Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

COMPUTATIONAL THINKING UNTUK TIK ABAD 21

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Berbasis Teknologi

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Anggota : Muh. Arkham Januar M


: Muh Ghtahfan Faiz F
: Tamara Oktaviani C

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Samsul Susilawati

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat, nikmat,
karunia, taufik serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “COMPUTIONAL
THINKING UNTUK TIK ABAD 21” ini dengan baik. Tujuan penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Berbasis Teknologi.
Dalam penyusunan makalah ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.
Hj. Samsul Susilawati selaku dosen mata kuliah Pendidikan Berbasis Teknologi yang telah
memberikan tugas penuh manfaat ini kepada kami, dan juga bimbingan serta arahan yang
baik. Serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan ilmu yang bermanfaat, sehingga
makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
kalimat maupun dari segi tata bahasanya. Masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi
dalam makalah ini. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami akan menerima segala kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian agar kita dapat memperbaiki makalah
ini dan untuk pembuatan makalah-makalah selanjutnya. Akhir kata, kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca sekalian.

Malang, 24 September 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Massalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II POKOK PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Computational Thinking 3


1.2 Hubungan Computational Thinking Dengan TIK 5
1.3 Manfaat Computational Thinking Untuk Pembelajaran IPS 8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan 17

Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada perkembangan teknologi dan zaman yang semakin pesat ini. Indonesia Sebagai
negara yang cukup terbuka untuk menerima perkembangan merasa siap untuk bersaing
dengan bangsa-bangsa besar dunia. Namun, beberapa petunjuk penting dapat
dipertimbangkan sebagai gambaran kesiapsiagaan bangsa Indonesia untuk masa depan. Jika
kita tidak mengerti akan hal ini, bisa jadi persaingan justru mendorong Indonesia menjadi
barang yang diburu oleh negara lain.

Keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi era digital bukan tugas yang mudah,
tapi jika tidak dimulai dari sekarang, masyarakat akan menjadi korban modernisasi
ketidakmampuan untuk mengikuti perkembangan teknologi komunikasi yang pesat, semakin
sulit dan kompleks masalah yang kita hadapi nanti. Untuk mengantisipasi hal tersebut, OECD
Abad ke-21 membutuhkan kekuatan untuk menciptakan nilai baru pemikiran kreatif, inovasi
produk layanan, jenis, dan cara kerja baru, cara berpikir baru, termasuk didalamnya terdapat
perubahan mentalitas individu yang kolaboratif dan komunikatif, serta berpikiran terbuka.
Lebih lanjut Center for Curriculum Redesign (CCR) menawarkan sebuah kerangka kerja
lengkap untuk menyongsong pendidikan abad 21 melalui empat dimensi pendidikan, yaitu
pengetahuan, kemampuan/keterampilan, karakter, dan metakognitif.

Computational Thinking sebagai sebuah cara memahami dan menyelesaikan masalah


kompleks menggunakan teknik dan konsep ilmu komputer seperti dekomposisi, pengenalan
pola, abstraksi dan algoritma dipandang banyak ahli merupakan salah satu kemampuan yang
banyak menopang dimensi pendidikan abad 21 tersebut. Dalam computational thinking siswa
diarahkan untuk memiliki keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif serta keterampilan
untuk berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Tidak hanya itu, computational thinking
juga mengasah pengetahuan logis, matematis, mekanis yang dikombinasikan dengan
pengetahuan modern mengenai teknologi, digitalisasi, maupun komputerisasi dan bahkan
membentuk karakter percaya diri, berpikiran terbuka, toleran serta peka terhadap lingkungan.
Seperti yang diketahui saat ini, penggunaan teknologi telah merambah hampir di setiap lini
kehidupan. Kemampuan individu dalam menggunakan teknologi juga mengalami kemajuan

1
pesat disemua usia. Dengan adanya computational thingking tentu saja akan lebih menjadikan
seseorang dapat dengan mudah meraih kesuksesan dalam kehidupannya.

Sistematika pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut : Bab I berisi latar
belakang, rumusan masalah dan tujuan pembahasan. Adapun Bab II berisi Pertama,
Pengertian Computational Thinking. Kedua, Hubungan Computational Thinking Dengan
TIK. Ketiga, berisi Manfaat Computational Thinking Untuk Pembelajaran IPS.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud computational thinking?


2. Apa hubungan computational thinking dengan TIK?
3. Bagaimana manfaat computational thinking untuk pembelajaran IPS?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian computational thinking.


2. Untuk mengetahui hubungan computational thinking dengan TIK abad 21.
3. Untuk Mengetahui manfaat yang didapat dari computational thinking sebagai
pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Computational Thinking

Computational thinking atau pemikiran komputasional adalah cara berpikir untuk


menyelesaikan suatu masalah dengan menguraikan setiap masalah menjadi beberapa bagian
atau tahapan yang efektif dan efisien. Sehingga dapat diartikan menjadi sebuah metode untuk
menyelesaikan suatu masalah yang dirancang untuk bisa diselesaikan oleh manusia atau
sistem atau keduanya.

Dilansir dari laman Gramedia, Computational Thinking (CT) memiliki arti berpikir
komputasional yang mana pertama kali diperkenalkan secara umum pada tahun 1980 dan
1996 oleh Seymor Papert. Seiring dengan berjalannya waktu, di tahun 2014, pemerintah
Inggris mulai membawa materi pemrograman ke dalam kurikulum sekolah dasar hingga
sekolah tingkat menengah. Dimasukkannya materi pemrograman ke dalam kurikulum
pendidikan agar para siswa sudah mengenal teknologi sejak dini. Selain itu, pada siswa juga
diharapkan mampu berpikir komputasional sejak dini.

Program yang dilakukan oleh pemerintah Inggris itu ternyata didukung oleh
tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh dalam bidang teknologi, seperti Bill Gates, Mark
Zuckerberg, dan lain-lain. Fasilitas yang dapat menunjang proses kegiatan belajar tersebut
dibantu oleh perusahaan Google melalui pelatihan secara online supaya guru atau tenaga
pendidik dapat memahami dan menguasai Computational Thinking (CT).

Pemikiran komputasional ini tidak mudah untuk didefinisikan, bahkan ada perbedaan
penting dalam kaitannya dengan unsur-unsur berpikir komputasional. Carl Beecher melihat
konsep pemikiran komputasi sebagai ide mendasar. Ini berarti memiliki banyak kesamaan
dengan konsep pemikiran prosedural yang diciptakan oleh Seymour Papert. Pemikiran
prosedural yang unik, siswa harus diberikan solusi komputer. Konsep berpikir prosedural
Ketika kita memecahkan masalah, kita membuat solusi algoritmik. Komputer dapat dengan
mudah menyelesaikannya. Papert menyebutkan model pemecahan masalah pada sistem
komputer ini sebagai bahasa pemrograman (programming language).

3
Awalnya istilah Computational Thinking atau Berpikir/Pemikiran Komputasi
digaungkan oleh Seymour Papert (1980) dalam bukunya yang berjudul “Mindstorm”. Ketika
itu Seymour Papert berfokus pada dua aspek komputasi: pertama, bagaimana menggunakan
komputasi untuk menciptakan pengetahuan baru, dan kedua, bagaimana menggunakan
komputer untuk meningkatkan pemikiran dan perubahan pola akses ke pengetahuan.
Berikutnya J. M. Wing membawa pendekatan yang dimodifikasi dan perhatian baru pada
pemikiran komputasi atau Computational Thinking.

S. Papert menghubungkan pemikiran komputasi dan pedagogi digital dengan


pendekatan modern dalam pendidikan yang diprakarsai oleh Jean Piaget. J. Piaget adalah
seorang psikolog perkembangan paling dikenal karena mempelopori teori belajar yang
dikenal sebagai konstruktivisme; secara singkat, ia mengatakan bahwa peserta didik
membangun pengetahuan baru dalam pikiran mereka, dari interaksi pengalaman mereka
dengan pengetahuan sebelumnya. Kemudian S. Papert mengembangkan teori
konstruktivisme, menambahkan gagasan bahwa pembelajaran ditingkatkan ketika pelajar
terlibat dalam “membangun produk yang bermakna”.

Jeannette M. Wing menganggap pemikiran komputasi sebagai keterampilan dasar


untuk kemampuan analitis semua orang sama dengan kecakapan dengan membaca, menulis,
dan berhitung. Makalah Wing disambut oleh masyarakat di semua tingkatan, terutama di
jenjang pendidikan K-12 (SD-SMA), yang sangat bertanggung jawab dan berpengaruh dalam
pengembangan kecakapan dan karakter peserta didik. Tulisan J. M. Wing ini dimuat di Jurnal
Communication ACM pada Tahun 2006.

Pada tahun 2012, kurikulum nasional Inggris mulai memperkenalkan ilmu komputer
atau Computer Science (CS) kepada semua siswa. Di Singapura, sebagai bagian dari inisiatif
“Smart Nation”, telah memberi label pengembangan CT sebagai “kemampuan nasional”.
Bahkan negara-negara lain, dari Finlandia hingga Korea Selatan, Cina hingga Australia dan
Selandia Baru, telah meluncurkan upaya skala besar untuk memperkenalkan CT di
sekolah-sekolah, sebagai bagian dari kurikulum CS baru atau diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran yang ada. Di Amerika Serikat, mantan Presiden Barack Obama meminta semua
siswa K-12 (SD sampai SMA) untuk dilengkapi dengan keterampilan CT sebagai bagian dari
inisiatif “Computer Science for All” pada tahun 2016.

Berdasarkan konsepnya, pemikiran komputasional memiliki empat tahap utama, antara lain:

4
1. Decomposition (Dekomposisi)
Tahap pertama, dekomposisi, yaitu memecah masalah kompleks menjadi beberapa
bagian kecil dan sederhana. Sehingga, kita bisa menemukan masalah yang terjadi
dengan menyelesaikannya satu persatu. selain itu, metode ini juga berfungsi untuk
menemukan solusi dari suatu permasalahan yang kompleks dan besar menjadi masalah
yang lebih kecil. Apabila suatu permasalahan yang besar dan kompleks menjadi kecil,
maka permasalahan tersebut mudah untuk diselesaikan. Bahkan, dekomposisi bisa
digunakan untuk memudahkan kita dalam menemukan dan menerapkan sebuah
inovasi. Misalnya, kita menjual suatu produk, kemudian agar produk itu diinovasi,
maka kemungkinan besar produk tersebut akan laku terjual.

2. Pattern recognition (Pengenalan pola)


Pengenalan pola akan membantu kamu dalam memecahkan masalah. Nah, pada tahap
ini, kita mencari pola atau persamaan tertentu dalam sebuah masalah. Dimana metode
ini, memanfaatkan komputer yang digunakan untuk menemukan sebuah keteraturan
yang ada di dalam data dan untuk mendapatkan informasi yang lebih penting agar bisa
memahami tentang keteraturan yang sudah ditemukan. Pengenalan pola ini biasanya
dilakukan ketika kita mengenali seseorang dari suara, wajah, bahkan pengenalan pola
ini bisa digunakan untuk memprediksi cuaca. Pada suatu fenomena alam, sebenarnya
pengenalan pola sudah bisa dilihat pada pola rotasi bumi, pola rasi bintang, pola pada
daun, dan sebagainya.

3. Abstraction (Abstraksi)
Abstrak adalah suatu metode berpikir komputasional yang mengutamakan terhadap
hal-hal yang berhubungan langsung dengan masalah yang sedang dihadapi. Selain itu,
konsep abstraksi ini akan meninggalkan berbagai macam hal yang dianggap tidak bisa
digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah. Beberapa hal yang dilakukan pada
tahap abstraksi antara lain, melihat permasalahan, melakukan generalisasi, dan
melakukan identifikasi informasi. Dengan cara ini, kita dapat melihat informasi
penting dan mengabaikan informasi yang kurang relevan.

4. Algorithm (Algoritma)
Algoritma adalah suatu metode berpikir komputasional yang mengutamakan terhadap
hal-hal yang berhubungan langsung dengan masalah yang sedang dihadapi. Selain itu,

5
konsep abstraksi ini akan meninggalkan berbagai macam hal yang dianggap tidak bisa
digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah. Pada tahapan saat kita
mengembangkan sistem, membuat daftar petunjuk dan langkah-langkah pemecahan
masalah secara efektif dan efisien.

Kelebihan Computational Thinking

Metode ini memiliki beberapa kelebihan. Berikut ini adalah kelebihan ketika kita
menerapkan metode computational thinking.

● Dapat memecahkan masalah yang rumit atau kompleks dengan cara yang sederhana
dan efektif.

● Dapat melatih mindset kita untuk berpikir secara logis, kreatif, dan terstruktur.

● Mampu merumuskan masalah dengan menguraikannya menjadi bagian-bagian kecil


yang lebih mudah untuk diselesaikan.

Penerapan computational thinking

Seperti yang sudah dibahas, computational thinking dapat diterapkan dalam berbagai bidang
untuk menyelesaikan masalah. Beberapa langkah yang harus dilakukan  antara lain:

● Perincian masalah
Langkah pertama ketika menghadapi masalah adalah melakukan analisis terhadap
masalah tersebut. Kemudian, lakukan penjabaran masalah dengan benar dan tepat.
Terakhir tetapkan kriteria solusi dari masalah tersebut.

Analisis dan penjabaran dapat dilakukan dengan cara membagi masalah yang
kompleks menjadi masalah-masalah kecil agar lebih mudah untuk dikelola dan
dianalisis. Setelah itu kamu dapat membuat beberapa hipotesis mengenai penjabaran
kemungkinan solusi untuk masalah tersebut.

● Memikirkan algoritma yang sistematis


Setelah langkah pertama selesai dilakukan, kamu perlu mencari algoritma yang tepat.
Algoritma disini dapat diartikan sebagai langkah-langkah yang sesuai untuk
memecahkan masalah berdasarkan data.

6
● Implementasi, solusi, dan evaluasi
Langkah terakhir, buatlah solusi yang aktual dan lakukan evaluasi secara sistematis
untuk menguji kebenaran hipotesismu. Lalu, lakukan evaluasi dan modifikasi terhadap
hipotesis, sampai ia tidak lagi memerlukan modifikasi. Dalam langkah ini, kamu juga
dapat melihat apakah solusimu dapat digeneralisasikan dengan proses otomatisasi

2.2 Hubungan Computational Thinking Dengan TIK


Computational Thinking atau biasa disingkat CT merupakan sebuah pendekatan dalam
proses pembelajaran. CT memiliki peranan penting dalam pengembangan aplikasi komputer,
sehingga terdapat hubungan yang erat antara TIK atau informatika dengan Computational
Thinking. CT merupakan pandangan atau metode berpikir para programmer ketika hendak
membuat program, dan untuk membuat sebuah program dibutuhkan pemahaman mengenai
Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Informatika.

Computational Thinking digunakan dalam mendukung berbagai pemecahan masalah


di semua disiplin ilmu, termasuk diantaranya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau
Informatika. Dengan menerapkan CT dalam suatu proses pembelajaran, maka siswa mulai
dapat melihat hubungan antara pelajaran dan hubungan terdapat antara kehidupan luar
maupun di dalam kelas. Adapun hubungan computational thinking dalam memecahkan
masalah pada bidang TIK antara lain:

1. Decomposition, kemampuan dalam memecah data, masalah, ataupun proses menjadi


bagian-bagian yang kecil agar mudah dikelola. Contohnya memecah Drive dalam
sebuah komputer berdasarkan dengan komponen penyusunnya.
2. Pattern Recognition, kemampuan dalam melihat persamaan ataupun perbedaan tren,
pola, serta keteraturan dalam data yang akan digunakan pada penyajian data.
Contohnya mengenali file dokumen atau file sistem.
3. Abstraksi, melakukan generalisasi serta mengidentifikasi prinsip umum yang
kemudian menghasilkan tren, pola, serta keteraturan. Contoh menempatkan file sistem
di folder windows.
4. Algorithm Design, mengembangkan petunjuk mengenai pemecahan masalah yang
sama secara step by step. Contohnya menggunakan beberapa langkah dalam mencari
file pada komputer.

Computational Thinking sebagai sebuah cara memahami dan menyelesaikan masalah


kompleks menggunakan teknik dan konsep ilmu komputer seperti dekomposisi, pengenalan
pola, abstraksi dan algoritma diatas sudah dipandang oleh para ahli menjadi salah satu

7
kemampuan yang banyak menopang dimensi pendidikan abad 21 tersebut. Sebab,
kemampuan individu dalam menggunakan teknologi juga mengalami kemajuan pesat di
semua usia. Dengan adanya computational thinking tentu saja akan lebih menjadikan
seseorang dapat dengan mudah meraih kesuksesan dalam kehidupannya.

