Anda di halaman 1dari 30

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS HUKUM

USULAN PENELITIAN UNTUK PENULISAN HUKUM

PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP PELAKSANAAN

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DI BANK BPD DIY

Diajukan oleh:

Nama : Anggun Puspita Rini

NIM : 17/412099/HK/21237

Departemen : Hukum Perdata

YOGYAKARTA 2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Anggun Puspita Rini

NIM : 17/412099/HK/21237

Jurusan : Hukum

Konsentrasi : Hukum Perdata

Judul : Pengaruh Pandemi COVID-19 terhadap Pelaksanaan Eksekusi

Hak Tanggungan di Bank BPD DIY

Yogyakarta, 19 Oktober 2020,

Telah disetujui oleh

Dosen Pembimbing

Dr. Ninik Darmini, S.H., M.

Hum. 

NIP. 197003131995122001

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….…..i

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………….…..iii

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………….1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...4

C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………5

D. Keaslian Penelitian………………………………………………………….5

E. Manfaat Penelitian…………………………………………………………..6

F. Tinjauan Pustaka……………………………………………………………7

1. Tinjauan Umum Mengenai Pandemi COVID-19……………………....7

a. Pengertian Pandemi COVID-19…………………………..………….7

b. Dampak Pandemi COVID-19………………………………………...7

2. Tinjauan Umum Mengenai Hak Tanggungam…………………….…10

a. Pengertian Hak Tanggungan…………………………………..…...10

b. Ciri-ciri dan Sifat Hak Tanggungan………………………….…….12

c. Subjek dan Objek Hak Tanggungan……………………………….14

iii
d. Pembebanan Hak Tanggungan……………………………………..17

e. Eksekusi Hak tanggungan…………………………….………….....18

G. Metode Penelitian…..………………………………..……………………19

1. Sifat Penelitian………………………………………………………….20

2. Jenis Penelitian………………………………………………………….21

3. Lokasi Penelitian………………………………………………………..22

4. Subjek Penelitian…………………………………………………….....22

5. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………….22

6. Analisis Data..…………………………………………………………..25

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...….26

iv
A. Latar Belakang Masalah

Sektor Perbankan mempunyai peranan penting dalam menunjang

perekonomian nasional. Bank memiliki peran yang sangat penting dan strategis

dalam menopang pembangunan ekonomi nasional. Sebagai lembaga jasa

keuangan, peran utama sektor perbankan di Indonesia adalah untuk

menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang bertujuan untuk

menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional yang

berguna dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Salah satu kegiatan

usaha pokok bank adalah untuk memberikan kredit kepada masyakarat dalam

bentuk kredit investasi, kredit modal kerja, kredit usaha kecil dan jenis-jenis

kredit lainnya sesuai dengan kebutuhan nasabahnya.1 Oleh karena dana yang

digunakan oleh perbankan untuk menyalurkan kredit kepada para debitur

tersebut merupakan dana masyarakat, maka bank berkewajiban untuk menjaga

agar kredit atau pinjaman yang diberikan kepada debitur tersebut dapat

diterima kembali. Dalam implementasinya seringkali banyak faktor yang

menyebabkan debitur tidak dapat membayar kembali kredit yang diterimanya,

sehingga dalam rangka menjamin pelunasan dari kreditur tersebut bank

memerlukan jaminan dari debitur yang berupa harta benda ataupun jaminan

pribadi. Jaminan merupakan salah satu hal terpenting yang dibutuhkan dalam

suatu perjanjian kredit sebagai jaminan tambahan yang diserahkan nasabah

debitur kepada bank dalam rangka pemberian kredit. Pada umumnya jaminan

1
Saroinsong, A.N., 2014. Fungsi Bank Dalam Sistem Penyaluran Kredit Perbankan. Lex
Privatum, 2(3), hal 130.

1
yang berupa tanah dan bangunan dianggap lebih diminati oleh bank karena

nilainya yang cenderung stabil dalam jangka panjang.2 Maka dalam hal ini Hak

Tanggungan merupakan suatu jaminan atas suatu kredit tertentu.

Adanya suatu perjanjian kredit antara pihak kreditur dan debitur yang

dilakukan dengan jaminan hak tanggungan tidak selalu menguntungkan para

pihaknya, karena dalam keadaaan tertentu perjanjian yang dibuat dapat

menyulitkan pemakainya.3 Dalam hal ini apabila pihak kreditur dirugikan

dengan adanya kredit macet yang dilakukan pihak debitur wanprestasi

sehingga harus dilakukan eksekusi dari hak tanggungan tersebut. Salah satu ciri

dari eksekusi hak tanggungan adalah “mudah dan pasti dalam pelaksanaan

eksekusinya”, apabila dikemudian hari debitur wanprestasi.

