Anda di halaman 1dari 8

Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi, Vol. 2, No.

2, Desember 2020, 105 - 112

ISSN 2549-824X (print) | ISSN 2549-9173 (online)


Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi
Available online https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/bdh

Quarterlife Crisis di Masa Pandemi Covid-19 pada Mahasiswa


Semester Akhir Universitas Sumatera Utara

Muhammad Abdullah Sujudi1, Bengkel Ginting2


12
Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan
Corresponding author: bengkelginting@ymail.com

Abstrak

Fenomena quarterlife crisis merupakan sebuah fenomena psikososial pada rentang usia yang sama dengan
emerging adulthood yakni antara 18 sampai 29 tahun yang ditandai dengan munculnya reaksi-reaksi emosi seperti
stress, frustasi, panik, tidak berdaya, khawatir akan masa depan, tidak memiliki tujuan dan sebagainya. Depresi dan
gangguan psikologis lainnya juga termasuk ke dalam krisis ini. Tentunya hal ini sangat penting untuk diteliti lebih
mendalam. Karena sangat berhubungan erat dengan pribadi yang bermuara pada kesejahteraan seorang individu
sebagai komponen utama pembentuk masyarakat. Tergambarlah sebuah fakta di lapangan bahwa fenomena
quarterlife crisis memang benar benar terjadi di tengah-tengah mahasiswa semester akhir Universitas Sumatera
Utara. Dan hal ini erat kaitannya dengan terjadinya pandemi Covid-19 yang menyebabkan buruknya perekonomian
masyarakat secara umum, termasuk di dalamnya mahasiswa. Dari permasalan ekonomi ini menjalar lagi pada
masalah-masalah lain yang memperburuk quarterlife crisis para mahasiswa ini. Mahasiswa yang menjadi objek
penelitian dalam jurnal ini adalah mahasiswa semester akhir USU.

Kata Kunci: Quarterlife Crisis, Emerging Adulthood, Kesejahteraan Individu, Mahasiswa Semester Akhir USU

Abstract

The quarterlife crisis phenomenon is a psychosocial phenomenon in the same age range as emerging
adulthood, namely between 18 and 29 years, which is marked by the emergence of emotional reactions such as
stress, frustration, panic, helplessness, worry about the future, having no purpose and so on. Depression and other
psychological disorders also contribute to this crisis. Of course this is very important to be studied more deeply.
Because it is very closely related to the person which leads to the welfare of an individual as the main component
forming society. A fact was drawn on the ground that the quarterlife crisis phenomenon actually happened among
the final semester students of the University of North Sumatra. And this is closely related to the occurrence of the
Covid-19 pandemic which has caused the poor economy of the community in general, including students. From this
economic problem, it spread again to other problems that exacerbated the student quarterlife crisis. Students who
are the objects of research in this journal are USU's final semester students.

Keywords: Quarterlife Crisis, Emerging Adulthood, Individual Welfare, USU Final Semester Students

105
Muhammad Abdullah Sujudi, Bengkel Ginting / Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi,
Vol. 2, No. 2, Desember 2020, 105 - 112