2.3 Manfaat Computational Thinking Untuk Pembelajaran IPS


Penguasaan kecakapan berpikir/ pemikiran komputasi atau computational thinking
(CT) sebagai salah satu teknik penyelesaian masalah menjadi sangat penting di masa sekarang
untuk menyiapkan generasi penerus yang berdaya saing di era ekonomi digital ini. Kecakapan
ini, mengajarkan siswa bagaimana berpikir seperti cara ilmuwan komputer berpikir, untuk
menyelesaikan permasalahan di dunia nyata.

Dilansir dari laman Gramedia, Computational Thinking (CT) memiliki arti berpikir
komputasional yang mana pertama kali diperkenalkan secara umum pada tahun 1980 dan
1996 oleh Seymor Papert. Seiring dengan berjalannya waktu, di tahun 2014, pemerintah
Inggris mulai membawa materi pemrograman ke dalam kurikulum sekolah dasar hingga
sekolah tingkat menengah. Dimasukkannya materi pemrograman ke dalam kurikulum
pendidikan agar para siswa sudah mengenal teknologi sejak dini. Selain itu, pada siswa juga
diharapkan mampu berpikir komputasional sejak dini.

Program yang dilakukan oleh pemerintah Inggris itu ternyata didukung oleh
tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh dalam bidang teknologi, seperti Bill Gates, Mark
Zuckerberg, dan lain-lain. Fasilitas yang dapat menunjang proses kegiatan belajar tersebut
dibantu oleh perusahaan Google melalui pelatihan secara online supaya guru atau tenaga
pendidik dapat memahami dan menguasai Computational Thinking (CT).

Pada tahun 2012, kurikulum nasional Inggris mulai memperkenalkan ilmu komputer
atau Computer Science (CS) kepada semua siswa. Di Singapura, sebagai bagian dari inisiatif
“Smart Nation”, telah memberi label pengembangan CT sebagai “kemampuan nasional”.
Bahkan negara-negara lain, dari Finlandia hingga Korea Selatan, Cina hingga Australia dan
Selandia Baru, telah meluncurkan upaya skala besar untuk memperkenalkan CT di
sekolah-sekolah, sebagai bagian dari kurikulum CS baru atau diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran yang ada. Di Amerika Serikat, mantan Presiden Barack Obama meminta semua

8
siswa K-12 (SD sampai SMA) untuk dilengkapi dengan keterampilan CT sebagai bagian dari
inisiatif “Computer Science for All” pada tahun 2016.

Berpikir/pemikiran komputasi adalah teknik pemecahan masalah yang sangat luas


wilayah penerapannya, bukan hanya untuk menyelesaikan masalah seputar ilmu komputer
saja, melainkan juga untuk menyelesaikan berbagai masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan teknik ini para siswa akan belajar bagaimana berpikir secara terstruktur, seperti
halnya ketika para software engineer menganalisa kebutuhan dan merencanakan
pengembangan software.

Teknik berpikir Computational Thinking sebagai sebuah pendekatan sangat penting


dikuasai para siswa untuk membantu mereka menyusun penyelesaian masalah yang rumit.
Dimana kecakapan complex, problem solving dan berpikir kritis ini merupakan dua keahlian
terpenting yang diperlukan pada masa mendatang. Menurut World Economic Forum. Dengan
menguasai kecakapan ini maka para siswa akan lebih siap dalam bertahan dan bersaing di
masa mendatang

Cara mengimplementasikan Computational Thinking adalah dengan memahami


masalah, mengumpulkan semua data, lalu mulai mencari solusi sesuai dengan masalah.
Dalam Computational Thinking,ada yang disebut dengan dekomposisi yaitu kita memecah
suatu masalah yang komplek menjadi masalah-masalah yang kecil untuk diselesaikan.
Computational Thinking sebagai pendekatan pembelajaran dapat disandingkan dengan
pendekatan dan metode lain seperti Pembelajaran Berbasis Proyek atau Pembelajaran
Berbasis Inkuiri (Inquiry Based Learning) dalam pembelajaran sains.

Berikut adalah contoh manfaat penerapannya dalam pembelajaran IPS. Ketika peserta
didik disodorkan permasalahan berupa permasalahan sosial seperti keributan. Kemudian guru
memberikan contoh kepada para siswa misal seperti “demo”. Lalu siswa ditugasi untuk
mencari salah satu solusi yang dapat dikembangkan sehingga aksi demo tersebut dapat
diselesaikan dan ditangani dengan baik. Berikut juga pentingnya computational thinking
dalam pembelajaran di sekolah antara lain:

1. Abstraksi: guru memberikan tugas meringkas atau merangkum buku bacaan


pada siswa di kelas. Hal ini mengakibatkan siswa untuk mampu membedakan
atau memilah informasi yang penting dan kurang penting.

9
2. Algoritma: guru memberikan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu
persoalan, misalnya mengajari siswa langkah-langkah menggosok gigi dengan
benar mulai dari mengambil sikat gigi, mengoleskan pasta gigi, mulai sikat
gigi dari depan dan ke belakang.
3. Dekomposisi: guru meminta siswa untuk membuat panitia kegiatan 17 Agustus
dan membagi tugas sesuai dengan strukturnya atau perannya, seperti ketua
acara koordinasi seluruh anggota, seksi acara menyiapkan lomba-lomba, seksi
publikasi menyiapkan poster dan lainnya. Dekomposisi artinya proses untuk
mengenali struktur persoalan dan membaginya ke bagian yang lebih kecil agar
mudah dikerjakan.
4. Pengenalan Pola: siswa diminta untuk mengamati kedua pohon yang memiliki
akar, ranting, daun dan buah, lalu melakukan pengenalan pola dengan mencari
perbedaan dan persamaan. Pengenalan pola merupakan proses untuk
mengenali kemiripan atau pola. Hal ini juga sering kita temukansaat memasuki
website dan muncul CAPTCHA yang meminta kita untuk memilih kotak
dengan gambar mobil, motor atau lainnya.

Integrasi pendekatan pemikiran komputasi dalam pembelajaran menuntut kreativitas


Guru dalam meramu pelajaran agar menjadi lebih bermakna. Keterampilan menerapkan
inovasi pembelajaran seperti ini harus disebarluaskan ke seluruh Guru di penjuru Indonesia
agar anak didik atau generasi penerus Indonesia berdaya saing di masa mendatang. Mari
berkolaborasi untuk menebar inspirasi dan menyebarluaskan berita praktik baik penerapan
pembelajaran pemikiran komputasi di Indonesia.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Di zaman yang semakin modern dan serba dinamis ini, sudah seharusnya bagi
setiap manusia untuk memiliki pola berpikir yang cepat dan dinamis juga agar tidak
tertinggal dengan individu-individu lainnya. Maka dari itu, setiap manusia sebaiknya
sudah mampu berpikir komputasional apalagi saat ini penggunaan teknologi sudah tak
bisa dihindari lagi dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan berpikir komputasional, seseorang akan mudah untuk mengamati masalah,


mencari solusi dari suatu permasalahan, memecahkan permasalahan, dan dapat
mengembangkan solusi atau pemecahan masalah. Selain itu, berpikir komputasional
mengasah diri kita untuk berpikir lebih efektif dan efisien.

11
DAFTAR PUSTAKA

Karl Beecher, Computational Thinking: A Beginner’s Guide to Problem-Solving and


Programming (London: BCS Learning & Development, 2017).

Jeannette Wing, “Computational Thinking and Thinking about Computing,” Philosophical


Transactions. Series A, Mathematical, Physical, and Engineering Sciences 36, no. 6
(2008): 3717–3725.

OECD, The Future of Education and Skills Education 2030 (New York: OECD, 2018), 5.

Maya Bialik and Charles Fadel, Skills for the 21st Century: What Should Students Learn?
(Boston: Center for Curriculum Redesign, 2015).

Filiz Kalelioğlu, “Characteristics of Studies Conducted on Computational Thinking: A


Content Analysis,” in Computational Thinking in the STEM Disciplines Foundations and
Research Highlights, ed. Myint Swe Khine (Switzerland: Springer International
Publishing, 2018), 11– 29.

Miksan Ansori, “Terminologi Dan Aspek-Aspek Collaborative Problem Solving Skill’s,”


Jurnal Dirasah Volume 1, no. 2 (August 2018): 25–34.

Ugur Kale et al., “Computational What? Relating Computational Thinking to Teaching,”


TechTrends Volume 62 (2018): 574–84

https://www.dicoding.com/blog/apa-itu-computational-thinking/

https://jawabanapapun.com/apa-hubungan-computational-thinking-dengan-tik/

Pentingnya Mengajarkan Computational Thinking di Sekolah Indonesia - Edukasi


101

12

Anda mungkin juga menyukai