Anda di halaman 1dari 6

1.

teori strategi kesopanan


Strategi kesopanan merupakan strategi yang digunakan untuk menghindari atau mengurangi efek
pengrusakan citra diri yang muncul dari face threatening acts yang dilakukan penutur. Tindakan menyerang
harga diri atau FTA ini memiliki hubungan dengan kesantunan bahasa.
 Bald On-Record (Strategi Langsung Tanpa Basa-basi) Pada strategi bald on-record, penutur tidak
melakukan apapun untuk meminimalisasi ancaman terhadap citra diri petutur. Penutur melakukan
tindak tutur secara langsung dan jelas, strategi ini dilakukan oleh penutur dengan tidak melakukan
usaha apapun untuk mengurangi akibat dari mengancam. Alias berbicara secara terang-terangan.
Strategi ini biasanya dilakukan kepada orang yang sudah akrab. Contoh ujarannya adalah “woi,
bangun!”
 Positive Politeness (Strategi Kesopanan Positif) Dalam strategi kesopanan positif, penutur
memberikan citra diri positif kepada petutur. Brown dan Levinson berpendapat bahwa positive
politeness terjadi dalam suatu kelompok atau lingkungan yang participants-nya memiliki tujuan,
keinginan, atau latar belakang pengetahuan yang sama. Maksud dan tujuan penggunaan strategi ini
adalah untuk menunjukkan keakraban dengan mitra tutur. Strategi ini secara langsung ditujukan
kepada muka positif mitra tutur, sehingga keingina penutur dipersepsikan sebagai keinginan
bersama antara penutur dan mitra tutur. Strategi tersebut juga berupaya meminimalkan jarak
antara penutur dan mitra tutur dengan cara mengungkapkan kepedulian, persahabatan, dan
perhatian, dengan cara tersebut penutur dapat meminimalisir face threating act (FTA). Contoh kita
akan berbicara lebih sopan dengan teman kampus yang belum dikenal daripada kepada teman yang
sudah kenal.
 Negative Politeness (Strategi Kesopanan Negatif) Strategi kesantunan negatif adalah kesantunan
yang dilakukan untuk mengimbangi muka negatif mitra tutur dan keinginan penutur agar terhilang
dari beban, dengan tujuan agar tindakan serta niatnya tidak terganggu dan tidak terkendala. Strategi
ini berfokus pada asumsi bahwa penutur cenderung membebani atau mengganggu mitra tutur
karena memasuki wilayah mitra tutur, sehingga menciptakan jarak sosial atau hambatan dalam
situasi tersebut. Oleh karena itu, penutur akan meminimalisirkan beban tersebut sebagai suatu
tindakan yang tidak akan bisa dihindarkan oleh mitra tutur.
 Off Record (Strategi Tidak Langsung)
 Do not do FTA (tidak melakukan apapun)

2. Teori identifikasi
Teori identifikasi pertama kali digagas oleh Kenneth Burke (1969). Burke menggunakan istilah identifikasi
untuk membedakan tindakan dan gerakan. Tindakan merujuk pada kegiatan bertujuan sedangkan gerakan
tidak memiliki tujuan. Melalui teorinya, Burke menjelaskan mengenai peran bahasa dalam tindakan manusia
yang dapat mengarahkan manusia pada kebersamaan atau bahkan perpisahan.
 Tindakan terdiri atas perilaku sukarela dan bertujuan;
Contohnya seperti tindakan untuk menangani korban kecelakaan.
 Gerakan tidak bertujuan dan tidak mengandung makna. Objek dan binatang memilki gerakan, tetapi hanya
manusia yang memiliki tindakan.
Contohnya secara tidak sadar Anda menggerakkan tangan ketika berjalan.

Identifikasi dapat berarti ajakan dan penyampaian yang efektif atau menjadi akhir dari komunikasi itu
sendiri. Identifikasi dapat disadari atau tidak disadari, direncanakan atau tidak direncanakan.
Menurut Burke, ada tiga sumber identifikasi yang saling berkaitan, yaitu:
1. Identifikasi Materi (material identification)
Hasil dari kebaikan, kepemilikan dan benda, seperti memiliki mobil yang sama atau bercita rasa busana yang
sama.
2. Identifikasi Idelistis (idealistic identification)
Hasil dari ide yang terbagi, sikap, perasaan dan nilai, seperti menjadi anggota dari gereja atau partai politik
yang sama.
3. Identifikasi Formal (formal identification)
Hasil dari penyusunan, bentuk atau pengaturan dari peristiwa dimana kedua orang tersebut bertisipasi.

Contoh : 1. Seperti menyukai film yang sama atau memiliki barang yang sama.
2.tergabung menjadi anggota unit kegiatan mahasiswa atau kegiatan sosial yang sama
3. sekelompok organisasi mengemukaan pendapatnya

3. Teori rencana
Charles Berger adalah pencetus teori rencana (theory of planning)  sebagai salah satu teori yang cukup
terkenal dalam ilmu komunikasi. Teori rencana menjelaskan proses yang dilaluli seseorang dalam
merencanakan perilaku komunikasi mereka. Berger menyatakan bahwa rencana adalah “hierarchical
cognitive representations of goal-directed action sequences” (representasi kognitif secara hierarkis dari
urutan tindakan yang diarahkan pada tujuan). Dengan kata lain, rencana adalah gambaran mental ( mental
images) dari sejumlah langkah yang akan ditempuh seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Banyak dari
tujuan kita yang sebenarnya menjadi bagian dari proses perencanaan itu sendiri. Tujuan yang menjadi
bagian dari proses perencanaan ini disebut dengan metatujuan (metagoal),  yang berfungsi memandu
berbagai rencana yang kita buat. Misalnya, kita biasanya ingin membuat perencanaan ingin membuat
perencanaan dengan cara semudah mungkin maka efisien adalah metatujuan. Jika kita ingin berperilaku
dengan cara yang patut secara sosial makan kepatutan sosial adalah metatujuan
  UNSUR – UNSUR PERENCANAAN
unsur-unsur rencanaan yaitu :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan
2. Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan
3. Dimana tindakan tersebut dilakukan
4. Kapan tindakan tersebut dilakukan
5. Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut
6. Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut.
C. FUNGSIPERENCANAAN
a.       Arah dan Tujuan organisasi menjadi jelas
b.      Semua elemen organisasi diarahkan ke satu tujuan yang sama.
c.       Mengidentifikasi berbagai hambatan dan peluang dari luar sekaligus menyiapkan antisipasinya.
d.      Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pekerjaan.
e.       Meningkatkan pengawasan terhadap pekerjaan di dalam organisasi
f.       Membantu mengurangi resiko ketidakpastian.

4. Teori logika pesan


Teori message design logic adalah salah satu teori komunikasi intrapersonal dan teori komunikasi organisasi.
Teori ini merupakan sebuah konsep komunikasi yang mempengaruhi jenis pesan yang dibentuk oleh
individu. Teori yang dicetuskan oleh Barbara O’Keefe memiliki tiga premis, yaitu logika ekspresif, logika
konvensional, dan logika retorik 'Keefe mengemukakan tiga logika dalam merancang pesan dimulai dari yang
paling tidak terpusat pada orang ( least personcentered ) hingga yang sangat terpusat ( most person-
centered ) .

1. Logika ekspresif ( expressive logic )


yaitu logika yang memandang komunikasi sebagai suatu cara mengekspresikan diri dan untuk menyatakan
perasaan dan pikiran . logika ekspresif bersifat self-centered atau terpusat pada diri si pembicara , kebalikan
dari person-centered atau terpusat pada lawan bicara sebagaimana yang dikenal dalam teori
konstruktivisme.

2. ( conventional logic )
yaitu logika melihat komunikasi sebagai suatu permainan yang dimainkan dengan mengikuti sejumlah
aturan . Logika jenis ini bertujuan untuk merancang pesan yang sopan , pantas , dan berdasarkan aturan
yang sepatutnya diketahui setiap orang .
3. ( rhetorical logic )

yaitu logika yang memandang sesuatu sebagai suatu cara untuk mengubah aturan melalui negosiasi .
Pembicara yang menggunakan logika ini cenderung untuk membingkai ulang situasi yang di hadapi agar
berbagai tujuan , termasuk persuasi dan kesopanan , dapat diintergasikan dalam suatu kesatuan yang bulat .

