Anda di halaman 1dari 17

ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No.

2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

DISHARMONI ANTARA RUU CIPTA KERJA BAB PERTANAHAN


DENGAN PRINSIP-PRINSIP UU NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG
PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA (UUPA)

Dwi Kusumo Wardhani


Fakultas Hukum Universitas Pamulang
e-mail : dkusumowardhani07@gmail.com

Abstrak
Penelitiаn ini bertujuаn untuk mengkаji isu krusial dalam RUU Cipta Kerja bab
Pertanahan dikaitkan dengan prinsip-prinsip yang terkandung secara
substansial dalam UUPA serta menganalisa dampak negatif yang
dimungkinkan timbul jika RUU Cipta Kerja diterapkan dalam praktik
kehidupan bermasyarakat. Penelitian ini menggunakan metode normatif
dengan melakukan studi dokumen yang meliputi bahan hukum primer,
sekunder dan tersier. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa RUU Cipta Kerja
bab Pertanahan belum mewakili segenap rakyat Indonesia dalam mewujudkan
kepastian hukum, dan belum dapat dibaca sebagai “calon” produk hukum
yang utuh dan menyeluruh karena penyusunannya keluar dari prinsip-prinsip
UUPA. Jika diterapkan, RUU Cipta Kerja Bab Pertanahan berpotensi melanggar
hak-hak rakyat kecil yang memiliki posisi tawar yang lemah.

Kata kunci : Prinsip-Prinsip UUPA, RUU Cipta Kerja Bab Pertanahan,


Kepastian Hukum

Abstract
The purpose of this research is to examine the crucial issues in the Draft of Job Creation
on the Chapter of Land related to the principles contained substantially in the Basic
Agrarian Law (BAL) and analyse the negative impacts that might arise if the Draft of
Job Creation is applied in the practice of community life. This research uses a normative
method by conducting document studies, which include primary, secondary and tertiary
legal materials. The results of this research indicate that the Draft of Job Creation on
Land Chapter has not represented all the people of Indonesia in realizing legal certainty,
and has not been able to be interpreted as a "candidate" for a complete and
comprehensive legal product due to its preparation is out of the principles of the Basic
Agrarian Law (BAL). If implemented, the Draft of Job Creation on Land Chapter has
the potential to violate the rights of small people who have weak bargaining positions.

Keywords: The Principles of the Basic Agrarian Law (BAL), Draft of Job Creation on
Land Chapter, Legal Certainty.

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 1


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

Pendahuluan Pertanahan dan Hukum


Tanggal 24 September 1960 Pertanahan lebih dikenal dengan
menjadi titik bangkitnya hukum Hukum Pertanahan. Ketentuan
pertanahan nasional setelah mengenai sumber daya alam
disetujui dan disahkannya tercantum dalam Pasal 8 UUPA
Undang-Undang Nomor 5 Tahun yang menyebutkan “atas dasar
1960 tentang Peraturan Dasar hak menguasai dari Negara
Pokok-Pokok Pertanahan atau diatur pengambilan kekayaan
bisa disebut UUPA. Lahirnya alam yang terkandung dalam
UUPA sebagai penanda bumi, air dan ruang angkasa”.
berakhirnya dualisme hukum Penjelasan Umum II
pertanahan di Indonesia yang UUPA berpangkal pada
semula bersumber pada hukum pendirian bahwa untuk mencapai
kolonial dan hukum adat, yang apa yang ditentukan dalam Pasal
dirubah menjadi hukum 33 ayat (3) UUD 1945, dimana
pertanahan nasional dan struktur negara bukan sebagai pemilik
pertanahan yang demokratis dan tanah, tetapi bertindak sebagai
populis. (Gunawan, Jurnal organisasi kekuasaan tertinggi
Pertanahan, Bhumi, 39, April seluruh rakyat (bangsa)
2014: 443) Indonesia sebagai badan
Perubahan yang bersifat penguasa yang mengatur
fundamental menjadi ciri khas peruntukan, penggunaan, dan
dari UUPA yang otomatis pemanfaatan tanah-tanah di
mencabut Agrarische Wet yang Indonesia. (Arba, 2015: 90)
menjadi regulasi Pemerintah Dalam perjalanannya,
Hindia Belanda dalam bidang karena UUPA mengatur urusan
pertanahan. Makna perubahan pertanahan dalam hal yang
tersebut dituangkan dalam pokok saja, sehingga dirasa perlu
konsiderans berpendapat yang adanya peraturan pelaksana yang
menegaskan bahwa struktur berfungsi sebagai pelengkap
perangkat hukum, konsepsi yang sekaligus penyempurna subtansi
mendasari, maupun isi UUPA dari UUPA tersebut, karena
harus sesuai dengan permintaan kebutuhan masyarakat Indonesia
zaman. (Harsono, 2005: 1) yang semakin tinggi akan
Pembentuk kebijakan kepastian hukum yang harus
memberikan posisi tawar yang sejalan dengan prinsip-prinsip
tinggi terhadap UUPA, karena dasar dalam UUD RI Tahun 1945
sebagai aturan pokok yang dan UUPA. (Silviana,
menjadi rujukan bagi aturan- Diponegoro Law Review, 4(2),
aturan lain yang menaungi dan 2019: 2)
mengatur bumi, air, dan ruang Pada tahun 2012-2013,
angkasa berdasarkan pasal 33 RUU Pertanahan disusun atas
ayat (3) UUD 1945. Meskipun hak inisiatif dari Dewan
obyek pengaturan UUPA Perwakilan Rakyat Republik
meliputi bumi, air, dan ruang Indonesia (DPR-RI) dengan
angkasa, tetapi sebagian besar melibatkan pakar di bidang
pasal-pasalnya mengatur tentang Hukum Pertanahan, selanjutnya
tanah, sehingga UUPA sering pada tahun 2018-2019 dalam
disebut sebagai Undang-Undang pembahasannya, Pemerintah
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 2
ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

diwakili oleh Kementrian disahkan, akses 10 Juni 2020)


