.2. Tujuh Teknik Pastoral........................................................................................................12
3.1.2.1. Legitimasi........................................................................................................................12
3.1.2.2. Perkenalan Pastoral..........................................................................................................13
3.1.2.3. Inventarisasi Pastoral dan Sakramental...........................................................................15
3.1.2.4. Bimbingan Pastoral..........................................................................................................15
3.1.2.5. Musyawarah Pastoral.......................................................................................................16
3.1.2.6. Pelaksanaan Kegiatan Pastoral........................................................................................17
3.1.2.7. Evaluasi Program Pastoral...............................................................................................18
3.1.3. Kegiatan Liturgi.................................................................................................................19
3.1.4. Kegiatan Katekese.............................................................................................................20
3.1.5. Kegiatan-kegiatan Pastoral................................................................................................21
3.1.5.1. Kegiatan KBG di Paroki/Stasi.........................................................................................21
3.1.5.2. Kegiatan Lainnya.............................................................................................................22
vi
BAB IV REFLEKSI......................................................................................................................24
BAB V PENUTUP........................................................................................................................27
5.1. Kesimpulan............................................................................................................................27
5.2. Usul dan Saran......................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................30
LAMPIRAN.....................................................................................................................................1
1
BAB I
PENDAHULUAN
Praktek Lapangan Pastoral adalah bagian yang integral dari seluruh proses perkuliahan
dan tawaran seluruh SKS yang tertuang dari kurikulum Sekolah Tinggi Pastoral. Dalam Praktek
pastoral tertentu oleh lembaga pengutusnya, untuk menjalankan tugas dalam menghidupkan
persekutuan hidup beriman umat baik ditingkat paroki, stasi/lingkungan atau kelompok-
kelompok kategorial umat lainnya yang berdasarkan pada semangat Injil melalui karya-karya
Pastoral Dian Mandala setelah menyelesaikan semester V (lima) dengan beberapa persyaratan
lainnya sebagai berikut: sudah lulus pada Week End Pastoral, telah mengikuti kegiatan pelatihan
1
Stepanus Jebua, Buku Pedoman Praktek Lapangan Pastoral
2
I.2. Letak Geografis Tempat Praktek Lapangan Pastoral (PLP)
Pengenalan akan wilayah keberadaan praktikan merupakan bagian dari proses berpastoral
dari serangkaian kegiatan Praktek Lapangan Pastoral (PLP). Hal ini menunjukkan bahwa
tidaklah cukup praktikan mengenal dan memahami hanya satu aspek saja melainkan beberapa
aspek, diantaranya aspek geografis. Letak geografis ialah unsur yang melukiskan keadaan bumi
yang terkait dengan unsur gambaran fenomena dan letak wilayah yang hendak
ke paroki atau stasi yang bukan merupakan paroki atau stasi asal dari mahasiswa atau mahasiswi.
praktikan melaksanakan PLP di wilayah Paroki Santo Hilarius Tarutung Bolak. Paroki
tersebut termasuk salah satu dari delapan paroki yang berada di Dekanat Tapanuli. Paroki ini
terletak di daratan Tapanuli, di luar Pulau Nias. Jarak antara Kampus STP Dian Mandala
Gunungsitoli dengan Kota Sibolga adalah ± 140 KM. Ini artinya praktikan menempuh perjalanan
yang cukup lama, yakni membutuhkan waktu sekitar 10 jam dengan mengendarai kapal laut.
praktikan berangkat dari Nias menuju Sibolga pada 19 Januari 2022. Praktikan tiba di Sibolga
pada 20 Januari dan singgah di Yohaneum. Pada hari yang sama praktikan melakukan pertemuan
perdana dengan dosen pembimbing, P. Sergius Lay,OFMCap untuk membicarakan beberapa hal
2
Amir Khosim, Kun Marlina Lubis, Geografi ([tanpa kota terbit]: Grasindo, 2006), hlm. 3.
3
I.2.1. Peta Tempat Praktek Lapangan Pastoral
Sibolga menuju Paroki Santo Hilarius Tarutung Bolak dijemput oleh Pastor Donatus Tarihoran,
Pr dalam kurun waktu hampir 1 jam. Perjalanan ini termasuk perjalanan yang tidak terlalu jauh
karena jalannya cukup bagus dan jarak yang ditempuh sekitar28 km, dengan melewati Jl. Lintas
Barat Sumatera. Setelah praktikan tiba di Tarutung Bolak, praktikan langsung menuju pastoran
menemui Pastor Mikael Runggu Sitanggang, Pr, sebagai pastor paroki dan Pastor Anriadi
Tinambunan, Pr. sebagai pastor vikaris parokial untuk menyampaikan maksud kedatangan
praktikan. Praktikan disambut dengan hangat dan diberi kesempatan untuk melaksanakan PLP
selama ± 6 bulan.
Praktikan melaksanakan praktek di wilayah Paroki kemudian berkarya di stasi St. Klemens
Buluhukum tiga minggu lamanya. Wilayah Paroki atau Gereja Keluarga Kudus Tarutung Bolak
berada disebelah kiri kalau dari Sibolga. Dari samping jalan ke Gereja atau kepastoran sekitar
4
+20M, sepanjang Gang menuju kedalam kiri kanannya rumah umat dan lebih banyak umat
Protestan. Lalu Halaman Paroki di depan Gereja, disamping kanan TK lalu Aula Paroki,
disamping kiri bangunan baru, dan di belakangnya pastoran serta kantor sekretariat. Maka di
Sedangkan Stasi Santo Klemens Buluhukum berada di pedalaman yang kurg si jangkau
oleh kendaraan. Jarak dari paroki 30 menit sampai di kmapung aek badan dengan naik sepeda
motor, lalu di lanjutkan dengan jalan kaki 1 setengah jam menuju stasi binaan praktikan.
