Anda di halaman 1dari 2

Tema : Perlunya ganja medis untuk pengobatan cerebral palsy, autism

Hari Minggu tanggal 26 Juni 2022, media massa memberitakan seorang Ibu yang
bernama S dan memiliki anak semata wayang yang bernama P, terlihat di tengah-tengah
aktivitas Car Free Day di Jakarta sambil membawa tulisan, “Tolong, anakku butuh ganja
medis.” P dalam kondisi lemah karena tengah berjuang melawan cerebral palsy. Aksi ini
menarik perhatian netizen, salah satunya adalah seorang Ibu bernama DP yang mempunyai anak
bernama M, yang meninggal dunia usai berjuang melawan cerebral palsy. DP adalah pemohon
uji materi larangan ganja untuk medis.

Sehari kemudian, yaitu hari Senin tanggal 27 Juni 2022, media massa memberitakan
adanya enam negara yang melegalkan ganja untuk keperluan medis. Keenam negara tersebut
adalah Kroasia, Republik Ceko, Uruguay, Argentina, Kanada, dan Thailand. Bahkan, Thailand
mengijinkan warganya untuk menanam ganja di rumah. Tentunya dengan prosedur dan
pengawasan dari otoritas yang berwenang, yaitu Food and Drug Administration dari negara
tersebut.

seseorang yang mengidap cerebral palsy, ada banyak gangguan mereka rasakan. Seperti
kekakuan otot, nyeri kronis, dan otot yang terlalu lentur. Gangguan ini terjadi sejak di dalam
kandungan atau saat lahir akibat perkembangan yang tidak normal pada otak. Alhasil,
mempengaruhi seseorang dalam berbicara dan menggerakkan otot.

akhir-akhir ini terdengar wacana jika ganja akan dilegalkan dengan tujuan pengobatan
atau medikasi. Sejalan dengan kebijakan narkotika yang tertuang dalam UU No. 35 tahun 2009
tentang Narkotika, mengungkapkan bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan sumber daya
manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya
peningkatan di bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan, antara lain dengan mengusahakan
ketersediaan Narkotika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat serta melakukan
pencegahan dan pemberantasan bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika. Penggunaan ganja sebagai metode pengobatan pada beberapa masalah
kesehatan telah dilakukan oleh beberapa negara bagian di Amerika, diantaranya Alaska,
California, Arizona, Colorado, serta Washington DC.

Fakta-fakta yang ada

1. Ricardo Guerra (kanan) dibantu istrinya, Vanessa Opitz ketika memberikan tetesan ganja
kepada sang anak, Gabriel Guerra (tengah), yang menderita autisme parah dan cerebral
palsy (lumpuh otak), di Rio de Janeiro, Brasil, pada 20 September 2021. Gabriel Guerra
pada usia dini didiagnosa tak akan bisa bergerak karena penyakit autisme dan lumpuh
otak yang dideritanya. Namun, terapi dengan ganja obat dalam bentuk tetes yang
diberikan sang ayah telah membantunya untuk menghentikan kejang dan
memungkinkannya berjalan.
Manfaat ganja bagi penderita:

a) manfaat ganja medis untuk cerebral palsy adalah mengatasi rasa nyeri yang kronis akibat
kejang dan ketegangan pada otot. Ganja dapat membantu untuk meringankan rasa sakit
yang kronis
b) Kandungan endocannabinoid pada ganja dapat menurunkan pelepasan neurotransmiter
yang mengaktifkan neuron, sehingga kejang berkurang. Namun perlu berhati-hati jika
dikonsumsi bersamaan dengan obat anti-epilepsi karena mungkin saja menimbulkan
interaksi.
c) Saat mengonsumsi ganja medis, kandungan cannabinolnya dapat membantu tubuh untuk
meningkatkan kualitas tidur.
d) Pengujian ganja pada kelompok anak dengan usia antara 1 sampai 17 tahun terkait
gangguan motorik kompleks akibat cerebral palsy. Penelitian yang dibagi menjadi dua
kelompok ini menerima kombinasi CBD dan THC yang berbeda. Hasilnya, memang ada
peningkatan kelenturan, gerakan otot yang lebih baik, nyeri yang diredam, serta
peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan.

Kontra

Apabila digunakan secara sembarangan, ganja dapat menimbulkan serangkaian efek tertentu
yang berbahaya bagi kesehatan. Dalam jangka pendek, efek yang ditimbulkan dapat
mengganggu daya ingat, menurunkan kemampuan motorik, membuat pikiran menjadi lebih
kacau, hingga menyebabkan gangguan mental.
Adapun untuk penggunaan jangka panjang, ganja dapat menimbulkan efek samping tertentu,
seperti:
 Mengganggu perkembangan otak, sehingga menyebabkan seseorang kehilangan
kemampuan belajar, dan menurunkan IQ.
 Meningkatkan detak jantung, yang akan membuat penggunanya berisiko mengalami
serangan jantung.
 Mengganggu pernapasan, terutama apabila penggunaan ganja dilakukan dengan cara
dihisap layaknya rokok.
 Menyebabkan terjadinya keracunan, apabila penggunaannya dilakukan dengan cara
dimakan.
 Membuat sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga lebih rentan terhadap penyakit
seperti HIV/AIDs dan lain sebagainya.
 Mengganggu perkembangan janin dan bayi, sehingga meningkatkan risiko bayi lahir
dengan berat badan rendah, mengalami gangguan otak, dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai