Anda di halaman 1dari 5

Nama : Tengku Muhammad Alfi Syahrrin

NIM : 0301203269
Kelas : PAI 7- Semester IV
Dosen : Zulkipli Nasution, MA
Mata Kuliah : Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

TUGAS PERTEMUAN KE 7
1. Uraikan Metode Pembelajaran Membaca Mim Sukun Apa Saja Yang Tepat Diberikan
Untuk Pemula ? Disertai Refrensi !

JAWABAN :
a. Metode Jibril Pada dasarnya, istilah metode jibril dilatarbelakangi perintah Allah swt.
kepada Nabi Muhammad saw. untuk mengikuti bacaan Al-Qur’an yang telah dibacakan
oleh malaikat Jibril, sebagai penyampai wahyu. Allah swt. berfirman dalam Q.S. al-
Qiyamah/75:Terjemahnya: Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah
bacaannya itu.6 Berdasarkan ayat ini, maka intisari teknik dari metode jibril adalah
talqin-taqlid (menirukan), yaitu peserta didik menirukan bacaan gurunya. Dengan
demikian metode jibril bersifat teacher centris, dimana posisi guru sebagai sumber belajar
atau pusat informasi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran metode jibril
tersebut selalu menitik beratkan pada penerapan teori-teori ilmu tajwid secara baik dan
benar1.

Metode jibril mempunyai karakteristik tersendiri dalam penerapannya, yaitu dengan


menggunakan dua tahap, yaitu: 1) Tahap tahqiq adalah pembelajaran membaca Al-Qur’an
dengan pelan dan mendasar. Tahap ini dimulai dengan pengenalan huruf dan suara, hingga
1
Baharuddin. “Metode Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Santri
Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Al-Imam ‘Ashim Makassar” ( Tesis, UIN Alaudin Makassar. 2012). hlm.16-18.
kata dan kalimat. Tahap ini memperdalam artikulasi (pengucapan) terhadap sebuah huruf
dengan tepat dan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat huruf. 2) Tahap tartil adalah
pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan durasi sedang dan bahkan cepat sesuai dengan
irama lagu. Tahap ini dimulai dengan pengenalan sebuah ayat atau beberapa ayat yang
dibacakan guru, lalu ditirukan oleh para peserta didik secara berulang-ulang. Disamping
pendalaman artikulasi, dalam tahap tartil juga diperkenalkan praktek hukum-hukum ilmu
tajwid seperti: bacaan mad, waqaf dan ibtida’, hukum nun mati dan tanwin, hukum mim mati
dan sebagainya.

b. Metode Talaqqi Metode talaqqi adalah suatu metode untuk mempelajari Al-Qur’an melalui
seorang guru langsung berhadap-hadapan dimulai dari surah al-Fatihah sampai al-
Nas.Metode ini digunakan agar pembimbing dapat mengetahui dengan mudah letak
kesalahan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an perhurufnya. Tilawah dan tadabbur Al-
Qur’an tidak bisa mencapai derajat yang optimal tanpa adanya mu‘allim atau pengasuh yang
mempunyai penguasaan mumpuni untuk itu, terutama dari sisi memahami dan menerapkan
tajwid, makharij al-huruf dan ilmu-ilmu serta hukum-hukum yang terkandung di dalamnya.

c. Metode Iqra’ disusun oleh As’ad humam dari Yogyakarta. Metode iqra’ terdiri dari 6 jilid
dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak TK Al-Qur’an. sifat buku iqra’
adalah: bacaan langsung, CBSA, privat, modul, dan asistensi. Bentuk-bentuk pengajaran
dengan metode iqra’ antara lain TK Al-Qur’an, TP Al-Qur’an, digunakan pada pengajian
anak-anak di masjid/musholla, menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Qur’an, menjadi
program ekstrakurikuler sekolah dan digunakan di majelis-majelis taklim.

d. Metode Qira’ati Metode baca Al-Qur’an qira’ati ditemukan oleh KH. Dachlan Salim
Zarkasyi (w. 2001 M) dari Semarang, Jawa Tengah. Metode yang disebarkan sejak awal
1970- an ini, memungkinkan anak-anak mempelajari Al-Qur’an secara cepat dan mudah.
Metode qira’atiterdiri atas enam jilid buku pelajaran membaca Al-Qur’an. Usai
merampungkan penyusunannya, KH. Dachlan berwasiat supaya tidak sembarang orang
mengajarkan metode qira’ati, tapi semua orang boleh diajar dengan metode qira’ati, guru
pengajarnya harus ditashih (ijazah bi al-lisan).Metode yang ditempuh dalam proses
pembelajaran dengan pendekatan metode qira’atiadalah metode ceramah, metode
praktik/latihan, metode meniru (musyafahah), metode sintetik (tarkibiyyah) dan metode
bunyi. Karakteristik metode qira’ati adalah bacaan langsung (siswa membaca tanpa
mengeja), klasikal dan privat, CBSA, modul, sistematis, asistensi, variatif, fleksibel, dan
kreatif.

e. Metode Yanbu’a Metode yanbu’a adalah suatu metode pembelajaran membaca, menulis
dan menghafal Al-Qur’an yang disusun secara sistematis terdiri dari 7 jilid. Cara
membacanya langsung tidak mengeja, cepat, tepat, benar dan tidak putus-putus sesuai dengan
makharij al-h}uruf dan ilmu tajwid. Metode ini diciptakan oleh KH. M. Ulin Nuha Arwani
dan kawan-kawan. Metode yanbu’a dirancang dengan rasm usmani dan menggunakan tanda-
tanda baca dan waqaf yang ada dalam Al-Qur’an rasm usmani. Metode pembelajaran
yanbu’a terdiri dari 7 (tujuh) bagian ditambah satu bagian untuk pemula dan satu bagian
untuk materi hafalan. Secara umum, pembelajaran dengan metode yanbu’a dilakukan dengan
contoh dari pengajar, kemudian ditirukan dan diulang-ulang. Adapun secara khusus, terdapat
beberapa bagian pembelajaran dengan metode khusus, seperti pengenalan atas gara’ib
(bacaan yang tidak lazim), dilakukan dengan membacanya berulang-ulang sampai hafal.
Ketujuh bagian yanbu’a terdiri dari pengenalan huruf dan harakat, pelafalan huruf (makhraj),
tajwid,

f. Metode pemberian tugas Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyampaian bahan
penagajaran dalam bentuk pemberian tugas tertentu dalam rangka mempercepat target
pencapaian tujuan pengajaran dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penerapan
metode ini adalah sebagai berikut2:

1) Dapat dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar klasikal kelompok privat. Bagi siswa
tugas tersebut sewaktu-waktu dapat berubah pekerjaan rumah. Tugas ini dilakukan secara
individual, terutama bagi santri yang dinilai lambat dalam memenuhi target pencapaian
pengajaran.

2) Pemberian tugas dapat berupa petunjuk lisan atau petunjuk tertulis, misalnya berupa soal-
soal yang harus dicari sendiri jawabannya tugas menghafal atau mempelajari bahan/buku
sumber tertentu, tugas menyalin bahan tulisan dan sebagainya.

2
Murtilawatil Husna, Metode Pembelajaran Seni Membaca Al-Quran di MDA Muhammadiyah Batupalano Kec
Sungaipua. ( Skripsi. IAIN Bukit Tinggi, 2019).hlm.46.
g. Drill (Latihan) Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara
mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Penggunaan istilah
latihan sering disamakan artinya dengan istilah “ulangan”. Padahal maksudnya berbeda.
Latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik peserta
didik dan dikuasai sepenuhnya. Sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauh
mana dia telah menyerap pembelajaran tersebut. Metode drill atau latihan ini dimaksudkan
untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya
dengan melakukannya secara praktis, suatu pengetahuan dapat disempurnakan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa metode ini dilakukan oleh guru untuk mendapatkan pemahaman dan
kemampuan siswa dalam menerapkan apa yang telah dipelajarinya. Pembelajaran yang
diberikan melalui metode drill dengan baik selalu akan menghasilkan hal-hal sebagai berikut:

1) Siswa akan dapat mempergunakan daya berfikirnya yang makin lama makin bertambah
baik, karena dengan pembelajaran yang baik maka siswa akan menjadi lebih teratur atau
lebih teliti dalam mendorong gaya ingatnya, ini berarti daya berfikirnya bertambah.

2) Pengetahuan siswa bertambah dari berbagai segi, dan siswa tersebut akan memperoleh
pemahaman yang lebih baik lebih mendalam. Guru berkewajiban menyelidiki sejauh mana
kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran.

Adapun Hukum Bacaannya Adalah :

1. Izhar Syafawi Izhar Syafawi yaitu bagian dari ilmu tajwid yang terjadi ketika huruf
hijaiyah Mim Sukun ( ‫ ) ْم‬ketemu dengan seluruh huruf hijaiyah, selain huruf hijaiyah Mim
dan huruf hijaiyah Ba. Izhar berarti terang (jelas) atau tak berdengung. Syafawi berarti bibir;
sebab huruf hijaiyah Mim makhrajul hurufnya yaitu bertemunya bibir di bagian bawah dan
bibir di bagian atas. Dalam istilah yang ada di dalam ilmu tajwid, Izzhar Syafawi yaitu
melafalkan huruf-huruf hijiayah yang ketemu dengan huruf Mim Sukun dengan terang dan
jelas, dan ini tidak disertai dengan berdengung (ghunnah). Dan dalam Idzhar Syafawi bisa
terjadi dalam satu kalimat [kata], ataupun di luar kalimat [kata] yang terpisah. Contoh Izhar
Syafawi َ‫ = هُ ْم نَاِئ ُموْ ن‬hum naaaaaimuuna dan Contohnya ‫ = قُلْ نَ َع ْم َواَ ْنتُ ْم‬qul na‘am wa antum

2. Ikhfa Syafawi Ikhfa Syafawi yaitu suatu hukum tajwid yang terjadi ketika ada huruf
hijaiyah Mim Sukun ( ‫ ) ْم‬ketemu dengan huruf hijaiyah Ba ( ‫ ) ب‬. Ikhfa’ berarti
menyembunyikan atau menyamarkan. Syafawi berarti bibir Disebut dengan Ikhfa Syafawi
sebab makhraj dari huruf hijaiyah Mim dan huruf hijaiyah Ba adalah pertemuan antara bibir
bawah dan bibir atas.i huruf hijaiyah Mim – di dalam Al-Quran Al Karim – khusus untuk
hukum Ikhfa Syafawi ini tak diberikan tanda tasydid ataupun tanda yang lain, sama halnya
seperti pada hukum Ikhfa Haqiqi. Akan tetapi, pada hukum Ikhfa Syafawi ini tetaplah wajib
dibaca dengan dengung sekitar 2 – 3 harakat atau 1 1/2 alif, sebab bila hukum Ikhfa Syafawi
ini tidak didengungkan, maka hukumnya akan berubah jadi hukum Izhar. Cara membaca dari
hukum Ikhfa Syafawi yaitu dengan membaca lebih dulu HURUF HIJIAYAH sebelum mim
sukun, setelah itu masuk ke dalam huruf Mim Sukun dengan cara mengeluarkan irama
dengungnya hukum dari ikhfa Syafawi [yaitu dengan cara menahan huruf hijaiyah mim
secara samar-samar]; “immng.. / ummmng.. / ammmng… ” sehingga ketika akan ketemu
َ ِ‫اِنَهُ ْم بِدَال‬
dengan huruf hijaiyah ‫ ب‬maka bibir atas dan bibir bawah dalam posisi yang tertutup. ‫ك‬
= innahummng bidzaalika ‫ = تَرْ ِم ْي ِه ْم بِ ِح َجا َر ٍة‬tarmiihimmmng bihijaarotin.

3. Idgham Mitslain atau Idgham Mimi Idgham Mitslain atau Idgham Mimi merupakan
hukum tajwid yang terjadi khusus untuk huruf hijaiyah Mim Sukun ( ‫ ) ْم‬ketemu dengan huruf
hijaiyah Mim yang mempunyai harakat [ ‫ ُم‬, ‫] َم ِم‬. Disebut dengan Mitslain sebab terjadinya
sebiaj pertemuan dua huruf hijaiyah yang makhraj dan juga sifatnya adalah sama persis
[identik], tetapi khusus bagi huruf hijaiyah Mim Sukun yang ketemu huruf Mim yang
mempunyai harakat. Selain dari huruf hijaiyah Mim tersebut di atas, maka hukum yang
berlaku bagi pertemuan 2 (dua) huruf yang sama yaitu huruf sukun dan huruf berharakat
yaitu Hukum Mad Tamkin dan Hukum Idgham Mutamasilain.

Anda mungkin juga menyukai