PENDAHULUAN Amerika memasuki abad ke-20. Mereka


Tepatnya pada Desember 2019, kasus memberi julukan kepada kaum muda tersebut
pneumonia misterius pertama kali dilaporkan sebagai “twentysomethings”, yakni individu
di Wuhan, Provinsi Hubei. Sumber penularan yang baru saja meninggalkan kenyamanan
kasus ini masih belum diketahui pasti, tetapi hidup sebagai mahasiswa dan mulai memasuki
kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di real-life, dengan tuntutan untuk bekerja atau
Wuhan (Rothan dkk, 2020). Untuk Indonesia menikah.
sendiri, kasus pertama Covid-19 diumumkan Bagi sebagian individu, masa-masa
pertama kali pada 2 Maret 2020. quarterlife atau di usia 20-an tahun tidak harus
Pandemi Covid-19 benar-benar berjalan dalam sebuah krisis, melainkan
berdampak besar bagi keberlangsungan hidup menjadi masa-masa yang menyenangkan
manusia di seluruh dunia. Wakil Presiden karena ada kesempatan untuk mencoba segala
Bank Dunia kawasan Asia Timur dan Pasifik, kemungkinan guna memperoleh makna hidup
Victoria Kwakwa pada saat memberikan yang lebih mendalam. Namun, beberapa
pernyataan di Jakarta menyampaikan sebuah individu lainnya ada yang menjalani masa
laporan Bank Dunia edisi Oktober 2020 quarterlife dengan perasaan panik, penuh
berjudul From Containment to Recovery tekanan, insecure dan tidak bermakna (Nash
menyatakan pandemi Covid-19 telah dan Murray, 2010).
menyebabkan terjadinya tiga guncangan bagi Dari gambaran tersebut, quarterlife
kawasan ini yaitu pandemi itu sendiri, crisis dapat didefinisikan sebagai suatu respon
pembatasan terhadap perekonomian, dan terhadap kestabilan yang memuncak,
gaung resesi global yang diakibatkan oleh perubahan yang konstan, terlalu banyaknya
krisis yang terjadi. pilihan-pilihan serta perasaan panik dan tidak
Pandemi Covid-19 juga berdampak berdaya (self helplessness) yang biasanya
besar pada kehidupan rakyat Indonesia, muncul pada individu pada rentang usia 18
termasuk di dalamnya kehidupan para pelajar hingga 29 tahun. Awal mula munculnya onset
di Indonesia. Pengaruh yang begitu berat pada ditandai saat individu telah menyelesaikan
sektor perekonomian otomatis akan perkuliahan, dengan karakteristik emosi
menyebabkan pertambahan jumlah rakyat seperti frustasi, panik, khawatir dan tidak tahu
miskin di Indonesia. Kementerian arah. Krisis ini juga bisa mengarah pada
Keuangan memproyeksi jumlah orang miskin depresi dan gangguan psikis lainnya. (Robbins
bertambah 3,02 juta hingga 5,71 juta orang. dan Wilner, 2001; Olsen Madsen, 2007; Black,
Dengan adanya peningkatan angka 2010).
kemiskinan dan pengangguran signifikan yang
disebabkan oleh pandemi Covid-19 tentunya
berdampak besar pada kehidupan sosial METODE
ekonomi sebagian besar pelajar di seluruh Penelitian ini menggunakan metode
Indonesia, terlebih pada kasus ini mahasiswa penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor
tingkat akhir Universitas Sumatera Utara yang (dalam Moleong, 2006; Syamsi, 2010)
tebukti tengah dirundung fenomena quarter- mendefinisikan metode kualitatif sebagai
life crisisnya (Sujudi, 2020). prosedur penelitian yang menghasilkan data
Istilah Quarterlife crisis dikemukakan deskriptif berupa kata-kata tertulis lisan dari
pertama kali oleh Alexandra Robbins dan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Abby Wilner pada tahun 2001 berdasarkan Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2006;
penelitian mereka terhadap kaum muda di Syamsi 2010) mendefinisikan bahwa
106
Muhammad Abdullah Sujudi, Bengkel Ginting / Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi,
Vol. 2, No. 2, Desember 2020, 105 - 112

penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu Peneliti akan wawancara dengan informan
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara untuk menggali informasi mengenai
fundamental bergantung dari pengamatan Eksistensi Fenomena Quarter-life Crisis yang
pada manusia baik dalam kawasannya maupun ada di diri responden. Yang menjadi sumber
dalam peristilahnya. data utama adalah para Mahasiswa Semester
Penelitian ini menggunakan metode Akhir yang ada di Universitas Sumatera
kualitatif karena peneliti menganggap Utara, Kota Medan.
permasalahan yang diteliti cukup kompleks b) Data sekunder
dan dinamis sehingga data yang diperoleh dari Data sekunder merupakan data tambahan
para narasumber tersebut dijaring dengan berupa informasi yang akan melengkapi data
metode yang lebih alamiah yakni interview primer. Data tambahan yang dimaksud
langsung dengan para narasumber sehingga meliputi dokumen atau arsip didapatkan dari
didapatkan jawaban yang alamiah. Selain itu, berbagai sumber, foto pendukung yang sudah
peneliti bermaksud untuk memahami situasi ada, maupun foto yang dihasilkan sendiri,
sosial psikologis secara mendalam, serta data yang terkait dalam penelitian ini.
menemukan pola, hipotesis, dan teori yang Perihal penentuan sampel, prosedur
sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan. penentuan sampel yang paling penting adalah
Penelitian kualitatif tidak pernah bagaimana menentukan informan kunci (key
terlepas dari istilah analisis fenomenologi. informan) atau situasi sosial tertentu yang
Peneliti dalam pandangan fenomenologis sesuai dengan fokus penelitian (Bungin,
berusaha memahami peristiwa dan kaitannya 2003).Fokus penelitian sendiri adalah tentang
terhadap orang-orang yang berada dalam Eksistensi Feomena Quarter-life crisis di mana
situasi tertentu (Moleong, 2006; Syamsyi: objeknya adalah para Mahasiswa Semester
2010). Seperti yang dilakukan pada penelitian Akhir, Universitas Sumatera Utara, Medan,
ini, peneliti melakukan kajian di bidang yang sekaligus menjadi bagian dari
sosiologi dan psikologi selain kajian di bidang narasumber dalam penelitian ini.
ilmu kesejahteraan sosial untuk membantu Sampel yang dipilih berjumlah 30
peneliti dalam mengintrepretasikan fenomena orang dari berbagai Fakultas di Universitas
atau situasi sosial yang diteliti. Sumatera Utara. yang kriterianya ditentukan
Untuk sumber datanya sendiri, oleh peneliti, yakni yang berusia 20 hingga 25
sebagaimana menurut Lofland (dalam Tahun. Ada beberapa kriteria lagi terkait
Moleong, 2006; Syamsyi: 2010), sumber data informan, diantaranya, berdasarkan tesis
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata- Inayah Agustin, (2012) Terapi dengan
kata, dan tindakan, selebihnya adalah data pendekatan solution focused pada individu
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Yang yang mengalami quarter life
dimaksud kata-kata dan tindakan disini yaitu crisis, Universitas Indonesia, didapatkan
kata-kata dan tindakan orang yang diamati bahwa wanita lebih berpotensial untuk
atau diwawancarai merupakan sumber data mengalami dampak buruk QLC dan emerging
utama (primer). Sedangkan sumber data adulthood dibandingkan pria, Karena itu
lainnya bisa berupa sumber tertulis (sekunder), peneliti akan lebih condong kepada informan
dan dokumentasi seperti foto. wanita. Dari segi asalnya, dibandingkan
a) Data primer informan yang berasal dari perkotaan, peneliti
Data primer adalah data yang diperoleh akan memilih yang berasal dari daerah
secara langsung melalui pengamatan dan pedesaan, karena mahasiswa perantauan
wawancara dengan informan atau responden. umumnya akan merasa lebih berat saat pulang
107
Muhammad Abdullah Sujudi, Bengkel Ginting / Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi,
Vol. 2, No. 2, Desember 2020, 105 - 112

ke kampung halaman namun tak kunjung lulus • Apakah impian anda sejak kecil ? Dan
dan dapat kerja. apakah yang anda lakukan saat ini sudah
Terakhir, dari segi tingkat keep on track untuk menggapai impian itu
perekonomian informan pun, peneliti akan ?
lebih memilih informan dengan tingkat • Apakah selama kurang lebih 8 semester
perekonomian menengah ke bawah. Tentunya ini, anda merasa bahwa anda berada di
tekanan, baik itu dari lingkungan sosial jurusan yang tepat ?
terlebih keluarga dan dirinya sendiri akan • Apa harapan orang tua anda untuk anda
cenderung lebih besar dibandingkan memiliki dan sudah sejauh mana usaha anda
perekonomian yang baik. mencapainya ?
Teknik pengumpulan data yang • Apakah anda mengalami kesulitan dalam
digunakan adalan wawancara mendalam hal perkuliahan ?
(depth interview) terhadap perorangan yaitu • Apabila diperkenankan, saya ingin
secara langsung antara pewawancara dengan bertanya terkait hubungan asmara anda.
responden penelitian. Melalui metode ini Bila saya mengatakan kata pasangan atau
diharapkan peneliti dapat mengetahui secara pacar , apa yang akan anda pikirkan ?
mendalam mengenai eksistensi fenomena Seberapa penting hal itu menurut anda ?
quarter-life crisis. Menurut Sugiyono (2008), • Saat berpikir tentang masa depan, baik itu
ada 3 macam wawancara yakni wawancara menyelesaikan kuliah, pekerjaan atau
terstruktur, wawancara semiterstruktur, dan pernikahan, pernahkah anda merasa
wawancara tidak terstruktur. Dalam penelitian frustasi, panik, khawatir, tidak tahu arah,
ini, peneliti menggunakan metode wawancara putus asa, stress atau bahkan ingin bunuh
semiterstruktur, yaitu wawancara yang diri. Kalau iya, kira-kira apa penyebabnya
dilakukan secara lebih bebas bila ? Apakah sampai sekarang masih seperti
dibandingkan dengan wawancara terstruktur, itu ? Kalau sekarang tidak lagi, kira-kira
namun tetap berpedoman pada pertanyaan inti. seperti apa cara anda mengatasinya ?
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
menemukan permasalahan yang lebih terbuka Alat pengumpulan data yang
di mana pihak yang diajak wawancara digunakan peneliti hanyalah handphone.
dimintai pendapat dan ide-idenya. Wawancara Dikarenakan penelitian dilakukan di tengah
dilakukan secara terbuka di mana para Pandemi Covid 19, sehingga mengharuskan
subjeknya tahu bahwa mereka sedang peneliti untuk mengikuti protokol kesehatan
diwawancarai dan mengetahui apa maksud dengan tidak berjumpa langsung dengan klien.
wawancara. Pun juga saat itu para informan banyak yang
Sebagaimana pada penelitian ini masih berada di kampung halaman. Karena itu
pengumpulan data di dapatkan dengan teknologi informasilah yang digunakan
wawancara mendalam, berikutlah sejumlah sebagai solusinya. Dengan menggunakan
pertanyaan yang digunakan sebagai pedoman Aplikasi WhatsApp, peneliti menghubungi
untuk mengonfirmasi eksistensi fenomena. para klien satu per satu. Melakukan
Diantaranya: wawancara mendalam baik itu melalui
• Jika saya berbicara tentang masa depan, telepon, pesan maupun voicenote.
apa hal yang akan terlintas di pikiran anda Metode analisis yang digunakan
? (Lalu dengan pemaparannya dalam berpedoman pada pendapat Miles and
cerita, peneliti akan merekam untuk Huberman dalam Sugiyono (2008), yaitu
diidentifikasi kemudian). analisis data kualitatif dilakukan secara
108
Muhammad Abdullah Sujudi, Bengkel Ginting / Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi,
Vol. 2, No. 2, Desember 2020, 105 - 112

