PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
18 03 022
ANDI SAPADA
PAREPARE
2022
AKIBAT HUKUM WANPRESTASI BAGI DEBITUR DALAM
KREDIT DI KANTOR CABANG BANK MANDIRI PINRANG
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
18 03 022
ANDI SAPADA
PAREPARE
2022
ii
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Oleh :
18 03 022
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
DAFTAR ISI
HALAM AN JUDUL ii
BAB I PENDAHULUAN 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan4
D. Kegunaan Penelitian 4
1. Pengertian Debitur 6
1. Pengertian Kredit7
1. Pengertian Wanprestasi 20
2. Unsur-Unsur Wanprestasi 23
1. Pengertian Bank 24
2. Jenis-Jenis Bank 24
A. Jenis Penelitian 29
B. Pendekatan Penelitian 29
1. Data Primer 30
2. Data Sekunder 30
1. Wawancara 30
2. Dokumentasi 30
F. Analisis Data 31
DAFTAR PUSTAKA 32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Somasi diatur dalam Pasal 1238 KUH Perdata dan Pasal 1243 KUH
Perdata. Somasi adalah teguran dari si berpiutang (kreditur) kepada si
berutang (debitur) agar dapat memenuhi prestasi sesuai dengan isi
perjanjian yang telah disepakati antara keduanya. (Salim, H.S, 2019: 96)
Sebagaimana kasus yang terjadi di Kabupaten Pinrang, Sulawesi
Selatan, berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Pinrang Nomor
3/Pdt.G.S/2021/PN Pin berkaitan dengan adanya permasalahan
wanprestasi pada perjanjian kredit antara salah satu bank yang ada di
Kabupaten Pinrang dengan debitur nya. Pada perjanjian tersebut, memuat
kesepakatan antara kedua belah pihak untuk mengikatkan diri dalam
perjanjian, dalam perjanjian kredit tersebut bank sebagai kreditur
memberikan kredit kepada debitur, untuk pembiayaan modal kerja, kredit
yang diberikan oleh bank kepada debitur dikenakan penambahan bunga
dan denda pertahun, yang selanjutnya harus dibayar sesuai dengan
jangka waktu yang telah ditetapkan bank tersebut. Namun selama proses
kredit berlangsung debitur tidak melaksanakan kewajibannya dengan
baik, debitur telah melalaikan kewajibannya untuk membayar pinjaman
angsuran kredit (pokok dan bunga) kepada bank, dan mengabaikan surat
somasi dari pihak bank, dalam hal ini debitur dikatakan telah melakukan
perbuatan wanprestasi. Maka bank sebagai pemberi kredit atau kreditur
akhirnya mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri Pinrang
terhadap debitur yang telah melakukan wanprestasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut permasalahan dengan judul “AKIBAT HUKUM
WANPRESTASI BAGI DEBITUR DALAM KREDIT DI KANTOR CABANG
BANK MANDIRI PINRANG (Studi Putusan Nomor 3/Pdt.G.S/2021/PN.Pin)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, terkait dengan
wanprestasi debitur dalam kredit bank terdapat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana akibat hukum bagi debitur wanprestasi dalam perjanjian
kredit di kantor cabang Bank Mandiri Pinrang? (Studi Putusan Nomor
3/Pdt.G.S/2021/PN.Pin)
4
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui akibat hukum debitur wanprestasi dalam perjanjian
kredit di kantor cabang Bank Mandiri Pinrang. (Studi Putusan Nomor
3/Pdt.G.S/2021/PN.Pin)
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum akibat wanprestasi bagi
debitur dalam kredit di kantor cabang bank mandiri Pinrang. (Studi
Putusan Nomor 3/Pdt.G.S/2021/PN.Pin)
D. Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
kegunaan sebagai berikut:
1. Kegunaan Secara Teoritis
Diharapkan bahwan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
pemikiran bagi perkembangan imu hukum keperdataan khususnya
mengenai akibat hukum dan peristiwa hukum.
2. Kegunaan Secara Praktis
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk dapat
menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama menjalani perkuliahan
serta memperluas wahana berpikir secara ilmiah dalam bidang Ilmu
Hukum Keperdataan, terutama bagi yang berhubungan dengan
wanprestasi dalam perjanjian kredit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan
hukum yang dilakukan oleh subjek hukum terhadap objek hukum ataupun
akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu yang
oleh hukum yang bersangkutan sendiri telah ditentukan atau dianggap
sebagai akibat hukum. Atau akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk
memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh
hukum. Singkatnya akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh
peristiwa hukum. (Muhammad Sadi, 2015: 90)
5
c. Dijatuhkannya sanksi apabila dilakukannya tindakan yang
melawan
hukum.
Debitur adalah orang atau pihak yang mempunyai utang atau pinjaman
ke pihak lain, karena adanya suatu perjanjian atau Undang-Undang yang
dijanjikan debitur untuk dibayar kembali pelunasannya pada masa yang akan
mendatang. Pemberian pinjaman biasanya memerlukan jaminan atau
agunan dari pihak debitur. Bagi debitur, jika uatang dalam bentuk pinjaman
dari lembaga keuangan, maka debitur disebut peminjam. Jika utang dalam
bentuk sekuritas, maka debitur disebut sebagai penerbit. (Veithzal Rivai dan
Andria Permata Veithzal, 2008: 650)
Debitur merupakan pihak yang membutuhkan dana, atau pihak yang
mendapat pinjaman dari pihak lain. (Ismail, 2018: 95) Berdasarkan Pasal 1
angka 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepalitan
dan Penundaan Pembayaran Utang, maka Kreditur adalah orang
yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-Undang yang
dapat ditagih di muka pengadilan, sedangkan Debitur adalah orang
yang mempunyai utang karena perjanjian atau Undang-Undang yang
pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan.
Menurut kamus perbankan, debitur adalah orang atau badan yang
mempunyai simpanan atau pinjaman pada bank. Debitur menggunakan
jasa bank, dimana debitur telah dewasa yang diperbolehkan mengambill
pembiayaan. Hal ini disebabkan karena resiko bank yang sangat besar
dalam pemberian kredit. (Saladin Djaslim, 2002: 7)
5
pembiayaan dilakukan dengan berpedoman kepada formula 5C, yaitu:
(Hermansyah, 2007: 64)
5
Kredit merupakan suatu pembayaran angsuran yang menjadi
kewajiban penerima kredit ditentukan sejak awal. Angsuran tersebut
dibayarkan oleh anggota. Angsuran ini untuk transaksi pertukaran ada
yang dibayarkan pada akhir perjanjian secara sekaligus dan ada yang
dibayarkan secara angsuran. (Fatturahman Djamil, 2012: 18)
5
Dari rumusan tersebut dapat diketahui ruang lingkup pengertian
kredit dibatasi dalam hubungan bank dengan nasabahnya. Kredit sebagai
penyediaan uang yang dilakukan oleh bank untuk dipinjamkan kepada
nasabahnya dengan menarik keuntungan berupa bunga. Bunga
merupakan sebuah keharusan untuk pemberian kredit karena merupakan
imbalan jasa bagi bank yang merupakan keuntungan perusahaan. (Gatot
Supramono, 2009: 153)
5
9
peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua
orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal yang
menimbulkan hubungan hukum antara dua pihak yang dinamakan
Perikatan. (Subekti, 1983: 1)
Menurut R. Wirjono Prodjodikoro mengartikan perjanjian, yaitu
Perjanjian sebagai suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara
dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau danggap berjanji untuk
melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan
janji itu. (R. Wirjono Prodjodikoro, 2011: 4)
Menurut R. Setiawan pengertian perjanjian adalah suatu perbuatan
hukum dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling
mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih. (R. Setiawan, 1979: 49)
dua macam, yaitu iktikad baik nisbi dan iktikad baik mutlak. Pada
iktikad baik nisbi, orang memperhatikan sikap dan tingkah laku
yang nyata dari subjek. Pada iktikad baik mutlak, penilaiannya
terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang
objektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak)
menurut norma-norma yang objektif.
e. Asas Kepribadian (Personalitas)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa
seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya
Untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam
Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata.
Pasal 1315 KUH Perdata berbunyi:
’’Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan
perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.”
Inti ketentuan ini bahwa seseorang yang mengadakan perjanjian
hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Pasal 1340 KUH Perdata berbunyi:
’’Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya.”
Ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya
berlaku bagi mereka yang membuatnya.
Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua
13
pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari
pihak yang lain dan pihak yang lainnya berkewajiban untuk memenuhi
tuntutan itu. (R. Subekti, 2005:1)
Berdasarkan Pasal 1381 KUH Perdata yang mengatur tentang
berakhirnya suatu perikatan, maka dapat disimpulkan bahwa pasal tersebut
merupakan hapusnya suatu perjanjian, karena perjanjian merupakan
bagian dari suatu perikatan. Bunyi Pasal 1381 KUH Perdata yang
menyatakan hapusnya perikatan, yaitu:
a. Karena pembayaran.
b. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan
penyimpanan atau penitipan.
c. Karena pembaharuan utang.
d. Karena perjumpaan utang atau kompensasi.
e. Karena pencampuran utang.
f. Karena pembebasan utangnya.
g. Karena musnahnya barang yang terutang.
h. Karena kebatalan atau pembatalan.
i. Karena berlakunya suatu syarat batal.
j. Karena lewatnya waktu.
8. Unsur-Unsur kredit
dikemudian hari.
d. Prestasi, prestasi atau obyek kredit tidak saja diberikan dalam
bentuk uang, akan tetapi juga dalam bentuk barang atau jasa.
9. Jenis-Jenis Kredit
Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat terdiri
dari berbagai jenis. Menurut Kasmir (2016:103) jenis-jenis kredit dapat
dilihat dari berbagai segi antara lain:
Salah satu pihak berhak menuntut prestasi dari pihak lainnya dan
pihak yang lainnya berkewajiban untuk memenuhi prestasi, pihak yang
berhak menuntut prestasi dinamankan kreditur dan pihak yang
berkewajiban melaksanakan prestasi dinamakan debitur. Apabila pihak
yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi ternyata tidak melaksanakan
atau melalaikan prestasinya maka iya akan berada dalam keadaan
wanprestasi. Wanprestasi adalah kelalaian debitur untuk memenuhi
kewajiban sesuai dalam perjanjian yang telah disepakati. (Sri Soesiloeati
Mahdi, Surini Ahlan Sjarif, Ahmad Budi Cahyono, 2005: 151)
Salah satu pihak yang tidak melaksanakan prestasi atau isi dari
perjanjian/kontrak disebut dengan wanprestasi. Wujud dari wanprestasi
tersebut dapat berupa: (Djoko Trianto. 2004: 61)
2. Unsur-Unsur Wanprestasi
Kata bank dapat kita telusuri dari kata banque dalam bahasa prancis,
dan dari banco dalam bahasa Italia, yang dapat berarti peti/lemari atau
bangku. Konotasi kedua kata ini menjelaskan dua fungsi dasar yang
dijelaskan oleh bank komersial. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi
sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti
berlian, peti uang dan sebagainya. (Arifin Zainul, 2002: 2)
Menurut O.P Seimorangkir bank merupakan salah satu badan usaha
lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa.
Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau
dengan dana- dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan
jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.
Sedangkan Sentosa Sembiring berpendapat bahwa bank adalah suatu
badan usaha yang berbadan hukum yang bergerak dibidang jasa
keuangan yang dapat menghimpun dana dari masyarakat secara langsung
dan menyalurkannya kembali ke masyarakat melalui pranata hukum
perkreditan. (Sentosa sembiring, 2012: 2)
Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap
negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang
perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik
negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana
yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang
22
2. Jenis-Jenis Bank
a. Bank Umum
b. Bank Perkreditan Rakyat
2. Bentuk-Bentuk Perlindungan
Hukum
22
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
normatif empiris. Penelitian ini biasa disebut penelitian hibrida, karena
mengawinkan dua jenis penelitian yang berbeda. Biasa juga disebut
dengan penelitian megombinasikan antara penelitian doogmatik dan non-
dogmatik, penelitian hukum doktrinal dan non-doktrinal, atau penelitian
hukum dan penelitian sosial. Selain sebagai penelitian law inbooks, juga
merupakan penelitian law in action. (Institut Andi Sapada,2022: 10)
Penelitian normatif adalah penelitian yang biasa disebut dengan
penelitian dogmatik, penelitian hukum doktrinal, atau penelitian teoritis.
Biasa juga penelitian ini disebut sebagai penelitian law in books. (Institut
Andi Sapada, 2022: 5)
Sedangkan penelitian empiris adalah penelitian yang biasa disebut
dengan penelitian non-dogmatik, penelitian hukum non-doktrinal, atau
penelitian sosial. Biasa juga penelitian ini disebut sebagai penelitian law in
action. (Institut Andi Sapada, 2022: 7).
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam peneleitian ini adalah pendekatan
Perundang-undangan (statue approach), dan pendekatan kasus (case
approach).
Pendekatan perundang-undangan adalah pendekatan yang dilakukan
dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan dan regulasi
yang bersangkut paut dengan isu hukum yang ditangani (Peter Machmud.
2011: 93).
Sedangkan pendekatan kasus (case approach) adalah salah satu
jenis pendekatan dalam penelitian hukum normatif, yang peneliti mecoba
membangun argumentasi hukum dalam perspektif kasus konkrit yang
terjadi di lapangan, hal ini dilakukan dengan melakukan telaah pada kasus-
29
kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi. Kasus yang
ditelaah merupakan kasus yang telah memperoleh putusan pengadilan
29
permasalahan yang diangkat dalam suatu penelitian. (Institut Andi
Sapada, 2022: 16)
F. Analisis Data
Penelitian hukum normatif empiris dianalisis secara observatif-indrawi
dan teorettis-rasional dengan menggunakan mode penalaran dengan
terlebih dahulu menggunakan logika induktif yang kemudian diteruskan
dengan logika deduktif. (Institut Andi Sapada, 2022:16)
29
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahmadi Miru dan Sakka Pati. 2011. Hukum Perikatan (Penjelasan Makna
Pasal 1233 sampai 1456 BW). Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
Ahmadi Miru. 2007. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak Edisi Revisi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
32
Ismail. 2018. Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta:
Prenadamedia Grup.
Johannes Ibrahim. 2004. Cross Default dan Cross Collateral Sebagai Upaya
Penyelesaian Kredit Bermasalah. Bandung: PT. Revika Aditama.
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. 2003. Perikatan Yang Lahir Dari
Perjanjian, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim. 1988. Hukum Tata Negara Indonesia.
Jakarta. Sinar Bakti.
32
R. Subekti. 1983. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT. Intermasa
Sunaryati Hartono. 2006. Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad 20.
Bandung: Alumni.
32
Sutan Remy Sjahdeini. 1993. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang
Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di
Indonesia. Jakarta: Institut Bankir Indonesia
Perundang-Undangan
32