5
BAB II
GAMBARAN DEMOGRAFIS
kehidupan umat di stasi tersebut baik dalam pendidikan, ekonomi, sosial, budaya dan hidup
keagamaan mereka. Maka dalam hal ini ada beberapa gambaran demografis umat, yaitu:
Adapun jumlah umat di tempat Praktek Lapangan Pastoral, selama di paroki sesuai
pendataan praktikan umat di stasi Keluarga Kudus Tarutung Bolak berjumlah 140 Kepala
Keluarga (KK) dengan terdiri 6 KBG. Di stasi tersebut lebih banyak yang sudah berkeluarga,
sedangkan anak muda (OMK) sangat minim karena kebanyakan perantauan dan sekolah diluar
daerah.
Sedangkan situasi umat di stasi Santo Klemens Buluhukum binaan praktikan yang kedua
selama tiga minggu. Sesuai pendataan praktikan umat tersebut berjumlah 20 kepala keluarga
(KK), kurang lebih 70 jiwa. Situasi stasi tersebut umat lebih banyak yang keluarga baru atau
baru menikah serta orang tua yang lansia. Sedangkan OMK lebih sedikit karena mereka
II.1.2. Pendidikan
Selama praktikan menjalankan PLP jenjang pendidikan yang ditempuh umat di stasi
Keluarga Kudus Tarutung Bolak, yaitu tidak sekolah, SD, SMP, SMA dan S1. Akan tetapi
pendidikan umat di stasi tersebut paling banyak tingkat SD, S1 dengan tingkat SMA, lalu yang
paling sedikit tingkat SMP dan yang lebih dominan lagi, yaitu yang tidak sekolah.3.
praktek tiga minggu lamanya. Jenjang pendidikan umat yang ditempuh distasi tersebut tidak
sekolah, SD, SMP, SMA dan S1. Maka dari itu pendidikan yang diperoleh lebih banyak yang
tidak sekolah, SD dan SMP. Dan yang paling sedikit kurang lebih dua atau empat orang tingkat
3
Hasil Pengamatan praktikan di Stasi Keluarga Kudus Tarutung Bolak pada 25 Februari 2022
4
Hasil Pengamatan praktikan di Stasi Klemen Buluhukum pada 20 Maret 2022
7
II.1.3. Ekonomi
Mengenai keadaan ekonomi umat tempat praktikan PLP di Stasi Keluarga Kudus
Tarutung Bolak mereka tingkat perekonomian menengah atas. Mereka berada dekat kecamatan,
rata-rata pekerjaan merek bisnis ada juga sebagai PNS, dokter, dan lebih banyak profesi sebagai
guru. Praktikan dapat menilai hal ini terbukti dalam kolekte KBG setiap malam kumpulannya
dapat dua ratus lima puluh, padahal jumlah mereka hanya delapan belas orang yang hadir dalam
KBG.
minim, mereka rata-rata pekerjaan petani sawit, kebanyakan mereka bekerja di lahan orang,
semua tidak ada yang membedakan anak di bawah umur/pelajar sudah bekerja. Sejauh
pengamatan saya pendapatan mereka dalam sebulan ±1.50000. sedangkan pengeluaran mereka
dalam seminggu lebih dari itu karena daerah itu daerah terpencil yang belum masuk jaringan,
listrik dan jalan aspal masih belum, mereka wajib jalan kaki. Pendapatan mereka ini dapat
terbukti dalam kolekte umat setiap hari Minggu paling besar lima ribu, yang lainnya semua rata-
II.1.4. Sosial/Budaya
Menurut pengamatan praktikan hidup sosial/budaya umat di Stasi St. Keluarga Kudus
Tarutung Bolak cukup bagus terutama dalam sosial, mereka saling kerja sama gotong royong,
memberi diri, memberi waktu setiap ada kegiatan-kegiatan lingkungan, ini nampak kepada
praktikan ketika adap pembangunan pastoran baru, dan disitu umat sangat berpartisipasi sekali
untuk bekerja dalam pembangunan pastoran itu mulai dari dasar penggalian pondasi sampai ke
tahap berikutnya dan praktikan juga ikut dalam kegiatan sosial mereka ini. Adapun dalam segi
budaya, selama praktikan praktek Lapangan Pastoral, Budaya Batak yang saat ini masih kental
5
Hasil Pengamatan praktikan di Stasi Klemen Buluhukum pada 20 Maret 2022
8
sama mereka yaitu ketika tamu datang kerumah lalu mereka mengajak makan bersama dengan
istilah Mangan Maradat, maka semua anggota rumah itu harus ikut makan bersama dengan
duduk bersama di lantai tanpa ada perbedaan. Ini nampak kepada praktikan setiap kunjungan
stasi bersama pastor kebetulan diajak makan bersama, dan semua stasi yang saya kunjungi
mengalami hal yang sama. Masih ada lagi seperti Tarian Tor-tor, tugu makam, sejauh
pengamatan dan pengalaman yang praktikan alami disana, juga pengakuan para umat disitu
budaya inilah yang masih dijunjung tinggi hingga sampai saat ini.
