TEMA: REFLEKSI
KEARIFAN LOKAL
TUJUAN
SUB-TEMA - peserta didik mampu merefleksikan seluruh proses dari awal
MENELUSURI WARISAN MASA sampai akhir
LAMPAU - peserta didik mampu mengidentifikasi hal yang paling berkesan,
menantang, hal baru yang ia dapat, dlsb
TOPIK - peserta didik mampu mengungkapan perasaan dan pikiran yang
MERAWAT TRADISI terjadi di sepanjang projek
MEWARISKAN WELERI
PERSIAPAN
POKOK BAHASAN PELAKSANAAN
REFLEKSI
1. Guru bersama dengan peserta didik mengingat kembali proses
Refleksi projek melalui permainan yang melibatkan olah tubuh. (Panduan
Waktu: 90 menit bermain ada di halaman berikutnya)
/ 2 JP
Peran Guru: Fasilitator 2. Setelah selesai bermain, guru meminta peserta didik untuk
menuliskan refleksi pribadi akan perjalanan projek dari awal
4. Jika guru menyebut arah kiri atau kanan, maka peserta didik
akan melompat ke arah tersebut satu langkah, sehingga terlihat
dua lingkaran ini akan melompat ke arah yang berbeda karena
saling berhadapan.
KEGIATAN 17 P5BK
CERITA PERJALANAN AKSIKU
SUB-TEMA PERSIAPAN
MENELUSURI WARISAN MASA Gurumemfasilitasi dokumen yang diperlukan
LAMPAU Peserta didik menyiapkan dokumen dokumenn selama perjalanan aksi
mereka
TOPIK
MERAWAT TRADISI PELAKSANAAN
MEWARISKAN WELERI 1. Guru meminta peserta didik untuk memilih beberapa foto atau
video dokumentasi perjalanan satu semester dari awal hingga
POKOK BAHASAN akhir
Cerita Perjalanan Aksiku 2. Peserta didik diajak untuk memberikan keterangan penjelasan
dari foto atau video tersebut untuk menjadi konten di media
ASESMEN
Asesmen merupakan bagian penting dari pembelajaran dalam projek. Oleh karena itu dalam
merencanakan projek, termasuk dalam menyusun modul projek, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam merancang asesmen projek:
didik dapat memilih topik yang akan dinilai, metode asesmen (tertulis/tidak tertulis,
presentasi/pembuatan poster), dan pengembangan rubrik
Contoh bentuk asesmen Rubrik, observasi, Rubrik, umpan balik Rubrik, presentasi,
kuesioner, refleksi, esai (dari guru dan sesama poster, diorama, produk
peserta didik) baik teknologi atau seni,
secara lisan maupun esai, kolase, drama
tertulis, observasi,
diskusi, presentasi,
jurnal, refleksi, esa
3. Mengoptimalkan
dampak projek
MATERI
generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut. Kearifan lokal ada di dalam cerita
rakyat, peribahasa, lagu, dan permainan rakyat. Kearifan lokal sebagai suatu pengetahuan yang
ditemukan oleh masyarakat lokal tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan
diintegrasikan dengan pemahaman terhadap budaya dan keadaan alam suatu tempat.[1][2][3]
Beberapa Bentuk Kearifan Lokal di Indonesia[sunting | sunting sumber]
Indonesia memiliki berbagai macam kearifan lokal yang sangat berperan strategis dalam membangun
peradaban suatu masyarakat. Bentuk kearifan lokal ini diantaranya dapat dilihat dalam bentuk sebagai
berikut.
1.
Motif Batik Parang memiliki makna petuah untuk tidak pernah menyerah. Hal ini terlihat dari motifnya
yang berisi jalunan yang tidak terputus.
Kearifan lokal dalam karya-karya masyarakat, bentuk kearifakan lokal seperti ini misalnya dapat kita
temui dalam seni batik yang motifnya tidak hanya indah, tetapi juga menyimpan makna yang mendalam
dalam tiap motifnya.
2. Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam, bentuk kearifan lokal seperti ini dapat kita
jumpai dalam konsep Tana' Ulen pada masyarakat Dayak di Kalimantan. Pada wilayah Tana'
Ulen, penduduk dilarang menebang pohon, membakar hutan, membuat ladang , serta
melakukan aktivitas lain yang dapat menimbulkan kerusakan hutan.
3. Kearifan lokal dalam bidang pertanian , bentuk kearifan lokal seperti ini dapat kita temui dalam
sistem pertanian Nyabuk Gunung di daerah Jawa . Sistem pertanian ini dilakukan di dataran
tinggi tanpa harus mengubah kontur tanah. Jadi ketika lahan diubah menjadi area pertanian,
kontur tanah tetap dipertahankan sebagaimana aslinya.[4]
Ciri-ciri kearifan lokal Mampu bertahan di tengah gempuran budaya luar yang semakin masif Memiliki
kemampuan menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur dari budaya luar
Mempunyai kemampuan penggabungan atau pembauran terhadap unsur budaya luar ke dalam budaya
asli. Mempunyai kemampuan mengendalikan, memberi arah pada perkembangan budaya.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (20/4/2021) tentang kearifan lokal adalah.
Kearifan lokal adalah salah satu aspek yang sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Kearifan lokal
adalah cara hidup suatu masyarakat dan berhubungan secara spesifik dengan budaya tertentu. Setiap
suku bangsa memiliki kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai sosial budaya yang harus dijaga. Hal ini
termasuk pendidikan, kesehatan, serta nasehat-nasehat leluhur untuk selalu berbuat baik kepada
sesama manusia, bahkan alam tempat tinggalnya.
Kearifan lokal biasanya tercermin dalam nilai-nilai kelompok masyarakat tersebut, seperti pada
nyanyian, pepatah, tarian, atau bahkan semboyan. Nilai-nilai kearifan lokal yang tertanam di dalam
kelompok masyarakat, akan menjadi bagian hidup yang tidak dapat terpisahkan. Kamu bisa melihatnya
melalui perilaku sehari-sehari masyarakat tersebut.
S. Swars
Menurut Swars, kearifan lokal adalah kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai,
etika, cara-cara, dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Kearifan lokal adalah nilai yang
dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama, bahkan melembaga.
- Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client.
Sumber: artikel “Kearifan Lokal adalah Aspek Kebudayaan, Kenali Ciri-Ciri, Fungsi, dan Bentuknya”
Oleh Husnul Abdi https://hot.liputan6.com/read/4536990/kearifan-lokal-adalah-aspek-kebudayaan-
kenali-ciri-ciri-fungsi-dan-bentuknya
lokal juga dikembangkan selama beberapa generasi dan tertanam di dalam cara hidup masyarakat yang
bersangkutan sebagai sarana untuk mempertahankan hidup.
Bentuk kearifan lokal dalam masyarakat bisa berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat,
hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Selain bentuk, kearifan lokal juga memiliki ciri-ciri. Adapun ciri-
ciri kearifan lokal sebagai berikut: Sanggup bertahan terhadap budaya luar. Mempunyai kemampuan
mengakomodasi unsur-unsur budaya luar. Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke
dalam budaya asli. Memiliki kemapuan mengendalikan. Sanggup memberi petunjuk pada
perkembangan budaya.
Dalam jurnal Makna Komunikasi Simbolik Hukum Adat Sasi (2017) karya Casparina Yulita, Hafied
Cangara, dan Muhadar, dijelaskan bahwa hukum sasi adalah ketentuan hukum tentang larangan
memasuki, mengambil atau melakukan sesuatu dalam kawasan teretentu dan dalam jangka waktu
tertentu pula. Pada dasarnya, hukum sasi merupakan kaidah hukum yang didasarkan pada asas
pelestarian dan keseimbangan hubungan alam dengan ekosistem Dasar filosofis hukum sasi
menekankan adanya hubungan antara kehidupan manusia dengan alam. Alam merupakan bagian
penting dari manusia. Kehancuran alam berarti kehancuran manusia juga. Dari penjelasan tersebut,
dapat diketahui bahwa kearifan lokal hukum sasi tepat digunakan untuk pembangunan masyarakat
karena memuat upaya pelestarian dan keseimbangan alam. Selain hukum sasi, Indonesia masih banyak
memiliki kearifan lokal lainnya, seperti Awig-Awig di Lombok Barat dan Bali, Bebie di Sumatera Selatan,
Cingcowong di Jawa Barat, Hompongan di Jambi, Balingkea di Sulawesi Tengah, Ke-Kean di Sumatera
Selatan, Pahomba di NTT, dan sebagainya.
Sumber:
Kearifan Lokal: Definisi, Ciri-Ciri, dan Contohnya Kompas.com - 25/11/2020, 15:04 WIB
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kearifan Lokal: Definisi, Ciri-Ciri, dan Contohnya",
Klik untuk baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/25/150459069/kearifan-lokal-definisi-
ciri-ciri-dan-contohnya.
Penulis : Cahya Dicky Pratama
Editor : Serafica Gischa
Berdasarkan literatur yang berkembang, kearifan lokal berasal dari dua kata, yaitu kearifan (wisdom)
dan lokal (local). Local artinya setempat, sementara wisdom artinya bijaksana. Jadi, kearifan lokal dapat
dikatakan sebagai gagasan atau pandangan yang bersumber dari sebuah tempat, yang di dalamnya
terdapat sifat bijaksana atau nilai-nilai baik yang tertanam, diyakini, dan dianut oleh suatu masyarakat
secara turun-temurun.
Penjelasan singkatnya, kearifan lokal di Indonesia merupakan suatu hal atau tindakan yang dianggap
baik oleh masyarakat setempat. Makna kearifan lokal bisa terbentuk dan tercermin dari etika dan nilai-
nilai luhur yang diyakini. Nilai yang tertanam dalam kearifan lokal bisa menjadi modal utama dalam
membangun masyarakat tanpa merusak atau mengubah tatanan sosial yang berkaitan dengan
lingkungan alam sekitar.
Kearifan lokal bisa dikatakan sebagai budaya unggul dari masyarakat setempat, karena nilai-nilai yang
dipegang masih berhubungan erat dengan kondisi geografis dan lingkungan alam sekitar. Uniknya,
meskipun dari bernilai lokal, nilai yang diyakini bersifat universal. Artinya, nilai tersebut bisa mengatur
seluruh aspek dalam kehidupan masyarakat.
Ciri-ciri Kearifan Lokal di Indonesia
Adapun ciri-ciri kearifan lokal yang perlu kamu ketahui adalah sebagai berikut:
1. Menjadi benteng yang menjaga eksistensi kebudayaan asli dari pengaruh perkembangan zaman
maupun terpaan budaya luar.
2. Mampu mengakomodasi unsur-unsur budaya luar. Artinya, kearifan lokal mampu memilih mana
budaya luar yang cocok dan masih sesuai dengan budaya asli. Ciri ini menunjukkan bahwa
kearifan lokal tidak selalu bersifat tradisional, tapi juga adaptif terhadap perkembangan budaya.
3. Mampu mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli. Kearifan lokal mampu
menyatukan budaya luar dan budaya asli dalam komunitas masyarakat sehingga berpotensi
menciptakan kebudayaan nasional.
4. Kearifan lokal sebagai alat kontrol sosial, berarti kearifan lokal menjadi alat yang mampu
menjaga agar masyarakat memiliki tanggung jawab atas keberlangsungan hidupnya dan agar
hubungan sosial di masyarakat tidak hilang.
5. Pemberi arah perkembangan budaya. Artinya, kearifan lokal mampu menjadi alat untuk Menjadi
benteng pertahanan masyarakat dari terpaan budaya luar. Artinya, kearifan lokal mengarahkan
masyarakat agar tetap berperilaku sesuai budayanya.
1. Sebagai pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup,
konsep Kanda Pat Rate.
Orang yang kedapatan melanggar, akan diberikan sanksi berupa Mengaksama (minta
maaf), Dedosaan (denda uang), Kerampang (disita harta bendanya), Kasepekang (dikucilkan atau tidak
diajak bersosialisasi dalam kurun waktu tertentu), Kaselong (pengusiran dari desanya), Upacara
Prayascita (ritual pembersihan desa secara spiritual).
Bebie
Bebie merupakan contoh kearifan lokal yang berkembang di wilayah Muara Enim, Sumatera Selatan.
Kearifan lokal ini berupa kegiatan menanam dan memanen padi secara bersama-sama dengan tujuan
agar panen cepat selesai.
Sementara itu, pemberdayaan komunitas diartikan sebagai proses pembangunan di mana masyarakat
mulai berinisiatif untuk melakukan kegiatan sosial guna memperbaiki situasi dan kondisi dari komunitas
itu sendiri.
Adanya pemberdayaan ini mampu memunculkan potensi masing-masing individu pada komunitas
tersebut. Potensi itu bisa berupa kreativitas atau kemampuan lain yang menunjang kesejahteraan hidup
mereka.
Dalam pemberdayaan komunitas, kearifan lokal tentu sangat diperlukan karena memiliki peran strategis
dalam perkembangan budaya dan peradaban suatu masyarakat. Nilai-nilai kearifan lokal yang dianut
akan menjadi ciri khas komunitas sehingga individu dalam komunitas tersebut bisa mengembangkan
potensi diri sesuai dengan akar dan karakteristik komunitasnya.
Kearifan lokal juga berperan untuk mengantisipasi ancaman dan hambatan dari luar yang bisa
mengubah tatanan nilai yang dianut oleh suatu komunitas. Jadi, kearifan lokal ini sangat berperan dalam
upaya pemberdayaan komunitas ya, Pahamifren.
Upaya pemberdayaan komunitas tidak hanya sekadar mengandalkan peran kearifan lokal saja. Ada
upaya-upaya lain yang diperlukan untuk memaksimalkan pemberdayaan komunitas, antara lain:
Membangun kembali struktur dari lembaga yang memberikan akses kesetaraan terhadap
sumber daya pelayanan dan partisipasi masyarakat.
Upaya membangun sistem pemerintahan yang efektif dan efisien untuk menguatkan kesadaran
masyarakat tentang isu sosial.
Dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kualitas hidup tiap anggota
komunitas.
Contohnya, pada beberapa lokasi atau daerah yang masyarakatnya sudah memiliki keahlian, maka
keahlian tersebut dapat dikembangkan sebagai sumber penghasilan mereka. Di daerah Pekalongan,
masyarakatnya memiliki potensi keahlian dalam membuat batik, maka keahlian tersebut dapat
dikembangkan menjadi kerajinan yang bernilai jual.
Pemerintah bisa memberikan pelatihan, seperti menjahit dan melukis batik, agar mereka mampu
membuat produk batik yang berkualitas. Tidak hanya mengembangkan keahlian di bidang batik, mereka
juga perlu diberikan pengetahuan untuk memasarkan produk batik tersebut sehingga dapat bersaing
dengan pasar global.
membuat program bernama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Program ini
memberikan bantuan dan pembekalan berbagai pelatihan kepada masyarakat agar mereka lebih
produktif dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
PNPM menjadi satu di antara wujud tindakan pemerintah dalam upaya melestarikan Millenium
Development Goals yang ditandatangani oleh Indonesia bersama 189 negara lain pada Deklarasi PBB
tentang upaya, sasaran, dan target pemberdayaan pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan.
Mudah-mudahan, program ini bisa mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan menurunkan tingkat
kemiskinan di Indonesia, ya.
Sumber:
Sosiologi Kelas 12: Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas di Indonesia
https://pahamify.com/blog/kearifan-lokal-di-indonesia-dan-pemberdayaan-komunitas/
yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari
luar/bangsa lai menjadi watak dan kemampuan sendiri Wibowo (2015:17). Identitas dan Kepribadian
tersebut tentunya menyesuaikan dengan pandangan hidup masyarakat sekitar agar tidak terjadi
pergesaran nilai-nilai.
Kearifan lokal adalah salah satu sarana dalam mengolah kebudayaan dan mempertahankan diri
dari kebudayaan asing yang tidak baik. Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan
serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam
menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga
dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat local wisdom atau pengetahuan setempat “local knowledge”
atau kecerdasan setempat local genious Fajarini (2014:123). Berbagai strategi dilakukan oleh masyarakat
setempat untuk menjaga kebudayaannya. Hal senada juga diungkapkan oleh Alfian (2013: 428) Kearifan
lokal diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta sebagai strategi kehidupan yang
berwujud aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Berdasarkan pendapat Alfian itu dapat diartikan 14 bahwa kearifan lokal merupakan adat dan kebiasan
yang telah mentradisi dilakukan oleh sekelompok masyarakat secara turun temurun yang hingga saat ini
masih dipertahankan keberadaannya oleh masyarakat hukum adat tertentu di daerah tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan bahwa local wisdom (kearifan lokal) dapat dipahami
sebagai gagasan-gagasan setempat local yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Selanjutnya Istiawati (2016:5) berpandangan bahwa kearifan lokal merupakan cara orang bersikap
dan bertindak dalam menanggapi perubahan dalam lingkungan fisik dan budaya. Suatu gagasan
konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-menerus dalam
kesadaran masyarakat dari yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai dengan yang
profan (bagian keseharian dari hidup dan sifatnya biasa-biasa saja). Kearifan lokal atau local wisdom
dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat local yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Kearifan lokal menurut (Ratna,2011:94) adalah semen pengikat dalam bentuk kebudayaan yang
sudah ada sehingga didasari keberadaan. Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu budaya yang
diciptakan oleh aktor-aktor lokal melalui proses yang berulang-ulang, melalui internalisasi dan
interpretasi ajaran agama dan budaya yang disosialisasikan dalam bentuk norma-norma dan dijadikan
pedoman dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat. 15 Berdasarkan pendapat para ahli di atas,
peneliti dapat mengambil benang merah bahwa kearifan lokal merupakan gagasan yang timbul dan
berkembang secara terus-menerus di dalam sebuah masyarakat berupa adat istiadat, tata
aturan/norma, budaya, bahasa, kepercayaan, dan kebiasaan seharihari. 2.1.2 Bentuk-bentuk Kearifan
Lokal Haryanto ( 2014:212) menyatakan bentuk-bentuk kearifan lokal adalah Kerukunan beragaman
dalam wujud praktik sosial yang dilandasi suatu kearifan dari budaya. Bentuk-bentuk kearifan lokal
dalam masyarakat dapat berupa budaya (nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum adat,
dan aturan-aturan khusus). Nilai-nilai luhur terkait kearifan lokal meliputi Cinta kepada Tuhan, alam
semester beserta isinya,Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, Jujur, Hormat dan santun, Kasih sayang
dan peduli, Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, Keadilan dan kepemimpinan, Baik
dan rendah hati,Toleransi,cinta damai, dan persatuan.
Hal hampir serupa dikemukakan oleh Wahyudi (2014: 13) kearifan lokal merupakan tata aturan
tak tertulis yang menjadi acuan masyarakat yang meliputi seluruh aspek kehidupan, berupa Tata aturan
yang menyangkut hubungan antar sesama manusia, misalnya dalam interaksi sosial baik antar individu
maupun kelompok, yang berkaitan dengan hirarkhi dalam kepemerintahan dan adat, aturan perkawinan
antar klan, tata karma dalam kehidupan sehari-hari 16 Tata aturan menyangkut hubungan manusia
dengan alam, binatang, tumbuh-tumbuhan yang lebih bertujuan pada upaya konservasi alam.Tata
aturan yang menyangkut hubungan manusia dengan yang gaib, misalnya Tuhan dan rohroh gaib.