ATR/BPN. RUU Pertanahan Sofyan Djalil juga meminta
tidak dimaksudkan untuk kepada Komisi II agar bisa
menggantikan UUPA, akan tetapi mengupayakan pembahasan dan
bersifat lex specialis, dan UUPA pengesahan RUU Pertanahan
menjadi lex generalis, sehingga masuk dalam Program Legislasi
RUU Pertanahan diharapkan Nasional (Prolegnas) 2020. Sebab,
mampu mewujudkan sistem menurutnya, aturan hukum ini
pertanahan nasional yang ideal untuk bisa dilanjutkan pada
lengkap dan jelas, serta tahun depan. (Ibid)
berpedoman pada prinsip yang Latar belakang
mendasari UUPA dan prinsip- dibatalkannya pengesahan RUU
prinsip yang terkandung dalam Pertanahan pada akhir tahun
TAP MPR No. IX/2001 Tentang 2019 karena desakan dari
Pembaruan Pertanahan dan masyarakat untuk dilakukan
Pengelolaan Sumber Daya Alam, peninjauan kembali terhadap
di mana ketetapan ini adalah seluruh pasal, dimana RUU
hasil akhir dari harapan dan Pertanahan dianggap tidak
tuntutan rakyat khususnya kaum mewakili jiwa UUPA dan
tani untuk mengembalikan hak- bertentangan dengan reformasi
haknya secara adil dalam hal di bidang pertanahan serta
pengelolaan kebijakan “harta” menganggap pendaftaran tanah
pertanahan nasional sesuai yang yang hanya administratif semata.
dicita-citakan UUPA, dimana Keberpihakkan sangat
selama rezim orde baru dikuasai terasa pada sektor swasta, antara
oleh oknum penguasa. lain pengaturan perpanjangan
Sedianya RUU Pertanahan hak tanah untuk ke dua kalinya
disahkan pada tanggal 24 baik HGU (Hak Guna Bangunan)
September 2019, akan tetapi dan HPL (Hak Pengelolaan)
resmi dibatalkan pengesahannya dengan menetapkan batas
dan akan dibahas pada kembali maksimal hak tanah, penutupan
pada masa pimpinan anggota informasi publik alias
legislatif periode selanjutnya. diabaikannya asas publisitas, dan
Menteri Pertanahan dan bank tanah perannya tidak jauh
Tata Ruang sekaligus Kepala dari seorang makelar tanah.
Badan Pertanahan Nasional Dalam rangka
(ATR/BPN) Sofyan Djalil penyederhanaan regulasi, pada
mengatakan pemerintah ingin tanggal 12 Februari 2020, secara
pembahasan dan pengesahan resmi draft dan Naskah
RUU ditunda karena merupakan Akademik RUU Cipta Kerja
instruksi langsung dari Presiden diserahkan Pemerintah kepada
Joko Widodo (Jokowi). Instruksi DPR untuk diproses dan
tersebut juga sudah disampaikan dilakukan sosialisasi ke seluruh
pula kepada lembaga legislatif daerah di Indonesia. Masyarakat
melalui surat diharapkan memahami dengan
resmi.(https://www.cnnindonesi baik substansinya karena RUU
a.com/ekonomi/20190926180353- Cipta Kerja murni untuk
532-434393/pemerintah-dan-dpr- meningkatkan kesejahteraan
pastikan-ruu-pertanahan-batal- rakyat Indonesia.
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 3
ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

Kritikan datang dari Peraturan Dasar Pokok-Pokok


banyak pihak terhadap RUU Agraria (UUPA)”.
Cipta Kerja, dalam bab
pertanahan, Dewi Kartika, Perumusan Masalah
Sekretaris Jenderal Konsosrsium Adapun permasalahan yang
Pembaharuan Pertanahan (KPA) penulis sebagai berikut :
mengatakan bahwa RUU Cipta 1. Apakah RUU Cipta Kerja Bab
Kerja justru menghambat Pertanahan sesuai dengan
Reforma Pertanahan karena prinsip-prinsip yang termuat
hanya menguntungkan pemilik dalam UUPA?
modal. Petani dan masyarakat 2. Bagaimana dampak negatif
hukum adat dikhawatirkan tidak yang dimungkinkan terjadi
mendapatkan hak-hak atas jika RUU Cipta Kerja Bab
tanahnya dengan adil. Pertanahan diterapkan dalam
(https://lokadata.id/artikel/tan praktik kehidupan
pa-reforma-pertanahan- bermasyarakat?
percepatan-investasi-
dikhawatirkan-perparah-konflik, Metode Penelitian
akses 10 Juni 2020) Metode yang digunakan
Guru Besar Fakultas dalam penelitian ini adalah
Hukum Universitas Gadjah metode penelitian hukum
Mada, Prof Maria SW normatif (normative law research).
Sumardjono memberikan Pokok kajiannya adalah hukum
penilaian bahwa RUU Cipta Kerja yang dikonsepkan sebagai norma
ini tidak sesuai antara “judul atau kaidah yang berlaku dalam
dengan konsiderannya” yang masyarakat. Penelitian ini
memberi “karpet merah” berfokus pada inventarisasi
terhadap investasi. Investasi yang hukum positif, asas-asas dan
dilakukan pasti membutuhkan doktrin hukum, penemuan
lahan sekaligus sumber daya hukum dalam perkara in concreto,
alamnya, oleh karena itu investor sistematik hukum, taraf
memerlukan aturan yang jelas sinkronisasi, perbandingan
dan tertata. hukum dan sejarah hukum.
(https://www.hukumonline.com Sumber data yang utama dalam
/berita/baca/lt5e574427bf424/g penelitian ini berasal dari data
uru-besar-dan-legislator-ini- sekunder, diperoleh melalui studi
kritik-ruu-cipta-kerja-bab- dokumen/kepustakaan (library
pertanahan/ akses 10 Juni 2020) research). Teknik pengumpulan
Dari latar belakang di atas, datanya adalah menggunakan
maka penulis perlu melakukan studi dokumenter, yaitu studi
pengkajian yuridis lebih yang mengkaji tentang berbagai
mendalam terhadap isu krusial dokumen-dokumen yang
dalam RUU Cipta Kerja Bab berkaitan dengan pokok
Pertanahan dan menuangkannya permasalahan untuk dilakukan
kedalam artikel ilmiah dengan elaborasi secara mendalam.
judul “Disharmoni Antara RUU
Cipta Kerja Bab Pertanahan Pembahasan
Dengan Prinsip-Prinsip UU Prinsip-prinsip UUPA
Nomor 5 Tahun 1960 Tentang UUPA merupakan
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 4
ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