Sedangkan stasi santo Klemens Buluhukum, umat disitu mayoritas orang Nias, selama
praktikan tiga minggu disana, sosial mereka sangat baik, mereka kerja sama yang baik, mereka
ikut musyawarah meskipun pemimpin mereka orang batak, ikut gotong-royong untuk timbun
jalan yang rusak dan disitu praktikan juga ikut bersama mereka. Sedangkan budaya mereka
Menurut pengamatan praktikan hidup religius di Stasi Keluarga Kudus Tarutung Bolak,
bisa dikatakan mereka sanggat kreatif dan aktif dalam keterlibatan sebagai petugas liturgi,
latihan vocal grup, pendalaman iman Asipa/syering Injil tujuh langkah yang dilakukan dalam
waktu sekali seminggu. Kemudian ketika mereka petugas hari minggu maka setiap hari sabtu
mereka mengadakan latihan di gereja sekaligus pembersihkan Gereja. Di Stasi itu mereka ada
rasa kepedulian baik antara sesama maupun dalam Gereja. menurut pengamatan praktikan juga
OMK di stasi Keluarga Kudus Tarutung Bolak sangat memberi hati dalam tugas-tugas Gereja.6
kurangnya aktif dalam hidup menggereja. Sejauh pengamatan praktikan selama tiga minggu
mereka sangat kurang aktif dalam ibadat lingkungan maupun dalam gereja setiap hari minggu.
6
Hasil Pengamatan Praktikan di Stasi Keluarga Kudus Tarutung Bolak Pada 15 April 2022
9
Ini nampak kepada praktikan ketika mengikuti doa lingkungan karena mereka terdiri dua KBG.
Kebetulan malam itu praktikan ikut bersama mereka di KBG I. Sampai jam sembilan malam
hanya satu dua orang yang datang, sedangkan petugas yang sudah mereka pilih pun tidak hadir,
sehingga praktikan lah yang memimpin ibadat itu. Begitu pula pada ibadat hari minggu umat di
Stasi tersebut kurang berpartisipasi dalam kegiatan Gereja, jangan memberi diri untuk kegiatan
BAB III
Selama berpastoral di Stasi Keluarga kudus Tarutung Bolak, praktikan dianggap umat
sudah serba-bisa. Kegiatan selama berpastoral ialah menjadi petugas dalam ibadat pagi dalam hal
sebagai bacaan, pembawa lagu, misdinar, serta koster dalam mempersiapkan alat-alat misa,
kegiatan ini berganti-gantian bersama teman PLP. Ini berlangsung setiap misa pagi selam enam
bulan lamanya kami disitu. Lalu mempersiapkan katekese dalam pengajaran komuni pertama
dan Sakramen Krisma, mejadi fasilitator sekaligus pemberi materi untuk memimpin rekoleksi
kepada calon komuni pertama. Kemudian memimpin Sekami sebelum ke stasi, serta kunjungan
KBG.
Praktikan juga berkarya di Stasi santo Klemens Buluhukum selama tiga minggu disana.
Di masa Prapaskah praktikan juga melatih ibadat jalan salib, karena menurut pengamatan
praktikan selama ini tidak pernah diadakan jalan salib distasi. Dalam perayaan Paskah praktikan
dipercayakan untuk mengambil bagian dalam bidang liturgi, begitu juga dipercayakan untuk
programkan sangat didukung penuh oleh ketua stasi, pengurus Gereja lainnya dan juga umat
disana. Praktikan juga tidak hanya berdiam di Stasi binaan, tetapi sesekali praktikan berkunjung
di gereja Katolik yang lain misalnya hari minggu jam 08:00 pagi di Stasi Santa Klara Rawa
Kolang Trans mengambil bagian mengajari anak calon komuni pertama, di hari yang sama tapi
11
jam berbeda sekitar jam 04:00 sore di Stasi Aek Badan sama juga mengajari calon anak komuni
pertama. Syukur kepada Tuhan semua program dan kegiatan ini di dukung dan di semangati oleh
ketua Stasi.
Selain tugas pewartaan dan pelayanan, praktikan juga diberi tugas untuk mengerjakan
orientasi pastoral dan tujuh teknik pastoral sebagai bentuk laporan akan tempat atau sasaran
program saat melaksanakan PLP. Adapun pelaksanaan orientasi pastoral dan tujuh teknik
III.1.1.Orientasi Pastoral
Orientasi pastoral terdiri dari legitimasi pastoral, subjek legitimasi, dan hasil legitimasi.
Seseorang yang hendak melaksanakan tugas apapun di tempat lain sangatlah etis apabila
seseorang melaksanakan legitimasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, legitimasi diberi
pengertian “surat pengesahan.” Legitimasi tidak hanya terbatas pada pengenalan subyek
legitimasi tetapi yang hendak dicapai adalah bagaimana ia mendapatkan persetujuan secara resmi
bahwa akan diberi kesempatan atau tidak diberi kesempatan berkarya pastoral. 7
Legitimasi
adalah surat keterangan yang mengesahkan atau membenarkan seseorang pemegang surat adalah
Untuk menjadi seorang petugas pastoral haruslah melewati pintu utama agar bisa masuk
unit kerja yang diharapkan. Dalam hal ini, praktikan melaksanakan legitimasi pastoral untuk
7
Buku Pedoman Praktek Lapangan Pastoral, hlm. 11-12.