Kearifan lokal dapat berupa adat istiadat, institusi, kata-kata bijak, pepatah (Jawa: parian, paribasan,
bebasan dan saloka).
Dalam karya sastra kearifan lokal jelas merupakan bahasa, baik lisan maupun tulisan Ratna (2011-
95). Dalam masyarakat, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam cerita rakyat, nyayian, pepatah,
sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari. Kearifan lokal
ini akan mewujud menjadi budaya tradisi, kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku
dalam kelompok masyarakat tertentu.
Kearifan lokal diungkapkan dalam bentuk kata-kata bijak (falsafah) berupa nasehat, pepatah, pantun,
syair, folklore (cerita lisan) dan sebagainya; aturan, prinsip, norma dan tata aturan sosial dan moral yang
menjadi sistem sosial; ritus, seremonial atau upacara tradisi dan ritual; serta kebiasaan yang terlihat
dalam perilaku sehari-hari dalam pergaulan sosial (Haryanto, 2013: 368).
Cerita rakyat banyak mengandung amanat-amanat kepada Selain berupa nilai dan kebiasaan kearifan
lokal juga dapat berwujud benda-benda nyata salah contohya adalah wayang. Wayang kulit diakui
sebagai kekayaan budaya dunia karena paling tidak memiliki nilai edipeni (estetis) adiluhung (etis) yang
melahirkan kearifan masyarakat, terutama masyarakat Jawa. Bahkan cerita wayang merupakan
pencerminan kehidupan masyarakat Jawa 17 sehingga tidak aneh bila wayang disebut sebagai
agamanya orang Jawa. Dengan wayang, orang Jawa mencari jawab atas permasalahan kehidupan
mereka (Sutarso, 2012 : 507).
Dalam pertunjukan wayang bergabung keindahan seni sastra, seni musik, seni suara, seni
sungging dan ajaran mistik Jawa yang bersumber dari agama-agama besar yang ada dan hidup dalam
masyarakat Jawa. Bentuk kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat jawa selain wayang adalah joglo
( rumah tradisional jawa ). Selain kearifan lokal di atas, Bali merupakan salah satu daerah yang masih
kental nilai kearifan lokalnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih tingginya antusias masyarakat
terhadap budaya-budaya maupun ritual keagamaan yang ada di Bali. Masih banyak lagi daerah yang
mempunyai kearifan lokal untuk menunjang perekonomiannya seperti masyarakat Bantul yang terkenal
dengan kesenian kearamiknya, Garut yang terkenal dengan dodolnya, Kebumen dengan genteng sokka
dan mash banyak lagi. Hal tersebut merupakan bagian dari budaya kita yang berbentuk kaerifan lokal.
Masyarakat Bali contoh implementasi kearifan lokal rasa syukur kepada tuhan adalah dengan jalan
dengan khidmat dan sujud bhakti menghaturkan yadnya dan persembahyangan kepada tuhan yang
maha esa), berziarah atau berkunjung ketempat-tempat suci atau tirta yatra untuk memohon kesucian
lahir dan bhatin dan mempelajari dengan sungguh-sungguh ajaran-ajaran mengenai ketuhanan,
mengamalkan serta menuruti dengan teliti segala ajaran-ajaran kerohanian atau pendidikan mental
spiritual. 18 Implementasi Tri Hita Karana Dalam masyarakat Bali dapat diterapkan dimana dan kapan
saja dan idealnya dalam setiap aspek kehidupan manusia dapat menerapkan dan mempraktekan tri hita
karana ini yang sangat sarat dengan ajaran etika yakni tidak saja bagaimana masyarakat Bali diajarkan
bertuhan dan mengagungkan tuhan namun bagaimana srada dan bhakti kita kepada tuhan melalaui
praktik kita dalam kehidupan sehari-hari seperti mengahargai antara manusia dan alam semesta ini yang
telah memberikan kehidupan bagi kita. Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia selalu mencari
kebahagiaan dan selalu mengharapkan agar dapat hidup secara damai dan tentram baik antara manusia
dalam hal ini tetangga yang ada dilingkungan tersebut maupun dengan alam sekitarya. Hubungan
tersebut biasanya terjalin dengan tidak sengaja atau secara mengalir saja terutama dengan manusia
namun ada juga yang tidak memperdulikan hal tersebut dan cenderung melupakan hakekatnya sebagai
manusia sosial yang tak dapat hidup sendiri.
Dalam kehidupan manusia, segala sesuatu berawal dari diri sendiri dan kemudian berlanjut pada
keluarganya. Dalam keluarga, manusia akan diberikan pengetahuan dan pelajaran tentang hidup baik
tentang ketuhanan ataupun etika oleh orang tua atau pengasuh kita (wali), dan beranjak dari hal
tersebut pula orang tua secara perlahan menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam tubuh dan pikiran
setiap anak-anaknya melalui praktik maupun teori. Begitu pula halnya dengan pendidikan atau
pemahaman tentang tri hita karana itu sendiri, secara sadar maupun tidak sadar hal tersebut atau nilai-
nilai ajaran tersebut sudah ditanamkan oleh orang tua melalui praktik kepada anak-anaknya seperti
mengajarkan anaknya 19 untuk mebanten saiban. Memang hal ini manpak sepele namun jika kita
mampu mengkaji lebih dalam sesungguhnya hal ini mengandung nilai pendidikan yang sangat tinggi
meskipun orang tua kebanyakan tidak mampu menjelaskan secara logika dan benar makna dari tindakan
tersebut. Selain hal tersebut diatas masih banyak hal terkait implementasi Tri Hita Karana yang dapat
dilakukan dalam kehidupak keluarga, seperti mebanten ketika hendak melakukan suatu kegiatan seperi
membuka lahan perkebunan yang baru.
Interaksi manusia dengan alam dan Tuhan yang nampak pada kegiatan tersebut hampir tidak pernah
diperbincangkan oleh manusia dan menganggap hal tersebut sebagi hal yang biasa, namun demikianlah
umat hindu mengimani ajaran Tri Hita Karana yang mana implementasinya sendiri terkadang dilakukan
secara tidak sengaja namun mengena pada sasaran.
REFERENSI
TEMA: REFLEKSI
KEARIFAN LOKAL
TUJUAN
SUB-TEMA - peserta didik mampu merefleksikan seluruh proses dari awal
MENELUSURI WARISAN MASA sampai akhir
LAMPAU - peserta didik mampu mengidentifikasi hal yang paling berkesan,
menantang, hal baru yang ia dapat, dlsb
TOPIK - peserta didik mampu mengungkapan perasaan dan pikiran yang
MERAWAT TRADISI terjadi di sepanjang projek
MEWARISKAN WELERI
PERSIAPAN
POKOK BAHASAN PELAKSANAAN
REFLEKSI
1. Guru bersama dengan peserta didik mengingat kembali proses
Refleksi projek melalui permainan yang melibatkan olah tubuh. (Panduan
Waktu: 90 menit bermain ada di halaman berikutnya)
/ 2 JP
Peran Guru: Fasilitator 2. Setelah selesai bermain, guru meminta peserta didik untuk
menuliskan refleksi pribadi akan perjalanan projek dari awal
4. Jika guru menyebut arah kiri atau kanan, maka peserta didik
akan melompat ke arah tersebut satu langkah, sehingga terlihat
dua lingkaran ini akan melompat ke arah yang berbeda karena
saling berhadapan.
KEGIATAN 17 P5BK
CERITA PERJALANAN AKSIKU
SUB-TEMA PERSIAPAN
MENELUSURI WARISAN MASA Gurumemfasilitasi dokumen yang diperlukan
LAMPAU Peserta didik menyiapkan dokumen dokumenn selama perjalanan aksi
mereka
TOPIK
MERAWAT TRADISI PELAKSANAAN
MEWARISKAN WELERI 1. Guru meminta peserta didik untuk memilih beberapa foto atau
video dokumentasi perjalanan satu semester dari awal hingga
POKOK BAHASAN akhir
Cerita Perjalanan Aksiku 2. Peserta didik diajak untuk memberikan keterangan penjelasan
dari foto atau video tersebut untuk menjadi konten di media
ASESMEN
Asesmen merupakan bagian penting dari pembelajaran dalam projek. Oleh karena itu dalam
merencanakan projek, termasuk dalam menyusun modul projek, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam merancang asesmen projek:
Contoh bentuk asesmen Rubrik, observasi, Rubrik, umpan balik Rubrik, presentasi,
kuesioner, refleksi, esai (dari guru dan sesama poster, diorama, produk
peserta didik) baik teknologi atau seni,
secara lisan maupun esai, kolase, drama
tertulis, observasi,
diskusi, presentasi,
jurnal, refleksi, esa
3. Mengoptimalkan
dampak projek
MATERI
generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut. Kearifan lokal ada di dalam cerita
rakyat, peribahasa, lagu, dan permainan rakyat. Kearifan lokal sebagai suatu pengetahuan yang
ditemukan oleh masyarakat lokal tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan
diintegrasikan dengan pemahaman terhadap budaya dan keadaan alam suatu tempat.[1][2][3]
Beberapa Bentuk Kearifan Lokal di Indonesia[sunting | sunting sumber]
Indonesia memiliki berbagai macam kearifan lokal yang sangat berperan strategis dalam membangun
peradaban suatu masyarakat. Bentuk kearifan lokal ini diantaranya dapat dilihat dalam bentuk sebagai
berikut.
1.
Motif Batik Parang memiliki makna petuah untuk tidak pernah menyerah. Hal ini terlihat dari motifnya
yang berisi jalunan yang tidak terputus.
Kearifan lokal dalam karya-karya masyarakat, bentuk kearifakan lokal seperti ini misalnya dapat kita
temui dalam seni batik yang motifnya tidak hanya indah, tetapi juga menyimpan makna yang mendalam
dalam tiap motifnya.
2. Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam, bentuk kearifan lokal seperti ini dapat kita
jumpai dalam konsep Tana' Ulen pada masyarakat Dayak di Kalimantan. Pada wilayah Tana'
Ulen, penduduk dilarang menebang pohon, membakar hutan, membuat ladang , serta
melakukan aktivitas lain yang dapat menimbulkan kerusakan hutan.
3. Kearifan lokal dalam bidang pertanian , bentuk kearifan lokal seperti ini dapat kita temui dalam
sistem pertanian Nyabuk Gunung di daerah Jawa . Sistem pertanian ini dilakukan di dataran
tinggi tanpa harus mengubah kontur tanah. Jadi ketika lahan diubah menjadi area pertanian,
kontur tanah tetap dipertahankan sebagaimana aslinya.[4]
Ciri-ciri kearifan lokal Mampu bertahan di tengah gempuran budaya luar yang semakin masif Memiliki
kemampuan menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur dari budaya luar
Mempunyai kemampuan penggabungan atau pembauran terhadap unsur budaya luar ke dalam budaya
asli. Mempunyai kemampuan mengendalikan, memberi arah pada perkembangan budaya.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (20/4/2021) tentang kearifan lokal adalah.
Kearifan lokal adalah salah satu aspek yang sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Kearifan lokal
adalah cara hidup suatu masyarakat dan berhubungan secara spesifik dengan budaya tertentu. Setiap
suku bangsa memiliki kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai sosial budaya yang harus dijaga. Hal ini
termasuk pendidikan, kesehatan, serta nasehat-nasehat leluhur untuk selalu berbuat baik kepada
sesama manusia, bahkan alam tempat tinggalnya.
Kearifan lokal biasanya tercermin dalam nilai-nilai kelompok masyarakat tersebut, seperti pada
nyanyian, pepatah, tarian, atau bahkan semboyan. Nilai-nilai kearifan lokal yang tertanam di dalam
kelompok masyarakat, akan menjadi bagian hidup yang tidak dapat terpisahkan. Kamu bisa melihatnya
melalui perilaku sehari-sehari masyarakat tersebut.
Menurut Swars, kearifan lokal adalah kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai,
etika, cara-cara, dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Kearifan lokal adalah nilai yang
dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama, bahkan melembaga.
Kearifan lokal adalah adalah ciri khas etika dan nilai budaya dalam masyarakat lokal yang diturunkan dari
generasi ke generasi. Berikut beberapa ciri-ciri kearifan lokal yang bisa kamu kenali:
- Mampu bertahan dari pengaruh budaya luar.
- Memiliki kemampuan mengakomodasi budaya luar.
- Memiliki kemampuan mengintegrasi atau menyatukan budaya luar dan budaya asli.
- Memiliki kemampuan mengendalikan.
- Memiliki kemampuan memberi arah dan petunjuk perkembangan budaya.
- Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client.
Sumber: artikel “Kearifan Lokal adalah Aspek Kebudayaan, Kenali Ciri-Ciri, Fungsi, dan Bentuknya”
Oleh Husnul Abdi https://hot.liputan6.com/read/4536990/kearifan-lokal-adalah-aspek-kebudayaan-
kenali-ciri-ciri-fungsi-dan-bentuknya
lokal juga dikembangkan selama beberapa generasi dan tertanam di dalam cara hidup masyarakat yang
bersangkutan sebagai sarana untuk mempertahankan hidup.
Bentuk kearifan lokal dalam masyarakat bisa berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat,
hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Selain bentuk, kearifan lokal juga memiliki ciri-ciri. Adapun ciri-
ciri kearifan lokal sebagai berikut: Sanggup bertahan terhadap budaya luar. Mempunyai kemampuan
mengakomodasi unsur-unsur budaya luar. Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke
dalam budaya asli. Memiliki kemapuan mengendalikan. Sanggup memberi petunjuk pada
perkembangan budaya.
Dalam jurnal Makna Komunikasi Simbolik Hukum Adat Sasi (2017) karya Casparina Yulita, Hafied
Cangara, dan Muhadar, dijelaskan bahwa hukum sasi adalah ketentuan hukum tentang larangan
memasuki, mengambil atau melakukan sesuatu dalam kawasan teretentu dan dalam jangka waktu
tertentu pula. Pada dasarnya, hukum sasi merupakan kaidah hukum yang didasarkan pada asas
pelestarian dan keseimbangan hubungan alam dengan ekosistem Dasar filosofis hukum sasi
menekankan adanya hubungan antara kehidupan manusia dengan alam. Alam merupakan bagian
penting dari manusia. Kehancuran alam berarti kehancuran manusia juga. Dari penjelasan tersebut,
dapat diketahui bahwa kearifan lokal hukum sasi tepat digunakan untuk pembangunan masyarakat
karena memuat upaya pelestarian dan keseimbangan alam. Selain hukum sasi, Indonesia masih banyak
memiliki kearifan lokal lainnya, seperti Awig-Awig di Lombok Barat dan Bali, Bebie di Sumatera Selatan,
Cingcowong di Jawa Barat, Hompongan di Jambi, Balingkea di Sulawesi Tengah, Ke-Kean di Sumatera
Selatan, Pahomba di NTT, dan sebagainya.
Sumber:
Kearifan Lokal: Definisi, Ciri-Ciri, dan Contohnya Kompas.com - 25/11/2020, 15:04 WIB
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kearifan Lokal: Definisi, Ciri-Ciri, dan Contohnya",
Klik untuk baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/25/150459069/kearifan-lokal-definisi-
ciri-ciri-dan-contohnya.
Penulis : Cahya Dicky Pratama
Editor : Serafica Gischa
Berdasarkan literatur yang berkembang, kearifan lokal berasal dari dua kata, yaitu kearifan (wisdom)
dan lokal (local). Local artinya setempat, sementara wisdom artinya bijaksana. Jadi, kearifan lokal dapat
dikatakan sebagai gagasan atau pandangan yang bersumber dari sebuah tempat, yang di dalamnya
terdapat sifat bijaksana atau nilai-nilai baik yang tertanam, diyakini, dan dianut oleh suatu masyarakat
secara turun-temurun.
Penjelasan singkatnya, kearifan lokal di Indonesia merupakan suatu hal atau tindakan yang dianggap
baik oleh masyarakat setempat. Makna kearifan lokal bisa terbentuk dan tercermin dari etika dan nilai-
nilai luhur yang diyakini. Nilai yang tertanam dalam kearifan lokal bisa menjadi modal utama dalam
membangun masyarakat tanpa merusak atau mengubah tatanan sosial yang berkaitan dengan
lingkungan alam sekitar.
Kearifan lokal bisa dikatakan sebagai budaya unggul dari masyarakat setempat, karena nilai-nilai yang
dipegang masih berhubungan erat dengan kondisi geografis dan lingkungan alam sekitar. Uniknya,
meskipun dari bernilai lokal, nilai yang diyakini bersifat universal. Artinya, nilai tersebut bisa mengatur
seluruh aspek dalam kehidupan masyarakat.
Ciri-ciri Kearifan Lokal di Indonesia
Adapun ciri-ciri kearifan lokal yang perlu kamu ketahui adalah sebagai berikut:
1. Menjadi benteng yang menjaga eksistensi kebudayaan asli dari pengaruh perkembangan zaman
maupun terpaan budaya luar.
2. Mampu mengakomodasi unsur-unsur budaya luar. Artinya, kearifan lokal mampu memilih mana
budaya luar yang cocok dan masih sesuai dengan budaya asli. Ciri ini menunjukkan bahwa
kearifan lokal tidak selalu bersifat tradisional, tapi juga adaptif terhadap perkembangan budaya.
3. Mampu mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli. Kearifan lokal mampu
menyatukan budaya luar dan budaya asli dalam komunitas masyarakat sehingga berpotensi
menciptakan kebudayaan nasional.
4. Kearifan lokal sebagai alat kontrol sosial, berarti kearifan lokal menjadi alat yang mampu
menjaga agar masyarakat memiliki tanggung jawab atas keberlangsungan hidupnya dan agar
hubungan sosial di masyarakat tidak hilang.
5. Pemberi arah perkembangan budaya. Artinya, kearifan lokal mampu menjadi alat untuk Menjadi
benteng pertahanan masyarakat dari terpaan budaya luar. Artinya, kearifan lokal mengarahkan
masyarakat agar tetap berperilaku sesuai budayanya.
1. Sebagai pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup,
konsep Kanda Pat Rate.
Bebie
Bebie merupakan contoh kearifan lokal yang berkembang di wilayah Muara Enim, Sumatera Selatan.
Kearifan lokal ini berupa kegiatan menanam dan memanen padi secara bersama-sama dengan tujuan
agar panen cepat selesai.
Sementara itu, pemberdayaan komunitas diartikan sebagai proses pembangunan di mana masyarakat
mulai berinisiatif untuk melakukan kegiatan sosial guna memperbaiki situasi dan kondisi dari komunitas
itu sendiri.
Adanya pemberdayaan ini mampu memunculkan potensi masing-masing individu pada komunitas
tersebut. Potensi itu bisa berupa kreativitas atau kemampuan lain yang menunjang kesejahteraan hidup
mereka.