interaktif melalui proses data reduction, data menunda pekerjaan dan cenderung bersantai-
display, dan verification. Reduksi dilakukan santai. Untuk faktor luar diantaranya
dengan diawali proses pemilihan temuan diakibatkan permasalahan keluarga, tugas
dilapangan, pemusatan perhatian pada kuliah, pengerjaan tugas akhir, dosen yang
penyederhanaan . pengabstrakan, transformasi dirasa cenderung menyusahkan,
data kasar yang muncul dari catatan-catatan perkembangan teknologi seiring zaman,
lapangan (Miles dan Huberman (1992:16). pembiayaan hidup, pembiayaan kuliah serta
Setelah data temuan di lapangan tekanan orang tua atau keluarga.
direduksi, lalu dilakukan tahap display. Secara Dari 30 orang informan penelitian,
sederhana, data yang disampaikan para sebanyak 26 orang informan merasakan
mahasiswa yang menjadi sampel penelitian itu fenomena quarterlife crisis menengah. 3 orang
disajikan sebagai sekumpulan informasi lagi diantaranya informan belum menjawab
tersusun yang memberikan kemungkinan secara explicit. Hanya 1 orang yang secara
adanya penarikan kesimpulan dan jelas menyatakan tidak merasakan.
pengambilan tindakan. (Miles dan Huberman, Banyak dari mereka yang menuturkan
1992 : 17). Pada penelitian ini sendiri peneliti kekhawatirannya akan masa depan yang tak
memilih untuk menyajikannya dalam bentuk pasti. Ada yang mengakui stres dikarenakan
narasi dan tabel kualitatif. tugas kuliah yang cenderung sulit di mengerti.
Selanjutnya teknik analisis data, Ada yang mengaku sering merasa khawatir,
peneliti melakukan prosedur sebagai berikut : pesimis, takut bahkan frustasi apabila
1. Tahap penyajian data : data disajikan dalam dihadapkan dengan persoalan pencapaian
bentuk deskripsi. 2. Tahap komparasi : impian. Ada yang khawatir dengan persaingan
merupakan proses membandingkan hasil di dunia kerja nanti. Ada yang khawatir dan
analisis data yang telah ditemukan dalam takut bila kenyataan nanti tak sesuai dengan
penelitian-penelitian sebelumnya. Data yang harapan. Ada juga yang mengaku saat ini
diperoleh dari hasil deskripsi dibandingkan sedang merasa panik dan khawatir karena
dan dibahas berdasarkan landasan teori dan sering membandingkan dirinya dengan
konsep yang dikemukakan pada bab 2. 3. pencapaian orang lain. Ada lagi yang mengaku
Tahap penyajian hasil penelitian : tahap ini memang tipe panikan hampir di segala situasi.
dilakukan setelah tahap komparasi, yang Ada yang mengaku juga saat ini tengah berada
kemudian dirangkum dan diarahkan pada di titik terendah hidupnya sehingga stress
kesimpulan untuk menjawab masalah yang sudah jadi teman akrabnya sebagai hasil dari
telah dikemukakan peneliti. kompilasi berbagai masalah mulai dari biaya
kuliah, tugas akhir, biaya hidup “plus”
masalah keluarga. Bahkan ada yang mengaku
HASIL DAN PEMBAHASAN pernah mengalami kekhawatiran berlebih
Dikatakan dalam sebuah penelitian hingga sempat putus asa dan ingin menyerah.
terkait eksistensi fenomena quarter-life crisis Namun tentunya mereka punya solusi
pada mahasiswa semester akhir USU oleh tersendiri dalam mengatasi quarterlife
Muhammad Abdullah Sujudi (2020), faktor crisisnya. Bagan berikut menunjukkan cara-
penyebab quarter-life crisis pada mahasiswa cara yang digunakan para informan dalam
semester akhir USU ada 2 faktor. mengatasi masalahnya.
Jika faktor dari dalam diri seseorang
lebih kepada sisi pskologis si individu.
Diantaranya kemalasan diri sendiri, suka
109
Muhammad Abdullah Sujudi, Bengkel Ginting / Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi,
Vol. 2, No. 2, Desember 2020, 105 - 112
Bagan 1

Sumber : Sujudi, 2020

KESIMPULAN
Apabila memperhatikan faktor luar Selain itu, kesimpulan yang bisa
penyebab fenomena quarterlife-crisis ditarik adalah fakta bahwa masalah bisa
muncul pada mahasiswa semester akhir menciptakan quarterlife crisis, begitu pula
USU, tampak sebuah garis penghubung sebaliknya quarterlife crisis bisa
yang menghubungkan antara faktor luar menciptakan masalah. Tergantung dari
yaitu pembiayaan hidup, pembiayaan problematika apa yang sedang dihadapi.
kuliah dan berbagai faktor luar lainnya Dalam pandemi ini sendiri, secara general
yang berhubungan dengan aspek ekonomi memberikan dampak negatif bagi
dengan dampak yang ditimbulkan pandemi perekonomian yang bisa menjurus pada
Covid-19 terhadap perekonomian kemiskinan. Lalu kemiskinan itu akan
Indonesia. Peningkatan angka kemiskinan memunculkan sejumlah masalah baru yang
dan pengangguran jelas dapat berimbas bisa mempengaruhi seseorang dalam
pada pembiayaan hidup mahasiswa. Baik menjalani quarterlife crisisnya.
itu biaya keperluan kuliah, biaya hidup
diperantauan, serta tekanan orang tua
mahasiswa untuk segera menyelesaikan
kuliahnya. Karenanya pandemi ini sangat
berhubungan dengan fenomena quarterlife
crisis yang dihadapi mahasiswa semester
akhir USU.

110
Muhammad Abdullah Sujudi, Bengkel Ginting / Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi,
Vol. 2, No. 2, Desember 2020, 105 - 112

SARAN Berjuanglah dalam menghadapi


Saran khusus peneliti kepada siapa berbagai masalah. Jangan pernah menyerah
pun yang tengah merasakan gejala-gejala sekalipun jalan yang ditempuh kadang
buruk fenomena quarterlife crisis ini agar berbatu, terjal dan penuh kelokan.
dapat mencontoh berbagai solusi yang telah Semuanya hanya tentang waktu, karena
dikemukakan para informan dalam apapun itu asalkan terus berjuang, akan
penelitian ini. Tentunya menyesuaikan indah pada masanya. Tetap berpegang
dengan kebutuhan serta kecocokan pada teguh pada keimanan masing-masing.
kasus yang dialami. Bagi yang tengah Percaya bahwa semuanya adalah takdir
merasa kesulitan dalam pengerjaan tugas Tuhan, dan Tuhan itu baik.
akhirnya, entah itu dikarenakan kendala Pun bagi yang sudah tak merasakan
pengumpulan data, sulitnya bimbingan atau lagi hal-hal buruk yang ditimbulkan
problem lainnya, cobalah untuk quarterlife crisisnya, tetap lakukan yang
mendekatkan diri pada Tuhan seraya terbaik. Belajar dan bekerja keras agar
berdoa agar diberi kemudahan serta mendapatkan masa depan yang baik. Tak
mintalah support dari orang-orang terdekat lupa juga untuk selalu berdoa agar
terutama keluarga. karena semua akan dikuatkan dalam perjuangannya. Agar
teratasi. Jika perlu, bangunlah hubungan perasaan insecure akibat crisis itu tak
interpersonal dengan seseorang yang kembali lagi.
diharapkan selalu mampu memberikan Senantiasa meningkatkan
motivasi serta dorongan untuk dapat keluar kemampuan diri di berbagai aspek. Baik itu
dari masalah yang dihadapi. fisik, mental, pengetahuan, keterampilan,
Bagi yang tengah dirundung kedisiplinan dan pererat hubungan dengan
masalah ekonomi teruslah berusaha keras keluarga maupun hubungan dengan Yang
agar dapat menemukan jalan keluarnya Maha Kuasa. Selalu syukuri apapun yang
serta berdoalah pada Tuhan agar diberi telah kita miliki. Berbagai kelebihan yang
kelancaran dalam usahanya. Berjuanglah kita punya, manfaatkan semaksimal
dengan gigih serta bersabarlah. Bagi yang mungkin. Begitu pula dengan kekurangan,
merasa minder dengan teman-temannya cobalah untuk berdamai dengan diri
yang sudah lebih dulu menyelesaikan sendiri.
kuliah, tetaplah berpikiran positif. Fokuslah Tak mengapa kita berani bermimpi
pada karyamu bukan pada pencapaian tinggi asalkan memiliki tekad yang kuat
orang lain. Sebab hanya membanding- untuk mewujudkannya. Tentunya bukan
bandingkan diri pun hanya akan dengan bermalas-malasan, melainkan
memperlambatmu. Tetaplah bersyukur usaha maksimal agar mencapai hasil
serta apresiasi pencapaian. optimal. Jangan pernah berhanti berdoa dan
Bagi yang merasa khawatir serta minta restu orang tua agar jalan menuju ke
takut dalam menghadapi masa depan sana menjadi lebih lancar. Toh pada
terutama yang berkaitan dengan pekerjaan akhirnya semua anak ingin membanggakan
nantinya, teruslah berusaha tingkatkan orang tuanya.
kemampuan diri hingga kekhawatiran itu
berkurang bahkan hilang. Sadari juga
bahwa setiap orang memiliki kekurangan
serta kelebihan. Berdamailah dengan diri
sendiri dengan mengenali kekurangan serta
kelebihan untuk bisa menyusun strategi
kedepannya. Karenanya tetaplah
bersemangat serta bersyukur dengan
kemampuan yang dimiliki.

