Anda di halaman 1dari 48

 

  Usulan Teknis

PT. GAHAARU SEMPAANA


   

E
PEND
DEKAT
TAN,
METO
ODOLO
OGI DA
AN
PROG
GRAM KERJA
A
Pada bagian ini me enguraikan tentaang pendekatann
tekniss dan metodoloogi yang akan akan digunakan n
untuk mencapai tujua an dan sasaran. Selain itu juga
a
mengura aikan tentang p program kerja terkait dengan n
pekerjaan yang akan dila aksanakan yangg disusun secara
a
sistematiss dan terarah guna
g mencapai tujuan dan sassaran. Serta jug ga akan mengurraikan tentang organisasi serta
a
personil yang
y akan terliba
at dalam pelaksa
anaan pekerjaan ga pendukung. 
n baik tenaga intti maupun tenag
 
 

E.1
1 PENDE
EKATAN TEKNIS
S DAN METODOL
M LOGI
Kegiatan merup
pakan suatu rangkaian kegiatan
k yang dibatasi oleh param
meter waktu,

perssonil, perala
atan dan bia
aya untuk mencapai
m tujuan, dan sasaran terte
entu. Untuk
k

itu sebelum melaksanaka


m an rangkaian kegiata
an tersebut perlu direncanakan
n

ematika ke
siste egiatannya sehingga
s tu
ujuan dan sasaran ke
egiatan dapat tercapai

deng
gan keterba
atasan sumb
ber daya yan
ng disyaratk
kan.

Mettodologi pe
enanganan pekerjaan merupaka
an acuan yang berisi tahapan
n

pela
aksanaan pe
ekerjaan ya
ang akan d
dilaksanakan
n secara sistematis, agar
a tujuan
n

peke
erjaan dapa
at dicapai sesuai
s denga
an syarat teknis,
t terttib administtrasi, sesuai

jadw
wal dan hem
mat sumberr daya. Acu
uan pokok untuk
u menyusun suatu Metodologi

Pena
anganan Pek
kerjaan ada
alah Kerangk
ka Acuan Tu
ugas (TOR) yang mana didalamnya
a

men
ncakup ruang lingkup tugas serta sasaran pe
ekerjaan se
erta sumberr daya yang
g

haru
us disediakan oleh kon
nsultan, dissamping jug
ga dipaduka
an dengan pengalaman-
p -

peng
galaman serrta referenssi konsultan
n didalam me
enangani pek
kerjaan yan
ng sejenis.

 
Studdi Evaluasi Prassarana dan Sarrana Drainase di Badung dan
n Denpasar E‐1
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   

1. Lingkup Kegiatan

Lingkup Kegiatan secara garis besar terdiri dari beberapa kegiatan, meliputi :

a) Pengumpulan Data dan Observasi Lapangan

Pengumpulan semua data hasil pekerjaan yang pernah dilakukan terkait dengan

studi yang dilaksanakan, meliputi. data hidrologi, data disain, data social ekonomi

dan lingkungan, serta pengumpulan peta dasar.

Observasi lapangan merupakan pengumpulan semua informasi yang berkenaan

dengan kondisi lapangan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan semua

permasalahan yang ada di daerah studi yang ada relevansi dengan pembuangan air

hujan. Kegiatan ini juga untuk mengatur kegiatan lapangan, pengerahan personil

dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan dan juga untuk menentukan base camp agar

memudahkan personil dalam pelaksanaan kegiatan lapangan.

b) Inventarisasi dan Identifikasi Lokasi Titik Rawan Banjir

Inventarisasi dan identifikasi titik rawan banjir ini merupakan suatu analisa yang

berkaitan dengn kapasitas penampang saluran eksisting, pemanfaatan / fungsi

saluran saat ini, dan fungsi bangunan pelengkap, daerah-daerah yang memerlukan

penanganan banjir dapat diketahui. Kegiatan Inventarisasi dan identifikasi meliputi

pendataan saluran drainase, pola aliran dan sistem jaringan eksisting baik saluran

drainase maupun saluran irigasi yang dalam perkembangannya mengalami perubahan

fungsi.

c) Penyusunan Konsep Dasar Sistem Pembuangan Air Hujan

Perencanaan harus menghasilkan pola dasar sistem pembuangan air hujan ini

harus dilakukan secara menyeluruh yang dituangkan dalam peta dasar 1 : 25.000

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐2
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
atau peta yang lebih besar, dalam pola dasar ini harus terlihat sistem-sistem

pembuangan dan subsistem-subsistemnya dan merupakan satu kesatuan yang

terpadu.

Penyusunan pola dasar sistem pembuangan air hujan pada sistem ini harus terlihat

beberapa hal sebagai berikut :

o Saluran pembuangan utama / pembuangan induk yang berupa sungai yang telah

ada.

o Saluran sekunder baik yang sudah ada maupun saluran sekunder yang

direncanakan.

o Batas-batas daerah pelayanan pada setiap sistem pembuangan dan subsistem-

subsistem.

o Bangunan-bangunan yang penting pada saluran baik yang telah ada maupunyang

direncanakan.

Perkiraan dimensi saluran pembuangan utama dan saluran sekunder sesuai debit

banjir rencana dan diplot pada gambar, sehingga sudah dapat diperkirakan bagian-

bagian yang memerlukan pelebaran saluran dan daerah-daerah yang harus

diamankan.

2. Kriteria Perencanaan

Kriteria perencanaan teknis yang akan digunakan dalam pelaksanaan studi ini

menyangkut hal-hal sebagai berikut :

a) Perencanaan Teknis

o Setiap sistem drainase didasarkan atas daerah aliran (watershed) yang

tercakup dalam sistem drainase.

o Frekuensi banjir untuk pembuangan utama adalah sekali dalam 25 tahun (Q 25 )

atau dengan probabilitas kejadian 4 % setiap tahun.

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐3
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
o Frekuensi banjir saluran untuk pembuang sekunder adalah sekali dalam 5 tahun

(Q 5 ) atau dengan probabilitas kejadian 20 % setiap tahun.

o Bentuk penampung saluran untuk pembuang utama adalah trapesium sedangkan

untuk pembuang sekunder adalah trapesium atau empat persegi.

o Intensitas hujan ditentukan atas dasar Grafik Intensity Duration Frequency

dari dari Prof. Sherman dengan bantuan “ Average Intensity “ dari Mononobe.

b) Pengumpulan Data

Pengumpulan semua data hasil pekerjaan yang pernah dilakukan terkait dengan

studi yang dilaksanakan, antara lain :

o Urban Dranage Cource, Australian Advisory Team, Directorate General Human

Settlement, Ministry of Public Works, Jakarta.

o Perencanaan Drainase di Kota Madya Denpasar (Perencanaan Master Plan),

Dinas Pekerjaan Umum, Pemerintah Daerah Tk I Bali.

o Rencana Pengembangan Daerah yang telah ada dan disusun oleh Pemerintah

Daerah (RUTR Daerah).

o MasterPlan Prasarana Perkotaan & Utilitas Umum di Kawasan Samigita,

BAPPEDA BADUNG 2004.

c) Inventarisasi sistem drainase eksisting

Inventarisasi dilakukan melalui pembuatan suatu peta yang menggambarkan dengan

jelas seluruh jaringan drainase kota disertai arah aliran yang jelas. Selain untuk

perencanaan, inventarisasi sistem drainase yang ada ini juga diperlukan untuk

operasi dan pemeliharan drainase.

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐4
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Karena setiap tahun terjadi perubahan saluran drainase baik itu berupa

peningkatan maupun penurunan maka perlu diadakan updating setiap tahun ke

dalam database. Untuk itu setiap node saluran harus diberi penomoran pada peta.

Disamping itu juga diperlukan pengumpulan data tentang peralatan mekanik dan

elektrik, seperti pompa air untuk banjir, selain gambar konstruksinya juga

diperlukan data lengkap tentang pompa tersebut, antara lain kapasitas, daya listrik

yang dibutuhkan, efisiensi dan sebagainya.

d) Topografi

Disamping diperoleh peta kota yang lengkap, yang memuat jalan-jalan dalam kota,

permukiman, sungai dan prasarana kota lainnya, maka diperlukan pula data

topografi yang mencakup :

o Level ikat topografi; yaitu elevasi dasar untuk seluruh kota dalam hubungan

dengan perencanaan drainase yang harus diikatkan dengan muka air laut pasang

tinggi

o Garis kontur kota, dilakukan melalui penyesuai titik ikat elevasi, hal ini akan

sangat berguna karena sistem drainase sangat berkaitan dengan gravitasi bumi.

o Elevasi saluran yang ada, yang merupakan data yang relevan untuk mengadakan

evaluasi terhadap sistem drainase yang ada saat ini.

e) Hidrologi

Data hidrologi yang paling penting untuk dikumpulkan adalah data curah hujan.

Data curah hujan sendiri terdiri dari curah hujan harian, bulanan, tahunan dan

data curah hujan periode pendek, misalnya 5, 10, 30, 60 menit. Data curah hujan

pendek ini diperlukan untuk perencanaan drainase perkotaan, sedangkan data

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐5
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
curah hujan harian dan bulanan kurang ideal apabila digunakan sebagai data dasar

dalam perencanaan.

Data hidrologi yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah :

o Peta tata guna lahan

o Peta Rupa Bumi Skala 1 : 25.000 yang dikeluarkan oleh BAKORSURTANAL.

o Peta Daerah Aliran sungai

o Peta daerah genangan dari pengukuran terdahulu

o Data Klimatologi yang mewakili daerah studi

o Data hujan dari stasiun hujan yang berapa di sekitar lokasi pekerjaan

o Data debit sungai dan data sedimen sungai

o Data daerah layanan

f) Keadaan fisik alami

Hal ini diperlukan untuk pemilihan teknologi drainase yang sangat bergantung

dengan jenis/tipe tanah dan topografi. Keadaan fisik juga menunjukkan kepadatan

bangunan yang ada. Besarnya angka permeabilitas atau angka pengaliran

ditentukan oleh kepadatan bangunan. Rencana sistem drainase harus menggunakan

rencana kepadatan bangunan yang final sebagai dasar perencanaan, karena ini

berkaitan dengan angka pengaliran dari suatu daerah.

g) Prasarana lain yang terkait

Mengingat jaringan drainase merupakan bagian dari sarana dan prasarana dasar

kota, maka perencanaan drainase harus terpadu dengan pembangunan prasarana

lainnya, terutama jalan, jaringan air bersih, listrik, dan lain-lain.