8
W.J.S. Poerwardawiryana, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 578
12
Tujuh teknik pastoral bertujuan untuk memahami persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
umat dalam persekutuan hidup Kristiani secara lebih khusus yang berhubungan dengan
kehidupan beriman mereka. Melalui tujuh teknik pastoral, praktikan dan umat mampu
memahami dengan seksama hal-hal yang dihadapi oleh umat serta menemukan masalah-masalah
dan pemenuhan kebutuhan secara rohani. Tidak hanya kebutuhan dan masalah diselesaikan dan
dipenuhi, tetapi berbagai potensi yang dimiliki oleh umat juga perlu dikembangkan. Artinya
bahwa umat berpartisipasi secara aktif di dalamnya.9 Tujuh teknik pastoral terdiri dari:
III.1.2.1. Legitimasi10
Legitimasi pastoral merupakan langkah awal yang harus ditempuh oleh praktikan
sebelum melaksanakan praktek lapangan pastoral atau sebelum terjun di tengah-tengah umat.
Oleh karena itu, ketika dosen pembimbing mengantar kami bertemu dengan pastor Paroki Santo
Hilarius Tarutung Bolak pada tanggal 20 Januari, praktikan langsung menyerahkan surat
legitimasi kepada Pastor Paroki Santo Hilarius Tarutung Bolak di sana sebagai subyek-subyek
legitimasi. Pada saat itu, pastor paroki pun menerima kehadiran kami dan memberi ijin kepada
praktikan dan rekan lainnya untuk melaksanakan PLP serta menempatkan praktikan
melaksanakan PLP. Selanjutnya, praktikan pun mengadakan legitimasi dengan pemimpin di stasi
Keluarga Kudus Tarutung Bolak, akhirnya pun, para lektor dan seluruh pengurus gereja memberi
yang melaksanakan Praktek Lapangan Pastoral(PLP) yakni ada dua sebagai berikut:
9
Buku Pedoman Praktek Lapangan Pastoral, hlm. 14-15.
10
Bukti Kegiatan legitimasi di Lampiran Halaman 1
13
harus memperkenalkan diri kepada umat setempat atau kepada salah satu unit kerja (kelompok
binaan) setelah mendapat izin dari Pastor Paroki ataupun dari para pengurus stasi, pengurus
Lingkungan dan kelompok-kelompok kategorial. Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa
perkenalan Pastoral adalah pemberitahuan diri yang artinya seseorang yang melakukan tugas
pastoral harus saling mengenal antara satu dengan yang lain. 12 Baik itu petugas pastoral kepada
umat setempat dan juga sebaliknya seperti pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang,
maksudnya dengan saling mengenal maka terjalin rasa persaudaraan antara satu dengan yang
lain. Sebagai petugas Pastoral yang baik harus mengenal kelompok binaannya dengan baik dan
benar.
Dalam menjalankan Perkenalan Pastoral ini sangat menantang praktikan karena satu
orang pun tidak ada yang praktikan kenal. Namun seiring berjalannya waktu akhirnya praktikan
pastoral guna untuk lebih mengenal mereka lebih dalam baik dari nama baptis dan nama
11
Bukti Kegiatan Perkenalan Pastoral Lihat di Lampiran Halaman 2
12
Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat BahasaEdisi IV(Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama,2008),hlm.666.
14
Tujuan dari perkenalan pastoral ini, yakni: untuk mengetahui dan mengenal kebutuhan,
masalah dan potensi umat. Sehingga dengan demikian praktikan dapat bergerak mengambil
potensi serta kemampuan yang dimiliki oleh umat, baik melalui persekutuan hidup Kristiani
maupun melalui Perkumpulan doa. Berdasarkan hal tersebut maka petugas pastoral dapat
mengambil tindakan yang baik demi perkembangan umat khususnya kepada anak sekami itu
sendiri yang didasarkan atas musyawarah pastoral. Metode perkenalan pastoral yang praktikan
laksanakan adalah:
Perkenalan Pastoral dilakukan praktikan kepada unit binaan khusus yaitu kepada
kelompok orang muda Katolik (OMK) di Stasi Keluarga Kudus Tarutung Bolak, dan Stasi Santo
Klemens Buluhukum.
Buluhukum
kegiatan atau hasil yang ingin dicapai.14Inventarisasi dalam hubungannya dengan kegiatan
pastoral adalah pencatatan keadaan umat dalam wilayah tertentu untuk usaha pemeliharaan dan
pendampingan secara intensif. Inventarisasi Pastoral adalah Pengolahan hasil inventarisasi yang
dilaksanakan oleh petugas pastoral yang meliputi: Doa Dalam Keluarga, Pelajaran Agama,
berdasarkan bimbingan dan dari status ekonomi. Sementara inventarisasi Sakramental adalah
Pengolahan hasil inventarisasi yang dilaksanakan dan di lihat oleh petugas pastoral berdasarkan
Sakramen yakni: Sakramen baptis, Sakramen Ekaristi dan Sakramen Krisma. Inventarisasi
Sakramental dan Pastoral dilakukan praktikan di Pusat Paroki Santo Hilarius Tarutung Bolak,
inventarisasi pastoral ini, praktikan bukukan dalam satu buku yaitu buku stambuk stasi.
Bimbingan artinya menuntun atau memegang tangan, maksudnya petugas pastoral itu
harus dapat menuntun seseorang ataupun kelompok binaannya ke arah yang lebih baik.16 Maka
petugas Pastoral yang sudah terjun ke lapangan dan menangani salah satu kelompok sebagai
kelompok binaan tentu telah mengetahui dengan baik apa saja masalah-masalah yang sedang
dialami oleh kelompok tersebut. Dengan berbagai macam persoalan hidup yang dialami oleh
umat tersebut maka petugas pastoral harus tanggap dan berusaha mencari jalan keluar dalam
13
Bukti Kegiatan Inventarisasi Pastoral dan Sakramental Lihat di Lampiran Halaman 3
14
Bukti Kegiatan Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar..., hlm.545
15
Bukti Kegiatan Bimbingan Pastoral Lihat di Lampiran Halaman 4
16
J.Darminta SJ,Praksis Bimbingan Rohani(Yogyakarta:Kanisius,2006),hlm.19.
16
Setelah menjalani masa PLP selama ± 6 bulan, praktikan menemani kelompok OMK
keluarga Kudus Tarutung Bolak dan juga OMK Stasi Santo Klemens Buluhukum. Praktikan
menemukan sebagian anak-anak OMK kurang terlibat aktif dalam kegiatan Gereja. Dengan
demikian, praktikan mendampingi dan membimbing anak-anak tersebut supaya lebih terlibat
aktif dalam kegiatan gereja. Cara praktikan mendampingi mereka supaya lebih aktif adalah
dengan melibatkan mereka bertugas baik dalam perayaan ekaristi pada hari minggu maupun
pada misa malam, melibatkan mereka dalam memimpin Rosario, dll. Sedangkan di stasi Santo
Klemens Buluhukum cara praktikan mendampingi mereka membuat kelompok OMK baru,
melibatkan mereka dalam petugas liturgi, ikut doa lingkungan, memimpin jalan salib, doa
rosario, akan tetapi tak lepas dari pemantauan praktikan dalam melakukan kegiatan tersebut.
setempat. Musyawarah ialah Pembahasan bersama tentang suatu hal demi kepentingan bersama
dan hasilnya dilaksanakan dan ditaati secara bersama-sama.18 Dalam musyawarah Pastoral akan
dibicarakan beberapa hal yang mengarah pada program yang akan dilaksanakan. Musyawarah
Pastoral bertujuan agar tugas-tugas yang akan dilaksanakan dapat diketahui bersama dan juga
dapat dipertanggungjawabkan secara bersama sehingga bukan saja dilaksanakan oleh petugas
pastoral saja/praktikan tetapi juga para pengurus atau penanggung jawab setempat bersama
dengan seluruh umat. Hasil musyawarah pastoral haruslah diketahui oleh petugas paroki demi
kelancaran segala tugas-tugas yang akan dilaksanakan dan dalam musyawarah tersebut
hendaknya menjadi salah satu cara untuk menjawab kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi.
17
Bukti Kegiatan Musyawarah Pastoral Lihat di Lampiran Halaman.5.
18
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar..., hlm.994
17
Selama menjalani masa PLP, praktikan beberapa kali mengikuti pertemuan pastoral yang
diadakan oleh stasi maupun paroki. Pertemuan dilaksanakan dengan berbagai topik atau agenda
yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan stasi atau paroki. Misalnya agenda pertemuan
pastoral paroki adalah pelatihan pendampingan Sekami, serta agenda pertemuan pastoral di
kelompok OMK adalah penyampaian program-program jangka pendek dan jangka panjang.
Semua hal itu disesuaikan dengan kebutuhan Gereja dan umat serta dilaksanakan dengan baik
seorang petugas pastoral harus dapat melihat jauh ke depan sebelum bertindak dengan membuat
strategi yang sesuai pada situasi yang sedang dialami. Dalam melaksanakan kegiatan atau
program, praktikan tidak terburu-buru. Semua perlu direncanakan dan disusun sedemikian rupa
dan kontekstual dengan kehidupan umat. Selain itu, program yang direncanakan terlebih dahulu
disampaikan kepada Pastor Paroki sebagai pemimpin sekaligus penanggung jawab kegiatan.
Apabila program telah disetujui oleh pastor paroki, maka praktikan dapat melaksanakannya.
Akan tetapi jika pastor paroki tidak memberi ijin, praktikan harus mencari solusi atas program
menjalankan masa PLP. Hal ini sebagai bentuk dedikasi dan pelayanan pastoral di tengah-tengah
umat.
Setiap usaha yang baik memerlukan pelaksanaan agar usaha tersebut dapat bertahan dan
berkembang. Dalam suatu rencana kerja tentu timbul berbagai macam tantangan yang dihadapi.
19
Pelaksanaan Kegiatan Pastoal Lihat di Lampiran Halaman 6.