Hak Tanggungan dalam perjanjian kredit di Bank BPD DIY memiliki

fungsi sebagai Lembaga jaminan untuk mengikat agunan untuk pelunasan

hutang debitur kepada kreditur sehubungan dengan perjanjian kredit yang

bersangkutan, yang mana objek dari hak tanggungan tersebut adalah tanah

yang dapat meliputi benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan

tanah itu. Namun karena adanya Pandemi COVID-19 ini kegiatan dalam dunia

perbankan juga mengalami perubahan, seperti pada kebijakan pemberian kredit

serta pada pelaksanaan eksekusi hak tanggungan apabila debitur cidera janji.

COVID-19 telah memberikan dampak yang besar terhadap negara

khususnya pada sektor ekonomi. Perekonomian mengalami pertumbuhan yang

2
Fauzi, A., 2010. Eksistensi Hak Tanggungan dalam Kredit Perbankan. INOVATIF| Jurnal Ilmu
Hukum, 2(3), hal 87.
3
Udiana I Made, 2011, Rekonstruksi Pengaturan Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal
Asing, Udayana University Press, Bali, hal 11.

2
lamban, dampak yang paling dirasakan adalah pada sektor perbankan dan bank

perkreditan seperti pada Bank BPD DIY yang salah satu kegiatan utamanya

adalah memberikan kegiatan kredit kepada masyarakat. Adanya pandemi ini

menyebabkan adanya penurunan laba bersih dan rendahnya pertumbuhan

kredit yang berpengaruh pada pendapatan bunga bank sehingga meningkatkan

risiko kredit macet dan akan meningkatkan pencadangan bank. Pandemi

COVID-19 ini menyebabkan banyaknya debitur yang cidera janji karena

debitur banyak yang mengalami penurunan penghasilan yang diakibatkan

lockdown selama berbulan-bulan.

Dalam pelaksanaannya apabila debitur cidera janji, kreditur sebagai

pemegang Hak Tanggungan dapat langsung meminta kepada Kantor Pelayanan

Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) setempat untuk menjual objek Hak

Tanggungan melalui penjualan dimuka umum atau pelelangan. Tata cara ini

dinilai sebagai cara yang paling mudah dan singkat karena kreditur tidak perlu

mengajukan permohonan eksekusi ke Pengadilan. Dan ini merupakan salah

satu kelebihan pelaksanaan lelang eksekusi tanpa melalui proses penetapan

Pengadilan, di samping biaya pelaksanaan pelelangan yang murah. Apabila

debitur cidera janji dengan tidak melakukan pelunasan setelah melewati proses

somasi atas perjanjian utang piutang dalam hak tanggungan, maka sertifikat

hak tanggungan memiliki kekuatan eksekutorial dalam akta pembebanan hak

tanggungan. Sertifikat hak tanggungan tersebut pada dasarnya merupakan

suatu grosse akta yang berirah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa.” Pasal 20 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 4 Tahun

3
1996 tentang Hak Tanggungan mengatur bahwa eksekusi hak tanggunan dapat

dilakukan dengan cara pelelangan umum. Dalam hal ini debitur yang tidak lagi

mampu membayar kredit yang di jamin dengan hak atas tanah tersebut

sehingga menyebabkan kredit macet, maka pihak Bank dapat melakukan

pelunasan hutang debitur dengan cara mengeksekusi jaminan kredit tersebut

dengan cara menjualnya melalui pelelangan umum, karena kemungkinan masih

terdapat sisa atas penjualan dan hasil pelelangan jaminan yang diberikan

kepada debitur.

Masih terdapat permasalahan dan kendala-kendala yang dihadapi Bank

BPD DIY dalam melaksanakan eksekusi hak tanggungan, hal ini disebabkan

karena adanya Pandemi COVID-19 yang menyebabkan adanya perubahan

kebijakan dalam proses pelaksanaanya. Berdasarkan uraian tersebut, maka

menjadi penting bagi penulis untuk meneliti dan mengkaji lebih lanjut

mengenai "Pengaruh Pandemi COVID-19 terhadap Pelaksanaan Eksekusi Hak

Tanggungan di Bank BPD DIY.”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan di Bank BPD DIY

selama masa pandemi ditinjau dari Undang-Undang No 4 Tahun 1996

tentang Hak Tanggungan?

2. Bagaimana kebijakan Bank BPD DIY untuk mengatasi kendala dalam

pelaksanan eksekusi hak tanggungan akibat pandemi?

4
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis proses pelaksanaan eksekusi hak

tanggungan di Bank BPD DIY selama masa pandemi ditinjau dari Undang-

Undang No 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis kebijakan Bank BPD DIY dalam

mengatasi kendala dalam proses pelaksanaan eksekusi hak tanggungan

akibat pandemi.