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐6
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
h) Data banjir sungai besar

Kebanyakan sistem drainase perkotaan mengalir memasuki sungai besar, karena itu

data tinggi muka air banjir sungai besar sangat penting dalam pengumpulan data

hidrologi.

i) Data pasang air laut

Data ini relevan untuk kota yang berbatasan langsung dengan laut, hal akan sangat

menentukan dalam penyusunan rencana saluran drainase mengingat laut merupakan

badan penerima air utama.

Tabel. 1

Kebutuhan Data Institusi Yang Terkait Dalam

Perencanaan Prasarana Drainase

No Data Karakteristik Data Sumber Data


1 Kependudukan Jumlah penduduk BPS
Pertambahan penduduk
Kepadatan penduduk
Struktur penduduk
2 Pola penggunaan lahan Kawasan terbangun • Dinas Pertanahan
Kawasan non-terbangun • Dinas Tata Kota
Kawsan konservasi resapan dan Permukiman
3 Daerah aliran sungai Luas daerah tangkapan • Dinas Pertanahan
Besar aliran permukaan • DPU Kota
4 Morfologi Kawasan Datar Dinas Pertanahan
Agak datar
Agak bergelombang
Bergelombang
5 Sifat fisik tanah dan batuan Tekstur tanah Geologi
Porositas tanah
6 Pola aliran permukaan Arah aliran permukaan • DPU Kota
Sifat aliran (permanen/non • Ditjen Pengairan
permanen)
7 Limpasan permukaan Intensitas hujan • Badan

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐7
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
No Data Karakteristik Data Sumber Data
Sebaran hujan Meteorologi dan
Jenis/luas penggunaan lahan Geofisika
• Dinas Pertanahan
8 Tinggi curah hujan Tinggi Badan Meteorologi
Sedang dan Geofisika
Rendah
9 Sumber genangan Hujan setempat • Survai primer
Banjir kiriman • DPU Kota
10 Lama genangan Sesaat • Survai primer
Musiman • DPU Kota
Tetap
11 Tinggi genangan Luas genangan • Survai primer
Tinggi genangan • DPU Kota
Lama genangan
12 Wilayah genangan Perumahan • Survai primer
Pusat perdagangan dan jasa • DPU Kota
Pusat pemerintahan
Daerah pertanian, lahan terbuka,
kebun, dan lain-lain
13 Tingkat resiko Kegiatan terganggu • Survai primer
Fasilitas rusak • DPU Kota
Kesehatan masyarakat terganggu
14 Inventaris jaringan drainase Primer • Dinas Pertanahan
Sekunder • DPU Kota
Tersier
15 Bentuk jaringan drainase Terbuka • Dinas Pertanahan
Tertutup • DPU Kota
16 Kondisi saluran drainase Baik • Dinas Pertanahan
Sedang • DPU Kota
Rusak
17 Jenis air tertampung Terpisah • Dinas Pertanahan
Tercampur • DPU Kota

3. Tahapan Perencanaan

¾ Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan untuk mengetahui dengan jelas medan/lokasi pekerjaan

serta sekaligus untuk dapat mengetahui system pembuangan air (drainase)

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐8
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
baik utama maupun sekunder. Kegiatan ini juga untuk mengetahui titik-titik

lokasi banjir dan pada lokasi mana yang harus mendapat penangan yang

mendesak terkait dengan rencana indikasi program.

¾ Inventarisasi dan Identifikasi Lokasi Titik Rawan Banjir

Kegiatan Inventarisasi dan identifikasi meliputi pendataan saluran

drainase, pola aliran dan sistem jaringan eksisting baik saluran drainase

maupun saluran irigasi yang dalam perkembangannya mengalami perubahan

fungsi.

4. Proses Perencanaan

Perencanaan drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase

perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep pembangunan

yang berwawasan lingkungan. Konsep ini antara lain berkaitan dengan usaha

konservasi sumber daya air yang pada prinsipnya adalah mengendalikan air

hujan supaya lebih banyak meresap kedalam tanah dan tidak banyak terbuang

sebagai aliran permukaan, antara lain dengan membuat: bangunan resapan

buatan, kolam tandon, penataan lansekap dan sengkedan.

Drainase perkotaan di kota-raya dan kota-besar perlu direncanakan secara

menyeluruh melalui tahapan induk. Drainase perkotaan di kota sedang dan

kota kecil dapat direncanakan melalui tahapan rencana kerangka sebagai

pengganti rencana induk. Drainase perkotaan di kota sedang yang mempunyai

pertumbuhan fisik dan pertambahan penduduk yang cepat serta drainase

perkotaan yang mempunyai permasalahan rumit karena keadaan alam setempat,

perlu perencanaan yang menyeluruh melalui tahapan rencana induk.

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐9
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Drainase perkotaan harus direncanakan dengan berbagai alternatif dan

pemilihan alternatif terbaik yang dilaksanakan melalui proses pengkajian

dengan memperhatikan aspek teknik, sosial ekoniomi, finansial dan keuangan.

5. Penetapan debit rencana

Tahapan analisis yang dilakukan dalam penentuan debit anjir rencana adalah

sebagai berikut :

A. Analisis Hidrologi

Analisis hidrologi diawali dengan menganalisis hujan dan debit rencana yang

digunakan sebagai Qdisain bangunan air. Dari data curah hujan harian

maksimum tahunan dan data karakteristik DAS (luas dan panjang sungai)

dianalisis menjadi hujan rancangan dan unit hidrograf (menggunakan

Nakayasu) menjadi debit rancangan.

B. Uji Konsistensi Data Hujan

Sebelum data hujan digunakan terlebih dahulu harus lewat pengujian untuk

konsistensi data tersebut, karena hal ini dapat mempengaruhi ketelitian

hasil analisa.

Analisis konsistensi data hujan menggunakan metode kurva massa ganda

(Double Mass Curve).Cara ini merupakan cara sederhana untuk mengetahui

penyimpangan data. Metode ini menggambarkan besaran hujan secara

kumulatif stasiun yang diuji dengan besaran kumulatif rata-rata stasiun

referensi disekitarnya. Ketidakkonsitenan data ditunjukkan oleh

penyimpangan garis terhadap garis lurusnya.

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐10
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Lengkung massa ganda menggambarkan kurva kumulatif hujan tahunan

stasiun yang ditinjau dengan pengujian dilakukan dari tahun data terbesar

sampai dengan data tahun terkecil. Persamaan yang dipakai adalah:

i =1
Xt = ∑ R ⋅ At
n=t
i −1
Yt = ∑ Ri
n=t

DMCt = (Xt, Yt)

dengan:
Xt = Kumulatif hujan stasiun A pada tahun ke t

Yt = Kumulatif hujan stasiun referensi pada tahun ke t

Ri = Rata-rata curah hujan tahunan stasiun referensi pada tahun ke t

R.At = Rurah hujan tahunan di stasiun A

DMCt = Titik koordinat kurve lengkung massa ganda tahun ke t

Metode ini masih sering menimbulkan keraguan karena adanya kemungkinan

tidak konsistennya data stasiun-stasiun referensi. Metode pembanding

digunakan untuk menguji ketidaksesuaian data suatu stasiun dengan data

dari stasiun itu sendiri, dengan melihat pergeseran nilai rata-rata (mean).

C. Analisa Hujan Rerata Daerah

Data yang tercatat pada stasiun pencatat hujan adalah merupakan hujan

titik (point rainfall). Dalam analisa selanjutnya yang perlu diketahui adalah

besarnya hujan rerata daerah. Dalam studi ini metode yang digunakan dalam

menghitung hujan rerata daerah dengan metode rata-rata aljabar

(arithmetic mean). Cara ini memberikan hasil yang dapat dipercaya, dengan

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐11
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
syarat stasiun terbagi merata di areal tersebut dan hasil pengukuran

masing-masing stasiun hujan tidak menyimpang jauh dari harga rata-rata

seluruh stasiun hujan.

Persamaannya :

d1 + d 2 + d 3 + ... + d n n
d
d= =∑ i
n 1 n

dengan :

d = tinggi curah hujan rata-rata areal

d1,d2,d3,... dn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1,2,3,...,n

n = banyaknya pos penakar

D. Perhitungan Hujan Dan Debit Rancangan

Secara teori untuk memperoleh suatu besaran hidrologi yang direncanakan

diantaranya debit rencan/banjir untuk disain bangunan air dan hujan

rencana untuk menghitung debit rencana dengan metode hidrograf satuan

sintetik Nakayasu. Salah satu metode untuk memperolehnya dapat

dilakukan dengan Analisis Frekuensi. Di dalam analisis frekuensi ada

beberapa distribusi yang berlaku sesuai dengan syarat parameter statistik

setiap jenis distribusinya.

Ada tiga metode perhitungan rancangan debit banjir seperti pada Gambar

1.

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐12
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   

Data Curah Hujan


Data DAS
(Stasiun)

Analisis frekuensi
Cari Fungsi
Parameter DAS (Qp,
Tb, Tp) dengan :
Nakayasu
Curah Hujan
Rencana

Unit hidrogaf
Hujan Jam-jam : satuan
Mononoboe

Banjir Rancangan

Gambar 1 Debit Banjir dengan Metode Nakayasu

E. Pemilihan Distribusi Frekuensi

Untuk memperkirakan besarnya debit rencana dan curah hujan rancangan

dengan kala ulang tertentu, terlebih dahulu data-data hujan disesuaikan

dengan sebaran distribusi. Persamaan-persamaan yang yang dipakai dalam

penentuan distribusi frekuensi tersebut adalah :

( X − X )2
Sd = : Standar deviasi
n −1

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐13
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Sd
Cv = : Koefisien keragaman
X

( )
n
n×∑ X − X
3

Cs = i =1
: Koefisien kepencengan
(n − 1) × (n − 2) × Sd 3

( )
n
n 2 × ∑ Xi − X
4

Ck = i =1
: Koefisien kurtosis
(n − 1) × (n − 2) × (n − 3) × Sd 4

Syarat pemilihan distribusi frekuensi disajikan di Tabel.2.

Tabel.2 Syarat Pemilihan Distribusi

No Distribusi Syarat Keterangan

1 Normal Cs ≈ 0 Jika analisis ekstrim tidak ada


yang memenuhi syarat tersebut,
2 Log Normal Cs/Cv ≈ 3 maka digunakan sebaran Log
Pearson Type III
3 Gumbel Type I Cs ≈ 1.1396
Ck ≈ 5.4002

Sumber : Sri Harto, 1993

F. Metode E.J Gumbel Type I

Gumbel menggunakan teori harga ekstrim untuk menunjukkan bahwa dalam

deret harga-harga ekstrim X1, X2, X3,…Xn, dimana sampel-samplenya sama

besar dan X merupakan variabel berdistribusi eksponensial, maka

probabilitas komulatifnya P dengan sembarang harga diantara n buah harga

Xn akan lebih kecil dari harga X tertentu dengan kala ulang Tr, mendekati
− a ( X −b ) )
P( X ) = e −e

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐14
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Kala ulang adalah merupakan harga rata-rata banyaknya tahun dimana suatu

variate dilampaui atau disamai oleh suatu harga sebanyak satu kali. Kala

ulang dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

1
Tr ( X ) =
1 − P( X )

Persamaan untuk Reduced Variate YT adalah:

⎛ Tr ( X ) − 1 ⎞
YT = − ln⎜⎜ − ln ⎟
⎝ Tr ( X ) ⎟⎠

Secara umum frekuensi analisis dapat dinyatakan dengan persamaan:

X T = X + Sd .K

dengan :

XT : besaran dengan kala ulang tertentu

X : besaran rata-rata

Sd : standar deviasi

K : faktor frekuensi dari Gumbel

Sx
Xt = X + (Yt − Yn )
Sn
1 Sx
=
a Sn
⎛ Sx ⎞
b = x − ⎜ ⎟ ⋅ Yn
⎝ Sn ⎠

Persamaan diatas menjadi :

⎛1⎞
X T = b + ⎜ ⎟ ⋅ Yt
⎝a⎠
YT = Reduced variate sebagai fungsi periode ulang T

= - Ln (-Ln (T - 1) / T) tabel 3.

Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐15
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Sn = Reduced Standard deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n

Table.3 Reduced Variate Sebagai Fungsi Waktu Balik

YT = -ln [-ln{(Tr-1)/Tr}]

Reduced Reduced
Tr (tahun) Tr (tahun)
Variate Variate
2 0,36651 100 4,6001
5 1,4999 200 5,2958
10 2,2504 500 6,2136
50 3,90194 1000 6,9072

Tabel.4 Hubungan Reduced Mean Sn Dengan Besarnya Sample n

n Sn n Sn n Sn n Sn
10 0.9496 33 1.1226 56 1.1696 79 1.1930
11 0.9676 34 1.1255 57 1.1708 80 1.1938
12 0.9833 35 1.1285 58 1.1721 81 1.1945
13 0.9971 36 1.1313 59 1.1734 82 1.1953
14 1.0095 37 1.1339 60 1.1747 83 1.1959
15 1.0206 38 1.1363 61 1.1759 84 1.1967
16 1.0316 39 1.1388 62 1.1770 85 1.1973
17 1.0411 40 1.1413 63 1.1782 86 1.1980
18 1.0493 41 1.1436 64 1.1793 87 1.1978
19 1.0565 42 1.1458 65 1.1803 88 1.1994
20 1.0628 43 1.1480 66 1.1814 89 1.2001
21 1.0696 44 1.1499 67 1.1824 90 1.2007
22 1.0754 45 1.1519 68 1.1834 91 1.2013
23 1.0811 46 1.1538 69 1.1844 92 1.2020
24 1.0864 47 1.1557 70 1.1854 93 1.2026
25 1.0915 48 1.1574 71 1.1863 94 1.2032
26 1.0961 49 1.1590 72 1.1873 95 1.2038
27 1.1044 50 1.1607 73 1.1881 96 1.2044
28 1.1047 51 1.1623 74 1.1890 97 1.2049
29 1.1086 52 1.1638 75 1.1898 98 1.2055
30 1.1124 53 1.1658 76 1.1906 99 1.2060
31 1.1159 54 1.1667 77 1.1915 100 1.2065
32 1.1193 55 1.1681 78 1.1923
Sumber:J. Nemec / Engineering Hydrology

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐16
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
G. Metode Log Pearson Type III

Metode dalam distribusi Log Pearon Type III dengan mengkonversikan

rangkaian datanya menjadi bentuk logaritmis.

Nilai rerata:

n
logX
LogX = ∑
i=n n

Atau dengan cara :

∑ (logx ) − (∑ logx )
2 2
n
σ log x = n −1

n 2 ∑ (logx ) − 3n ∑ (logx ) + 2(∑ logx )


3 2 3

n (n − 1)(n − 2)(σlogx )
3
Cs =

Standard Deviasi:

( ) ⎤⎥
1
⎡ n log X − log X 2 2

⎢∑
⎢ i =1 n −1 ⎥⎦
σ log x = ⎣

Koefisien asimetri :

( )
n
n ∑ logX − log X
3

i =1

( )( )(
Cs = n − 1 n − 2 σlogx
) 3

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐17
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Nilai X bagi setiap tingkat probabilitas dihitung dari persamaan:

Log Xt = log x + k σ log x

Faktor frekuensi K, diperoleh dari tabel untuk setiap Cs positif atau

negatif seperti pada Tabel.5 dan Tabel.6

Tabel .5 Faktor frekuensi K Untuk Distribusi Log Pearson Type III

Koefisien Asimentri Cs Positif

Return Periode in Year

Skew 2 5 10 25 50 100 200 1000


coeffisient Exceedence probability
Cs or Cw 0,50 0,20 0,10 0,04 0,02 0,01 0,005 0,001

3,0 -0,396 0,420 1,180 2,278 3,152 4,051 4,970 7,150


2,9 -0,390 0,440 1,195 2,277 3,134 4,013 4,909 7,030
2,8 -0,384 0,460 1,210 2,275 3,114 3,973 4,847 6,920
2,7 -0,376 0,479 1,224 2,272 3,093 3,932 4,783 6,790
2,6 -0,368 0,499 1,238 2,267 3,071 3,889 4,718 6,670
2,5 -0,360 0,518 1,250 2,262 3,048 3,845 4,652 6,550
2,4 -0,351 0,537 1,262 2,256 3,023 3,800 4,584 6,420
2,3 -0,341 0,555 1,274 2,248 2,997 3,753 4,515 6,300
2,2 -0,330 0,574 1,284 2,240 2,970 3,705 4,444 6,170
2,1 -0,319 0,592 1,294 2,230 2,942 3,656 4,372 6,040
2,0 -0,307 0,609 1,302 2,219 2,912 3,605 4,298 5,910
1,9 -0,294 0,627 1,310 2,207 2,881 3,553 4,223 5,780
1,8 -0,282 0,643 1,318 2,193 2,484 3,499 4,147 5,640
1,7 -0,268 0,660 1,324 2,179 2,815 3,444 4,069 5,510
1,6 -0,254 0,675 1,329 2,163 2,780 3,388 3,990 5,370
1,5 -0,240 0,690 1,333 2,146 2,743 3,330 3,910 5,230
1,4 -0,225 0,705 1,337 2,128 2,706 3,271 3,828 5,100
1,3 -0,210 0,719 1,339 2,108 2,666 3,211 3,745 4,960
1,2 -0,195 0,732 1,340 2,087 2,626 3,149 3,661 4,810
1,1 -0,180 0,745 1,341 2,066 2,585 3,087 3,575 4,670
1,0 -0,164 0,758 1,340 2,034 2,542 3,022 3,489 4,530
0,9 -0,148 0,769 1,339 2,018 2,498 2,957 3,401 4,390

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐18
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Return Periode in Year

Skew 2 5 10 25 50 100 200 1000


coeffisient Exceedence probability
Cs or Cw 0,50 0,20 0,10 0,04 0,02 0,01 0,005 0,001
0,8 -0,132 0,780 1,336 1,993 2,453 2,891 3,312 4,240
0,7 -0,116 0,790 1,333 1,967 2,407 2,824 3,223 4,100
0,6 -0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755 3,123 3,960
0,5 -0,083 0,808 1,323 1,910 2,311 2,686 3,041 3,810
0,4 -0,066 0,816 1,317 1,800 2,261 2,615 2,949 3,670
0,3 -0,050 0,824 1,309 1,849 2,211 2,544 2,856 3,520
0,2 -0,033 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472 2,763 3,380
0,1 -0,017 0,836 1,292 1,785 2,107 2,400 2,670 3,230
0 -0,000 0,842 1,282 1,751 2,054 2,326 2,576 3,090
Sumber: Chow, Applied Hydrology:392

Tabel.6 Faktor Frekuensi K Untuk Distribusi Log Pearson Type III

Koefisien Asimentri Cs Negatif

Return Periode in Year

Skew 2 5 10 25 50 100 200 1000


coeffisient Exceedence probability
Cs or Cw 0,50 0,20 0,10 0,04 0,02 0,01 0,005 0,001

0,0 0,000 0,842 1,282 1,751 2,054 2,326 2,576 3,090


-0,1 0,017 0,846 1,270 1,716 2,000 2,252 2,482 2,950
-0,2 0,033 0,850 1,258 1,680 1,945 2,178 2,388 2,810
-0,3 0,050 0,853 1,245 1,643 1,890 2,104 2,294 2,670
-0,4 0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029 2,201 2,530
-0,5 0,083 0,856 1,216 1,567 1,777 1,955 2,108 2,400
-0,6 0,099 0,857 1,200 1,528 1,720 1,880 2,016 2,270
-0,7 0,116 0,857 1,183 1,488 1,663 1,806 1,926 2,140
-0,8 0,132 0,856 1,166 1,448 1,606 1,733 1,837 2,020
-0,9 0,148 0,854 1,147 1,407 1,549 1,660 1,749 1,900
-1,0 0,164 0,852 1,128 1,366 1,492 1,588 1,664 1,790
-1,1 0,180 0,848 1,107 1,324 1,435 1,518 1,581 1,168
-1,2 0,195 0,844 1,086 1,282 1,379 1,449 1,501 1,580
-1,3 0,210 0,838 1,064 1,240 1,324 1,383 1,424 1,480
-1,4 0,225 0,832 1,041 1,198 1,270 1,318 1,351 1,390
-1,5 0,240 0,825 1,018 1,157 1,217 1,256 1,282 1,310

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐19
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Return Periode in Year

Skew 2 5 10 25 50 100 200 1000


coeffisient Exceedence probability
Cs or Cw 0,50 0,20 0,10 0,04 0,02 0,01 0,005 0,001
-1,6 0,254 0,817 0,994 1,116 1,166 1,197 1,216 1,240
-1,7 0,268 0,808 0,970 1,075 1,116 1,140 1,155 1,170
-1,8 0,282 0,799 0,945 1,035 1,069 1,087 1,097 1,110
-1,9 0,294 0,788 0,920 0,996 1,023 1,037 1,044 1,050
-2,0 0,307 0,777 0,895 0,959 0,980 0,990 0,995 1,000
-2,1 0,319 0,765 0,869 0,923 0,939 0,946 0,949 0,950
-2,2 0,330 0,752 0,844 0,880 0,900 0,905 0,907 0,910
-2,3 0,341 0,739 0,819 0,855 0,864 0,867 0,869 0,870
-2,4 0,351 0,725 0,795 0,823 0,830 0,832 0,833 0,833
-2,5 0,360 0,711 0,771 0,793 0,798 0,799 0,800 0,800
-2,6 0,368 0,696 0,747 0,764 0,768 0,769 0,769 0,770
-2,7 0,376 0,681 0,724 0,738 0,740 0,740 0,741 0,740
-2,8 0,384 0,666 0,702 0,712 0,714 0,714 0,714 0,714
-2,9 0,390 0,651 0,681 0,683 0,639 0,690 0,90 0,690
-3,0 0,396 0,636 0,666 0,666 0,666 0,670 0,670 0,670
Sumber: Chow, Applied Hydrology:392

H. Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi

¾ Metode Smirnov Kolmogorov

Pemeriksaan uji ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu kebenaran

hipotesa distribusi frekuensi. Dengan pemeriksaan uji ini akan diketahui

beberapa hal :

ƒ Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang

diharapkan atau yang diperoleh secara teoritis.

ƒ Kebenaran hipotesa (diterima / ditolak).

Hipotesa suatu rancangan awal adalah merupakan perumusan sementara

mengenai sesuatu hal yang dibuat dan untuk menjelaskan hal itu diperlukan

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐20
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
adanya penyelidikan. Untuk mengadakan pemeriksaan uji tersebut terlebih

dahulu harus diadakan plotting data dari hasil pengamatan di kertas

probabilitas dan garis durasi yang sesuai.

Plotting data pengamatan dan garis durasi pada kertas probabilitas

tersebut dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari besar

ke kecil

2. Probabilitas dihitung dengan persamaan Weibull sebagai berikut :

P = ( m / (1 + n )) x 100 %

dengan

P = Probabilitas

m = Nomor urut data dari seri yang telah disusun

n = Besarnya data

3. Plot data hujan Xi dan Probabilitas

4. Plot persamaan analisis frekuensi yang sesuai

Nilai Delta kritis untuk uji smirnov dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel. 7 Nilai Delta Kritis Untuk Uji Smirnov - Kolmogorov

 
n 0.2 0.1 0.05 0.01
5 0.45 0.51 0.56 0.67
10 0.32 0.37 0.41 0.67
15 0.27 0.30 0.34 0.40
20 0.23 0.26 0.29 0.36
25 0.21 0.24 0.27 0.32

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐21
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
30 0.19 0.22 0.24 0.29
35 0.18 0.20 0.23 0.27
40 0.17 0.19 0.21 0.25
45 0.16 0.18 0.20 0.24
50 0.15 0.17 0.19 0.23

n > 50 1,07 1,22 1,36 1,63


n n n n
Sumber : Sumber : M.M.A. Shahin, Statistik, Statistical Analysis in Hydrology

¾ Chi Square

Dari distribusi (sebaran) Kai - Kuadrat, dengan penjabaran seperlunya,

dapat diturunkan

X2 = Σ (Ef - Of)2 / Ef

dengan

X2 = Harga Chi Square

Ef = Frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai

dengan pembagian kelasnya

Of = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama

Nilai X2 yang terdapat ini harus lebih dari harga X2 cr (Kai - Kuadrat

Kritis) pada Tabel.8, untuk suatu derajat nyata tertentu (level of

significance), yang sering diambil sebesar 5 %.

