Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS JURNAL / EVIDENCE BASE PRACTICE THE SKIN GRAFT FOR BURN WUOND

MANAGEMENT TINDAKAN SKIN GARAFT PADA MANAJEMEN LUKA BAKAR

Oleh :

1. Dicky Adji Fernanda


2. Intan khairunnisa
3. Amelsya Yanti
4. Ruliyanto
5. Erwan muhabibi
6. movie sandella putri
7. Yurika
8. Ahmad Hakiki
9. Muchammad Eko Prasetiyo
10. Fitra Rizkyandi
11. Dela Rahmadona
12. Rika Melia

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KONVERSI

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

2022

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam kehidupan sehari - hari ,
bahkan sering kali merupakan kecelakaan massal ( mass disaster ) . Luka bakar tergolong kasus
epidemik yang serius dalam tahun - tahun belakangan ini . Semua luka bakar ( kecuali luka
bakar ringan atau luka bakar derajat I ) membutuhkan penanganan medis yang segera karena
beresiko terhadap infeksi , dehidrasi dan . komplikasi serius lainnya ( Balletto et al , 2019) .

Pada tanggal 26 April 2019 klien dibawa oleh keluarganya ke RSHS . Klien datang dengan
keluhan nyeri dibagian wajah , dada , tangan kanan dan kiri , kaki sebelah kanan bagian cruris
dan kaki kiri bagian betis . Sejak 6 jam yang lalu , saat klien berada dirumahnya tiba tiba terjadi
ledakan yang berasal dari tabung gas tiga kg didepan rumah klien kemudian klien keluar rumah
dengan dan tiba - tiba api menyambar tubuhnya dan klien mengalami luka bakar .

Menurut Ibu klien sudah beberapa kali klien dilakukan tindakan operasi necrotomy debrideman
dan STSG tetapi klien belum kunjung sembuh juga . Ibu klien menanyakan mengapa anaknya
lam sembuh dan terus dilakukan tindakan operasi necrotomy dan debrideman . Ibu klien
mengatakan kasihan anaknya yang baru berumur 6 tahun sudah mengalami 7 kali operasi ,
bagaimana dengan pengaruh obat bius terhadap anaknya . Ibu klien khawatir dengan efek obat
bius yang terlalu sering pada anaknya . Fenomena masalah pada klien adalah adanya luka bakar
grade II A - B 25 % yang sudah pernah dilakukan tindakan ND , debridemen dan STSG tetapi
sebagian STSG nya tidak berhasil sehingga harus dilakukan tindakan operasi ulang untuk
mengatasi masalahnya . Tindakan penanganan diruang perawatan adalah mengganti balutan
dengan prinsip steril .

Saat dilakukan pengkajian pemeriksaan fisik pada tanggal 7 Agustus 2019 didapatkan keadan
umum tingkat kesadaran compos mentis tanda - tanda vital : nadi 110 X / menit , suhu 36,7 ° C ,
respirsi 24 X / menit . Kepala dan leher Bentuk kepala simetris , terdapat luka bakar grade II A
pada daerah prontal , luka daerah prontal terlihat kemerahan , pertumbuhan granulasi jaringan
baik , tidak ada PUS , mudah berdarah jika terkena gesekan dan tekanan . Keadaan luka
palpebra sudah membaik dan sedang dalam proses maturasi jaringan . Konjungtiva merah
muda , sklera putih , refelek pupil + / + , reflek kornea + / + . Penglihatan terbukti klien dapat
melihat gambar dalam jarak 30 cm dengan baik . Bentuk hidung simetris . tidak ada sekret ,
tidak ada pernafasan cuping hidung , dan tidak ada sianosis . Bibir berwarna merah muda , tidak
ada lesi , membran mukosa dan bibir lembap , rongga mulut dan lidah bersih , gigi tidak ada
karies , jumlah 20. Struktur telinga simetris , pina elastis , pendengaran baik , terbukti klien
menoleh ketika dipanggil namanya . Tidak tampak dan tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
dan distensi vena jugularis . Ekstremitas Terdapat luka bakar grade II A pada lengan atas
sebelah kanan 2 % dan lengan kiri 2 % .yang sudah membaik dan sedang maturasi jaringan kulit
yang baru .. Ekstremitas bawah sebelah kanan 2 % dan kiri 2 % - terpasang infus RL 24 gtt / mnt
di kaki kiri . Akral teraba hangat dan berwarna murah mudat , CRT 2-3 detik . Terjadi kontraktur
dan keterbatasan pergerakan persendian pada ektremitas atas dan bawah

Oleh dokter , klien didiagosa combustio grade II A - B 25 % e.c ledakan gas . Kemudian klien
dilakukan operasi Necrotomy debrideman dan STSG .
Saat ini terdapat luka post operasi STSG di wajah , dan tangan , rencana akan dilakuk perawatan
luka ganti baluta Terpasang kateter urine , klien mendapatkan terapi infus Ringer Laktat .

Hasil pemeriksaan laboratorium khen sebagai berikut :

Hb = 12,6 g / dL

Ht = 39%

Leukosit = 24.300

Eritrosit = 5,08

Trombosit = 744.00

Natrium = 135

Kalium = 5,9

Kalsium = 109

Magnesium = 2,43

Klien mendapatkan terapi Ceftriaxone 2 x 25mg.iv. Parasetamol 3 x 250gr . Iv .

