Anda di halaman 1dari 3

FAIZI’S BACKPAPER

Ini mungkin tulisan pertamaku menggunakan leptop baru yang dibeli beberapa hari
lalu, mengapa tidak karena sebenarnya ingin aku pamerkan ke orang yang aku sayangi
hehe. Baiklah, cerita pendek ini semoga ia terhibur dan menikmatinya.
Ini cerita tentang bagaimana perjalanan backpaper ku ke tenah Jawa, sebenarnya ini
bukan backpaper yang direncanakan namun karena aku melihat kesempatan ya mengapa
tidak untuk mencobanya. Berawal dari aku mengantar adik lelakiku, sebut saja Namanya
Kitai untuk Kuliah di Jogjakarta tepatnya dikampus Universitas PGRI Yogyakarta (UPY).
Perjalananku dimulai sejak hari sabtu sampai pada hari minggu, ya satu minggu lebihlah.
The first, aku menggunakan Pesawat Singa terbang dari Bandara LOP ke Bandara
Juanda hanya memakan waktu 2 jam lebih dan itupun terasa tidak nyaman, ketika naik
pesawat pada pagi jam 8.45 WITA itu adalah kondisi dimana semua orang sangat ramai
penumpang dan lebih Weekend Time namun bagaimana lagi karena melihat dari harga tiket
termurah ada di jam sepagi itu ya mengapa tidak. Prinsipku ketika berpergian jauh ya
harus hemat irit tapi bukan pelit. Tidak nyamannya juga karena disebabkan kami waktu itu
kurang tidur malam harinya sebelum berangkat.
Kawan-kawan yang memadati rumah yang penuh dengan epulan asap rokok begiku
sangat tidak nyaman waktu itu namun karena malam itu kami anggap spesial jadi tidak
masalah untuk mereka penuhi rumah kami dengan asap rokok. Yaa walaupun
konsekuensinya aku tidak bisa tidur sama sekali. Waktu check in pesawatnya tepat pada
jam 7.00 WITA jadi sebenarnya kami ingin berangkat ke Bandara pada malam hari tapi
terkendala dengan konser Wali Band di Pancor sampai jam 10 malam bahkan setengah 11
ditambah lagi personil yang akan antar belum merapat, akhirnya kami tunda sampai jam 5
pagi/subuh. Itupun kami jalan dengan menahan kedinginan, ehh karena aku belum mandi
juga mungkin ya hehe. Mengapa aku juga telat ya karena sekalian Q-Time sama si dia hehe.
Sesampainya di bandara LOP kami langsung mengambil Photo Bersama
The Second, sebelumnya tanpa aku sadari ini bukan pertama naik pesawat tapi dari
awal aku menggunakan pesawat Singa Terbang sampai dengan saat ini tetap saja bikin
senam jantung. Yaa artinya tidak ada perubahan karena pesawat Singa Terbang ditambah
dengan kelas ekonomi itu sangat membantu masyarakat yang ingin bertebangan
menggunakan Singa Terbang ini. Bersyukur sih tapi iya harus selalu senam jantung ?.
Dua hari sebelum keberangkatan tidak lupa dong harus aku temui sang kekasih hati
itu dan untungnya sang kekasihku itu sangat berpengalaman dalam perjalanan jauh
sehingga sangat terbantu. Mulai dari sudah dibokingnya Taxi sampai dengan penjelasan
arah ketika sampai di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta). Tepat jam 9.45 WIB sesampaiku
di Bandara Juanda Surabaya itu membuatku tidak bingung dengan kendaraan apa yang
harus aku gunakan ke Stasiun Gubeng Surabaya, mengapa tidak karena informasi dari si di
itu, membuatku bingung karena dia memberitahuku untuk ke Stasiun Sri Tanjung, ya Sopir
Taxinya juga ikut bingung tujuanku ke Stasiun mana, untungnya Bapak Sopir Taxinya
mengerti, “Mungkin maksudnya Stasiun Gubeng, karena biasanya hanya di sana ada tujuan
kereta di siang hari”. Ujarnya sambal menyetir.
Awalnya orang-orang belum ramai tapi menjelang siang mulai ramai dengan
berbagai kalangan masyarakat namun penglihatanku yang paling banyak itu ya pemuda
Mahasiswa karena mungkin ada yang pulang kampung akhir pekan atau akan berangkat ke
tempat kerja/kampusnya.

Awalnya aku mau beli tiketnya secara langsung, yaa Namanya juga baru pertama
naik kereta setelah besar jadi tidak tau alurnya. Tapi setelah ditanya ke Loket tiketnya,
harganya fantastis mahal karena petugas Loketnya hanya memaparkan harga tiket yang
eksekutif dan primeir sedangkan yang ekonomis tidak disebutkan sama sekali. Akhirnya
aku tanya, “Kereta Sri Tanjung hari ini tidak ada jadwal keberangkatanya ?, kok ga
disebutkan ?”. “Ow ya maaf Mas, ada tapi nanti jam 2 siang dan itu untuk kelas ekonomi”.
“Iya mb aga masalah saya mau naik kereta Sri Tanjung aja walau harus nunggu 3 jam lagi”.
“Silahkan Mas, pembeliannya bisa lewat aplikasi Treve… atau aplikasi KAI ACCESS, segera ya
Mas.. sebelum kehabisan”. “Baik terimakasih mba”. Kataku dengan sedikit kesal. Kesalnya
karena kenapa harus tanya dulu baru dia bilang ada.
Akupun keluar dari ruang Loket dan langsung ngorder di aplikasi Treve… setelah
melakukan pembayaran dan langsung dapat E-Tiketnya. Namun seelah menunggu sangat
lama kami ditimpa dengan kesialan karena ternyata Kitai membeli tiket untuk besoknya,
bukan untuk hari itu juga. Paniklah masa nggak. Dan pengurus Check In langsung ke Loket
untuk dapat melakukan penukaran dengan segera. Ya artinya bertemu lagi dengan si Mba
yang sedikit ngeselin itu. “Maaf Mba, tadi aku salah beli tiket, salahnya di tanggal yang
seharusnya untuk hari ini. Bisa ditukarkan Mba karena Kereta akan berangkat tinggal 10
menit lagi”. “Wah.. maaf Mas, yang ini saya tidak bisa bantu karena harus melalui proses
yang panjang, lebih baik Mas beli tiket yang kelas eksekutif atau untuk kelas primier, itu
keberankatannya jam 3.15 WIB bagaimana Mas ?”. Aku dengan tidak berpikir Panjang
langsung mengiyakan tawaran tersebut. Yaa aku mikirnya dari pada harus nunggu sampai
besok jam 2 siang kan rugi waktu.
Akhirnya kami masuk ke gerbong primeir jika dobandingkan dengan gerbong
ekonomi tentu gerbong primeir lebih nyaman dan lebih dengan AC ditambah dengan
bentuk kursi yang seikit lebih elit dan tentu saja TV Mini yang digantung. Walau
bayarannya lebih mahal mau tidak mau harus bersyukur dan menikmati perjalanan yang
jauh tersebut.

Anda mungkin juga menyukai