Menurut O'Keefe pada situasi tertentu pesan akan cenderung sama , tetapi pada situasi lain , pesan akan
menjadi berbeda
5. Teori feminisme
Teori Bahasa dan Gender(feminisme) dikemukakan : Cheris Kramarae Pengalaman seseorang tidak lepas dari
bahasa Instrumen manusia untuk melihat dunia adl dgn bahasa. Bahasa ada 2 dimensi/ bergender. Bahasa
laki-lakibahasa perempuan. poetess waiter waitress pramugari pramugara Sayangnya bahwa bahasa secara
umum dibentuk oleh Gender (laki-laki) yang mengandung dimensi kekuasaan.
Kata Feminisme berasal dari bahasa latin yaitu “femina” atau perempuan. Gerakan ini mulai bergulir pada
tahun 1880-an seiring dengan keresahan yang dirasakan di masyarakat. Gerakan ini mengacu pada teori
kesetaraan laki-laki dan perempuan dan pergerakan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh hak-hak
perempuan.
Dalam teori sosiologi teori fenimisme dibagi dalam 3 golongan yaitu :
1. Feminisme liberal memandang prasangka gender sebagai persoalan ketidak-acuhan. Oleh sebab itu,
sikap tidak acuh itu dapat dihilangkan dengan memberlakukan undang-undang anti diskriminasi terhadap
individu-individu yang terkait dengan mempromosikan sikap-sikap anti seks. Akibatnya bagi kamu feminis
iniadalah perang yang kelak dapat dimenangkan dengan pendidikan kembali. Apa yang disebut sebagai
Feminisme Liberal ialah pandangan untuk menempatkan yang memiliki kebebasan secara penuh dan
individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan
antara dunia privat dan publik. Setiap manusia demikian menurut mereka punya kapasitas untuk berpikir
dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Akar ketertindasan dan keterbelakngan pada
perempuan ialah karena disebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri. Perempuan harus
mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka "persaingan bebas" dan punya
kedudukan setara dengan lelaki.

2. Fenimisme marxis menjelaskan bahwa subordinasi perempuan melayani kebutuhan akan kapitalisme.
Dalam hubungan ekonomi dan karakteristik gagasan dsri mode kapitalisme produksi yang seharusnya
mencari struktur ketidaksetaraan yang secara tidak adil menghambat kehidupan perempuan, kebalikan dari
kehidupan laki-laki yang serba menikmati keuntungan dan kelebihan. Karena itu feminis Marxis percaya
bahwa untuk memahami mengapa perempuan teropresi, sementara laki-laki tidak, maka kita perlu
menganalisis hubungan antara status pekerjaan perempuan dan citra diri perempuan. Dalam teori ekonomi
Marxis, feminis Marxis percaya bahwa pekerjaan perempuan membentuk pemikiran perempuan dan karena
itu membentuk juga sifat-sifat alamiah perempuan.

3. Feminisme radikal menjelaskan bahwa kunci untuk memahami struktur sosial adalah universal dan unsur
yang mendasar. Penjelasan Feminis Radikal tentang ketertindasan perempuan berakar pada adanya
diskriminasi seks yang mendalam di masyarakat yang diisolasikan sebagai persoalan perempuan saja.
Feminis Radikal ingin menunjukkan bahwa kebijakan yang dilakukan secara pribadi mempengaruhi kebijakan
politik sehingga persoalan perempuan tidak dapat didiamkan tetapi harus menjadi wacana publik. Menurut
Feminis Radikal sesuatu yang alamiah seperti faktor-faktor biologis tidak cukup dijadikan dasar untuk
menjelaskan terjadinya hierarki atas pembagian kerja berdasarkan seksual, karena badan bukan merupakan
benda tetapi situasi. Dengan demikian,
Feminisme Radikal menghendaki adanya demokrasi yang tidak merugikan perempuan dari jenis
kelaminnya dan bahwa perempuan harus diakui memiliki martabat manusia yang sama dengan laki-laki.
Perempuan harus memiliki kesempatan yang sama untuk hidup seutuhnya dan sebebas-bebasnya sesuai
dengan pilihan-pilihan yang mereka ambil. Feminisme Radikal menantang pandangan yang meminggirkan
perempuan dan pendapat-pendapat yang mengacu pada peranan perempuan yang kodrati dan esensial.
Konsep jender menjadi penting karena mengacu pada soal konstruksi sosial dan budaya,mengimplikasikan
bahwa peranan laki-laki dan perempuan bukan berasal dari yang kodrati atau esensial, tetapi oleh struktur-
struktur sosial dan norma-norma budaya.

Feminisme adalah gerakan kaum perempuan dalam memperjuangkan emansipasi atau persamaan hak
sepenuhnya tanpa membedakan antara kaum perempuan dan kaum laki laki , dengan tidak disertai
pembatasan pembatasan maupun tindak kekerasanatau diskriminasi
Inti pokok gerakan feminisme adalah kesempatan yang sama antara perempuan dan laki laki dalam
pengembangan diri, feminisme secara mendasar meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain
Pendidikan,ekonomi,social,budaya dan politik.

Contoh kasus/bentuk teori feminisme dalam kehidupan sehari hari.


Seperti kasus kdrt yang sering ditayangkan ditelevisi,dan kebanyakan korban adalah perempuan,lalu
prempuan tersebut melapor kepada pihak yang berwajib tentang apa yang ia derita

6. Teori makna semantic


Teori yang di kemukakan oleh Charles Osgood yang merupakan ahli psikologi social yang terkenal pada tahun
1960 an, dia mengemukakan atau menciptakan teori mengenai makna
Dalam teori semantic dapat dipelajari berbagai hal seperti bagaimana makna dipelajari dan bagaimana
hubungan makna dengan pikiran juga tindakan
Kata semantik, sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu pada studi tentang makna. Makna yang
dimaksud disini adalah makna bahasa, baik dalam bentuk morfem, kata, atau kalimat Kata semantik berasal
dari bahasa yunani sema (noun) yang berarti tanda atau lambang. Dalam bahasa Yunani, ada beberapa kata
yang menjadi dasar kata semantik yaitu semantikos (memaknai), semainein (mengartikan), dan sema
(tanda).

Unsur-Unsur Semantik
Semantik berhubungan dengan tanda-tanda, sintaksis berhubungan dengan gabungan tanda-tanda (susunan
tanda-tanda) sedangkan pragmatik berhubungan dengan asal-usul, pemakaian, dan akibat pemakaian tanda-
tanda di dalam tingkah laku berbahasa. Penggolongan tanda dapat dilakukan denagn cara:
1. Tanda yang ditimbulkan oleh alam, diketahui manusia karena pengalaman, misalnya:
a. Hari mendung tanda akan hujan.
b. Hujan terus-menerus dapat menimbulkan banjir.
c. Banjir dapat menimbulkan wabah penyakit dan kelaparan.

2. Tanda yang ditimbulkan oleh binatang, diketahui manusia dari suara binatang tersebut, misalnya:
a. Anjing menggonggong tanda ada orang masuk halaman.
b. Kucing bertengkar (mengeong) dengan ramai suaranya tanda ada wabah penyakit atau keribytan (bagi
masyarakat bangsa Indonesia yang ada di Jawa Barat), dst.

3. Tanda yang ditimbulkan oleh manusia, tanda ini dibedakan atas:


a. Yang bersifat verbal, adalah tanda yang dihasilkan menusia melalui alatalat bicara.
b. Yang bersifat nonverbal, digunakan manusia untuk berkomunikasi, sama halnya dengan tanda verbal.
Tanda nonverbal dibedakan menjadi 2, yaitu: Pertama, tanda yang dihasilkan anggota badan, dikenal sebagai
bahasa isyarat, misalnya acungan jempol bermakan hebat, bagus. Kedua, tandayang dihasilkan melalui bunyi
(suara), misalnya bersiul bermakna gembira, memanggil, ingin kenal.
. Jenis-Jenis Semantik Berbagai nama jenis makna telah di kemukakan orang dalam berbagai buku linguistik
atau semantik.
1. Semantik Leksikal, Gramatikal dan Kontekstual Semantik leksikal ialah kajian semantik yang lebih
memusatkan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata.Makna tiap kata yang contoh dari
semantik leksikal, seperti kata rumah,
dalam kamus diartikan sebuah bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal Semua makna (baik
berbentuk dasar maupun bentuk turunan) yang terdapat dalam kamus disebut makna leksikal.24 Dapat juga
dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, sesuai dengan hasil observasi indera kita
atau makna apa adanya. Semantik gramatikal ialah studi semantik yang khusus mengkaji makna yang
terdapat dalam suatu kalimat.Misalnya, berkuda, kata dasar kuda berawalan ber- yang bermakna
mengendarai kuda.25 Semantik kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam
satu konteks. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu dan lingkungan
penggunaan bahasa itu. oleh manusia.

2. Semantik Referensial dan Non-referensial Sebuah kata atau leksem dikatakan bermakna referensial jika
ada referensnya atau acuannya. Ada sejumlah kata yang disebut kata deiktik, yang acuannya tidak menetap
pada satu wujud. Misalnya : kata-kata pronominal, seperti, dia, saya dan kamu. Makna referensial disebut
juga makna kognitif, karena memiliki acuan. Misalnya :orang itu menampar orang.

3. Semantik Denotatif dan semantik Konotatif Semantik denotatif adalah makna asli, makna asal atau
makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Semantik denotatif sebenarnya sama dengan makna
leksikal. Semantik konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang berhubungan
dengan nilai rasa dari orang yang menggunakan kata tersebut. Konotasi sebuah kata bisa berbeda antara
seseorang dengan orang lain.28

7. Tradisi fenomenologi
Fenomenologi Adalah studi mengenai bagaimana manusia mengalami kehidupannya di dunia. Teori ini
melihat objek dan peristiwa dari perspektif orang yang mengalami. Realitas dalam fenomenologi selalu
merupakan bagian dari pengalaman sadar seseorang. Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phainomai,
yang berarti ‘menampak’ dan phainomenon merujuk ‘pada yang menampak. Phenomenom juga dapat
diartikan sebagai Kemunculan suatu objek, peristiwa atau kondisi dalam persepsi seorang individu.

Fenomenologi menjadikan pengalaman sebenarnya sebagai ‘data utama’ dalam memahami realitas. Apa
yang dapat diketahui seseorang adalah apa yang dialaminya. Contohnya; Jika ingin mengetahui apakah itu
‘cinta’, maka Anda tidak akan bertanya pada orag lain, tetapi Anda langsung memahami cinta dari
pengalaman langsung dari diri Anda sendiri.

Stanley Deetz, mengemukakan 3 prinsip dasar Fenomenologi, yaitu :

1. Pengetahuan adalah kesadaran. Pengetahuan tidak disimpulkan dari pengalaman, namun ditemukan
secara langsung dari pengalaman sadar.
2. Makna dari sesuatu terdiri atas potensi sesuatu pada hidup seseorang. Dengan kata lain, bagaimana
Anda memandang suatu objek, bergantung pada makna objek itu bagi Anda. Mislanya, Anda belajar
bahasa asing, seperti bahasa Inggris. Anda belajar dengan serius sebagai pengalaman pendidikan,
karena Anda meyakini bahwa kemampuan Bahasa Inggris akan memberikan manfaat atau efek
positif bagi Anda.
3. Bahasa adalah ‘kesadaran makna’ (vehicle meaning). Kita mendapatkan pengalaman melalui bahasa
yang digunakan untuk mendefenisikan dan menjelaskan dunia kita. Kita mengetahui suatu objek,
misalnya kuda, melalui berbagai label yang dimiikinya; hewan, larinya kencang, kuat, gagah, cepat
dan seterusnya.
Ciri – Ciri Teori Fenomenologi :
1. Cenderung mempertanyakannya dengan naturalisme atau objektivisme dan positivisme yang telah
berkembang sejak renaisans dalam pengetahuan modern dan teknologi.
2. Memastikan kognisi yang mengacu pada yang dinamakan ‘Evidenz’ = kesadaran akan suatu benda.
3. Percaya bahwa tidak hanya satu benda yang ada dalam dunia alam dan budaya.

Anda mungkin juga menyukai