implementasi dari Pasal 33 ayat (2) yang mengatur bahwa warga


(3) UUD NRI 1945 yang telah
memberikan kewenangan kepada
negara untuk melakukan
perbuatan hukum terhadap
sumber daya alam yakni bumi,
air, dan kekayaan alam. (Santoso,
2012: 153-154)
Pasal-pasal dalam UUPA
pada dasarnya merupakan
penjelmaan dari sila-sila
Pancasila. Pasal 1 ayat (2) UUPA
yang berbunyi “Seluruh bumi,
air, dan ruang angkasa yang
terkandung di dalamnya dalam
wilayah Republik Indonesia,
sebagai karunia Tuhan Yang
Maha Esa adalah bumi, air, dan
ruang angkasa bangsa Indonesia
dan merupakan kekayaan
nasional” merupakan perumusan
dari pasal 1 Pancasila yaitu
“Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Sila Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab termaktub
dalam pasal 10 UUPA yang pada
pokoknya mengatur kewajiban
masyarakat untuk mengerjakan
dan mengusahakan tanah
pertanian yang menjadi haknya
secara aktif dan menghindari
unsur-unsur pemerasan, serta
pasal 11 UUPA yang prinsipnya
mengatur hubungan hukum
dengan tanah dan hak-hak atas
tanah untuk mencegah
penguasaan tanah yang
melampaui batas.
Sila Persatuan Indonesia
terkandung dalam penjelasan
umum UUPA yang menjelaskan
tentang dasar kenasionalan serta
dalam pasal 9 ayat (1) mengenai
hubungan warga negara
Indonesia dengan bumi, air, dan
ruang angkasa.
Sila keempat Pancasila
dapat dilihat dalam pasal 9
ayat
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 5
ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

negara baik laki-laki maupun Kemudian dari segi


perempuan memiliki materiil, nasionalitas harus
kesempatan yang sama dalam mewarnai hukum agararia yang
memperoleh hak atas tanah serta
memanfaatkan hasilnya dengan
sebaik mungkin
untuk kebutuhan
diri sendiri ataupun
keluarganya.
Perwujudan sila kelima
Pancasila dapat ditemukan
dalam Pasal 11 ayat 2, 13, 15, dan
pasal-pasal yag mengatur
Landreform yaitu Pasal 10, 7, 17,
dan 53 UUPA. Semangat
keadilan terangkum jelas
bahwasannya UUPA dilahirkan
untuk memperhatikan

perbedaan masyarakat yaitu


dengan menjamin perlindungan
hukum terhadap golongan
ekonomi menengah ke bawah.
(Harsono, 2005: 221)
Sifat nasional UUPA dapat
dilihat dari segi formil maupun
materiil. Dari segi formil dapat
dipahami dalam konsiderans
“menimbang” dan Penjelasan
Umum (I) yang menuliskan
cacat dan kelemahan
hukum pertanahan
kolonial yang memuat politik
penjajahan dan menindas hak-
hak rakyat. Alasan tersebut yang
mendasari penggantian hukum
tanah lama menjadi hukum
tanah nasional yang disusun
oleh pembentuk undang-undang
Indonesia yang dibuat di
Indonesia dan menggunakan
bahasa Indonesia, serta berlaku
di seluruh wilayah Indonesia,
meliputi semua tanah yang ada
di wilayah negara Indonesia.
Dari unsur-unsur tersebut,
syarat nasional yang bersifat
formil telah dipenuhi oleh
UUPA.

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 6


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

baru sehingga selaras dengan tanah, pada pasal 6 UUPA


konsepsi dan tujuan dari mengatur keselarasan dan
kepentingan nasional untuk keseimbangan hak-hak atas
menuju masyarakat yang adil tanah antara kepentingan
dan makmur. (Sembiring, 2017: pribadi dan kepentingan
14) umum/sosial, karena hak atas
Dari penjabaran di atas, tanah bukan sesuatu hak yang
tidaklah berlebihan jika UUPA mutlak.
menjadi sandaran dan harapan Pelaksanaan UUPA dalam
rakyat Indonesia yang sebagian kurun waktu kurang lebih 60
besar penghidupannya di bab (enampuluh tahun) tidak melulu
agraris, untuk mendapatkan berjalan mulus. Sengketa dan
kepastian dan keadilan hukum. konflik pertanahan banyak terjadi
Harapan ini secara substansial dan penyelesaiannya banyak
dalam UUPA tercantum prinsip- yang tertunda atau menemui
prinsipnya yaitu: jalan buntu. Sejatinya pasal-pasal
1. Prinsip Nasionalitas, Tuhan dalam UUPA dapat
Yang Maha Esa telah mengakomodir seluruh
mengkaruniakan wilayah permasalahan pertanahan, tetapi
Indonesia yang sangat luas seiring berjalannya waktu,
untuk diperjuangkan bersama banyak kepentingan dan
sehingga semua orang permasalahan yang memerlukan
memiliki hak yang sama atas aturan baru yang lebih modern.
tanah dan dapat menikmati Karena UUPA sendiri lebih
potensi yang terkandung di dikenal sebagai peraturan dasar
dalamnya, dan pokok, sehingga banyak
2. Prinsip hak menguasai negara aturan-aturan baru yang lahir
atas tanah, dimana negara dan menggeser serta melupakan
bukan sebagai pemilik tanah, sendi-sendi UUPA.
tetapi memiliki kewenangan Sebelum membahas isu
untuk mengatur peruntukan, krusial dari RUU Cipta Kerja,
penggunaan, dan pemilikan khususnya dalam bab
tanah serta bertanggung pertanahan, penulis sedikit
jawab terhadap ketersediaan membahas RUU Pertanahan yang
hak-hak atas tanah, batal disahkan pada September
3. Prinsip Land Reform, yang 2019 karena desakan sebagian
bertujuan untuk besar masyarakat untuk tidak
melaksanakan pembagian melakukan pengesahan karena
yang adil terhadap hak-hak dinilai bertentangan dengan
petani pada khususnya, kepentingan rakyat.
4. Prinsip Pengakuan secara Terkait dengan tujuan
yuridis dan faktual tentang pengaturan pertanahan,
hukum adat, dijelaskan dalam sebenarnya RUU Pertanahan
pasal 3 dan pasal 5 UUPA, hadir untuk ditugaskan
bahwasannya hak ulayat mewujudkan kemakmuran
masyarakat adat tetap rakyat dan keadilan pertanahan.
terjamin dan dilindungi oleh (Nurlinda, Jurnal Bina Mulia
negara, Hukum, 1 (1), September 2016: 4)
5. Prinsip fungsi sosial atas RUU Pertanahan juga
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 7
ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

disusun dalam rangka tetapi lebih mengarah pada


melengkapi UUPA yang sudah masalah keperdataan yang
“ketinggalan zaman” meliputi membidik pada kebutuhan
pengaturan alih fungsi ekonomi instansi
penggunaan tanah, solusi konflik pengembannya. (Safitri, Jurnal
dan sengketa pertanahan, tata Hukum dan Bisnis (Selisik), 2(2),
kelola tanah yang baik yang Januari 2016: 117)
dilakukan pemerintah, 2. Permasalahan kedua adalah
ketidakadilan terhadap akses cara pandang Daftar Isian
untuk pemilikan dan penguasaan Masalah (DIM) terhadap hak
tanah, fungsi ekologis tanah ulayat masyarakat hukum
selain dari fungsi sosial tanah dan adat. Kerancuan ditunjukkan
pelaksanaan pendaftaran tanah di dalam hal masyarakat hukum
Indonesia. (Sumardjono, adat dapat memohon HPL di
Makalah, 2019) atas tanah ulayatnya, hal ini
Akan tetapi pada menimbulkan kebingungan,
kenyataannya, RUU Pertanahan karena kedudukan tanah
justru mengandung pokok negara, tanah HPL, dan hak
permasalahan antara lain : ulayat masing-masing
1. Adanya kerancuan antara merupakan entitas tersendiri.
kedudukan tanah hak (Sumardjono, Makalah, 2019)
pengelolaan (HPL), tanah 3. Permasalahan berikutnya
negara, dan tanah hak milik adalah pengaturan hak atas
(HM), hal ini terlihat dalam tanah untuk warga negara
pemberian hak guna usaha asing (WNA). Kontruksi
(HGU) di atas tanah HM dan hukum hak atas tanah untuk
HPL tanpa melalui proses WNA menurut DIM adalah
pelepasan hak, secara tidak bahwa permohonan hak atas
langsung bertentangan tanah bagi WNA atas rumah
dengan Pasal 2 UUPA dan susun dapat diberikan di atas
Penjelasan Umum II.2 UUPA Hak Guna Bangunan (HGB)
yang pada prinsipnya yang memiliki jangka waktu
mengatur bahwa HPL 30 tahun, dapat diperpanjang
merupakan gempilan dari hak 20 tahun dan dapat
menguasai negara yang dalam diperbaharui 40 tahun. Hal ini
pelaksanaannya sebagian tidak sejalan dengan
dipegang oleh pemegang konstruksi hukum hak atas
HPL. tanah bagi WNA menurut
Dalam UUPA, HGU UUPA. Dalam UUPA, hak
diberikan dengan melalui surat atas tanah yang bisa diberikan
keputusan pemberian hak oleh kepada WNA adalah Hak
BPN, akan tetapi dalam RUU Pakai (HP) dengan jangka
Pertanahan HGU dapat diperoleh waktu terbatas. Jika tanah
lewat perjanjian penggunaan yang dimohonkan WNA
tanah dengan pemegang HPL. berstatus HM atau HGB,
Dalam RUU Pertanahan, HPL maka harus dirubah dahulu
bukan sebagai pelaksana menjadi HP, termasuk
kewenangan publik dan permohonan kepemilikan
pelayanan kepada masyarakat rumas susun. Hal ini
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 8
ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

menimbulkan tanda tanya, Penyederhanaan pasal-


mengapa permohonan rumah pasal yang tadinya berjumlah
susun untuk WNA terkesan ratusan pada RUU Pertanahan dan
diprioritaskan? pada RUU Cipta Kerja bab
Semestinya RUU Pertanahan yang hanya terdiri
Pertanahan sebagai “jembatan” dari beberapa pasal saja, ternyata
bagi berbagai pengaturan di tidak serta merta
bidang pertanahan yang sangat menyederhanakan kandungan
banyak, sehingga penyusunan dan tujuannya, karena bila
RUU Pertanahan harus ditelisik lebih lanjut, poin-poinnya
didasarkan pada pertimbangan mirip dengan RUU Pertanahan.
filosofis, yuridis dan sosiologis, Beberapa isu krusial yang penulis
bukan sebagai aturan yang instan simpulkan yang terdapat dalam
dan berlaku serta bermanfaat RUU Cipta Kerja bab Pertanahan
hanya untuk jangka pendek saja, adalah sebagai berikut:
tanpa melihat dan 1. Terdapat pada kalimat
memperhitungkan faktor “Penguatan Hak Pengelolaan”.
negatifnya. (Ibid) Pasal 129 RUU Cipta Karya
Dari banyaknya isu krusial pada pokoknya mengatur
yang menjadi persoalan cukup bahwa HPL adalah “gempilan”
serius, maka RUU Pertanahan atau bagian dari Hak
berdasarkan kesepakatan DPR Menguasai Negara (HMN)
dan Pemerintah ditunda dimana kewenangan
pengesahannya mengingat masih pelaksanaannya sebagian
banyaknya poin-poin yang harus dilimpahkan kepada
didiskusikan lebih lanjut. pemegang haknya. UUPA
pada dasarnya tidak mengatur
Isu Krusial Yang Terkandung secara implisit mengenai hak
dalam RUU Cipta Kerja Bab pengelolaan. Tetapi dalam
Pertanahan
UUPA dan menurut Hukum
Awal tahun 2020 menjadi Tanah Nasional dikenal
“waktu yang tepat” bagi adanya hak penguasaan tanah
Pemerintah untuk menyerahkan tanah yang memiliki tingkatan,
RUU Cipta Kerja kepada DPR RI terdiri dari Hak Bangsa
yang diklaim mewakili semangat Indonesia yang berunsur
UUD NRI 1845 khususnya pasal perdata dan publik, Hak
18a dan 18b karena telah Menguasai Negara yang
mempertimbangkan prinsip berunsur publik, hak ulayat
desentralisasi dan otonomi yang berunsur perdata dan
daerah. Opini di masyarakat publik, dan hak-hak atas tanah
tidak bisa dibendung setelah yang berunsur perdata.
diadakan sosialisasi RUU Cipta Hak Pengelolaan menjadi
kerja ini, dimana sebagian bagian dari Hak Menguasai
masyarakat mengatakan bahwa negara yang berunsur publik,
RUU Cipta Kerja lebih pantas dalam artian kewenangan yang
dikatakan sebagai RUU Investasi dimilikinya berifat publik semata,
yang hanya menguntungkan yaitu bahwa negara sebagai
pemilik modal dan masyarakat organisasi kekuasaan tertinggi
menengah ke atas. berwenang peruntukan,
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 9
ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

penguasaan, pemilikan, dan HPL kepada pemerintah pusat


pemanfaatan tanah-tanah di sangat dimudahkan, tujuannya
Indonesia sehingga dapat bukan lagi untuk kesejahteraan
memberikan kepastian dan masyarakat khususnya golongan
keadilan hukum bagi seluruh ekonomi lemah, tetapi sebagian
rakyat Indonesia. Hal ini tidak besar untuk kepentingan pemilik
seperti prinsip domein verklaring modal.
pada masa penjajahan hindia Prinsip tanah mengandung
belanda, dimana pemerintah fungsi sosial dalam UUPA
sebagai pemilik tanah dan rakyat menjadi terkaburkan ketika tanah
tidak diberikan hak yang HPL berganti fungsi bukan untuk
semestinya bila tidak dapat kepentingan sosial demi
membuktikan bahwa tanah kesejahteraan rakyat.Walaupun
tersebut adalah miliknya. telah dikeluarkan Peraturan
Kalimat “penguatan hak Menteri Negara Agraria/ Kepala
pengelolaan” pada RUU Cipta Badan Pertanahan Nasional
Kerja justru cenderung Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata
menghidupkan kembali prinsip Cara Pemberian Dan Pembatalan
domein verklaring yang bersifat Hak Atas Tanah Negara Dan Hak
kapitalis. Pemegang hak Pengelolaan, konflik dan sengketa
pengelolaan yaitu instansi pertanahan terkait hak
Pemerintah Pusat; Pemerintah pengelolaan sangat banyak terjadi,
Daerah; Badan bank tanah; Badan sehingga alangkah bijaknya
Usaha Milik Negara/Badan Usaha pembuat kebijakan lebih
Milik Daerah; Badan hukum milik memperhatikan hal ini. Sudahkah
negara/daerah; atau Badan negara berpihak pada rakyat
hukum yang ditunjuk oleh kecil?
Pemerintah Pusat diberikan Karena ujung tombak dari
kewenangan untuk membuat HMN adalah HPL, dikhawatirkan
rencana peruntukan, penggunaan, jika HPL hanya mengekploitasi
dan pemanfaatan tanah sesuai tanah-tanah untuk kepentingan
dengan rencana tata ruang; golongan tertentu saja, maka cita-
memanfaatkan tanah HPL baik cita HMN bisa dikatakan gagal.
sebagian maupun seluruhnya Bagaimanapun juga HMN berada
untuk digunakan sendiri atau di bawah hak bangsa Indonesia
bekerjasama dengan pihak ketiga; yang menurut pasal 1 ayat (1)
dan menetapkan tarif sekaligus sampai dengan (3) UUPA
menerima uang pemasukan atau memiliki unsur kepunyaan dan
ganti rugi serta uang wajib unsur kewenangan. Unsur
tahunan dari pihak ketiga kepunyaan bahwa tanah-tanah di
berdasarkan perjanjian. wilayah indonesia adalah milik
Pasal di atas menunjukkan bangsa Indonesia yang
pemegang hak pengelolaan dipergunakan untuk sebesar-besar
seakan-akan menjadi “tuan tanah” kemakmuran rakyat, dan unsur
dan unsur kewenangan publiknya kewenangan bahwa pengaturan
yang memiliki “fungsi tanah-tanah tersebut ada di tangan
pengelolaan” hilang, berganti negara untuk mengelolanya secara
menjadi kewenangan perdata adil. Sehingga dengan diaturnya
karena permohonan pemegang hak pengelolaan dalam RUU Cipta
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 10
ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

Kerja hendaknya harus dimungkinkan HGU dikuasai oleh


dipertimbangkan kembali supaya asing yang mana hasil dari
tidak menjadi pasal karet yang usahanya digunakan untuk
dapat merugikan bangsa memenuhi kebutuhan pangan
Indonesia dan melanggar prinsip negara asalnya.
dasar dalam UUPA yaitu prinsip Prinsip Nasionalisme yang
hak menguasai negara atas tanah. dicita-citakan UUPA
2. Isu krusial yang kedua adalah dikhawatirkan dilanggar dengan
pada pasal 127 RUU Cipta adanya ketentuan di atas. Hak
Kerja yang pada pokoknya Bangsa Indonesia pada Pasal 1
mengatur bahwa tanah yang UUPA menegaskan bahwa bumi,
dikelola badan bank tanah air dan ruang angkasa dalam
diberikan hak pengelolaan wilayah Republik Indonesia
yang dapat diberi HGU, HGB, menjadi hak seluruh rakyat
dan Hak Pakai (HP) dengan Indonesia tanpa kecuali, jadi
jangka waktu 90 bukan semata-mata menjadi hak
(sembilanpuluh) tahun. dari para pemilik tanah yang
Terdapat 2 permasalahan bersangkutan saja, sedangkan
yang rentan terjadi yaitu tumpang orang asing hanya boleh
tindih peraturan dan menguasai tanah-tanah di
ketidakadilan hukum jika Indonesia dengan hak pakai yag
diberlakukan. Yang pertama luas dan waktunya terbatas.
adalah bahwa di atas HPL dapat Hubungan antara tanah
diberikan HGU, hal ini tidak dengan bangsa Indonesia adalah
sejalan dengan pasal 28 UUPA hubungan yang bersifat abadi
yang pada prinsipnya mengatur yang berarti bahwa selama masih
bahwa HGU adalah hak untuk ada dan selama bumi, air, dan
mengusahakan tanah yang ruang angkasa Indonesia, dan
dikuasai langsung oleh Negara. rakyat Indonesia masih bersatu
Permasalahan kedua adalah sebagai bangsa Indonesia, maka
mengenai jangka waktu HPL yang dalam situasi bagaimanapun juga
dapat diberikan hingga 90 tidak ada yang dapat
(sembilanpuluh) tahun. Pemberian menghapuskan hubungan
jangka waktu ini sangat berlebihan tersebut.
dan bahkan menandingi undang- Demikian pula dengan
undang buatan kolonial yang prinsip pengakuan secara yuridis
mengatur tentang pemberian hak dan faktual tentang hukum adat,
erfpacht dengan jangka waktu 75 yang dijelaskan dalam pasal 3 dan
tahun. Hal ini bisa menjadi pasal 5 UUPA, bahwasannya hak
ancaman serius, atas nama ulayat masyarakat hukum adat
peningkatan kesejahteraan dengan tetap terjamin dan dilindungi oleh
memudahkan investasi, HGU negara dapat terpinggirkan bila
berdiri di atas HPL selama hampir HGU diberi jangka waktu selama
1 dekade, dapat merampas hak- 90 (sembilan puluh) tahun.
hak rakyat kecil, alih-alih HGU Hukum Tanah Nasional
tersebut digunakan untuk usaha bersumber pada hukum adat yang
perkebunan dan pertanian untuk menjadi warisan nenek moyang
peningkatan taraf hidup rakyat yang telah disaneer dan
Indonesia, tetapi bisa dihilangkan sifat kedaerahannya
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 11
ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

