Abstrak
Fenomena quarterlife crisis merupakan sebuah fenomena psikososial pada rentang usia yang sama dengan
emerging adulthood yakni antara 18 sampai 29 tahun yang ditandai dengan munculnya reaksi-reaksi emosi seperti
stress, frustasi, panik, tidak berdaya, khawatir akan masa depan, tidak memiliki tujuan dan sebagainya. Depresi dan
gangguan psikologis lainnya juga termasuk ke dalam krisis ini. Tentunya hal ini sangat penting untuk diteliti lebih
mendalam. Karena sangat berhubungan erat dengan pribadi yang bermuara pada kesejahteraan seorang individu
sebagai komponen utama pembentuk masyarakat. Tergambarlah sebuah fakta di lapangan bahwa fenomena
quarterlife crisis memang benar benar terjadi di tengah-tengah mahasiswa semester akhir Universitas Sumatera
Utara. Dan hal ini erat kaitannya dengan terjadinya pandemi Covid-19 yang menyebabkan buruknya perekonomian
masyarakat secara umum, termasuk di dalamnya mahasiswa. Dari permasalan ekonomi ini menjalar lagi pada
masalah-masalah lain yang memperburuk quarterlife crisis para mahasiswa ini. Mahasiswa yang menjadi objek
penelitian dalam jurnal ini adalah mahasiswa semester akhir USU.
Kata Kunci: Quarterlife Crisis, Emerging Adulthood, Kesejahteraan Individu, Mahasiswa Semester Akhir USU
Abstract
The quarterlife crisis phenomenon is a psychosocial phenomenon in the same age range as emerging
adulthood, namely between 18 and 29 years, which is marked by the emergence of emotional reactions such as
stress, frustration, panic, helplessness, worry about the future, having no purpose and so on. Depression and other
psychological disorders also contribute to this crisis. Of course this is very important to be studied more deeply.
Because it is very closely related to the person which leads to the welfare of an individual as the main component
forming society. A fact was drawn on the ground that the quarterlife crisis phenomenon actually happened among
the final semester students of the University of North Sumatra. And this is closely related to the occurrence of the
Covid-19 pandemic which has caused the poor economy of the community in general, including students. From this
economic problem, it spread again to other problems that exacerbated the student quarterlife crisis. Students who
are the objects of research in this journal are USU's final semester students.
Keywords: Quarterlife Crisis, Emerging Adulthood, Individual Welfare, USU Final Semester Students
105
Muhammad Abdullah Sujudi, Bengkel Ginting / Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi,
Vol. 2, No. 2, Desember 2020, 105 - 112
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu Peneliti akan wawancara dengan informan
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara untuk menggali informasi mengenai
fundamental bergantung dari pengamatan Eksistensi Fenomena Quarter-life Crisis yang
pada manusia baik dalam kawasannya maupun ada di diri responden. Yang menjadi sumber
dalam peristilahnya. data utama adalah para Mahasiswa Semester
Penelitian ini menggunakan metode Akhir yang ada di Universitas Sumatera
kualitatif karena peneliti menganggap Utara, Kota Medan.
permasalahan yang diteliti cukup kompleks b) Data sekunder
dan dinamis sehingga data yang diperoleh dari Data sekunder merupakan data tambahan
para narasumber tersebut dijaring dengan berupa informasi yang akan melengkapi data
metode yang lebih alamiah yakni interview primer. Data tambahan yang dimaksud
langsung dengan para narasumber sehingga meliputi dokumen atau arsip didapatkan dari
didapatkan jawaban yang alamiah. Selain itu, berbagai sumber, foto pendukung yang sudah
peneliti bermaksud untuk memahami situasi ada, maupun foto yang dihasilkan sendiri,
sosial psikologis secara mendalam, serta data yang terkait dalam penelitian ini.