Dalam pemberdayaan komunitas, kearifan lokal tentu sangat diperlukan karena memiliki peran strategis
dalam perkembangan budaya dan peradaban suatu masyarakat. Nilai-nilai kearifan lokal yang dianut
akan menjadi ciri khas komunitas sehingga individu dalam komunitas tersebut bisa mengembangkan
potensi diri sesuai dengan akar dan karakteristik komunitasnya.
Kearifan lokal juga berperan untuk mengantisipasi ancaman dan hambatan dari luar yang bisa
mengubah tatanan nilai yang dianut oleh suatu komunitas. Jadi, kearifan lokal ini sangat berperan dalam
upaya pemberdayaan komunitas ya, Pahamifren.
Upaya pemberdayaan komunitas tidak hanya sekadar mengandalkan peran kearifan lokal saja. Ada
upaya-upaya lain yang diperlukan untuk memaksimalkan pemberdayaan komunitas, antara lain:
Membangun kembali struktur dari lembaga yang memberikan akses kesetaraan terhadap
sumber daya pelayanan dan partisipasi masyarakat.
Upaya membangun sistem pemerintahan yang efektif dan efisien untuk menguatkan kesadaran
masyarakat tentang isu sosial.
Dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kualitas hidup tiap anggota
komunitas.
Contohnya, pada beberapa lokasi atau daerah yang masyarakatnya sudah memiliki keahlian, maka
keahlian tersebut dapat dikembangkan sebagai sumber penghasilan mereka. Di daerah Pekalongan,
masyarakatnya memiliki potensi keahlian dalam membuat batik, maka keahlian tersebut dapat
dikembangkan menjadi kerajinan yang bernilai jual.
Pemerintah bisa memberikan pelatihan, seperti menjahit dan melukis batik, agar mereka mampu
membuat produk batik yang berkualitas. Tidak hanya mengembangkan keahlian di bidang batik, mereka
juga perlu diberikan pengetahuan untuk memasarkan produk batik tersebut sehingga dapat bersaing
dengan pasar global.
membuat program bernama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Program ini
memberikan bantuan dan pembekalan berbagai pelatihan kepada masyarakat agar mereka lebih
produktif dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
PNPM menjadi satu di antara wujud tindakan pemerintah dalam upaya melestarikan Millenium
Development Goals yang ditandatangani oleh Indonesia bersama 189 negara lain pada Deklarasi PBB
tentang upaya, sasaran, dan target pemberdayaan pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan.
Mudah-mudahan, program ini bisa mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan menurunkan tingkat
kemiskinan di Indonesia, ya.
Sumber:
Sosiologi Kelas 12: Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas di Indonesia
https://pahamify.com/blog/kearifan-lokal-di-indonesia-dan-pemberdayaan-komunitas/
yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari
luar/bangsa lai menjadi watak dan kemampuan sendiri Wibowo (2015:17). Identitas dan Kepribadian
tersebut tentunya menyesuaikan dengan pandangan hidup masyarakat sekitar agar tidak terjadi
pergesaran nilai-nilai.
Kearifan lokal adalah salah satu sarana dalam mengolah kebudayaan dan mempertahankan diri
dari kebudayaan asing yang tidak baik. Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan
serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam
menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga
dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat local wisdom atau pengetahuan setempat “local knowledge”
atau kecerdasan setempat local genious Fajarini (2014:123). Berbagai strategi dilakukan oleh masyarakat
setempat untuk menjaga kebudayaannya. Hal senada juga diungkapkan oleh Alfian (2013: 428) Kearifan
lokal diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta sebagai strategi kehidupan yang
berwujud aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Berdasarkan pendapat Alfian itu dapat diartikan 14 bahwa kearifan lokal merupakan adat dan kebiasan
yang telah mentradisi dilakukan oleh sekelompok masyarakat secara turun temurun yang hingga saat ini
masih dipertahankan keberadaannya oleh masyarakat hukum adat tertentu di daerah tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan bahwa local wisdom (kearifan lokal) dapat dipahami
sebagai gagasan-gagasan setempat local yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Selanjutnya Istiawati (2016:5) berpandangan bahwa kearifan lokal merupakan cara orang bersikap
dan bertindak dalam menanggapi perubahan dalam lingkungan fisik dan budaya. Suatu gagasan
konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-menerus dalam
kesadaran masyarakat dari yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai dengan yang
profan (bagian keseharian dari hidup dan sifatnya biasa-biasa saja). Kearifan lokal atau local wisdom
dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat local yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Kearifan lokal menurut (Ratna,2011:94) adalah semen pengikat dalam bentuk kebudayaan yang
sudah ada sehingga didasari keberadaan. Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu budaya yang
diciptakan oleh aktor-aktor lokal melalui proses yang berulang-ulang, melalui internalisasi dan
interpretasi ajaran agama dan budaya yang disosialisasikan dalam bentuk norma-norma dan dijadikan
pedoman dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat. 15 Berdasarkan pendapat para ahli di atas,
peneliti dapat mengambil benang merah bahwa kearifan lokal merupakan gagasan yang timbul dan
berkembang secara terus-menerus di dalam sebuah masyarakat berupa adat istiadat, tata
aturan/norma, budaya, bahasa, kepercayaan, dan kebiasaan seharihari. 2.1.2 Bentuk-bentuk Kearifan
Lokal Haryanto ( 2014:212) menyatakan bentuk-bentuk kearifan lokal adalah Kerukunan beragaman
dalam wujud praktik sosial yang dilandasi suatu kearifan dari budaya. Bentuk-bentuk kearifan lokal
dalam masyarakat dapat berupa budaya (nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum adat,
dan aturan-aturan khusus). Nilai-nilai luhur terkait kearifan lokal meliputi Cinta kepada Tuhan, alam
semester beserta isinya,Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, Jujur, Hormat dan santun, Kasih sayang
dan peduli, Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, Keadilan dan kepemimpinan, Baik
dan rendah hati,Toleransi,cinta damai, dan persatuan.
Hal hampir serupa dikemukakan oleh Wahyudi (2014: 13) kearifan lokal merupakan tata aturan
tak tertulis yang menjadi acuan masyarakat yang meliputi seluruh aspek kehidupan, berupa Tata aturan
yang menyangkut hubungan antar sesama manusia, misalnya dalam interaksi sosial baik antar individu
maupun kelompok, yang berkaitan dengan hirarkhi dalam kepemerintahan dan adat, aturan perkawinan
antar klan, tata karma dalam kehidupan sehari-hari 16 Tata aturan menyangkut hubungan manusia
dengan alam, binatang, tumbuh-tumbuhan yang lebih bertujuan pada upaya konservasi alam.Tata
aturan yang menyangkut hubungan manusia dengan yang gaib, misalnya Tuhan dan rohroh gaib.