yang sudah ketinggalan zaman. hanya menguntungkan para


Dalam perjalanannya telah banyak pebisnis semata. Karena mau tidak
terjadi pergeseran kepemilikan mau, dalam menjalankan proyek-
hak ulayat dan dikuasai oleh proyek yang membutuhkan tanah
pengusaha karena kepemilikan tersebut, butuh pula dana yang
tanah dengan HGU. besar yang tentu saja diakomodir
Pemberian HGU bagi oleh sang investor tersebut.
perusahaan dapat digambarkan Pasal 124 RUU Cipta Kerja
bahwa pemerintah kurang tepat menyebutkan bahwa badan bank
dalam pengimplementasikan hak tanah menjamin ketersediaan
menguasai oleh negara yang Tanah dalam rangka ekonomi
bertujuan tercapainya berkeadilan salah satunya untuk
kemakmuran dan kesejahteraan kepentingan reforma agraria. Lagi-
masyarakat, akan tetapi lebih pada lagi menurut penulis, adanya
pengabaian perlindungan dan badan bank tanah ditakutkan
pengakuan hak ulayat masyarakat tidak sejalan dengan tujuan
adat. (Achmadi Abby, Al-Adl, reforma agraria yang antara lain
8(3), September 2016: 56) adalah mengurangi ketimpangan
3. Isu krusial selanjutnya adalah dalam pemilikan tanah untuk
mengenai bank tanah. Pada mewujudkan keadilan sosial,
Pasal 122-126 RUU Cipta Kerja mengurang konflik, sengketa, dan
mengulas mengenai bank perkara agraria, dan mewujudkan
tanah yang merupakan sebuah akses masyarakat ekonomi lemah
badan atau lembaga yang pada sumber ekonomi yang
mengakamodir kebutuhan maksimal sehingga kemakmuran
tanah di Indonesia sekaligus dan kesejahteraan hidup dapat
untuk keperluan investasi, tercapai.
lembaga ini dibentuk oleh Pada RUU ini, HPL yang
pemerintah pusat. diatur oleh badan bank tanah jika
Tanah-tanah yang dikelola diterapkan, kemungkinan tidak
oleh badan bank tanah diberi hak akan berbeda jauh dengan prinsip
pengelolaan dan badan bank tanah partikelir yang memuat hak-
tanah tersebut berwenang untuk hak pertuanan, diberlakukan pada
melakukan rencana penetapan masa penjajahan belanda. Tanah
zonasi dan melaksanakan partikelir ini sendiri sudah
pengadaan tanah. Istilah dihapus, diatur dalam UU Nomor
penetapan zonasi inilah yang 1 tahun 1958 tentang Penghapusan
dianggap bahwa bank tanah Tanah Partikelir.
sudah mengakomodir segala Prinsip landreform yang
kepentingan rakyat Indonesia terkandung secara substansial
akan kebutuhan tanah. Tetapi dalam UUPA dikhawatirkan akan
dikhawatirkan bank tanah tidak tereliminasi jika badan bank tanah
amanah dalam menjalankan tugas akan tetap direalisasikan. Butuh
dan wewenangnya, dengan kesiapan yang sangat maksimal
mudahnya melakukan penawaran jika negara akan mengadakan
ke investor atas nama kepentingan intitusi bank tanah atau
nasional, untuk menjalin sejenisnya, yaitu dengan
kerjasama yang alih-alih melakukan penguatan filosofinya,
menguntungkan rakyat, tetapi dan harus jelas tujuan terpenting
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 12
ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

dibentuknya bank tanah, serta pembangunannya sehingga


harus ada keseimbangan menjadi dasar untuk menentukan
pengadaan tanah untuk harga jualnya”.
kepentingan nasional melalui Permasalahan lain yang
investasi, dan pengadaan tanah mungkin timbul, bahwa dengan
untuk tujuan reforma agraria yaitu diaturnya kepemilikan satuan
memberi akses langsung bagi rumah susun (HMSRS) bagi
rakyat/petani akan tanah negara Warga Negara Asing (WNA) yang
untuk memanfaatkan tanahnya dapat didirikan di atas tanah
sebaik mungkin, sehingga prinsip HGB, hal ini dapat dikatakan
landreform dalam UUPA tidak melanggar konsepsi universal
terlanggar. mengenai rumah susun dan
4. Isu krusial yang terakhir keutuhan serta kedaulatan bangsa
adalah mengenai Hak Milik menjadi terancam. Karena WNA
Satuan Rumah Susun diberi kemudahan dengan
(HMSRS). Pada pasal 136 RUU disediakannya payung hukum
Cipta Kerja menyebutkan untuk memiliki dan menguasai
bahwa “Hak Milik atas Satuan rumah-rumah susun di Indoensia.
Rumah Susun yang selanjutnya Hal di atas tidak sejalan
disebut Hak Milik Sarusun dengan apa yang telah diatur
merupakan hak kepemilikan dalam UUPA, yang menjelaskan
atas satuan rumah susun yang bahwa orang asing yang
bersifat perseorangan yang berkedudukan di Indonesia hanya
terpisah dengan hak bersama dapat memiliki hak pakai atas
atas bagian bersama, benda tanah negara maupun di atas hak
bersama, dan tanah bersama”. milik orang lain. Begitu pula pada
Redaksional dari pasal PP No. 103 Tahun 2015 tentang
RUU tersebut menurut penulis Pemilikan Rumah Tempat Tinggal
kurang lengkap atau hanya atau Hunian oleh Orang Asing
mengmbil sebagian kalimat dalam yang Berkedudukan di Indonesia.
pasal 46 ayat (1) dan (2) UU Pada pasal 2 menjelaskan bahwa
Nomor 20 Tahun 2011 tentang orang asing dapat memiliki rumah
Rumah Susun, karena sebenarnya untuk tempat tinggal atau hunian
pemilik HMSRS tersebut berhak dengan hak pakai, dan juga pasal
pula atas bagian bersama, benda 4 b menjelaskan bahwa sarusun
bersama, dan tanah bersama yang dibangun di atas tanah hak
sesuai dengan Nilai perbandingan pakai adalah sarusun yang dapat
proporsional (NPP) yaitu “angka dimiliki oleh orang asing.
yang memperlihatkan
perbandingan antara satuan Dampak Negatif Yang
rumah susun (sarusun) terhadap Dimungkinkan Terjadi Apabila
hak atas bagian bersama, benda RUU Cipta Kerja Bab Pertanahan
bersama, dan tanah bersama yang Diterapkan Dalam Praktik.
dihitung berdasarkan nilai Hukum dibuat untuk
sarusun tersebut terhadap jumlah mengakomodir kebutuhan
nilai rumah susun secara masyarakat. Tugas negara dalam
keseluruhan pada waktu hal ini adalah memberikan rasa
pembangunan pertama kali aman melalui tugas legislatif yang
dengan menghitung biaya berwenang untuk menyusun
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 13
ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

suatu kebijakan dan aturan-aturan produktivitas rendah padahal


yang diharapkan dapat jumlah usaha mikro kecil
memberikan perlindungan hukum menengah (UMKM) cukup
bagi seluruh rakyat Indonesia banyak. Dari segi regulasi, kurang
tanpa kecuali. RUU Cipta Kerja lebih terdapat 79 undang-undang
seyogyanya disusun untuk dan 1.229 pasal yang mengganggu
keperluan jangka panjang iklim pencipta lapangan kerja.
masyarakat Indonesia, tidak hanya Dari permasalahan tersebut,
sebagai aturan sesaat dan hanya pemerintah melakukan
mendukung kepentingan jangka menyederhanakan regulasi
pendek. Sifat visioner serta dengan metode omnibus law,
mampu membaca kemungkinan- karena untuk mengubah sebanyak
kemungkinan yang dapat terjadi 79 undang-undang dengan
di kemudian hari sangat metode lama akan memerlukan
dibutuhkan bagi pembentuk waktu yang lama, dan
undang-undang, karena undang- memberikan alasan bahwa satu
undang ini mengikat untuk UU tidak cukup diubah dalam
seluruh lapisan masyarakat tanpa waktu satu tahun”.
kecuali, sehingga terciptalah Selanjutnya Sofyan Djajil
negara kesejahteraan. menegaskan, dikarenakan
Pasca berlangsungnya terjadinya perlambatan ekonomi
kritik terhadap RUU Pertanahan global karena ketidakpastian
yang berakibat batal disahkannya regulasi, maka diharapkan tahun
RUU Pertanahan pada September 2024 RUU Cipta Kerja dapat
2019, sebetulnya dapat dijadikan mengatasi segala peramsalahan
pembelajaran dalam menyusun dalam dunia bisnis dan investasi,
agenda kedepan. Masyarakat untuk menciptakan investasi yang
Indonesia sudah sangat kritis dan berkualitas dan mewujudkan
dapat berfikir maju, tidak mau kesejahteraan pekerja, serta
hanya sekedar sendiko dawuh dan pemberdayaan UMKM sehingga
puas dengan regulasi yang visi Indonesia di tahun 2045
disusun oleh pembentuk tercapai yakni perekonomian
kebijakan. Indonesia bisa masuk 5 besar
Melalui sosialisasi di ekonomi dunia. Dampak
beberapa perguruan tinggi yang negatif yang dimungkinkan terjadi
menyasar kaum akademisi yang bila RUU Cipta Kerja Bab
dilakukan Kementerian Pertanahan di terapkan adalah
ATR/BPN, salah satunya melalui sebagai berikut:
kegiatan ATR/BPN Goes To 1. Dampak bagi rakyat tani, atas
Campus, dengan tema Kebijakan dasar mengurangi regulasi
Agraria dan Tata Ruang Pasca birokrasi yang begitu panjang,
RUU Cipta Kerja, Menteri tetapi hanya menguntungkan
ATR/BPN Sofyan Djalil para pemodal saja karena
mengatakan bahwasannya membahayakan sendi ekonomi
Indonesia sedang menghadapi kerakyatan, khususnya para
permasalahan ekonomi dan petani yang akhirya hanya
investasi antara lain terjadinya bergantung sebagai petani
tumpang tindih peraturan, tingkat penggarap saja,
investasi yang rendah, 2. Tidak berpihak pada
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 14
ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

masyarakat yang lemah posisi Kesimpulan


tawarnya, antara lain rakyat tani Semangat UUPA dalam
dan masyarakat hukum adat, menggantikan Agrarisch Wet
reforma agraria dianggap tidak haruslah diteruskan dalam RUU
penting khususnya terhadap Cipta Kerja ini. Tidak dapat
redistribusi lahan bagi petani dipungkiri di balik semangat dan
dan penguasaan tanah ulayat prinsip-prinsip UUPA yang luar
oleh pengusaha perkebunan, biasa tersebut, pada kenyataannya
3. Membuka kemungkinan sampai hari ini proporsi
pemberian HGU di atas tanah kepemilikan dan penguasaan tanah
HPL yang berarti bertentangan di indonesia masih jauh dari
dengan pasal 2 dan pasal 28 keadilan. RUU Cipta Kerja belum
UUPA, krn UUPA hanya dapat memenuhi beberapa prinsip
mengatur bahwa HGU yang terkandung secara substansial
diberikan di atas tanah negara, dalam UUPA, sehingga
dan ini berdampak pada tanah dikhawatirkan semakin
tanah ulayat yg terpinggirkan memperparah kondisi
karena lebih mengutamakan ketidakadilan kepemilikan dan
pemberian ijin HGU kepada penguasaan tanah yang selama ini
pengusaha, khususnya terjadi.
pengusaha perkebunan, RUU Cipta Kerja nantinya
4. Adanya badan bank tanah jika akan menjadi undang-undang
tidak dipersiapkan dnengan yang bersifat mengikat jika telah
matang dapat meningkatkan disahkan. Suatu produk hukum
maraknya sengketa tanah. membutuhkan logika hukum yang
Sehingga harus diperjelas tujuan terletak pada substansinya.
akhi badan bank tanah untuk Substansi dalam RUU Cipta Kerja
apa?, menyediakan tanah untuk Bab Pertanahan seharusnya
siapa? penyediaan tanah terpusat pada “tanah” dan
tersebut dalam rangka apa?, dan “kepastian serta keadilan hukum
tentu saja harus bagi pemegang haknya”.
memprioritaskan redistribusi Semestinya peran tanah dalam
tanah dalam rangka memberikan kemanfaatan bagi
menjalankan program reforma masyarakat Indonesia haruslah
agraria, tidak terkecualikan, bermanfaat
5. Berdampak pada abainya fungsi bagi pemodal besar maupun
sosial atas tanah sesuia yang pemodal kecil, korporasi maupun
diamanatkan pasal 6 UUPA, masyarakat adat, petani maupun
karena menurut penulis yang pengeksplorasi. Sehingga rakyat
dikedepankan RUU Cipta Kerja indonesia kembali menjadi Tuan di
hanya fungsi ekonominya saja, tanah sendiri dan kepastian hukum
6. Dapat terjadi tumpang tindih dapat tercapai. Jika tetap dilakukan
pengaturan, RUU Cipta Kerja pengesahan, maka RUU Cipta
Bab Pertanahan bukan sekedar Kerja banyak menimbulkan
pelengkap dan penyempurna dampak negatif yang berpotensi
UUPA tetapi berpotensi melanggar hak-hak rakyat
mengganti UUPA. Indonesia yang selama ini dijamin
oleh konstitusi.