menemukan pola, hipotesis, dan teori yang Perihal penentuan sampel, prosedur
sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan. penentuan sampel yang paling penting adalah
Penelitian kualitatif tidak pernah bagaimana menentukan informan kunci (key
terlepas dari istilah analisis fenomenologi. informan) atau situasi sosial tertentu yang
Peneliti dalam pandangan fenomenologis sesuai dengan fokus penelitian (Bungin,
berusaha memahami peristiwa dan kaitannya 2003).Fokus penelitian sendiri adalah tentang
terhadap orang-orang yang berada dalam Eksistensi Feomena Quarter-life crisis di mana
situasi tertentu (Moleong, 2006; Syamsyi: objeknya adalah para Mahasiswa Semester
2010). Seperti yang dilakukan pada penelitian Akhir, Universitas Sumatera Utara, Medan,
ini, peneliti melakukan kajian di bidang yang sekaligus menjadi bagian dari
sosiologi dan psikologi selain kajian di bidang narasumber dalam penelitian ini.
ilmu kesejahteraan sosial untuk membantu Sampel yang dipilih berjumlah 30
peneliti dalam mengintrepretasikan fenomena orang dari berbagai Fakultas di Universitas
atau situasi sosial yang diteliti. Sumatera Utara. yang kriterianya ditentukan
Untuk sumber datanya sendiri, oleh peneliti, yakni yang berusia 20 hingga 25
sebagaimana menurut Lofland (dalam Tahun. Ada beberapa kriteria lagi terkait
Moleong, 2006; Syamsyi: 2010), sumber data informan, diantaranya, berdasarkan tesis
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata- Inayah Agustin, (2012) Terapi dengan
kata, dan tindakan, selebihnya adalah data pendekatan solution focused pada individu
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Yang yang mengalami quarter life
dimaksud kata-kata dan tindakan disini yaitu crisis, Universitas Indonesia, didapatkan
kata-kata dan tindakan orang yang diamati bahwa wanita lebih berpotensial untuk
atau diwawancarai merupakan sumber data mengalami dampak buruk QLC dan emerging
utama (primer). Sedangkan sumber data adulthood dibandingkan pria, Karena itu
lainnya bisa berupa sumber tertulis (sekunder), peneliti akan lebih condong kepada informan
dan dokumentasi seperti foto. wanita. Dari segi asalnya, dibandingkan
a) Data primer informan yang berasal dari perkotaan, peneliti
Data primer adalah data yang diperoleh akan memilih yang berasal dari daerah
secara langsung melalui pengamatan dan pedesaan, karena mahasiswa perantauan
wawancara dengan informan atau responden. umumnya akan merasa lebih berat saat pulang
107
Muhammad Abdullah Sujudi, Bengkel Ginting / Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi,
Vol. 2, No. 2, Desember 2020, 105 - 112
ke kampung halaman namun tak kunjung lulus • Apakah impian anda sejak kecil ? Dan
dan dapat kerja. apakah yang anda lakukan saat ini sudah
Terakhir, dari segi tingkat keep on track untuk menggapai impian itu
perekonomian informan pun, peneliti akan ?
lebih memilih informan dengan tingkat • Apakah selama kurang lebih 8 semester
perekonomian menengah ke bawah. Tentunya ini, anda merasa bahwa anda berada di
tekanan, baik itu dari lingkungan sosial jurusan yang tepat ?
terlebih keluarga dan dirinya sendiri akan • Apa harapan orang tua anda untuk anda
cenderung lebih besar dibandingkan memiliki dan sudah sejauh mana usaha anda
perekonomian yang baik. mencapainya ?
Teknik pengumpulan data yang • Apakah anda mengalami kesulitan dalam
digunakan adalan wawancara mendalam hal perkuliahan ?
(depth interview) terhadap perorangan yaitu • Apabila diperkenankan, saya ingin
secara langsung antara pewawancara dengan bertanya terkait hubungan asmara anda.
responden penelitian. Melalui metode ini Bila saya mengatakan kata pasangan atau
diharapkan peneliti dapat mengetahui secara pacar , apa yang akan anda pikirkan ?
mendalam mengenai eksistensi fenomena Seberapa penting hal itu menurut anda ?
quarter-life crisis. Menurut Sugiyono (2008), • Saat berpikir tentang masa depan, baik itu
ada 3 macam wawancara yakni wawancara menyelesaikan kuliah, pekerjaan atau
terstruktur, wawancara semiterstruktur, dan pernikahan, pernahkah anda merasa
wawancara tidak terstruktur. Dalam penelitian frustasi, panik, khawatir, tidak tahu arah,
ini, peneliti menggunakan metode wawancara putus asa, stress atau bahkan ingin bunuh
semiterstruktur, yaitu wawancara yang diri. Kalau iya, kira-kira apa penyebabnya
dilakukan secara lebih bebas bila ? Apakah sampai sekarang masih seperti
dibandingkan dengan wawancara terstruktur, itu ? Kalau sekarang tidak lagi, kira-kira
namun tetap berpedoman pada pertanyaan inti. seperti apa cara anda mengatasinya ?