BAB II
ANALISIS JURNAL

Jurnal didapatkan dengan menggunakan keyword Luka Bakar melalui search.google


cendikia.com dan ditemukan jurnal tentang " Skin Graft Pada Manajemen Luka Bakar " . Dalam
jurnal tersebut dijelaskan bahwa :

Salah satu permasalahan pada penatalaks luka bakar adalah penutupan luka . Fokus
permasalahan yang kerap muncul setelah dilakukan prosedur eskarotomy dan debridemen ,
yaitu intervensi bedah untuk penutupan luka . Eksisi dan skin grafting awal terbukti
meningkatkan angka kelangsungan hidup , mengurangi infeksi , menurunkan lama perawatan di
rumah sakit dan mengurangi resiko terbentuknya jaringan parut . Intervensi STSG dilakukan
pada lua bakar derajat 3 dan derajat 2 dalam yang diperkirakan waktu penyembuhan spontan
nya lebih ari 3 minggu , STSG paling diharapkan untuk menutup luka bakar karena besifat
permanen dan tidak akan ditolak . Komplikasi yang paling bahaya dan tidak diharapkan adalah
terdapatnya bahaya infeksi sistemik dan lokal pada daerah luka bakar yang dapat menyebabkan
tidak berhasilnya skin grafting yang di pasang atau ditanam .

Dalam studi ini , menjelaskan mengenai persentase dan derajat luka pada paseien luka bakar
terhadap morbiditas dengan permasalahan pada penatalaksanaan penutupan luka bakar , yang
menggunakan teknik STSG dan FTSG . Hasil penelitian eksisi dan skin grafting awal terbukti
meningkatkan angka kelangsungan hidup , mengurangi infeksi , menurunkan lama perawatan
rumah sakit dan mengurangi resiko terbentuknya jaringan parut . Penentuan dilakukannya
eksisi dan skin graft berdasarkan derajat kedalaman luka bakar . Pemilihan jenis skin graft
disesuaikan dengan luas luka bakar dan lokasi yang terkena luka bakar . Penelitian dilakukan
dengan pendekatan analisis retrospektif .

BAB III
PEMBAHASAN

Dari hasil analisis jurnal diketahui bahwa ada dua pilihan tindakan pembedahan yang dilakukan
pada pasien dengan luka bakar adalah STSG dan FTSG . Dimana keduanya sama sama
berpeluang untuk terjadinya komplikasi post operasi . Namun , angka kejadian komplikasi post
operasi lebih besar pada pasien yang dilakukan pembedahan eksisi dan tindakan graft dengan
perdarahan 200 ml setiap yang dieksisi .

Pada kasus An.R. dilakukan tindakan operasi necrotomi debrideman dan STSG dimana pada
tindakan ini dilakukan insisi kulit donor dari bagian paha kaki kiri dan kanan . Didalam jurnal
disebutkan bahwa pembedahan ND + STSG menghasilkan angka kejadian komplikasi infeksi
post operasi yang rendah . Pada klien An R , terdapat luka post operasi STSG yang masih
tertutup oleh kasa yang direncanakan akan dibuka pada POD 7 untuk melihat hasil grafting
pada bagian muka an kedua tangan bagian humerus .. An.R hanya mengeluh nyeri dengan skala
nyeri 3 ( 0-5 ) pada POD 1-2 , sedangkan pada saat POD 3. An.R tidak mengeluhkan kembali
nyeri dari luka post operasi . Pembedahan rentan terhadap infeksi karena dilakukannya insisi
yang menghasilkan luka post op lebih besar , namun tergantung bagaimana cara melakukan
perawatan luka tersebut , jika tetap menjaga kesterilan saat melakukan perawatan luka , maka
infeksi dapat diminimalisir .

Luka post operasi An.R mulai diganti balutan pada saat POD 7. kemudian setiap hari luka
tersebut diganti balutannya . Penggantian balutan dilakukan dengan prinsip steril guna
mencegah infeksi .

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN


4.1 Simpulan

 Eksisi dan skin graft awal terbukti meningkatkan kelangsungan hidup , mengurangi
infeksi , menurunkan lama perawatan rumah sakit .
 Penentuan dilakukan eksisi dan skin graft berdasarkan derajat kedalaman dan luasnya
luka bakar .
 Donor bisa berasal dari tubuh sendiri ( autograft ) atau ( xenograft ) .
 Penggantian balutan dilakukan pada POD 7. Sebaliknya jika ada eksudasi berlebihan ,
terlihat balutan yang jenuh maka dalam 24-48 jam pertama setelah dilakukan bedah
dapat dilakukan penggantian balutan .
 Komplikasi lain yang bisa terjadi adalah infeksi sistemik dan lokal pada daerah luka bakar
yang berkaitan dengan penggantian pembalut .

4.2 Saran

 Selalu menjaga prinsip steril saat mengganti balutan pada pasien post operasi
 Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengapa komplikasi infeksi post operasi lebih banyak
terjadi pada pasien yang dilakukan pembedahan dengan derajat luka yang luas .

DAFTAR PUSTAKA

Bryant RA . Nix DP . Acute & chronic wounds : current management concepts , 3rd ed .
Philadelphia : Elsiver ; 2007. P.361-87 .

Cameron Current surgical therapy , 9th ed . Philadelphia : 2006. P.1066-74 ,


Kagan RJ , Peck MD , Ahrenholz DH , Hickerson WL , Holmes JH . Korentager RA , Suergical
management of the burn wound and se of skin substitutes . 2009 .

Moenadjat Y luka bakar masalah dan tatalaksana , ed.4 . jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2009.p.
132-49 .

Thome CH , Beasley RW , Aston SJ , Bartlett SP , Gurtner GC , Spear SL . Grabb and Smith plastic
surgery , 6th ed . Philadelphia . Lippincott Williams & Wilkins ; 2007 .

Anda mungkin juga menyukai