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 15


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

Saran Jakarta, 2015


Hendaknya negara betul-
betul mendengarkan apa yang Rosnidar Sembiring, Hukum
menjadi harapan dan cita-cita Pertanahan Adat, Rajawali
rakyat Indonesia khususnya dalam Press, Jakarta, 2017
meperbaiki taraf hidup dan Urip Santoso, Hukum Pertanahan;
mewujudkan kesejahteraan pada Kajian Komprehensif, Kencana
sektor pertanahan. Serap dan Prenada Media Group,
resapi aspirasi rakyat dengan hati Jakarta, 2012
nurani yang jernih, tampung segala
permasalahan pertanahan yang Jurnal/Karya Ilmiah :
telah atau sedang terjadi, serta Ana Silviana, Polemik Penundaan
lakukan analisa mendalam untuk Pengesahan Rancangan
segera action mencari solusi yang Undang-Undang (RUU)
terbaik, yang menguntungkan Pertanahan, Doponegoro Law
semua pihak, dengan tetap Review, Vol 4, No 2 (2019),
menjaga kedaulatan bangsa Universitas Diponegoro.
Indonesia tercinta ini. Fathul Achmadi Abby, Sengketa
Kedepankan asas publisitas Pertanahan Hak Masyarakat
dengan memberikan informasi Adat Dengan Hak Guna Usaha
pertanahan secara transparan, (HGU) Perkebunan Sawit Di
sehingga rakyat Indonesia Kalimantan Selatan, Al’Adl,
memeliki kesempatan yang sama Volume VIII Nomor 3,
dalam menggunakan, menguasai, September - Desember 2016,
dan memiliki hak atas tanah untuk Universitas Islam Kalimantan
dimanfaatkan dengan sebaik Muhammad Arsyad Al
mungkin. Seyogyanya pembentuk Banjari Banjarmasin.
kebijakan cukupmelakukan Gunawan, RUU Pertanahan: Antara
penyempurnaan undang-undang Mandat Dan Pengingkaran
sektoral, karena hal ini lebih baik Terhadap UUPA 1960, Bhumi,
daripada menyusun undnag- Jurnal Pertanahan dan
undang dengan metode onmibus Pertanahan, No. 39 Tahun 13,
law yang tingkat keberhasilannya April 2014, Sekolah Tinggi
belum terbayangkan bahkan bisa Pertanahan Nasional
dikatakan berperan dalam merusak Ida Nurlinda, Telaah Atas Materi
sistem perundang-undangan di Muatan Rancangan Undang-
Indonesia. Undang Pertanahan, Jurnal
Bina Mulia Hukum, Volume
Daftar Pustaka 1, Nomor 1, September 2016,
Buku Fakultas Hukum Universitas
Boedi Harsono, Hukum Pertanahan Padjadjaran.
Indonesia Sejarah pembentukan Maria SW Sumardjono, “Issue-issue
Undang-Undang Pokok Krusial Dalam RUU Pertanahan
Pertanahan, Isi dan dan Perkembangan Terkini
Pelaksanaannya, Cetakan Hukum Pertanahan”, Makalah
Kesepuluh (edisi revisi), disampaikan pada acara Up-
Djambatan, Jakarta, 2005 Grading Dosen Hukum
H.M. Arba, Hukum Agraria Pertanahan/Pertanahan se
Nasional, Sinar Grafika, Indonesia, Bagian Hukum
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 16
ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No. 2, Agustus 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

Adminsitrasi Negara, 26/09/2019 18:18 WIB,


Fakultas Hukum Trisakti, https://www.cnnindonesia.c
Jakarta, Selasa 29 Juli 2019 om/ekonomi/2019092618035
Myrna A. Safitri, Meninjau Kembali 3-532-434393/pemerintah-
Hak Pengelolaan Dalam dan-dpr-pastikan-ruu-
Rancangan Undang-Undang pertanahan-batal-disahkan,
Pertanahan, Jurnal Hukum diakses pada tanggal 10 Juni
dan Bisnis (Selisik) , Volume 2020
2, Nomor 2, Januari 2016, “RUU Cipta Kerja hambat Reforma
Program Magister Ilmu Pertanahan dan Perparah
Hukum Sekolah Pasca sarjana Konflik”, publish pada
Universitas Pancasila 02/02/2020,
https://lokadata.id/artikel/t
Peraturan Perundang-Undangan
anpa-reforma-pertanahan-
dan Rancangan Undang-Undang
percepatan-investasi-
UUD Negara Republik Indonesia
dikhawatirkan-perparah-
Tahun 1945
konflik, diakses pada tanggal
UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang
10 Juni 2020.
Peraturan Dasar Pokok-Pokok
RUU Cipta Kerja Langkah Strategis
Agraria (UUPA)
Mewujudkan Visi Indonesia
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2045, 20 Mei 2020, dapat
2011 tentang Rumah Susun.
dilihat pada
Peraturan Pemerintah Nomor 103
https://www.atrbpn.go.id/B
Tahun 2015 tentang Pemilikan
erita/Siaran-Pers/ruu-cipta-
Rumah Tempat Tinggal atau
kerja-langkah-strategis-
Hunian oleh Orang Asing
mewujudkan-visi-indonesia-
yang Berkedudukan di
2045-125726, diakses pada
Indonesia.
tanggal 14 Juni 2020
Rancangan Undang-Undang
Pertanahan.
Rancangan Undang-Undang Cipta
Kerja.

Internet
“Guru Besar dan Legislator Ini

Kritik RUU Cipta Kerja Bab


Pertanahan”, publish pada
Kamis 27 Februari 2020,
https://www.hukumonline.c
om/berita/baca/lt5e574427bf
424/guru-besar-dan-
legislator-ini-kritik-ruu-cipta-
kerja-bab-pertanahan/
diakses pada tanggal 10 Juni
2020
“Pemerintah dan DPR Pastikan
RUU Pertanahan Batal
Disahkan”, CNN Indonesia ,
publish pada hari Kamis,

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan 17

Anda mungkin juga menyukai