Anda di halaman 1dari 5

Nama : Desya Humayra Hasan

Nim : 1801621207

Kelas C

Kognisi Sosial

Pertemuan 12

PERSUASI

1. five canons of rhetoric


Menurut Aristoteles, retorika adalah kemampuan retorikan untuk mengemukakan sesuatu, dan
dalam penyampaiannya tersebut, retorikan dapat memberikan efek persuasif kepada para
pendengarnya. Secara etimologis, retorika berasal dari bahasa Yunani, “rhetrike” yang berarti seni
kemampuan berbicara yang dimiliki seseorang. Aristoteles dalam bukunya “Rhetoric”
mengemukakan pengertian retorika, yaitu kemampuan untuk memilih dan menggunakan bahasa
dalam situasi tertentu secara efektif untuk mempersuasi orang lain.

Menurut Littlejohn dkk (2011) yang menjadi inti tradisi retorika adalah Lima Hukum Retorika
atau The Five Canons of Rhetoric yaitu invention atau penemuan, arrangement atau penyusunan,
style atau gaya, delivery atay penyampaian, dan memory atau pengingatan

a. Invention atau penemuan mengacu pada penggalian dan penemuan ide atau gagasan serta
penelitian khalayak guna mengetahui metode persuasi yang akan digunakan. Contoh : Seorang
kandidat politik mengajukan beberapa poin utama yang ingin dia kemukakan dalam sebuah debat.
Sebelum menulis makalah, seorang siswa melakukan latihan menulis bebas untuk menghasilkan
topik yang bagus. Sebelum persidangan besar, seorang pengacara pembela memikirkan cara untuk
melawan tuduhan terhadap kliennya.

b. Arrangement atau penyusunan mengacu pada pengorganisasian ide atau gagasan menjadi pesan.
Contoh : Seorang kandidat politik memutuskan bahwa dia pertama-tama akan berbicara tentang
hak-hak sipil; selanjutnya, dia akan berbicara tentang ekonomi; akhirnya, dia akan berbicara tentang
hubungan internasional. Sebelum menulis makalah, seorang siswa membuat garis besar untuk
menentukan urutan di mana dia akan membahas poin-poin utamanya. Sebelum persidangan,
seorang pengacara pembela memutuskan urutan di mana dia akan menangani dakwaan terhadap
kliennya. Contoh susunan: Seorang kandidat politik memutuskan bahwa dia pertama-tama akan
berbicara tentang hak-hak sipil; selanjutnya, dia akan berbicara tentang ekonomi; akhirnya, dia akan
berbicara tentang hubungan internasional. Sebelum menulis makalah, seorang siswa membuat garis
besar untuk menentukan urutan di mana dia akan membahas poin-poin utamanya. Sebelum
persidangan, seorang pengacara pembela memutuskan urutan di mana dia akan menangani
dakwaan terhadap kliennya.

c. Style atau gaya mengacu pada pemilihan kata-kata atau bahasa yang tepat. Contoh gaya: Seorang
kandidat politik menggunakan metafora lucu di mana dia membandingkan berada di Kongres
dengan berada di kebun binatang. Seorang siswa merevisi kalimat yang ditulisnya dengan suara pasif
menjadi kalimat dengan suara aktif. Seorang pengacara pembela mengajukan kalimat jenaka: "Jika
sepatunya tidak cocok, Anda harus melepaskannya."

d. Delivery atau penyampaian mengacu pada penyampaian pesan secara lisan oleh retor atau
pembicara. Contoh : Saat dia menyampaikan pidatonya, seorang kandidat politik menunjukkan
energinya dengan berbicara dengan suara keras dan menggebrak podium dengan tinjunya. Pada
sebuah konferensi akademik, seorang siswa berjalan mengelilingi ruangan saat dia mengantarkan
makalahnya alihalih berdiri di belakang podium sepanjang waktu. Selama argumen penutupnya,
seorang pengacara pembela melakukan kontak mata langsung dengan setiap juri.

e. Memory atau pengingatan mengacu pada kemampuan retor atau pembicara untuk mengingat apa
yang akan disampaikan kepada khalayak. Contoh memori: Kandidat politik melatih pidatonya
sehingga dia tidak perlu menggunakan teleprompter atau skrip. Dia mampu melakukan kontak mata
dengan audiens dan lebih efektif menggunakan bahasa tubuh. Seorang siswa menghafal makalahnya
(atau setidaknya poin-poin utamanya) sehingga ia dapat menyampaikannya pada konferensi
akademik tanpa membaca makalah itu sendiri. Pengacara pembela mengingat poin-poin penting dari
argumen penutupnya sehingga dia dapat berinteraksi secara lebih efektif dengan para juri.

2. elaboration likelihood model


Teori Kemungkinan Elaborasi mencoba memahami bagaimana dan kapan seseorang bisa
terbujuk (persuasif) atau tidak terbujuk oleh suatu pesan yang diterimanya (Littlejohn dan Karen,
2008). Teori ini menyatakan bahwa setiap orang memiliki caranya sendiri dalam memproses sebuah
pesan persuasif. Ada orang yang menilai sebuah pesan tanpa pertimbangan argumen yang
mendasarinya dan ada juga orang yang memahami sebuah pesan secara detail dan kritis (Griffin,
2012).
Dalam teori ini, terdapat dua cara yang digunakan seseorang untuk memproses suatu
pesan/informasi. Cara pertama yaitu dengan membawa pesan melalui jalur pusat (central route),
sedangkan cara kedua adalah dengan membawa pesan tersebut melalui jalur pinggiran (peripheral
route). Secara efek, peripheral route memiliki efek yang sementara kepada audiens. Namun, bukan
berarti peripheral route tidak baik digunakan. Kedua rute ini akan efektif digunakan sesuai dengan
audiens yang dihadapi.

• Central route akan efektif jika audiens yang hadir adalah orang-orang yang analitik dan
termotivasi untuk mengikuti kegiatan tersebut. Dalam organisasi, contoh yang sering dilihat
adalah ketika kampanye pemilihan ketua. Dalam kampanye, audiens yang hadir sebagian
besar adalah orang yang kritis. Para calon tentulah perlu memberikan argumen-argumen
yang kuat agar persuasinya sukses.
• Di samping itu, peripheral route akan efektif jika audiens yang hadir tidak analitik dan tidak
terlibat. Kita bisa ambil contoh penggalangan dana bencana. Audiens biasanya bukanlah
orang yang analitik pada situasi ini. Maka, pesan bermuatan emosional dapat efektif menarik
orang-orang agar mau berpartisipasi.

3. cultivation analysis
Teori kultivasi menangani efek jangka panjang dari televisi pada pemirsa. Teori tersebut
mengusulkan bahwa bahaya televisi terletak pada kemampuannya untuk membentuk bukan sudut
pandang tertentu tentang satu isu tertentu, tetapi pada kemampuannya untuk membentuk nilai-
nilai moral masyarakat dan keyakinan umum tentang dunia. Secara gamblang, teori ini
menunjukkan bahwa televisi dapat memengaruhi pandangan atau perspektif penonton dalam
kehidupan nyata atau realitas sosialnya.

Dilansir dari situs Thought Co, teori kultivasi memperlihatkan bahwa paparan berulang
media, khususnya televisi, dapat memengaruhi keyakinan seseorang mengenai dunia nyata dari
waktu ke waktu. Salah satu contoh teori kultivasi, yakni ketika seseorang sangat sering
menonton adegan kekerasan melalui televisi. Dalam kehidupan nyatanya ia takut berjalan sendiri
di malam hari. Karena takut ada orang jahat yang akan membunuhnya dan ia menjadi terbayang-
bayang.
4. the theory of planned behavior

informasi yang relatif sedikit tentang perilaku, ketika persyaratan atau sumber daya yang
tersedia telah berubah, atau ketika elemen baru dan asing telah masuk ke dalam situasi tersebut.
Dalam kondisi tersebut, ukuran kontrol perilaku yang dirasakan dapat menambah sedikit akurasi
prediksi perilaku. Namun, sejauh kontrol yang dirasakan realistis, dapat digunakan untuk
memprediksi kemungkinan upaya perilaku yang berhasil (Ajzen, 1985).

Menurut teori perilaku terencana, kinerja perilaku adalah fungsi gabungan dari niat dan kontrol
perilaku yang dirasakan. Untuk prediksi yang akurat, beberapa kondisi harus dipenuhi. Pertama,
ukuran niat dan kontrol perilaku yang dirasakan harus sesuai(Ajzen & Fishbein, 1977) atau
kompatibel dengan (Ajzen, 1988) perilaku yang akan diprediksi. Artinya, niat dan persepsi kontrol
harus dinilai dalam kaitannya dengan perilaku minat tertentu, dan konteks yang ditentukan harus
sama dengan konteks di mana perilaku itu akan terjadi. Misalnya, jika perilaku yang diprediksi adalah
“menyumbangkan uang ke Palang Merah”, maka kita harus menilai niat “menyumbangkan uang ke
Palang Merah” (bukan niat “menyumbangkan uang” secara umum atau niat “membantu Palang
Merah”. Cross”), serta kontrol yang dirasakan atas “menyumbangkan uang ke Palang Merah.”
Kondisi kedua untuk prediksi perilaku yang akurat adalah bahwa niat dan kontrol perilaku yang
dirasakan harus tetap stabil dalam interval antara penilaian dan pengamatan perilaku. Intervensi
peristiwa dapat menghasilkan perubahan dalam niat atau persepsi kontrol perilaku, dengan efek
bahwa ukuran asli dari variabel ini tidak lagi memungkinkan prediksi perilaku yang akurat.
Persyaratan ketiga untuk validitas prediktif berkaitan dengan keakuratan kontrol perilaku yang
dirasakan. Seperti disebutkan sebelumnya, prediksi perilaku dari kontrol perilaku yang dirasakan
harus ditingkatkan sejauh persepsi kontrol perilaku secara realistis mencerminkan kontrol yang
sebenarnya.

Teori perilaku terencana mendalilkan tiga penentu niat yang independen secara konseptual.
Yang pertama adalahsikap terhadap perilakudan mengacu pada sejauh mana seseorang memiliki
evaluasi atau penilaian yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dari perilaku yang
bersangkutan. Prediktor kedua adalah faktor sosial yang disebutnorma subjektif;itu mengacu pada
tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku. Anteseden ketiga
dari niat adalah derajatkontrol perilaku yang dirasakan yang, seperti yang kita lihat sebelumnya,
mengacu pada kemudahan atau kesulitan yang dirasakan dalam melakukan perilaku dan
diasumsikan mencerminkan pengalaman masa lalu serta hambatan dan rintangan yang diantisipasi.
Sebagai aturan umum, semakin baik sikap dan norma subyektif sehubungan dengan perilaku, dan
semakin besar kontrol perilaku yang dirasakan, semakin kuat niat individu untuk melakukan perilaku
yang dipertimbangkan. Kepentingan relatif dari sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku yang
dirasakan dalam prediksi niat diharapkan bervariasi antar perilaku dan situasi.

5. agenda setting

Teori ini mengakui bahwa media memberi pengaruh terhadap khalayak dalam isu tertentu. Jika
media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak
untuk menganggapnya penting. Hubungan yang kuat antara berita yang disampaikan media
sebagaimana isu mesiu luwak white coffe dinilai penting oleh publik merupakan salah satu jenis efek
media yang paling populer dinamakan dengan agenda setting. Istilah agenda-setting diciptakan
McCombs dan Shaw (morissan,2015:494) untuk menggambarkan fenomena yang telah diketahui
dan diteliti dalam konteks kampanye pemilu.

Singkatnya, teori agenda setting berusaha untuk menguraikan agenda media berita serta
efek agenda setting pada masyarakat dan kebijakan publik. Bahkan ketika metode media
berkembang dan media berita profesional menyusut, teori tetap penting karena memberikan model
untuk memahami perubahan dan tren di masyarakat.

Contoh yang lain yang sangat jelas dari teori agenda setting adalah berita tv. Ketika
kekerasan intim terhadap anak meledak, publik menerima data ini selaku cerminan realitas yang
sesungguhnya, walaupun mereka tidak mengalaminya secara langsung. Data ini membuat publik
sadar hendak urgensi permasalahan serta lebih peka terhadap petunjuk yang menuju pada
permasalahan tersebut. Tidak sedikit sehabis pelecehan intim terhadap anak terekspos di satu
wilayah, permasalahan seragam terungkap di wilayah lain.

Perihal ini menampilkan kalau media pengaruhi metode berpikir warga, termasuk apa yang dikira
berarti serta tidak. Data yang disajikan di media membuat orang berpikir kalau itu berarti serta layak
buat dicermati. Media massa bisa memperkenalkan kepada publik apa yang lebih dahulu tidak
nampak, apakah itu betul- betul berarti ataupun tidak.

Anda mungkin juga menyukai