4 PB
4 PB
1,2 Program Studi S2 Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
Abstrak: Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap manusia. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu
media bagi seseorang untuk dapat memperoleh serta mengembangkan pengetahuannya. Di dalam Al-Qur`an,
ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia dipandang lebih unggul ketimbang makhluk lain guna
menjalankan fungsi kekhalifahannya. Pentingnya menanamkan nilai spiritual agama dalam pembelajaran sains
agar dapat meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Tuhan yang Maha Esa dalam mengamati penciptaan alam
semesta. Artikel ini menggunakan desain kajian literatur yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dan
mengintegrasikan ilmu sains dan islam. Langkah –langkah yang dilakukan diantaranya pengumpulan data
pustaka, membaca dan mencatat, serta membandingkan literatur untuk kemudian diolah dan menghasilkan
kesimpulan. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari textbook, jurnal, artikel ilmiah,
literature review yang berisikan tentang konsep yang diteliti. Ilmu pengetahuan adalah keseluruhan sistem
pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis, didalam agama islam sendiri ilmu pengetahuan
dikembangkan berdasarkan pada 3 pilar yaitu pilar Ontologis (yang menjadi subjek ilmu), Pilar Aksiologis
(tujuan ilmu pengetahuan) dan Pilar Epistemologis (cara untuk mencapai ilmu pengetahuan tersebut).
Implementasi pembelajaran sains dapat dilaksanakan dengan internalisasi nilai-nilai tauhid melalui kajian-kajian
Al-Qur’an terkait dengan ilmu pengetahuan. Internalisasi nilai-nilai ketauhidan atau keyakinan terhadap agama
dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dengan 1) integrasi kurikulum, 2) integrasi pembelajaran, dan 3)
integrasi sains (Islamisasi sains).
Kata Kunci : Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan, Implikasi, Pembelajaran Sains
Abstract: Education is a necessity for every human being. Education can be said as a medium for someone to be
able to acquire and develop their knowledge. In the Qur'an, knowledge is a privilege that makes humans
considered superior to other creatures in order to carry out the function of their caliphate. The importance of
instilling religious spiritual values in science learning in order to increase our faith and piety to God Almighty
in observing the creation of the universe. This article uses a literature review design that aims to obtain
information and integrate science and Islam. The steps taken include collecting library data, reading and taking
notes, and comparing the literature to then be processed and produce conclusions. The data used are secondary
data derived from textbooks, journals, scientific articles, literature reviews containing the concepts studied.
Science is the entire system of human knowledge that has been systematically standardized, in Islam itself
science is developed based on 3 pillars, namely the Ontological pillar (which is the subject of science), the
Axiological Pillar (the goal of science) and the Epistemological Pillar (the way to achieve knowledge). the). The
implementation of science learning can be carried out by internalizing the values of monotheism through studies
of the Qur'an related to science. Internalization of monotheistic values or belief in religion in learning can be
carried out by 1) curriculum integration, 2) learning integration, and 3) science integration (Islamization of
science).
Keywords: Al-Qur'an, Science, Implications, Science Learning
137
INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA P-ISSN: 2252-7893
Vol. 10, No. 2, 2021 (hal 137-144) E-ISSN: 2615-7489
https://jurnal.uns.ac.id/inkuiri DOI: 10.20961/inkuiri.v10i2.57257
tersebut dapat menghasilkan sumber daya Yunani adalah epitisteme. Sedangkan secara
manusia yang berkualitas. Pendidikan di sini terminology ilmu atau science adalah
tentu yang berkaitan dengan pendidikan yang semacam pengetahuan yang mempunyai ciri-
bersifat formal, yang meliputi proses ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat tertentu.
pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa Menurut ensiklopedia pengertian ilmu adalah
di dalamnya. Mutu pendidikan yang baik tentu “Ilmu pengetahuan yaitu suatu sistem dari
akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang pelbagai pengetahuan yang masing-masing
baik pula. Kenyataan saat ini, mutu pendidikan mengenai suatu lapangan pengetahuan
di Indonesia belum mencapai hasil yang tertentu, yang disusun sedemikian rupa
diharapkan, sehingga mutu pendidikan masih menurut asas-asas tertentu, sehingga menjadi
harus terus ditingkatkan. Peningkatan mutu kesatuan suatu sistem dari pelbagai
pendidikan penting untuk dilakukan, karena pengetahuan yang masing-masing didapatkan
pendidikan dianggap sebagai investasi yang sebagai hasil pemeriksaan yang dilakukan
paling berharga dalam bentuk peningkatan secara teliti dengan memakai metode tertentu
kualitas sumber daya insani untuk (induksi, deduksi)”. (Uyoh Sodullah , 2001).
pembangunan suatu bangsa (Nur Raina, 2011). Sedangkan istilah Sains berasal dari
Islam adalah agama yang mengajarkan bahasa latin yaitu “Scientia”, yang artinya
umatnya untuk selalu belajar. Islam pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat
mengajarkan umatnya untuk selalu diperoleh dengan metode saintifik yaitu (1)
menggunakan akal pikiran yang sudah mengidentifikasi masalah; (2) mengolah data;
dikaruniakan Allah kepada manusia. Allah (3) membuat hipotesis; (4) melakukan
menciptakan manusia dari tidak tahu apa-apa percobaan; dan (5) membuat kesimpulan
(QS : An Nahl : 78). Islam juga agama yang (Martin, Ralph et.al, 2005). (Patta Bundu,
memposisikan ilmu dalam posisi mulia Ahmad 2006) mendefinisikan sains secara harfiah
Satori (2003 :48). Sebagai tanda keutamaan yang berasal dari kata natural science. Natural
ilmu dalam Islam adalah sifat ilmu yang artinya alamiah dan berhubungan dengan
menjadi salah satu sifat wajib Allah SWT (QS alam, sedangkan science artinya ilmu
: Al An’am : 3). Dalam QS. al-Baqarah ayat pengetahuan, sehingga natural science
30-33 menunjukkan betapa pentingnya ilmu memiliki arti ilmu pengetahuan tentang alam
untuk manusia, bahkan manusia pertama yang atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa
Allah ciptakan, langsung mendapatkan yang terjadi di alam.
pelajaran tentang apa-apa yang ada di surga Dalam pandangan Sumantri (1982)
oleh Allah. Ayat tersebut juga menjelaskan menjelaskan bahwa tujuan sains adalah
kepada kita, bahwa Islam adalah agama ilmu menjelaskan gejala-gejala alam dan
pengetahuan, di mana kita semua mempunyai memanipulasi faktor-faktor terkait dalam
potensi untuk mengembangkan apa yang gejala tersebut untuk mengontrol dan
sudah kita miliki bersama, yaitu akal pikiran mengarahkan proses yang terjadi. Intinya sains
kita yang merupakan anugerah Allah yang luar diciptakan untuk memenuhi kebutuhan
biasa. Ilmu yang ada membuat manusia lebih manusia. Dari perspektif sains Islam, menurut
baik. Dengan ilmu manusia dapat Ghulsyani, sains islam dijadikan sebagai alat
mengarahkan perilakunya, dengan untuk mendapatkan pengetahuan tentang
perasaannya manusia mendapatkan Allah, keridaan dan kedekatan dengan Allah.
kesenangan. Kombinasi keduanya membuat Ilmu harus dapat mengarahkan seorang
hidup manusia lebih terarah, masuk akal dan Muslim dengan berbagai cara dan upaya untuk
bermanfaat. Tidak dapat disangkal bahwa ilmu dapat dekat kepada Allah SWT. Secara
sangat berperan dalam kehidupan manusia, spesifik, ilmu harus mampu meningkatkan
maka bekali diri kita dengan ilmu yang pengetahuan tentang Allah SWT, membantu
bermanfaat sebanyak-banyaknya. mengembangkan masyarakat Muslim dan
Kata ilmu secara etimologi berarti merealisasikan semua tujuannya, membimbing
tahu atau pengetahuan. Kata ilmu berasal dari orang lain, dan memecahkan berbagai problem
bahasa Arab “Alima-ya’lamu, dan science dari masyarakat dengan demikian, seluruh ilmu
bahasa Latin Scio, scrie artinya to know. (ilmu agama dan ilmu alam) merupakan alat
Sinonim yang paling akurat dalam bahasa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
(menjadikan) matahari dan bulan untuk ke permukaan bumi yang disebut hujan (Siti
perhitungan….” (Al-An’am: 96). Lailiyah, 2018).
“Mereka bertanya kepadamu tentang
bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu C. Implementasi Ilmu Pengetahuan dalam
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia…” Perspektif Al-Qur’an
(Al-Baqarah: 189). Seiring perkembangan zaman
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi kompleksitas permasalahan turut meningkat.
Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Karakter ilmu pengetahuan secara
Allah di waktu Dia menciptakan langit dan epistomologis semakin bergeser menjadi
bumi, di antaranya empat bulan haram.” (At- rasional-empiris-positivistik. Selain itu secara
Taubah: 36). ontologis ilmu pengetahuan modern bersifat
Ayat-ayat diatas menunjukkan bahwa materilistik. Sehingga menjadikan ilmu
Allah telah menjadikan matahari dan bulan pengetahuan menjadi tidak lagi mengenal
sebagai standar perhitungan waktu hari, bulan, nilia-nilai kemanusia. Pada dasarnya ilmu
dan tahun bagi manusia. Dengan begitu, pengetahuan merupakan hasil karya manusia
manusia dapat mengetahui posisi mereka, dalam upaya untuk memenuhi kebetuhunnya
kapan dan dimana. Penelitian-penelitian sekaligus menyelesaikan permasalahan yang
astronomis telah membuktikan bahwa bulan ada secara positif. Namun kenyataanya, ilmu
berputar mengelilingi bola bumi sekali dalam pengetahuan hadir seperti koin yang memiliki
sebulan. Ia juga berputar pada porosnya dalam dua sisi yang saling bertolak belakang, disatu
masa yang sama dengan masa revolusinya sisi pemahaman keilmuan tentang atom dapat
tersebut (Nadiyah, 2013).. dikembangkan untuk menyembuhkan
penyakit, pengawetan makanan, dll yang
4. Proses Terjadinya Hujan berorientasi manfaat positif. Sedangkan disisi
Dalam Surat An-Nur ayat 43, Allah lain, pengembangan tentang atom dapat
SWT. Berfirman : dijadikan senjata mematikan yang dapat
“Tidakkah kamu melihat bahwa Allah membahayakan manusia, sebut saja bom atom.
mengarak awan, kemudian mengumpulkan Hadirnya dualitas tersebut
antara (bagian-bagian)nya, kemudian menggerakkan sebagian saintis atau ilmuwan
menjadikannya bertindih-tindih, maka untuk menghadirkan kembali atau mencari
kelihatanlah olehmu hujan keluar dari paradigma baru yang dapat membangun relasi
celahcelahnya dan Allah (juga) menurunkan yang baik antara sains dengan agama dengan
(butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari tidak menafikkan salah satunya. Hal ini
(gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung- muncuk Karena kegelisahan mereka dalam
gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran- mengembangkan ilmu pengetahuan pada
butiran) es itu kepada kepada siapa yang akhirnya dapat menghadirkan kebaikan
dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari maupun kemudharatan. Berdasarkan bahasan
siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat sebelumnya tantangan pun hadir dari paham-
awan itu hampir-hampir menghilangkan paham kaum sekularis maka upaya
penglihatan” (An-Nuur : 43). memunculkan paradigm ini menghadapi
Para peneliti bidang meteorologi tantangan tersendiri selain dari permasalahan
menyebutkan bahwa fenomena awan tebal yang semakin kompleks seiring perkembangan
bermula ketika angin menggiring atau zaman. Hal inilah yang diupayakan saintis-
mengarak kawanan awan kecil ke convergence saintis muslim yang mencoba memberikan
solusi permasalahan yang ada sekaligus
zone (tempat berkumpul) dari awan-awan
melakukan pembuktian wahyu Illahi untuk
tersebut. Pengarakkan bagian-bagian ini mematahkan paham sekularis yang saat ini
menyebabkan bertambahnya kualitas jumlah berkembang (Ardi Kumara, 2020).
uap air dalam perjalanannya, terutama di Islam merupakan agama pengetahuan.
sekitar convergence zone. Ketika uap air sudah Sumber utama ajaran agama Islam –al-Qur`an
terlalu banyak, maka jatuhlah uap air tersebut dan al-Sunnah– menjelaskan ilmu
pengetahuan dengan seluruh aspeknya.
Sekaligus menganjurkan dan mendorong
diintegrasikan sehingga satu sama lain saling bahwa strategi internalisasi nilai-nilai religius
memperkokoh dalam membuka tabir kegaiban dalam pembelajaran meliputi keteladanan,
akan realitas konkrit yang firmankan Allah masalah aktual di masyarakat, penanaman
SWT dalam ayat-ayat-Nya, baik yang qauliyah nilai-nilai edukatif secara kontekstual, dan
maupun kauniyah. penguatan nilai moral.
Ketiga, menjadikan Alquran sebagai Selanjutnya Darmana (2016)
pengawal dari setiap kerja sains. Alquran menjelaskan bahwa internalisasi nilai tauhid
bukan sekedar menjadi pelengkap, tetapi pada materi sains dapat dilakukan melalui
sumber rujukan utama agar supaya menjadi pengungkapan nilai/hikmah/makna/hakikat
lebih terarah dan mempunyai tujuan yang dari materi sains tersebut berdasarkan sudut
mengandungi banyak manfaat. pandang Islam. Internalisasi nilai tauhid dalam
Sejak pertama kali diturunkan, Alquran materi sains merupakan upaya untuk
telah mengisyaratkan pentingnya ilmu mengembangkan potensi hati nurani, sehingga
pengetahuan dan menjadikan proses akan mengarahkan kepada kesadaran bahwa
pencariannya sebagai ibadah. Di samping itu, sains terutama hukum-hukum atau fakta-fakta,
Alquran juga menegaskan bahwa satu-satunya merupakan ketetapan dan kekuasaan Allah
sumber ilmu pengetahuan adalah Allah SWT. Yang Maha Kuasa, yang diciptakan dan
Hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya dianugerahkan untuk kemaslahatan makhluk-
tidak ada pemisahan ilmu dalam pandangan Nya. Kesadaran ini akan mendorong dan
Alquran (Nata, 2005). Dengan demikian, menjadi motivasi untuk menggunakan ilmu
dalam pandangan Alquran dan sains pengetahuan pada kebaikan dan kemaslahatan
merupakan dua hal yang terintegrasi. Proses umat manusia serta pada hal-hal yang diridloi
pembelajaran pada hakikatnya adalah proses oleh Allah Yang Maha Esa.
mengamati, menemukan, memahami, dan
menghayati sunnatullah, yang berupa Kesimpulan dan Rekomendasi
fenomena alamiah maupun sosial, kemudian Ilmu pengetahuan adalah keseluruhan
mengaplikasikan pemahaman tersebut bagi sistem pengetahuan manusia yang telah
kemaslahatan hidup manusia dan dibakukan secara sistematis, didalam agama
lingkungannya serta menjadikan kesadaran islam sendiri ilmu pengetahuan dikembangkan
adanya Allah dengan sifat-sifat-Nya Yang berdasarkan pada 3 pilar yaitu pilar Ontologis
Maha Sempurna sebagai tujuan hakiki dari (yang menjadi subjek ilmu), Pilar Aksiologis
kegiatan pembelajaran. Tujuan ini akan (tujuan ilmu pengetahuan) dan Pilar
membimbing peserta belajar kepada kesadaran Epistemologis (cara untuk mencapai ilmu
adanya realitas supranatural di luar realitas pengetahuan tersebut). Dengan menjadikan
eksternal yang dapat ia indera. Oleh sebab itu, ayat-ayat Al-Qur’an sebagai paradigma atau
prinsip -prinsip dasar kegiatan ilmiah yang konsep dasar dalam keilmuan, namun tak
digariskan Alquran, harus dijadikan titik tolak sedikit pula manusia yang beranggapan bahwa
dalam mempelajari subyek apapun. agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi
Implementasi dalam pembelajaran sains, yang berbeda dan tidak bisa disatukan, Hal ini
hendaknya menginternalisasikan nilai tauhid tentu membuat dinding penghalang bagi
pada materi sains. (Fakhri, 2010) menjelaskan keilmuan islam yang memiliki konsep dan
bahwa konsep ilmu pengetahuan dan teknologi paradigma yang mengarah kepada kitab Al-
dalam Al-Qur'an juga berlaku dan relevan Qur’an sehingga keilmuan islam memiliki
untuk diterapkan dalam proses pembelajaran tantangan yaitu mampu menyelaraskan Al-
di lembaga pendidikan Islam yaitu dengan Qur’an untuk menyelesaikan masalah yang
proyek integrasi dalam pendidikan. Hal berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan juga
tersebut dapat dijabarkan dalam tiga hal: 1) menghadapi tantangan yang dihadirkannya.
integrasi kurikulum, 2) integrasi pembelajaran, Konsep Ilmu pengetahuan dan sains
dan 3) integrasi sains (islamisasi sains) adalah sekumpulan pengetahuan yang
(Fakhri, 2010). Ada beberapa metode atau diorganisir secara sistematis berdasarkan
strategi internalisasi nilai tauhid dalam pengalaman dan pengamatan yang kemudian
pembelajaran sains yang dapat dilakukan. dihubungkan berdasarkan pemikiran yang
Murdiono (Darmana, 2016) mengungkapkan, cermat, teliti dan bisa dipertanggungjawabkan
dengan berlandaskan teori dan metode yang Hidayatulloh, “Relasi Ilmu Pengetahuan dan
bisa dibuktikan kebenarannya. Implementasi Agama”, Proceeding of ICECRS 1 (2016):
pembelajaran sains dapat dilaksanakan dengan h. 906.
internalisasi nilai-nilai tauhid melalui kajian- M. Amin Abdullah et al, Integrasi sains-islam
(Yogyakarta: Pilar Religia, 2004), h. 18.
kajian Al-Qur’an terkait dengan ilmu
Martin, Ralph, Sexton, C., Franklin, T. &
pengetahuan. Internalisasi nilai-nilai Gerlovich, J. (2005). Teaching science for
ketauhidan atau keyakinan terhadap agama all children : Inquiry methods for
dalam pembelajaran dapat dilaksanakan constructing understanding.
dengan 1) integrasi kurikulum, 2) integrasi Nadiyah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam Al-
pembelajaran, dan 3) integrasi sains Qur’an, (Jakarta: Zaman, 2013), h.468-469.
(islamisasi sains). selain itu dapat juga Nur Raina Novianti, “Kontribusi Pengelolaan
diaplikasikan dengan keteladanan, masalah Laboratorium dan Motivasi Belajar Siswa
aktual di masyarakat, penanaman nilai-nilai terhadap Efektivitas Proses Pembelajaran,”
edukatif secara kontekstual, dan penguatan Jurnal ISSN 1412-565X Edisi Khusus, No. 1
(Agustus, 2011), h. 158
nilai moral (Tursinawati 2020).
S. Jujun Suriasumntri, Filsafat Ilmu: Sebuah
Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan,
Daftar Pustaka 1982.
Siti Lailiyah, 2018, Korelasi Al-Qur’an dengan
Abuddin Nata et. al., Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Pengetahuan, Prosiding Seminar
Ilmu Umum (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), Nasional Pendidikan Fisika FITK UNSIQ.
h. 52. Tursinawati. 2020. Ilmu Pengetahuan dalam
Afzalur Rahman, Ensiklopedia Ilmu dalam Al- Pandangan Al-Qur’an dan Implikasinya
Qur’an: RujukanTerlengkap Isyarat-Isyarat dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pesona
Ilmiah dalam AL-Qur’an. (Bandung: Mizan, Dasar. PGSD Universitas Syiah Kuala,
2007), h. 67-68. Vol.8 No.2. h. 52.
Ahmad Barizi, Pendidikan Integratif Akar Tradisi Uyoh Sodullah, Pengantar Filsafat Pendidikan,
dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, (Jakarta : Alfabeta, 2001), h. 43
(Malang: UIN Maliki Press, 2011), h. 262. Waheedudddin khan, Agama versus Sains Modern,
Ali Miftakhu Rosyad and Muhammad Anas terj. Ahmadie Thaha (Surabaya: Al-
Maarif, “Paradigma Pendidikan Demokrasi Ikhlas,1971), h. 69.
dan Pendidikan Islam dalam Menghadapi Yedi Purwanto, “Islam Mengutamakan Ilmu
Tantangan Globalisasi di Indonesia,” Pengetahuan dan Teknologi”, Jurnal
Nazhruna: Jurnal Pendidikan Islam 3, no. 1 Sosioteknologi 22, (2011): h. 1046.
(2020): 75–99.
Ardi Kumara, Ayu Virnanda, Lathifah Sekar Azmi,
2020. Implementasi Ilmu Pengetahuan
dalam Perspektif Al-Qur’an sebagai Upaya
Menghadapi Tantangan Zaman. Jounal for
Islamic Studies Al-Afkar. Vol 3 No.2
Arsyad, A. (2016). Integration Tree and the
Interconnectivity of Science and Religion.
Kalimah, 14(2), 115.
Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan
Proses dan Sikap Ilmiah dalam.
Pembelajaran Sains di SD. Jakarta :
Depdiknas.
Darmana, A. (2016). Internalisasi Nilai Tauhid
Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal
Pendidikan Islam, 27(1), 66.
Fakhri, J. (2010). Sains Dan Teknologi Dalam Al-
Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran. Ta’dib, 15(01), 121–142.
Ghulsyani, Mahdi, Filsafat Sains Menurut Alquran.
Bandung: Mizan, 1991.