D. Keaslian Penelitian

Masalah dalam pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan bukanlah hal

baru dalam penulisan ilmiah, sudah banyak yang membahasnya. Sepanjang

penulisan persiapan skripsi ini, telah ditemukan satu topik yang membahas

masalah ini, yakni:

Skripsi Nur Hidayah pada Progam Sarjana Universitas Muhammadiyah

Surakarta tahun 2013 dengan Judul “Eksekusi Terhadap Objek Hak

Tanggungan Dengan Bantuan Pengadilan (Studi Kasus di Pengadilan Negeri

Sragen)” yang diakses di Google pada tanggal 25 September 2020 pukul 13.40

Skripsi tersebut menampilkan pembahasan berbeda terkait eksekusi

Hak Tanggungan. Pada skripsi tersebut pelaksanaan eksekusi terfokus di

pengadilan Negeri, sedangkan penelitian dan penulisan skripsi ini terfokus

pada adanya dampak dari Pandemi COVID-19 terhadap pelaksanaan eksekusi

hak tanggungan di Bank BPD DIY.

5
E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan baik yang

terkait secara langsung maupun tidak langsung yaitu:

1. Bagi masyarakat luas, sumbangan pemikiran ini dapat memberikan

informasi mengenai dampak Pandemi COVID-19 terhadap pelaksanaan

eksekusi Hak Tanggungan.

2. Sebagai masukan untuk dunia akademik, sehingga berguna untuk

mahasiswa pada umumnya dan khususnya mahasiswa Fakultas Hukum.

3. Bagi peneliti, akan dapat meningkatkan kreativitas dan terus berkarya, dan

mengetahui lebih dalam tentang seluk beluk praktek eksekusi Hak

Tanggungan, yang pada akhirnya untuk kepentingan yang lebih luas.

4. Memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan kepada masyarakat

(khususnya nasabah bank dalam hal perjanjian kredit dengan hak

tanggungan dalam praktek perbankan).

5. Sebagai bahan referensi dalam bidang hukum keperdataan.

F. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum Mengenai Pandemi COVID-19

a. Pengertian Pandemi COVID-19

Menurut World Health Organization (WHO) Pandemi adalah

penyebaran penyakit baru ke seluruh dunia. Tidak ada definisi yang dapat

diterima tentang istilah pandemi secara rinci dan lengkap, beberapa pakar

mempertimbangkan definisi berdasarkan penyakit yang secara umum

6
dikatakan pandemi dan mencoba mempelajari penyakit dengan

memeriksa kesamaan dan perbedaannya. Coronavirus Diseases 2019

(COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi

sebelumnya pada manusia. Tanda dan gelaja umum jika orang terinfeksi

COVID-19 antara lain adalah gejala gangguan pernapasan akut seperti

demam, batuk, dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5- 6 hari dengan

masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO

telah menetapkan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang

meresahkan dunia.4 COVID-19 disebut juga sebagai zoonotic yaitu

penularannya ditularkan melalui manusia dan/atau hewan.5

Pandemi global COVID-19 melahirkan problematika baru bagi

negara-negara bangsa, khususnya mengenai bagaimana upaya negara

untuk mencegah dan menghentikan penyebaran virus ini agar tidak

semakin meluas. Vaksin sosial seperti kebijakan pembatasan sosial dan

lockdown pun dilakukan oleh negara-negara sebagai respons atas situasi

darurat ini.

b. Dampak Pandemi COVID-19

Saat ini di dunia sedang marak wabah Coronavirus Diseases.

Coronavirus Diseases atau yang disebut juga dengan COVID-19 itu

menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat.


4

5
Handayani, R.T., Arradini, D., Darmayanti, A.T., Widiyanto, A. and Atmojo, J.T., 2020.
Pandemi Covid-19, Body Immunity Response, and Herd Immunity. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal
Ilmiah STIKES Kendal, 10(3), hal 374.

7
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa

pandemi ini pertama kali terdeteksi di Wuhan, China yaitu pada tanggal

30 Desember 2019 yang ketika itu memberikan informasi berupa

“pemberitahuan segera tentang pengobatan pneumonia dari penyebab

yang tidak diketahui”.6 COVID-19 menyebar begitu cepat ke seluruh

penjuru sehingga aktivitas yang melibatkan kumpulan orang-orang kini

mulai dibatasi seperti bersekolah, bekerja, beribadah dan lain sebagainya.

Pemerintah sudah mengimbau untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari

rumah untuk menekan angka pasien yang terpapar COVID-19. Untuk

sekarang ini semua aktivitas tersebut dilaksanakan secara daring.