18
Jika terjadi penurunan semangat dalam melaksanakan strategi pastoral maka petugas pastoral
ataupun para pengurus harus segera mengambil tindakan untuk mengatasinya. Pelaksanaan
program terletak pada hubungan kerja sama antara praktikan dengan umat atau pengurus
lingkungan sehingga program yang sudah dirancang tidak terkendala karena masing-masing
umat, pengurus lingkungan dan praktikan bertanggung jawab atas apa yang telah disepakati
bersama. Semua program akan berjalan dengan baik ketika seseorang menyadari tugas dan
peranannya masing-masing baik umat maupun praktikan sendiri, oleh karena itu pelaksanaan
program akan tampak pada hasil evaluasi kegiatan pastoral. Program yang telah direncanakan
dan disusun akan menjadi berarti apabila dilaksanakan atau direalisasikan. Atas izin pastor
paroki, praktikan pun menjalankan berbagai program yang telah disetujui dengan penuh
semangat dan ketulusan hati. Ada beberapa program yang dilakukan rutin sekali seminggu. Ada
juga program yang hanya diadakan sekali. Praktikan selalu berusaha untuk memberi motivasi
secara terus menerus kepada umat serta mengajak umat untuk terlibat aktif dalam segala kegiatan
gereja sehingga berbagai program ini mencapai visi pastoral praktikan yaitu mengembangkan
Evaluasi adalah suatu proses penilaian terhadap suatu kegiatan atau keaktifan yang telah
dilaksanakan, atau yang sedang dijalankan.21Dalam kegiatan evaluasi, praktikan bersama para
pengurus Gereja dan seluruh umat mencoba melihat kembali sejauh mana program yang telah
dilaksanakan. Sehingga dengan itu dapat diketahui secara bersama apakah program yang sudah
direncanakan telah tercapai atau masih belum. Prioritas kegiatan ini adalah sarana-sarana
program yang telah ditentukan sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Tujuan evaluasi ini
adalah untuk mengadakan penilaian terhadap usaha yang telah dijalankan sehingga dapat
20
Bukti Kegiatan Evaluasi Program Pastoral Lihat di Lampiran Halaman 7.
21
Prof. Dr. P. Jansen CM, Pastoral Umat, (Malang:IPI,1994),hlm.30.
19
diketahui dengan jelas apakah sasaran-sasaran yang diharapkan sudah tercapai atau
perhatian petugas pastoral, pastor paroki terhadap perkembangan umatnya perlu mengadakan
evaluasi. Evaluasi tidak hanya bertujuan untuk memberi penilaian pada program yang telah
dilaksanakan tetapi melalui evaluasi, dapat melihat peluang dan tantangan apa yang dihadapi
selama pelaksanaan program tersebut. Dengan kata lain, evaluasi bertujuan untuk memperbaiki
apa kekurangan-kekurangan yang dialami dan meningkatkan hal-hal positif yang mendukung
Menurut praktikan sendiri, evaluasi sebagai cermin untuk melihat kembali hal-hal yang
baik setelah melaksanakan suatu kegiatan dan berfungsi memperbaiki dan mencari solusi
berbagai kekurangan dan kelemahan yang disadari dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
dilanjutkan karena mempengaruhi penghayatan dan antusiasme kehidupan iman umat yang lebih
baik. Dalam melaksanakan evaluasi ini, praktikan merasa senang dan juga menjadi kebanggaan
tersendiri karena program yang telah direncanakan dapat praktikan laksanakan dengan baik dan
juga berakhir dengan baik. Situasi ini menjadi sebuah refleksi bagi praktikan sendiri, bahwa
dalam menyusun dan melaksanakan program pastoral haruslah dengan sungguh-sungguh dan
tetap semangat supaya memperoleh hasil yang baik, serta praktikan juga semakin mengetahui
hal-hal apa saja yang kurang yang perlu dibenahi yang bertujuan untuk perbaikan kemasa yang
akan datang.
Praktikan melaksanakan PLP di Paroki. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan atau yang
dilaksanakan praktikan di tempat PLP. Setiap hari praktikan mengikuti misa pagi, dan
22
Ibid.
23
Buku Pedoman Praktek Lapangan Pastoral, hlm. 44.
20
mempersiapkan alat-alat dan buku-buku misa serta terlibat untuk menjadi petugas (Menjadi
Sakristan). Kegiatan Praktikan sehari-hari adalah membantu mengetik data umat di sekretariat
paroki. Selanjutnya adalah mengikuti pertemuan KBG setiap hari Selasa biasanya praktikan
selalu dipercayakan untuk menjadi fasilitator. Setiap Kamis malam, praktikan mengikuti
III.2.1.Kegiatan Liturgi
Liturgi adalah dalam bahasa Yunani: Leitourgia berarti pelayanan yang dibaktikan bagi
kepentingan bangsa. Liturgi sebagai perayaan misteri karya penyelamatan Allah dalam Kristus,
yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, sang Imam Agung bersama Gerejannya di dalam ikatan
Roh Kudus.
Dalam perayaan Ekaristi dan Liturgi sabda tanpa Imam adapun beberapa kegiatan liturgi
1. Memimpin Lagu/Laudate
4. Khotbah
5. Bacaan I/II
6. Psalite
7. Doa Umat
III.2.2.Kegiatan Katekese
Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam Iman, yang
khususnya mencangkup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara
Adapun kegiatan katekese yang dilakukan oleh praktikan selama melaksanakan praktek
adalah sebagai berikut:
1) Katekese
2) Katekese tentang cara membaca sabda Tuhan
3) Katekese tentang sakramen Tobat/Masa Prapaskah
4) Katekese tentang cara membuat tanda salib yang benar.
5) Katekese doa-doa dasar Katolik.