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
menemukan permasalahan yang lebih terbuka Alat pengumpulan data yang
di mana pihak yang diajak wawancara digunakan peneliti hanyalah handphone.
dimintai pendapat dan ide-idenya. Wawancara Dikarenakan penelitian dilakukan di tengah
dilakukan secara terbuka di mana para Pandemi Covid 19, sehingga mengharuskan
subjeknya tahu bahwa mereka sedang peneliti untuk mengikuti protokol kesehatan
diwawancarai dan mengetahui apa maksud dengan tidak berjumpa langsung dengan klien.
wawancara. Pun juga saat itu para informan banyak yang
Sebagaimana pada penelitian ini masih berada di kampung halaman. Karena itu
pengumpulan data di dapatkan dengan teknologi informasilah yang digunakan
wawancara mendalam, berikutlah sejumlah sebagai solusinya. Dengan menggunakan
pertanyaan yang digunakan sebagai pedoman Aplikasi WhatsApp, peneliti menghubungi
untuk mengonfirmasi eksistensi fenomena. para klien satu per satu. Melakukan
Diantaranya: wawancara mendalam baik itu melalui
• Jika saya berbicara tentang masa depan, telepon, pesan maupun voicenote.
apa hal yang akan terlintas di pikiran anda Metode analisis yang digunakan
? (Lalu dengan pemaparannya dalam berpedoman pada pendapat Miles and
cerita, peneliti akan merekam untuk Huberman dalam Sugiyono (2008), yaitu
diidentifikasi kemudian). analisis data kualitatif dilakukan secara
108
Muhammad Abdullah Sujudi, Bengkel Ginting / Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi,
Vol. 2, No. 2, Desember 2020, 105 - 112
interaktif melalui proses data reduction, data menunda pekerjaan dan cenderung bersantai-
display, dan verification. Reduksi dilakukan santai. Untuk faktor luar diantaranya
dengan diawali proses pemilihan temuan diakibatkan permasalahan keluarga, tugas
dilapangan, pemusatan perhatian pada kuliah, pengerjaan tugas akhir, dosen yang
penyederhanaan . pengabstrakan, transformasi dirasa cenderung menyusahkan,
data kasar yang muncul dari catatan-catatan perkembangan teknologi seiring zaman,
lapangan (Miles dan Huberman (1992:16). pembiayaan hidup, pembiayaan kuliah serta
Setelah data temuan di lapangan tekanan orang tua atau keluarga.
direduksi, lalu dilakukan tahap display. Secara Dari 30 orang informan penelitian,
sederhana, data yang disampaikan para sebanyak 26 orang informan merasakan
mahasiswa yang menjadi sampel penelitian itu fenomena quarterlife crisis menengah. 3 orang
disajikan sebagai sekumpulan informasi lagi diantaranya informan belum menjawab
tersusun yang memberikan kemungkinan secara explicit. Hanya 1 orang yang secara
adanya penarikan kesimpulan dan jelas menyatakan tidak merasakan.
pengambilan tindakan. (Miles dan Huberman, Banyak dari mereka yang menuturkan
1992 : 17). Pada penelitian ini sendiri peneliti kekhawatirannya akan masa depan yang tak
memilih untuk menyajikannya dalam bentuk pasti. Ada yang mengakui stres dikarenakan
narasi dan tabel kualitatif. tugas kuliah yang cenderung sulit di mengerti.