111
Muhammad Abdullah Sujudi, Bengkel Ginting / Buddayah: Jurnal Pendidikan Antropologi,
Vol. 2, No. 2, Desember 2020, 105 - 112

DAFTAR PUSTAKA Syamsi, Ibnu. Sosiologi Deviasi (Sebuah Kajian


Agustin, Inayah. (2012). Terapi Dengan Dari Sudut Pandang Pendidikan, Sosiolog,
Pendekatan Solution- Focused Pada dan Filsafat) (2010) Umbulharjo,
Individu Yang Mengalami Quarterlife crisis. Yogyakarta: Venus Gold Press
Bogor: Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia.
Black, A (2010). “Halfway Between Somewhere and
Nothing” : An Exploration of the Quarter-
Life Crisis and Life Satisfication Among
Graduate Students. Thesis for Master
Education, University of Arkansas. Proquest
Dissertations and Theses (PQDT) UMI
1484631
Fischer, K, (2008). Ramen Noodles, Rent and
Resumes : An After-College Guide to Life.
California : SuperCollege LLC.
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian
Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung : Remaja
Rosda Karya.
Nash, R.J., Murray, M.C., (2010). Helping College
Students Find Purpose : The Campus Guide
to Meaning-Making. San Fransisco : Jossey
Bass.
World Health Organization. Coronavirus disease
(COVID-19) situation dashboard [Internet].
Geneva, CH: World Health Organization;
2020 [updated 2020 Mar 31; cited 2020 Mar
31]. Available from: https://
experience.arcgis.com/experience/685d0ace
521648f8 a5beeeee1b9125cd
Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al.
Clinical features of patients infected with
2019 novel coronavirus in Wuhan, China.
Lancet. 2020;395(10223):497-506
Putri, Gloria Setyvani.
https://www.kompas.com/sains/read/2020/0
3/31/123100323/update-corona-31-maret-
789218-kasus-di-200-negara-166441-
sembuh?page=all
Robbins, A., Wilner, A. (2001) Quarterlife Crisis
The Unique Challenges of Life in Your
Twenties. New York : Tarcher Penguin.
Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and
pathogenesis of coronavirus disease
(COVID-19) outbreak. J Autoimmun. 2020;
published online March 3. DOI:
10.1016/j.jaut.2020.102433
Satria, Lintar.
https://republika.co.id/berita/qhi98a459/pan
demi-hilangkan-34-juta-pekerjaan-di-
amerika-latin
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, R & D). (2008)
Bandung: Alfabeta.
Sujudi, A.M., (2020) Eksistensi Fenomena
Quarterlife Crisis pada Mahasiswa Akhir
Universitas Sumatera Utara. Medan:
Skripsi Universitas Sumatera Utara.

112

Anda mungkin juga menyukai