Penyebaran COVID-19 telah berdampak luar biasa bagi dua

ruang lingkup, yaitu aktor dan aspek. Pertama, penyebaran virus ini telah

berdampak luar biasa setiap tingkatan aktor, mulai dari individu,

komunitas, masyarakat luas, perusahaan atau pihak swasta, negara

bahkan global. Kedua, wabah penyakit dan penyebaran COVID-19 jelas

telah berdampak pada berbagai aspek kehidupan, yang terutama adalah

aspek kesehatan, selain itu juga aspek sosial, ekonomi, dan politik. Maka

dapat dikatakan bahwa situasi ini telah melahirkan ancaman keamanan

bagi manusia sekaligus bagi negara dan lebih luas lagi yaitu secara

global. 7
6
Dewi, W.A.F., 2020. Dampak Covid-19 terhadap implementasi pembelajaran daring di Sekolah
Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), hal 56.

7
Valerisha, A. and Putra, M.A., 2020. Pandemi Global COVID-19 dan Problematika Negara-
Bangsa: Transparansi Data Sebagai Vaksin Socio-digital?. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional,

8
Dengan adanya pandemi COVID-19 di Indonesia tersebut saat ini

berdampak bagi seluruh masyarakat. Pada awalnya penyebaran virus

corona ini berdampak pada bidang pekonomian yang mulai lesu, tetapi

kini dampaknya juga menyebar ke berbagai bidang seperti sosial,

pariwisata, dan pendidikan. Pandemi COVID-19 yang telah menyebar

yang pada akhirnya membawa risiko yang sangat buruk bagi

perekonomian dunia termasuk Indonesia, khususnya pada sektor

perbankan yang merupakan salah satu agen pembangunan bagi

perekonomian negara. Pandemi COVID-19 ini sangat berdampak pada

pertumbuhan ekonomi terkhusus pada sektor usaha. Adanya physical

distancing menyebabkan tidak berjalannya sektor usaha sehingga

berpengaruh pada nasabah yang memiliki pinjaman di bank mengalami

kesulitan dalam pembayaran atau pelunasannya. Apabila hal tersebut

terus dibiarkan maka dapat berpengaruh pada kolektibilitas kredit,

padahal nilai kredit macet suatu bank sangat mempengaruhi tingkat

kesehatan bank itu sendiri. Kredit yang bermasalah akan membawa bank

menghadapi resiko kredit akibat ketidakmampuan debitur dalam

membayar kredit. Mewabahnya pandemi COVID-19 menyebabkan

ketidakstabilan ekonomi Indonesia yang akhirnya akan berpengaruh pada

sektor non-formal terdampak COVID-19 yang akan mengalami kesulitan

keuangan. Permasalahan datang ketika usaha non-formal tersebut

hal 132.

9
memiliki kredit di bank, maka akan dipastikan terjadinya kesulitan

membayar terhadap kredit di suatu bank tersebut.

2. Tinjauan Umum Mengenai Hak Tanggungan

a. Pengertian Hak tanggungan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggungan diartikan

sebagai barang yang dijadikan jaminan, sedangkan jaminan itu sendiri

artinya tanggungan atas pinjaman yang diterima.

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan

(sealnjutnya disebut UUHT), hak tanggungan adalah Hak Jaminan yang

dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang

merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang

tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur

terhadap kreditur-kreditur lainnya.

Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa Hak

Tanggungan adalah identik dengan hak jaminan, yang bilamana

dibebankan atas tanah Hak Milik, tanah Hak Guna Bangunan dan/atau

tanah Hak Guna Usaha memberikan kedudukan utama kepada kreditur-

kreditur tertentu yang akan menggeser kreditur lain dalam hal si

berhutang (debitur) cidera janji atau wanprestasi dalam pembayaran

hutangnya, dengan perkataaan lain dapat dikatakan bahwa pemegang hak

10
tanggungan pertama lebih Preferent terhadap kreditur-kreditur lainnya.

Hal ini lebih ditegaskan lagi dalam Pasal 6 UUHT yang mengatakan

bahwa “apabila debitur cidera janji (wanprestasi), pemegang hak

tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak

tanggungan atas kekuasaannya sendiri melalui pelelangan umum, serta

mengambil hasil penjualan objek hak tanggungan tersebut untuk

pelunasan hutangnya.”

Pengertian Hak Tanggungan menurut Undang-undang Nomor 4

tahun 1996 adalah: “hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah

sebagaimana dimaksud dalam UUPA, berikut atau tidak berikut benda-

benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk

pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan

kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur yang lain.”

Singkatnya yang dimaksud dengan Hak Tanggungan adalah jaminan

atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan

kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-

kreditur lain.