Selanjutnya teknik analisis data, Ada yang mengaku sering merasa khawatir,
peneliti melakukan prosedur sebagai berikut : pesimis, takut bahkan frustasi apabila
1. Tahap penyajian data : data disajikan dalam dihadapkan dengan persoalan pencapaian
bentuk deskripsi. 2. Tahap komparasi : impian. Ada yang khawatir dengan persaingan
merupakan proses membandingkan hasil di dunia kerja nanti. Ada yang khawatir dan
analisis data yang telah ditemukan dalam takut bila kenyataan nanti tak sesuai dengan
penelitian-penelitian sebelumnya. Data yang harapan. Ada juga yang mengaku saat ini
diperoleh dari hasil deskripsi dibandingkan sedang merasa panik dan khawatir karena
dan dibahas berdasarkan landasan teori dan sering membandingkan dirinya dengan
konsep yang dikemukakan pada bab 2. 3. pencapaian orang lain. Ada lagi yang mengaku
Tahap penyajian hasil penelitian : tahap ini memang tipe panikan hampir di segala situasi.
dilakukan setelah tahap komparasi, yang Ada yang mengaku juga saat ini tengah berada
kemudian dirangkum dan diarahkan pada di titik terendah hidupnya sehingga stress
kesimpulan untuk menjawab masalah yang sudah jadi teman akrabnya sebagai hasil dari
telah dikemukakan peneliti. kompilasi berbagai masalah mulai dari biaya
kuliah, tugas akhir, biaya hidup “plus”
masalah keluarga. Bahkan ada yang mengaku
HASIL DAN PEMBAHASAN pernah mengalami kekhawatiran berlebih
Dikatakan dalam sebuah penelitian hingga sempat putus asa dan ingin menyerah.
terkait eksistensi fenomena quarter-life crisis Namun tentunya mereka punya solusi
pada mahasiswa semester akhir USU oleh tersendiri dalam mengatasi quarterlife
Muhammad Abdullah Sujudi (2020), faktor crisisnya. Bagan berikut menunjukkan cara-
penyebab quarter-life crisis pada mahasiswa cara yang digunakan para informan dalam
semester akhir USU ada 2 faktor. mengatasi masalahnya.
Jika faktor dari dalam diri seseorang
lebih kepada sisi pskologis si individu.
Diantaranya kemalasan diri sendiri, suka
109
Muhammad Abdullah Sujudi, Bengkel Ginting / Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi,
Vol. 2, No. 2, Desember 2020, 105 - 112
Bagan 1
KESIMPULAN
Apabila memperhatikan faktor luar Selain itu, kesimpulan yang bisa
penyebab fenomena quarterlife-crisis ditarik adalah fakta bahwa masalah bisa
muncul pada mahasiswa semester akhir menciptakan quarterlife crisis, begitu pula
USU, tampak sebuah garis penghubung sebaliknya quarterlife crisis bisa
yang menghubungkan antara faktor luar menciptakan masalah. Tergantung dari
yaitu pembiayaan hidup, pembiayaan problematika apa yang sedang dihadapi.
kuliah dan berbagai faktor luar lainnya Dalam pandemi ini sendiri, secara general
yang berhubungan dengan aspek ekonomi memberikan dampak negatif bagi
dengan dampak yang ditimbulkan pandemi perekonomian yang bisa menjurus pada
Covid-19 terhadap perekonomian kemiskinan. Lalu kemiskinan itu akan
Indonesia. Peningkatan angka kemiskinan memunculkan sejumlah masalah baru yang
dan pengangguran jelas dapat berimbas bisa mempengaruhi seseorang dalam
pada pembiayaan hidup mahasiswa. Baik menjalani quarterlife crisisnya.
itu biaya keperluan kuliah, biaya hidup
diperantauan, serta tekanan orang tua
mahasiswa untuk segera menyelesaikan
kuliahnya. Karenanya pandemi ini sangat
berhubungan dengan fenomena quarterlife
crisis yang dihadapi mahasiswa semester
akhir USU.
110
Muhammad Abdullah Sujudi, Bengkel Ginting / Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi,
Vol. 2, No. 2, Desember 2020, 105 - 112
111
Muhammad Abdullah Sujudi, Bengkel Ginting / Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi,
Vol. 2, No. 2, Desember 2020, 105 - 112
112