6) Katekese tentang berdoa yang benar kepada anak SEKAMI
7) Katekese tentang warna pakaian dan alat-alat liturgi dalam Perayaan Ekaristi kepada OMK
8) Katekese tentang sakramen dan sikap-sikap liturgi
22
Berbicara tentang keadaan KBG di paroki. KBG di paroki ada 6 KBG berada di stasi
pusat yaitu stasi keluarga kudus. KBG ini sangat aktif, mereka mengadakan pertemuan sekali
seminggu yakni pada hari Selasa. Praktikan mendampingi di setiap KBG, dengan cara bergantian
terkadang praktikan menjadi petugas yakni menjadi fasilitator. Sedangkan di Stasi Santo
Klemens Buluhukum disitu terdiri dua KBG, disana praktikan dapat mendampingi langsung dua
1. Sebagai bacaan.
3. Sebagai fasilitator.
Di luar kegiatan gerejani praktikan setiap hari juga bertugas Antara lain:
2. Membersihkan Aula.
3. Membersihkan gereja dan merangkai bunga setiap Rabu malam dan sabtu sore
5. Membantu di kantor sekretariat mengisi buku LB dan LM dan mengetik lagu-lagu ekaristi
23
BAB IV
REFLEKSI
Melaksanakan Praktek Lapangan Pastoral selama enam bulan bukanlah hal yang
gampang bagi praktikan. Setelah mendengar dari lembaga bahwa praktikan di tugaskan di daerah
Tapanuli, praktikan merasa tidak senang, bimbang, takut, tidak percaya diri, karena praktikan
tidak tau apa yang harus saya lakukan disana dengan suku yang berbeda. Apa lagi mulai dari
semester dua sampai di semester lima tidak pernah kuliah tatap muka karena kendala covid-19.
Setelah praktikan menghadapi tantangan atau pergumulan di medan pastoral itu sendiri
disana praktikan harus menjadi atau menghadirkan diri sebagai motivator, mediator, animator
dan inovator di tengah-tengah umat. Meskipun hal itu menjadi tantangan yang sangat berat
namun dengan adanya semangat melayani, praktik dapat menyelesaikannya dengan baik dan
menjadi pengalaman yang sangat berharga dan takkan terlupakan. Berbicara tentang hidup
menurut hemat praktikan bahwa hidup merupakan sebuah misteri yang tidak pernah kita tahu
kapan terjadi. Seorang pun tak pernah tau apa yang terjadi akan hari esok kecuali Yesus sang
Mesias yang menyelamatkan kita misteri bagi praktikan, praktikan bisa menginjakkan kaki di
tanah Batak Paroki Keluarga Kudus Tarutung Bolak karena sebelumnya praktikan tidak pernah
Keluarga Kudus Tarutung Bolak, juga di Stasi santo Klemens Buluhukum praktikan sangat
25
bersyukur sesuatu hal yang luar biasa yang tak terpikir dapat terpikirkan, yang tak pernah
kusangka dapat terjadi. Pertama kali berdiri di depan umat dengan memimpin ibadat, berdirigen,
khotbah, mejadi fasilitator, animator, di situ ada kurang percaya diri, malu, dan itu tidak bisa
ditolak maka praktikan wajib melaksanakannya. Ada ungkapan mengatakan bahwa “live will
never be the same” artinya tidak ada hidup tanpa perubahan. Akhirnya praktikan melewati itu.
Selama hidup bersama umat disana banyak pengalaman yang praktikan rasakan, pengalaman itu
sekaligus membawa perubahan dalam hidup praktikan baik itu dalam segi kognitif, afeksi dan
psikomotorik. Satu hal yang membuat semangat praktikan berkobar-kobar dalam menjalankan
praktek lapangan pastoral selama enam bulan lamanya yaitu membawa pembebasan tanpa
membebankan pikiran dan keraguan dalam melaksanakan tugas pastoral. Hal inilah yang
membawa semasa praktikan praktek Stasi Keluarga Kudus Tarutung Bolak, juga di Stasi santo
Klemens Buluhukum. Ada sebagai kenangan yang membawa kebahagiaan tersendiri bagi
praktikan dan ada yang membuat praktikan lemah dan tak berdaya namun dengan semangat
pelayanan menjadi saksi Kristus, maka praktikan selalu berusaha untuk selalu bangkit dalam
menjalankan tugas dengan selalu mengandalkan tugas. Praktikan menyadari bahwa segala
sesuatu yang praktikan lakukan bukanlah karena kehebatan praktikan tetapi semua yang terjadi
dan terlaksana hanya oleh seizin Tuhan. Praktikan tidak ada apa-apanya tanpa pertolongan
Tuhan, sekali pun terkadang praktikan melupakan Tuhan dengan lupa berdoa, tetapi praktikan
tetap berpegang teguh pada kuasa dan kehendak Tuhan. Seperti yang dikatakan dalam kitab suci
(Yak1:25) “tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja sebab
Perjalan praktikan sungguh luar biasa semua praktikan jadikan pelajaran hidup, sebagai
materi yang sering diulang atau diingat-ingat untuk menjadikan sebagai pedoman ke depan agar
lebih baik lagi. Terkadang ketika ada tugas pelayanan praktikan merasa malas. Maka setelah
praktikan menyadari bahwa Tuhan senantiasa mengutus praktikan untuk menjadi alat-Nya,
menjadi pelayanan kasihnya yang tak tau mengenal lelah, seperti dikatakan dalam Kitab Suci
26
Yoh 12:26, “Barang siapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ
pun pelayan-Ku akan berada. Barang siapa melayani Aku, ia dihormati Bapa.” Disana, praktikan
bisa merasakan kasih sayang dan cinta mereka kepada praktikan. Hingga pada detik-detik
terakhir bersama, praktikan melihat bahwa mereka sungguh merasa kehilangan. Tangisan air
mata berjatuhan ketika mendengar sebuah lagu perpisahan, dan ketika praktikan melihat tangisan
mereka yang menunjukkan rasa sedih dan kehilangan, sehingga membuat hati tak ingin pergi dan
tetap berkarya di sana. Terimakasih untuk kalian semua atas cinta dan kasih yang kalian berikan
kepada praktikan. Sungguh, praktikan tidak bisa membalasnya. Semoga Tuhan yang
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Praktek Lapangan Pastoral merupakan suatu kesempatan yang diberikan oleh pihak
lembaga STP Dian Mandala untuk mewujudkan visi lembaga yakni “terwujudnya sivitas
akademika yang menghasilkan guru Agama Katolik, Katekis, dan petugas pastoral yang beriman
persekutuan hidup bersama.” Praktek Lapangan Pastoral merupakan wadah bagi praktikan untuk
dan masyarakat dunia. Dengan tinggal dan hidup bersama umat praktikan mampu mewujudkan
Dalam proses pembentukan kapasitas diri praktikan sebagai calon guru Agama, Katekis
dan petugas Pastoral akan efektif ketika langsung mendampingi umat di paroki atau distasi,
sebab di paroki atau stasi praktikan akan mengalami secara langsung antara masalah –masalah
dan kebutuhan yang sedang dialami oleh umat. Dalam pelaksanaan Praktek Lapangan Pastoral
legitimasi merupakan langkah awal untuk memperoleh izin melakukan praktek di suatu paroki
atau Stasi. Dengan demikian praktikan akan dapat memahami dengan benar atas masalah-
28
masalah yang sedang dialami oleh umat atau kelompok binaan dengan pendataan dari tujuh
teknik pastoral. Tujuh teknik pastoral akan membantu praktikan untuk menentukan kegiatan-
kegiatan apa yang sesuai untuk menjawab masalah dan kebutuhan yang mereka miliki.
Dalam hal ini, kita sebagai pelayan Kristus yang mewartakan kabar sukacita, hendaknya
senantiasa setia dalam melayani umat, tanpa mengenal lelah, situasi dan kondisi yang tidak
Indonesia dan mengancam jiwa manusia. Namun itu bukanlah suatu penghalang untuk menjalin
relasi ataupun komunikasi dengan Tuhan, umat bisa beribadah di rumah masing-masing,
menghadirkan Tuhan dalam setiap doa-doa kita. Akan tetapi kita menyadari bahwa situasi yang
saat ini kita hadapi merupakan cobaan, tantangan iman kita sebagai umat Allah, untuk lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan, tidak melupakan Tuhan, selalu bersyukur dan melakukan
pertobatan untuk keselamatan jiwa manusia berkat pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dalam Praktek Lapangan Pastoral, praktikan harus di tuntut kreatif, inisiatif, dan tetap
menjaga komunikasi yang baik pastor paroki, ketua stasi dan umat. Sifat yang perlu diutamakan
adalah sifat kerendahan hati. Perencanaan yang matang, dan persiapan uang total menjadi hal
pastoral.
Karya tulis ini, praktikan mempunyai harapan kepada para pembaca, agar ke depannya
dalam menjalankan Praktek Lapangan Pastoral, kita sebagai praktikan sekaligus menjadi
sambut tangan Allah, selalu setia dalam pelayanan baik dalam suka maupun tantangan, memiliki
semangat yang tinggi dalam pelayanan, tidak mengenal lelah dan waktu, kita bekerja untuk
Tuhan bukan kepada manusia. Terkadang dalam pelayanan kita seringkali mendapat tantangan
bahkan tidak diterima pelayanan kita, tetapi itu semua jangan kita jadikan sebagai penghalang
29
untuk melaksanakan sebagai pelayan Tuhan. Kita yakin dan percaya bahwa Tuhan senantiasa
menyertai kita apa bila kita memberi hati dengan sungguh-sungguh dalam melayani Tuhan,
bahwa kita itu sebagai guru agama, katekis, dan petugas pastoral.
Sebagai saran praktikan demi kelancaran, keberhasilan dan sebagai bahan refleksi, bagi
1. Seorang praktikan adalah orang yang mampu membina hubungan kerja sama yang baik
dengan pimpinan lembaga dan pastor paroki sebagai penanggungjawab, dan terlebih-lebih
3. Seorang petugas pastoral harus tetap menjaga komunikasi yang baik dengan pastor paroki,
DPPI/KDS, ketua Stasi, umat, dan subjek binaan sehingga program-program dapat
4. Seorang praktikan harus memiliki sikap kreatif, inisiatif dan aktif dalam melaksanakan
karya pastoral.
5. Praktikan harus memiliki perencanaan yang matang dan persiapan yang total dalam
6. Seorang praktikan harus siap sedia jika sewaktu-waktu diminta untuk menjadi fasilitator,
DAFTAR PUSTAKA
Kitab Suci
Gulo, Pontinus OSC. Bõwõ dalam adat õri Moro’õ Nias Barat, Bandung: Umpar Press,
2015.
Heuken, Adolf. Ensiklpedia Gereja Jilid 6, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Cakara, 2005.
Hasulie, Hubert Thomas (ed.). Gereja Mandiri, Solider dan Membebaskan, Yogyakarta:
Ledalero, 2017.
Khosim, Amir, Kun Marlina Lubis. Geografi, [tanpa kota terbit]: Grasindo, 2006.
31
DENAH PRAKTEK LAAPANGAN PASTORAL (PLP)
1
LAMPIRAN
2. Laporan harian.
3. Refleksi.
4. Kegiatan PHP.
5. Kegiatan-kegiatan lain.
6. Daftar Hadir.
7. Dokumentasi.
2
3
4
5
6
7
8
9
10