Anda di halaman 1dari 3

Nama: Fiko Aydin Ilhami

Nim: C1B020142
Kelas: R-005
Mk: Perilaku Organisasi
Prodi: Manajemen
Dosen Pengampu: Feny Tialonawarmi, S.E., M.M

Contoh Kasus Dasar-Dasar Perilaku Kelompok

Contoh Kasus
“BAHAYA DARI TIDAK BERBICARA”
Orang-orang pintar yang bekerja secara kolektif kadang-kadang melakukan hal bodoh. ‘Hal-hal
bodoh’ tersebut, bahkan, mungkin menjadi salah satu penyebab kecelakaan pesawat ulang alik
Columbia di tahun 2003. Setidaknya itu adalah satu dari kesimpulan yang diberikan oleh Dewan
Investigasi Kecelakaan Columbia (Columbia Accident Investigation Board) yang sangat
mengkritisi proses pengambilan keputusan tim pada NASA.
NASA memiliki deretan panjang sejarah dalam menekan perbedaan-perbedaan di antara
personel, khususnya ketika perbedaan-perbedaan tersebut mengancam citra lembaga tersebut atau
mempengaruhi jadwal peluncuran. Misalnya, investigasi dari ledakan Challenger di tahun 1986
mengungkap bahwa beberapa insinyur telah mengkhawatirkan selama berbulan-bulan potensi
tidak berfungsinya sebuah segel O-ring selama peluncuran dalam cuaca dingin. Tetapi proses-
proses internal NASA menekan orang-orang ini agar tidak berbicara. Penyelidikan resmi dari
ledakan Challenger adalah karena tidak berfungsinya segel O-ring pada solid-rocket booster hanya
73 detik setelah peluncurannya pada suatu hari di bulan Januari yang dingin.
Bencana ulang-alik Columbia pada 2003 berawal dari terlepasnya sebuah busa di kala
peluncuran. Penyelidikan Columbia mengungkap bahwa para insinyur NASA telah memutuskan
sejak awal dalam misi tersebut bahwa busa yang jatuh tidak membahayakan pesawat ulang alik
tersebut atau awaknya, meskipun sekarang secara umum telah diterima bahwa ini adalah faktor
tunggal yang menyebabkan kehancuran pesawat ulang alik tersebut. Namun, penyelidikan tersebut
juga mengungkap bahwa beberapa insinyur tetap terus mendiskusikan situasi-situasi yang
melibatkan kemungkinan masalah yang berhubungan dengan kerusakan keramik dan busa yang
jatuh tersebut. Tetapi, karena para insinyur yang secara langsung berhubungan dengan proses
pengambilan keputusan merasa yakin bahwa busa tersebut tidak menimbulkan risiko, mereka tidak
menyampaikan hasil diskusi mereka ke permukaan, meskipun para insinyur lainnya menyatakan
bahwa material tersebut dapat berpotensi menjadi penyebab kerusakan yang meenimbulkan
bencana besar. Dengan kata lain ada beberapa insinyur yang terlibat dalam misi Columbia dan
sangat yakin bahwa yang jatuh tersebut merupakan ancaman terhadap misi tersebut tetapi memilih
untuk tidak berbicara.
Sementara tidak ada yang tahu pasti apa yang menyebabkan Columbia celaka, para insinyur di
Johnson Space Center cukup yakin, mereka menemukan jawabannya. Sebelumnya, mereka telah
mencoba mengingatkan para petinggi, namun diabaikan.
Senior manajer di Johnson Space Center menolak informasi yang ada dengan mengesampingkan
para insinyur. Pada wawancara setelahnya diketahui bahwa telah terjadi lima kali rapat yang
membahas soal busa tetapi semuanya sepakat bahwa tidak perlu melakukan tindakan. Mengapa
insinyur-insinyur ini tetap diam dan tidak menyampaikan kekhawatiran mereka kepada atasan
mereka? Kemungkinan jawabannya adalah kelompok di NASA tersebut menekan persetujuan
pendapat sedemikian kuatnya hingga mereka menahan perbedaan pendapat. Para insinyur juga
takut mengungkapkan masalah keamanan itu dengan para petinggi NASA yang lebih
mengkhawatirkan masalah terpenuhinya jadwal penerbangan ketimbang risiko keselamatan.
Apalagi setalah 26 bulan melakukan persiapan intensif, baik itu dengan belajar, pengujian,
pendisainan ulang, perbaikan dalam semua hal. Sudah tidak ada yang tahu kemana lagi pendapat
kecil harus dilayangkan. NASA memutuskan Columbia untuk terbang.
Ditambah lagi dengan sudah lelahnya Laporan akhir CAIB menyimpulkan, “seiring waktu, secara
perlahan dan tanpa disengaja, pemeriksaan dan penyeimbangan (check and balance) yang
dimaksud untuk meningkatkan keamanan telah terkikis dan tergantikan oleh proses-proses
terperinci yang menghasilkan data dalam jumlah yang sangat besar dan consensus yang tidak
disahkan, tetapi komunikasi yang efektif kurang karena adanya tekanan yang diberikan kelompok
kepada individu”.
Analisis Kasus NASA Berdasarkan Konsep Perilaku Kelompok
Penyelidikan dapat menyimpulkan bahwa NASA tidak melakukan kesalahan Tetapi, jika
masalahnya justru menuju pada budaya pengambilan keputusan di NASA, hal ini dapat merujuk
pada Groupthink. Pada dasarnya, terabaikannya faktor keselamatan dalam penerbangan Columbia
dlandasi oleh pikiran kelompok (Groupthink). Groupthink memainkan faktor yang signifikan dan
merupakan kontributor utama bencana. Mengacu pada preferensi anggota kelompok memiliki
pendapat yang sama dan keyakinan yang dalam hal ini menyebabkan banyak kesalahan. Muncul
pendapat yang keliru dalam kelompok ditambah pula dengan tekanan tinggi yang mengharuskan
NASA berada pada suatu suara sehingga semuanya setuju dengan penilaian tersebut. Ini menjadi
sebuah kesetujuan dan otoritas yang dimiliki oleh seorang yang dianggap ahli. Berdasarkan
analisis mengenai pengambilan keputusan kelompok, fenomena kelompok yang terjadi dalam
organisasi ini adalah fenomena groupthink, karena:
- Adanya rasa takut dari beberapa insinyur untuk menyampaikan pendapatnya bahwa busa di
pesawat Columbia membutuhkan perhatian khusus.
- Individu ditekan untuk memiliki pandangan yang sama dengan sebagian besar individu lain
dalam kelompok.
- Anggota kelompok NASA ini berusaha memperkuat identitasnya sebagai “organisasi elit yang
tidak pernah berbuat salah”
- Keputusan yang menyatakan jatuhnya busa tidak bahaya dibuat secara groupthink yang
berlawanan dengan hati nurani beberapa anggotanya. Namun mengingat itu kepentingan
kelompok, maka mau tidak mau semua anggota kelompok harus kompak mengikuti arah yang
sama agar tercapai suatu kesepakatan bersama.
- Kohessivitas merujuk pada kohesivitas yang tinggi sehingga masing-masing anggota kelompok
merasa sudah sangat menyatu. Dalam konteks ini, para insinyur NASA merupakan kelompok yang
sangat padu dengan latar belakang keahlian yang sama.
Jika masalahnya dipandang dari budaya pembuatan keputusan di NASA, hal ini dapat mengarah
pada Groupthink, sebuah teori temuan Irving L. Janiss (a Yale psychologist and a pioneer in the
study of social dynamics).
Groupthink, Professor Janis
“It can be found, he said, whenever institutions make difficult decisions”
Sebuah mode berpikir bahwa para anggota sangat terlibat dalam kelompok yang kohesif, sehingga
sebuah kebulatan suara dapat menimpa motivasi mereka untuk berpikiran realistis menilai program
alternatif tindakan. Yang menang adalah persetujuan atas otoritas dan keahlian
Groupthink yang mengarah ke tragedi ini adalah: Estimasi berlebihan atas kekuasaan kelompok
dan moralitas. Kelompok ini mengabaikan sinyal bahaya, menjadi terlalu optimis, dan mengambil
risiko ekstrim, ilusi kebulatan suara, tekanan perbedaan pendapat dan stereotip. Gejala ini
menyebabkan proses keputusan yang salah di antara semua organisasi yang terlibat.
Solusi Masalah
Perlu adanya sebuah sistem dan aturan agar tidak terjadi keputusan yang salah dan terjadinya
groupthink, yaitu :
-Dibutuhkan adanya supervisi dan kontrol (membentuk komite parlementer), Supervisi dan
kontrol yang dimaksud adalah adanya kontrol untuk mengembangkan sumber daya untuk
memonitor proses pembuatan kebijakan dan memberi dukungan akan adanya intervensi.
-Mendukung adanya pelaporan kecurangan (suarakan keraguan), Setiap anggota harus
menghindaritekanan kekhawatiran akan keputusan kelompokdan berdebat ketika tidak ada
jawaban yang memuaskan setiap anggota kelompok.
-Mengizinkan adanya keberatan (lindungi conscientious objectors), Memberikan jalan keluar bagi
para anggota kelompok untuk mengatasi perdebatan yang terjadi ketika rapat, dan jangan
menganggap remeh masukan – masukan yang dikeluarkan oleh anggota kelompok.
-Menyeimbangkan consensus dan suara terbanyak (mengubah pilihan pengaturan peraturan),
Kurangi tekanan kepada anggota kelompok yang berada pada posisi minoritas dan
mencegahterjadinya subkelompok, serta membuat pendekatan antar anggota kelompok yang
mendukung salah satu pendapat atau masukan dalam pengambilan keputusan kelompok.

Anda mungkin juga menyukai