Kearifan lokal dapat berupa adat istiadat, institusi, kata-kata bijak, pepatah (Jawa: parian, paribasan,
bebasan dan saloka).
Dalam karya sastra kearifan lokal jelas merupakan bahasa, baik lisan maupun tulisan Ratna (2011-
95). Dalam masyarakat, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam cerita rakyat, nyayian, pepatah,
sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari. Kearifan lokal
ini akan mewujud menjadi budaya tradisi, kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku
dalam kelompok masyarakat tertentu.
Kearifan lokal diungkapkan dalam bentuk kata-kata bijak (falsafah) berupa nasehat, pepatah, pantun,
syair, folklore (cerita lisan) dan sebagainya; aturan, prinsip, norma dan tata aturan sosial dan moral yang
menjadi sistem sosial; ritus, seremonial atau upacara tradisi dan ritual; serta kebiasaan yang terlihat
dalam perilaku sehari-hari dalam pergaulan sosial (Haryanto, 2013: 368).
Cerita rakyat banyak mengandung amanat-amanat kepada Selain berupa nilai dan kebiasaan kearifan
lokal juga dapat berwujud benda-benda nyata salah contohya adalah wayang. Wayang kulit diakui
sebagai kekayaan budaya dunia karena paling tidak memiliki nilai edipeni (estetis) adiluhung (etis) yang
melahirkan kearifan masyarakat, terutama masyarakat Jawa. Bahkan cerita wayang merupakan
pencerminan kehidupan masyarakat Jawa 17 sehingga tidak aneh bila wayang disebut sebagai
agamanya orang Jawa. Dengan wayang, orang Jawa mencari jawab atas permasalahan kehidupan
mereka (Sutarso, 2012 : 507).
Dalam pertunjukan wayang bergabung keindahan seni sastra, seni musik, seni suara, seni
sungging dan ajaran mistik Jawa yang bersumber dari agama-agama besar yang ada dan hidup dalam
masyarakat Jawa. Bentuk kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat jawa selain wayang adalah joglo
( rumah tradisional jawa ). Selain kearifan lokal di atas, Bali merupakan salah satu daerah yang masih
kental nilai kearifan lokalnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih tingginya antusias masyarakat
terhadap budaya-budaya maupun ritual keagamaan yang ada di Bali. Masih banyak lagi daerah yang
mempunyai kearifan lokal untuk menunjang perekonomiannya seperti masyarakat Bantul yang terkenal
dengan kesenian kearamiknya, Garut yang terkenal dengan dodolnya, Kebumen dengan genteng sokka
dan mash banyak lagi. Hal tersebut merupakan bagian dari budaya kita yang berbentuk kaerifan lokal.
Masyarakat Bali contoh implementasi kearifan lokal rasa syukur kepada tuhan adalah dengan jalan
dengan khidmat dan sujud bhakti menghaturkan yadnya dan persembahyangan kepada tuhan yang
maha esa), berziarah atau berkunjung ketempat-tempat suci atau tirta yatra untuk memohon kesucian
lahir dan bhatin dan mempelajari dengan sungguh-sungguh ajaran-ajaran mengenai ketuhanan,
mengamalkan serta menuruti dengan teliti segala ajaran-ajaran kerohanian atau pendidikan mental
spiritual. 18 Implementasi Tri Hita Karana Dalam masyarakat Bali dapat diterapkan dimana dan kapan
saja dan idealnya dalam setiap aspek kehidupan manusia dapat menerapkan dan mempraktekan tri hita
karana ini yang sangat sarat dengan ajaran etika yakni tidak saja bagaimana masyarakat Bali diajarkan
bertuhan dan mengagungkan tuhan namun bagaimana srada dan bhakti kita kepada tuhan melalaui
praktik kita dalam kehidupan sehari-hari seperti mengahargai antara manusia dan alam semesta ini yang
telah memberikan kehidupan bagi kita. Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia selalu mencari
kebahagiaan dan selalu mengharapkan agar dapat hidup secara damai dan tentram baik antara manusia
dalam hal ini tetangga yang ada dilingkungan tersebut maupun dengan alam sekitarya. Hubungan
tersebut biasanya terjalin dengan tidak sengaja atau secara mengalir saja terutama dengan manusia
namun ada juga yang tidak memperdulikan hal tersebut dan cenderung melupakan hakekatnya sebagai
manusia sosial yang tak dapat hidup sendiri.
Dalam kehidupan manusia, segala sesuatu berawal dari diri sendiri dan kemudian berlanjut pada
keluarganya. Dalam keluarga, manusia akan diberikan pengetahuan dan pelajaran tentang hidup baik
tentang ketuhanan ataupun etika oleh orang tua atau pengasuh kita (wali), dan beranjak dari hal
tersebut pula orang tua secara perlahan menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam tubuh dan pikiran
setiap anak-anaknya melalui praktik maupun teori. Begitu pula halnya dengan pendidikan atau
pemahaman tentang tri hita karana itu sendiri, secara sadar maupun tidak sadar hal tersebut atau nilai-
nilai ajaran tersebut sudah ditanamkan oleh orang tua melalui praktik kepada anak-anaknya seperti
mengajarkan anaknya 19 untuk mebanten saiban. Memang hal ini manpak sepele namun jika kita
mampu mengkaji lebih dalam sesungguhnya hal ini mengandung nilai pendidikan yang sangat tinggi
meskipun orang tua kebanyakan tidak mampu menjelaskan secara logika dan benar makna dari tindakan
tersebut. Selain hal tersebut diatas masih banyak hal terkait implementasi Tri Hita Karana yang dapat
dilakukan dalam kehidupak keluarga, seperti mebanten ketika hendak melakukan suatu kegiatan seperi
membuka lahan perkebunan yang baru.
Interaksi manusia dengan alam dan Tuhan yang nampak pada kegiatan tersebut hampir tidak pernah
diperbincangkan oleh manusia dan menganggap hal tersebut sebagi hal yang biasa, namun demikianlah
umat hindu mengimani ajaran Tri Hita Karana yang mana implementasinya sendiri terkadang dilakukan
secara tidak sengaja namun mengena pada sasaran.
REFERENSI