Selain dari pengertian diatas, Budi Harsono mengartikan

Hak Tanggungan adalah penguasaan hak atas tanah yang berisi

kewenangan bagi kreditur untuk berbuat sesuatu mengenai tanah

yang dijadikan agunan. Tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan

digunakan, melainkan untuk menjualnya jika debitur cidera janji dan

mengambil dari hasilnya seluruhnya atau sebagian dari pembayaran

11
lunas hutang debitur kepadanya. Esensi dari definisi hak tanggungan

tersebut adalah penguasaan hak atas tanah. Penguasaan hak atas

tanah oleh kreditur bukan untuk menguasai secara fisik, namun untuk

menjualnya jika debitur cidera janji.8

b. Ciri-Ciri dan Sifat Hak Tanggungan

Berdasarkan Angka 3 Penjelasan Umum dari Undang-Undang Hak

Tanggungan disebutkan bahwa Hak Tanggungan sebagai lembaga hak

jaminan atas tanah yang kuat harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1) Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada

pemegangnya (droit de preference). Dalam batang tubuh Undang-

undang Hak Tanggungan, hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 angka 1

dan Pasal 20 ayat (1). Apabila debitur cidera janji (wanprestasi), maka

kreditur pemegang hak tanggungan berhak menjual tanah yang

dibebani Hak Tanggungan tersebut melalui pelelangan umum dengan

hak mendahului dari kreditur yang lain.

2) Selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun objek

itu berada (droit de suite), hal ini ditegaskan dalam Pasal 7. Sifat ini

merupakan salah satu jaminan khusus bagi kepentingan pemegang

Hak Tanggungan. Meskipun objek Hak Tanggungan telah berpindah

tangan dan mejadi milik pihak lain, namun kreditur masih tetap dapat

menggunakan haknya untuk melakukan eksekusi apabila debitur

cidera janji (wanprestasi).


8
Nurjannah, S., 2018. Eksistensi Hak Tanggungan Sebagai Lembaga Jaminan Hak Atas Tanah
(Tinjauan Filosofis). Jurisprudentie: Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah Dan Hukum, hal 199

12
3) Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat

pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak

yang berkepentingan.

4) Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya, hal ini diatur dalam Pasal

6. Apabila debitur cidera janji (wanprestasi), maka kreditur tidak perlu

menempuh acara gugatan perdata biasa yang memakan waktu dan

biaya yang tidak sedikit. Kreditur pemegang Hak Tanggungan dapat

menggunakan haknya untuk menjual objek hak tanggungan melalui

pelelangan umum. Selain melalui pelelangan umum berdasarkan Pasal

6, eksekusi objek hak tanggungan juga dapat dilakukan dengan cara

“parate executie” sebagaimana diatur dalam Pasal 224 HIR dan Pasal

158 RBg bahkan dalam hal tertentu penjualan dapat dilakukan

dibawah tangan.9

Hak Tanggungan membebani secara utuh objek Hak Tanggungan

dan setiap bagian darinya. Dengan telah dilunasinya sebagian hutang

yang dijamin hak tanggungan tidak berarti terbebasnya sebagian objek

hak tanggungan, melainkan hak tanggungan tersebut tetap membebani

seluruh objek hak tanggungan untuk sisa hutang yang belum terlunasi.

Dengan demikian pelunasan sebagian hutang debitur tidak menyebabkan

terbebasnya sebagian objek hak tanggungan.

Menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Hak Tanggungan

dijelaskan bahwa hak tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-

9
Boedi Harsono, 2000, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, hal 420.

13
bagi. Sifat tidak dapat dibagi-bagi ini dapat disimpangi asalkan hal

tersebut telah diperjanjikan terlebih dahulu dalam Akta Pemberian Hak

Tanggungan (APHT). Selanjutnya Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Hak

Tanggungan menyatakan bahwa hak yang telah diperjanjikan terlebih

dahulu dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) adalah

pelunasan hutang yang dijamin dapat dilakukan dengan cara angsuran

yang besarnya sama dengan nilai masing-masing hak atas tanah yang

merupakan bagian dari objek hak tanggungan. Sehingga hak tanggungan

hanya membebani sisa dari objek hak tanggungan untuk menjamin sisa

hutang yang belum dilunasi asalkan hak tanggungan tersebut dibebankan

kepada beberapa hak atas tanah yang terdiri dari beberapa bagian yang

masing-masing merupakan suatu kesatuan yang berdiri sendiri dan dapat

dinilai secara tersendiri.

c. Subjek dan Objek Hak Tanggungan

1) Subjek Hak Tanggungan

Subjek hukum dari hak tanggungan adalah penyandang hak

dan kewajibannya itu sendiri, yang dalam hal ini terwujud dalam

kepemilikan harta kekayaan, baik benda yang bergerak maupun benda

yang tidak bergerak yang dimiliki oleh subjek hukum tersebut. Subjek

Hak Tanggungan diatur dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 9 UUHT,

dari kedua pasal tersebut dapat diketahui bahwa yang menjadi subjek

14
dalam Hak Tanggungan adalah pemberi Hak Tanggungan dan

pemegang Hak Tanggungan.

