Mari kita runut dari Perpres 54/2010 sebagaimana telah diubah melalui Perpres 70/2012
pada Pasal 83 ayat 1 dan 2 huruf e. Kelompok Kerja ULP menyatakan
Pelelangan/Pemilihan Langsung gagal apabila dalam evaluasi penawaran ditemukan
bukti/ indikasi terjadi persaingan tidak sehat. Kemudian pada penjelasannya memaparkan
tentang indikasi persekongkolan antar penyedia barang/jasa. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa perpres 54/2010 sebagaimana telah diubah melalui Perpres 70/2012 menekankan
persaingan tidak sehat dengan persekongkolan.
1. Terdapat kesamaan dokumen teknis, antara lain: metode kerja, bahan, alat,
analisa pendekatan teknis, harga satuan, dan/atau spesifkasi barang yang
ditawarkan (merk/tipe/jenis) dan/atau dukungan teknis;
5. jaminan penawaran dikeluarkan dari penjamin yang sama dengan nomor seri
yang berurutan.
Pasal 23 : Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan
informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Pasal 24: Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan
maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan
menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan.
Intinya persaingan yang tidak sehat dalam pengertian Perpres 54/2010 sebagaimana telah
diubah melalui Perpres 70/2012 yaitu persekongkolan mempunyai dasar yang kuat sesuai
UU Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat.
1. Terdapat kesamaan dokumen teknis, antara lain: metode kerja, bahan, alat,
analisa pendekatan teknis, harga satuan, dan/atau spesifkasi barang yang
ditawarkan (merk/tipe/jenis) dan/atau dukungan teknis; Poin ini merujuk pada
pelanggaran larangan yang diatur dalam UU No. 5/2009 tentang perjanjian yang
dilarang. Diantaranya Pasal 4 tentang oligopoli ayat 1 dan 2 :
1. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk
secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat.
2. memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan atau jenis usaha; atau
3. secara bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan atau jasa tertentu,
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
Pasal 27 : Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan
sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar
bersangkutan yang sama, atau mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki
kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan
tersebut mengakibatkan:
4. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50%
(lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu;
5. dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu.
Indikasi ini seringkali ditemui pada penawaran yang berasal dari satu group usaha
atau berbeda group/perusahaan namun menggunakan tenaga pembuat penawaran yang
sama. Praktek penggunaan tenaga pembuat penawaran menunjukkan bahwa penyedia
memiliki keterbatasan kapabilitas namun punya motivasi yang kuat untuk
memenangkan pemilihan.
5. jaminan penawaran dikeluarkan dari penjamin yang sama dengan nomor seri
yang berurutan. Penerbit
jaminan penawaran apalagi yang memiliki jaringan sangat luas menerbitkan jaminan
berdasarkan nomor urut penerbitan sehingga penerbitan jaminan penawaran secara
kolektif dijadikan salah satu indikasi bahwa penyedia yang menawar berada dalam
satu kendali.
Yang perlu diingat adalah bahwa indikasi tersebut baru dapat dijadikan bukti terjadinya
persekongkolan apabila minimal terpenuhi 2 diantara 5 indikasi. Untuk itu pokja harus cerdas
dan cermat mengambil keputusan.
Misal yang sering ditanyakan terkait surat dukungan teknis yang sama apakah sudah dapat
dinyatakan bersalah dan melanggar ketentuan? Kesamaan surat dukungan teknis tidak serta
merta dapat dijadikan dasar persekongkolan menurut Perpres 54/2010 pasal 83 selama
indikasi yang lain tidak terpenuhi.
1. samsulramli berkata: