BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori pilihan rasional, kadang disebut teori pilihan atau teori tindakan
rasional, adalah kerangka pemikiran untuk memahami dan merancang model
perilaku sosial dan ekonomi. Asumsi dasar teori pilihan rasional adalah seluruh
perilaku sosial disebabkan oleh perilaku individu yang masing-masing membuat
keputusannya sendiri. Teori ini berfokus pada penentu pilihan individu
(individualisme metodologis).
Dalam teori pilihan rasional, individu didorong oleh keinginan atau tujuan
yang mengungkapkan 'preferensi'. Mereka bertindak dengan spesifik, mengingat
kendala dan atas dasar informasi yang mereka miliki tentang kondisi di mana
mereka bertindak. Paling sederhana, hubungan antara preferensi dan kendala
dapat dilihat dalam istilah-istilah teknis yang murni dari hubungan dari sebuah
sarana untuk mencapai tujuan. Karena tidak mungkin bagi individu untuk
mencapai semua dari berbagai hal-hal yang mereka inginkan, mereka juga harus
membuat pilihan dalam kaitannya dengan tujuan mereka berdua dan sarana untuk
mencapai tujuan-tujuan ini. Teori pilihan rasional berpendapat bahwa individu
harus mengantisipasi hasil alternatif tindakan dan menghitung bahwa yang terbaik
untuk mereka. Rasional individu memilih alternatif yang akan memberi mereka
kepuasan terbesar.
Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor dimana aktor
dipandang sebagai menusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud
artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju pada upaya untuk mencapai
tujuan tersebut, aktor pun dipandang mempunyai pilihan atau nilai serta
keperluan. Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan
atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan
bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan
pilihan aktor.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
1 Pratama, Edwin Rizky. 2015. Mobilitas Sosial Pengusaha Industri Kecil Tempe
Di Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Surabaya: UIN Sunan
Ampel Surabaya Hal 33
4 Ibid
5 Marten. 2012. Hubungan Antara Penguasa Dengan Pengusaha Di Daerah
(Studi Kasus Bupati Terpilih Kabupaten Toraja Utara Tahun 2011). Makasar :
UNHAS Hal :22
Melihat teoritis di atas, sangat jelas inti atau akar dari pandangan teori
pilihan rasional yang menelaah perilaku aktor pada pendekatan pilihan rasional
dipusatkan pada individu bahwa pada dasarnya tujuan aktor adalah bagaimana
memaksimalkan pencapaian kepentinganya.
Inti dari teori pilihan rasional adalah bagaimana aktor memaksimalkan
pencapaian tujuan-tujuan kepentinganya. Sedangkan fokus utama teori pilihan
rasional dipusatkan pada aktor, seorang aktor dipandang sebagai manusia yang
mempunyai tujuan maupun maksud. Oleh karena aktor tersebut mempunyai
tujuan, maka tindakannya pun terpengaruh pada upaya pencapaian kepentingan
tersebut. Menurut James S. Coleman pilihan rasional adalah tindakan
perseorangan yang mengarah kepada suatu tujuan dan tindakan ditentukan oleh
nilai atau (preferensi) pilihan.
Menurut Friedman dan Hechter ada tiga kelebihan yang dimiliki oleh teori
pilihan rasional, yaitu; (1) memiliki kontribusi pada area pengukuran, (2) sebagai
pendekatan pertikaian dalam institusi sosial (seperti: dalam hukum, peraturanperaturan, norma, dan nilai-nilai budaya) dan (3) memberikan kemungkinan
tentang cara untuk menjawab pilihan tujuan individu. Adanya kesempatan untuk
pengukuran, yang dapat dilakukan oleh pilihan rasional adalah pada proses
pembuatan keputusan (decision making processes) individu dalam agregasi
(aggregation).
dipandang sebagai manusia yang memiliki tujuan. Oleh karena terdorong oleh
adanya beberapa kritik dan pertanyaan yang dialamatkan kepada sejumlah
kerangka teori pertukaran sosial, Coleman dan beberapa teoretisi pilihan rasional
lainnya berupaya membangun sebuah teori yang diperuntukkan sebagai jawaban
atas kritikan-kritikan tersebut. Berdasarkan kajian Linda Molm, setidaknya
terdapat dua hal yang menjadi sasaran kritik terhadap teori pertukaran (Homans)
yang menjadi dasar pengembangan teori pilihan rasional yang dilakukan oleh
Coleman dan kelompoknya. Pertama, terkait dengan adanya preposisi rasionalitas
apakah orang secara aktual menghitung adanya untung rugi dalam suatu cara yang
rasional, dan kedua, menyangkut beberapa prinsip behavioral berupa pemaksaan,
diskriminasi, stimulus dan satiasi.7
Aspek lainnya yang menciptakan keterkaitan teori pilihan rasional dengan
teori pertukaran sosial adalah terkait beberapa tema instrumentalnya. Hal ini
sebagaimana terlihat pada adanya teori operan (reinforcement) yang dalam
pandangan teori pertukaran sosial aktor diasumsikan selalu melihat ke belakang
karena orientasi perilakunya berlandaskan pada pengalaman yang dialaminya di
masa lalu, sedangkan berdasarkan perspektif teori pilihan rasional, aktornya selalu
berorientasi ke depan atau berlandaskan pada capaian tujuan atau kondisi yang
diinginkannya.
Di samping keterkaitannya dengan teori pertukaran sosial, teori pilihan
rasional juga berasal dari ilmu ekonomi dengan asumsi dasar bahwa masyarakat
bertindak secara rasional. Hal ini berasal dari pandangan ekonomi klasik yang
7 https://pahrudinhm.wordpress.com/tag/pilihan-rasional/ Dikutip Tanggal 30
Maret 2016 pukul 20:45
10
3)
4)
11
Aktor-aktor menaruh perhatian terutama pada konsekuensikonsekuensi yang ditimbulkan oleh tindakan-tindakannya sendiri
terhadap dirinya sendiri;
6)
12
13
telah mereka lakukan sehingga mendapatkan hukuman yang berat dari pengadilan
atau Pembelotan Universal (universal defection);
4.
14
karena ketidaan kepercayaan di antara kedua tahanan tersebut. Jika para tersangka
dapat saling mempercayai dan sama-sama diam, maka mereka akan lolos dari
dakwaan dan mendapatkan hukuman yang ringan. Salah satu indikator dari dilema
semacam ini adalah potensi hipokrisi, dimana kapan pun individu melakukan
sesuatu yang mereka pikir orang lain tidak melakukannya, maka di sanalah
memungkinkan terjadinya dilema tahanan.
Dilema Kedua yang muncul adalah Permainan Pengecut atau dikenal juga
dengan istilah Chicken Game yang berkaitan dengan persaingan memperebutkan
sumberdaya yang langka. Dilema ini muncul dari permainan untuk menguji
keberanian mengemudikan mobil secara berhadap-hadapan. Dalam permainan ini
setiap pemain memilih di antara dua strategi: chicken (berbelok untuk
menghindari tabrakan) atau daredevil (tidak berbelok) yang berarti kemungkinan
terjadinnya tabrakan. Dalam permainan ini terdapat tawar menawar yang
menjelaskan bagaimana aktor menilai kekuatan posisi strategisnya untuk
memutuskan berapa banyak konsesi yang memungkinkan terjadinya kesepakan,
serta sumber-sumber konflik apabila tidak tercapai kesepakatan.
Sedangkan Dilema Ketiga adalah Permainan Jaminan (Assurance Game)
yang muncul ketika diperlukan koordinasi untuk usaha gabungan. Dalam
permainan ini setiap pemain termotivasi untuk bekerjasama dengan jaminan
bahwa orang lain akan melakukan tindakan yang sama.
Di samping ketiga dilema tersebut di atas, para aktor yang terlibat dalam
suatu hubungan sosial dalam perspektif teori pilihan rasional juga memunculkan
aktor-aktor yang mengejar kepentingan pribadi yang mungkin saja berbeda
15
dengan tujuan kolektif mereka. Fenomena semacam ini disebut Coleman sebagai
free-rider atau penunggang/pembonceng bebas yang memanfaatkan sarana atau
fasilitas kolektif untuk kepentingan pribadi yang bukan tidak mungkin berbeda
dengan tujuan bersama.
Sebagai upaya mencapai tujuan kolektif, para pembonceng bebas ini harus
diatasi, atau paling tidak diminimalisasi, dengan cara paling awal adalah
rekruitmen anggota kelompok secara selektif dan berikutnya melalui insentif yang
menarik bagi mereka yang taat aturan serta dapat pula dengan jalan pemaksaan.
Hal ini karena jika terlalu banyak kelompok semacam ini maka kebaikan kolektif
tidak akan tersedia sama sekali. Beberapa kajian mengenai masalah ini
mengungkapkan bahwa bahkan jika semua anggota satu kelompok sama-sama
berminat terhadap kebaikan tersebut, hal itu bukan berarti mereka akan selalu
mengorganisasikan diri untuk mengejarnya. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa tindakan kolektif akan menjadi kenyataan jika problem pembonceng bebas
dapat diatasi.
Sebagai upaya mengatasi kondisi-kondisi di atas, maka diperlukan
kelembagaan. Adapun bentuk-bentuk lembaga atau institusi tersebut adalah
Norma, Pasar, Hierarki, Pemilihan. Pertama, Norma, menurut Coleman, muncul
karena karena inisiatif individu-individu tertentu yang melihat adanya keuntungan
yang akan diperoleh akibat ditaatinya suatu aturan dan dampak negatif kalau
aturan yang ada tidak diindahkan oleh mereka yang berinteraksi di dalamnya.
Dengan kata lain, orang ingin melepaskan pengendalian terhadap perilaku mereka,
tetapi dalam prosesnya, mereka memperoleh pengendalian melalui norma
16
terhadap perilaku orang lain. Dalam ungkapan lain dapat dikatakan bahwa orang
akan memaksimalkan keuntungan yang mereka peroleh dengan menyerahkan
sebagian hak kontrol atas orang lain dan mendapatkan kontrol parsial atas orang
lain sehingga memunculkan keseimbangan.
Sebuah norma yang berkaitan dengan tindakan tertentu akan mengemuka
di saat hak yang ditetapkan secara sosial untuk mengontrol tindakan tersebut
dipegang bukan oleh pelakunya, melainkan oleh pelaku-pelaku lainnya. Hal ini
sejalan dengan konsensus dalam sistem sosial yang menyatakan bahwa untuk
mengontrol tindakan dipegang oleh pelaku-pelaku lain. Norma yang sudah
dibentuk secara bersama-sama harus ditaati oleh masing-masing individu,
meskipun tidak jarang bertentangan atau berbeda dengan kepentingan para pelaku
yang ada di dalamnya. Bagi individu yang selalu mengindahkan norma yang
sudah terbentuk tentu akan mendapatkan insentif, sedangkan bagi yang melanggar
akan mendapatkan sanksi.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat dikatakan bahwa teori pilihan
rasional yang diketengahkan Coleman sangat bernuansa relasi mikro-makromikro. Hal ini mengemuka pada hubungan antara tindakan individual berupa
pengalihan wewenang kepada orang lain yang menghadirkan tindakan kolektif
dan kemudian memunculkan norma yang pada akhirnya akan kembali kepada
individu lagi. Fenomena ini sebagaimana terlihat dalam gambar berikut ini.
Kedua, Pasar didasarkan pada kumpulan pertukaran di antara para pelaku
tunggal (seperti pasar tani), campuran (seperti pembelian korporasi), dan korporat
(seperti pasar modal). Dengan demikian pasar tidak hanya dipahami sebagai arena
17
18
8 Ibid