Pemberi Hak Tanggungan adalah adalah orang atau pihak yang

menjaminkan objek Hak Tanggungan, yang mempunyai kewenangan

untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek Hak Tanggungan

yang bersangkutan. Biasanya dalam praktik pemberi Hak Tanggungan

disebut dengan debitur, yaitu orang meminjamkan uang di lembaga

perbankan. Sedangkan pemegang Hak Tanggungan adalah orang

perseorangan atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang

berpiutang. Dengan demikian yang dapat menjadi pemegang Hak

Tanggungan adalah siapapun yang berwenang untuk melakukan

perbuatan perdata untuk memberikan hutang, yaitu baik badan hukum

maupun orang perseorangan warga negara Indonesia atapun orang

asing.10 Pemegang Hak Tanggungan disebut dengan istilah kreditur,

yaitu orang atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak

berpiutang.

2) Objek Hak Tanggungan

UUPA telah menentukan macam – macam hak atas tanah, namun

tidak semua hak atas tanah dapat dijadikan jaminan, untuk dapat

10
ST.Remy Sjahdeini, 1999, Hak Tanggungan,Asas-Asas, KetentuanKetentuan Pokok dan
Masalah Yang Dihadapi Oleh Perbankan, Alumni, Bandung, hal 79.

15
dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak jaminan atas tanah,

suatu objek harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu :11

a) Dapat dinilai dengan uang, karena hutang yang dijamin berupa uang;

b) Mempunyai sifat dapat dipindahtangankan, karena apabila debitur

cedera janji benda yang dijadikan jaminan akan dijual;

c) Termasuk hak yang didaftar menurut peraturan tentang pendaftaran

tanah yang berlaku, karena harus memenuhi syarat publisitas;

d) Memerlukan penunjukkan khusus oleh suatu undang – undang.

Sehubungan dengan hal tersebut, yang dapat menjadi objek Hak

Tanggungan adalah:12

a) Hak Milik;

b) Hak Guna Usaha;

c) Hak Guna Bangunan;

d) Hak Pakai Atas Tanah Negara;

e) Hak Pakai Atas Tanah Milik, yang akan diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah;

f) Rumah susun dan hak milik atas satuan rumah susun, yang didirikan

di atas tanah hak pakai atas tanah negara;

11
Boedi Harsono, 2005, Hukum Agraria Indonesia,Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, hal 422.
12
Rachmadi Usman, 1998, Pasal –pasal Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah, Djambatan,
Jakarta, hal 78

16
g) Berikut atau tidak berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang

telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah

tersebut dan merupakan milik pemegang hak atas tanah.

d. Pembebanan Hak Tanggungan

Dalam prosesnya, pembebanan hak tanggungan dilakukan dengan dua

tahap, yaitu Pemberian Hak Tanggungan dan Pendaftaran Hak

Tanggungan.

1) Tahap pemberian Hak Tanggungan, dengan dibuatnya Akta Pemberian

Hak Tanggungan (APHT) oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT),

yang didahului dengan perjanjian utang piutang yang dijamin.

Dalam proses pemberian hak tanggungan di depan PPAT, wajib

dihadiri oleh pemberi hak tanggungan dan penerima hak tanggungan.

serta disaksikan oleh 2 orang saksi. Berdasarkan Pasal 25 PP No.10

Tahun 1961 Jika tanah yang dijadikan jaminan belum bersertifikat

maka yang wajib bertindak sebagai saksi adalah Kepala Desa dan

seorang anggota pemerintahan dari desa yang bersangkutan.

2) Tahap Pendaftaran Hak Tanggungan

Tahap pendaftaran Hak Tanggungan oleh Kantor Pertanahan, yang

merupakan saat lahirnya Hak Tanggungan yang dibebankan yaitu :13

a) Pendaftaran Hak Tanggungan dilakukan oleh Kantor Pertanahan

13
Boedi Harsono, 1996, Segi-segi Yuridis Undang-Undang Hak Tanggungan, Djambatan,
Jakarta, hal 2.

17
dengan membuatkan buku tanah Hak Tanggungan dan

mencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi objek

Hak Tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertifikat

hak atas tanah yang bersangkutan.

b) Tanggal buku tanah Hak Tanggungan adalah tanggal hari ketujuh

setelah penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan

bagi pendaftarannya dan jika hari ketujuh itu jatuh pada hari libur,

buku tanah yang bersangkutan diberi tanggal hari kerja

berikutnya.

c) Hak Tanggungan lahir pada hari tanggal buku tanah Hak

Tanggungan.

e. Eksekusi Hak Tanggungan

Eksekusi Hak Tanggungan dilakukan jika debitur cidera janji

maka objek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut

tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang- undangan yang

berlaku dan pemegang Hak Tanggungan berhak mengambil seluruh

atau sebagian dari hasilnya untuk pelunasan piutangnya, dengan hak

mendahulu daripada kreditur-kreditur yang lain.

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak

Tanggungan mengatur apabila debitur cidera janji, pemegang Hak

Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak

Tanggungan atas kekuatan sendiri melalui pelelangan umum serta

18
mengambil pelunasan tersebut.. Pemegang Hak Tanggungan dapat

langsung meminta kepada kepala Kantor Lelang untuk melakukan

pelelangan atas obyek Hak Tanggungan yang bersangkutan. Hak untuk

menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri merupakan

keutamaan kedudukan yang dimiliki oleh pemegang Hak Tanggungan

pertama dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang Hak Tanggungan.

G. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode

pendekatan secara yuridis empiris yang akan bertumpu pada data primer (hasil

dari penelitian di lapangan) dan data sekunder. Pendekatan yuridis yaitu

meliputi hukum hanya sebagai hukum in book, yakni dalam mengadakan

pendekatan, prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang masih berlaku

dipergunakan dalam meninjau dan melihat serta menganalisa permasalahan

yang menjadi objek penelitian. yang dimulai dari analisa terhadap peraturan

perundang- undangan yaitu Undang - undang No.4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan atas tanah beserta benda- benda yang berkaitan dengan tanah dan

peraturan pelaksanaannya serta kepustakaan-kepustakaan tentang ilmu hukum

yang ada.

Sedangkan yang dimaksud dengan pendekatan secara empiris yaitu

suatu pendekatan penelitian yang digunakan untuk menggaambarkan kondisi

yang dilihat di lapangan secara apa adanya.

19
Disini peraturan perundang-undangan yang dipergunakan adalah

Undang-undang. Hak Tanggungan No.4 Tahun 1996, hasil Analisa tersebut

selanjutnya dihadapkan pada kenyataan terhadap penerapan permasalahan

yang ada.

1. Sifat Penelitian

Dilihat dari segi sifatnya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif,

artinya penelitian yang menggambarkan objek tertentu dan menjelaskan

hal-hal yang terkait dengan atau melukiskan secara sistematis fakta-fakta

atau karakteristik populasi tertentu dalam bidang tertentu secara faktual

dan cermat.14 Penelitian ini bersifat deskriptif karena penelitian ini semata-

mata menggambarkan suatu objek untuk menggambil kesimpulan-

kesimpulan yang berlaku secara umum. Dalam penelitian ini penulis akan

mendekripsikan penelitian ini berkaitan dengan adanya dampak pandemi

COVID-19 terhadap pelaksanaan eksekusi hak tanggungan di Bank BPD

DIY.

2. Jenis penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

yang menggunakan pendekatan kualitatif, yang menghasilkan data-data

deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari informan penelitian

dan perilaku objek penelitian yang diamati. Dalam penelitian ini tidak ada

perlakuan yang ditambahkan atau dikurangi dalam perolehan data di

14
Sarifuddin Azwar, 1998, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal 7.

20
lapangan, penelitian ini menggambarkan suatu gejala, kondisi dan sifat

situasi secara apa adanya tanpa adanya manipulasi pada waktu

penyelidikan lapangan dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah melukiskan

variabel atau kondisi objek yang diamati secara apa adanya tanpa adanya

manipulasi. Peneliti menggunakan jenis dan pendekatan penelitian

deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran

secara sistematis, faktual, akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta

hubungan antara fenomena yang diselidiki.15

3. Lokasi Penelitian

a. Bank Pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di JL.

Magelang Km 8, No. 95, Mulungan Wetan, Sendangadi, Mlati, Sleman,

Mulungan Wetan, Sendangadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta.

b. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Yogyakarta

yang terletak di Jl. Kusumanegara No.11, Semaki, Kec. Umbulharjo,

Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pelaku yang terkait dengan objek penelitian,

yang menjadi subjek dalam penelitian ini sebagai informan adalah :

a. Kepala dan staff Bank Pembangunan Daerah di Yogyakarta.

15
Moh Nazir, 2003, Metode Penelitian Bisnis, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal 54.

21
b. Kepala dan staff Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang 

Yogyakarta.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengambilan data diusahakan sebanyak mungkin data

yang diperoleh atau dikumpulkan mengenai masalah-masalah yang

dihubungkan dengan penelitian ini, penulis akan menggunakan baik data

primer maupun sekunder.

a. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari para

responden dengan cara wawancara bebas terpimpin, yaitu dengan

mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan sebagai

pedoman dengan variasi-variasi yang disesuaikan dengan situasi ketika

wawancara. Dengan cara ini penulis melaksanakan komunikasi

langsung untuk mendapatkan keterangan yang diperlukan sesuai dengan

penulisan.

Peneliti melakukan wawancara ini dengan menggunakan teknik

wawancara terarah yaitu peneliti terlebih dahulu merencanakan

pelaksanaan wawancara. Wawancara dilakukan berdasarkan suatu

daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Pertanyaan

disusun terbatas pada aspek-aspek dari masalah yang diteliti. Dengan

melalui wawancara , peneliti akan memperoleh data sesuai dengan

keinginan dan permasalahan yang akan dibahas. Wawancara dilakukan

untuk respoden (informan).

22
b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi

kepustakaan guna mendapatkan landasan teoritis berupa pendapat-

pendapat atau tulisan-tulisan para ahli ataupun pihak-pihak lain yang

berwenang yang berhubungan erat dengan permasalahan. Disamping

itu, tidak menutup kemungkinan diperoleh informasi lain baik dalam

bentuk formal maupun informal seperti internet, surat kabar, dan lain

sebagainya.

Data sekunder didapat dari :

1) Bahan Hukum Primer

a) Peraturan Dasar, yaitu Undang-undang Dasar 1945 ;

b) Peraturan perundang-undangan, yaitu :

(1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang berkaitan

dengan tanah.

(2) Undang- undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang perubahan

atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan.

(3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok Agraria.

(4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 Tentang

Pendaftaran Tanah.

23
2) Bahan hukum Sekunder.

Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat

kaitannya hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat

membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer,

meliputi :

a) Buku-buku mengenai Hukum Agraria Indonesia, buku- buku

mengenai Hak Tanggungan, buku-buku mengenai perbankan,

serta buku-buku metodelogi penelitian

b) Hasil karya ilmiah para sarjana tentang perjanjian dan Hak

Tanggungan.

c) Hasil penelitian tentang Hak Tanggungan.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum ini adalah sebagai penunjang bahan hukum

lainnya yang berasal dari kamus hukum, ensiklopedia, ataupun

internet yang menunjang pembahasan dalam skripsi ini mengenai

Hak tanggungan.

6. Analisis data

Analisa data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah,

karena dengan adanya analisa data tersebut dapat memberi arti dan

makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.

Menganalisa data merupakan tindakan peneliti untuk mempertemukan

24
kesenjangan antara teori (das sollen) dan praktiknya di lapangan (das

sein).

Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan penelitian

ini adalah secara kualitatif. Data dikumpulkan dalam berbagai macam

cara seperti observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman, dan

biasanya diproses terlebih dahulu sebelum siap digunakan melalui

pencatatan, pengetikan, penyuntingan. Analisis kualitatif tetap

menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang

diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika

sebagai alat bantu analisis. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian kualitatif mencakup transkip hasil wawancara, reduksi data,

analisis, interpretasi data dan triangulasi.

Dengan metode analisis inilah peneliti berusaha untuk

menggambarkan sekaligus menganalisa secara deskriptif dari hasil

penelitian yang telah dilakukan, yaitu mendeskripsikan tentang pengaruh

pandemi COVID-19 terhadap pelaksanaan eksekusi hak tanggungan di

BPD DIY.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Boedi Harsono, 1996, Segi-segi Yuridis Undang-Undang Hak Tanggungan,
Djambatan, Jakarta.

25
Boedi Harsono, 2000, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-
Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta.
Boedi Harsono, 2005, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-
Undang Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta.
Moh Nazir, 2003, Metode Penelitian Bisnis, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Rachmadi Usman, 1998, Pasal –pasal Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah,
Djambatan Jakarta.
Saifuddin Azwar, 1998, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
ST.Remy Sjahdeini, 1999, Hak Tanggungan, Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan
Pokok dan Masalah Yang Dihadapi Oleh Perbankan, Alumni, Bandung.
Udiana I Made, 2011, Rekonstruksi Pengaturan Penyelesaian Sengketa
Penanaman Modal Asing, University Press, Bali.

Jurnal
Dewi, W.A.F., 2020. Dampak Covid-19 terhadap implementasi pembelajaran
daring di Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1).
Fauzi, A., 2010. Eksistensi Hak Tanggungan dalam Kredit
Perbankan. INOVATIF| Jurnal Ilmu Hukum, 2(3).
Handayani, R.T., Arradini, D., Darmayanti, A.T., Widiyanto, A. and Atmojo, J.T.,
2020. Pandemi Covid-19, Body Immunity Response, and Herd
Immunity. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 10(3).
Nurjannah, S., 2018. Eksistensi Hak Tanggungan Sebagai Lembaga Jaminan Hak
Atas Tanah (Tinjauan Filosofis). Jurisprudentie: Jurusan Ilmu Hukum
Fakultas Syariah Dan Hukum, 5.
Saroinsong, A.N., 2014. Fungsi Bank Dalam Sistem Penyaluran Kredit
Perbankan. Lex Privatum, 2(3).
Valerisha, A. and Putra, M.A., 2020. Pandemi Global COVID-19 dan
Problematika Negara-Bangsa: Transparansi Data Sebagai Vaksin Socio-
digital?. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional.

Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria

26

Anda mungkin juga menyukai