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐22
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Tabel. 8 Harga Chi-Square untuk Chi-Square Test

Probability of a
Degrees of
deviation greater
Freedom
than x2
0,20 0,10 0,05 0,01 0,001
1 1,642 2,706 3,841 6,635 10,827
2 3,219 4,605 5,991 9,210 13,815
3 4,642 6,251 7,815 11,345 16,268
4 5,989 7,779 9,488 13,277 18465
5 7,289 9,236 11,070 15,086 20,517
6 6,558 10,645 12,592 16,812 22,457
7 9,803 12,017 14,067 18,475 24,322
8 11,030 13,362 15,507 20,090 26,125
9 12,242 14,684 16,919 21,666 27,877
10 13,442 15,987 18,307 23,206 29,588
11 14,631 17,275 19,675 24,725 31,264
12 15,812 18,549 21,062 26,217 32,909
13 16,985 19,812 22,362 27,688 34,528
14 18,151 21,064 23,685 29,141 36,123
15 19,311 22,307 24,996 30,578 37,967
16 20,465 23,524 26,296 32,000 39,252
17 21,615 24,769 27,587 33,409 40,790
18 22,760 25,989 28,869 34,805 42,312
19 23,900 27,204 30,144 36,191 43,820
20 25,038 28,412 31,410 37,566 43,315

I. Intensitas Hujan

Intensitas curah hujan rencana atau probabilitas intensitas hujan

maksimum yang terjadi pada periode ulang tertentu dihitung dengan

menggunakan rumus Mononobe yaitu:


2
R24 ⎡ 24 ⎤ 3
I= ⎢ ⎥
24 ⎣ Tc ⎦
dengan :

I = intensitas hujan (mm/jam)

R = curah hujan maksimum yang terjadi selama 24 jam (mm)

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐23
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Tc = waktu konsentrasi (time of consentration)

Sedangkan untuk mendapatkan persamaan lengkung IDF dipakai cara

kwadrat terkecil ( least Square ) dari 3 (tiga) jenis metode yang umum

dipakai yaitu :

Jenis I : Prof. Talbot

a
I=
t +b
Jenis II : Sherman

a
I=
tn
Jenis III : Dr. Ishiguro

a
I=
t +b
Dari ketiga persamaan tersebut didapatkan lengkung kurva intensitas

hujan (kurva IDF).

J. Analisis Debit Rencana

Perhitungan Debit Rencana menggunakan rumus Rasional adalah sebagai

berikut :

Q = 0,278.C.I . A
dengan :

Q = debit rencana (m3/detik)

C = koefisien pengaliran/limpasan

I = intensitas hujan (mm/jam)

A = luas daerah pengaliran/area (km2)

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐24
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Berdasarkan alternatif jaringan drainase terpilih dilakukan perhitungan

debit banjir rencana. Untuk saluran sekunder digunakan intensitas hujan

dengan periode ulang 5 tahun, sedangkan untuk saluran tersier

menggunakan periode ulang 2 tahun.

Perhitungan kapasitas saluran tersebut dilakukan dengan memperhatikan

koefisien kekasaran manning, bentuk penampang saluran, prinsip-prinsip

saluran terbuka yang didasarkan pada skema sistem jaringan.

Parameter yang menentukan dalam perhitungan debit adalah sebagai

berikut :

i. Daerah Pengaliran

Daerah pengaliran merupakan daerah cakupan hujan yang terjadi didalam

daerah pengaliran. Penentuan daerah pengaliran sangat tergantung dari

kontur permukaan.

ii. Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi persatuan

waktu, dimana air tersebut terkosentrasi.

iii. Koefisien Pengaliran

Koefisien pengaliran adalah suatu variable yang didasarkan pada kondisi

daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah

tersebut.

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐25
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Tabel.9 Koefisien Pengaliran

Character of surface Return Period (years)


2 5 10 25 50 100 500
Developed
Asphaltic 0.73 0.77 0.81 0.86 0.90 0.95 1.00
Concrete/roof 0.75 0.80 0.83 0.88 0.92 0.97 1.00
Grass areas (lawns,parks,etc)
Poor Condition (grass cover less than
50 % of area)
Flat, 0-2% 0.32 0.34 0.37 0.40 0.44 0.47 0.58
Average, 2 – 7% 0.37 0.40 0.43 0.46 0.49 0.53 0.61
Step,over 7% 0.40 0.43 0.45 0.49 0.52 0.55 0.60

Fair condition (grass cover on 50 %


to 70 % of the area)
Flat, 0-2% 0.25 0.28 0.30 0.34 0.37 0.41 0.49
Average, 2 – 7% 0.33 0.36 0.38 0.42 0.45 0.49 0.56
Step,over 7% 0.37 0.40 0.42 0.46 0.49 0.53 0.58

Good condition (grass cover larger


than 75 % of the area)
Flat, 0-2% 0.21 0.23 0.25 0.29 0.32 0.36 0.49
Average, 2 – 7% 0.29 0.32 0.35 0.39 0.42 0.46 0.56
Step,over 7% 0.34 0.37 0.40 0.44 0.47 0.51 0.58

Undeveloped
Cultivated Land
Flat, 0-2% 0.31 0.34 0.36 0.40 0.43 0.47 0.57
Average, 2 – 7% 0.35 0.38 0.41 0.44 0.48 0.51 0.60
Step,over 7% 0.39 0.42 0.44 0.48 0.51 0.54 0.61

Pasture/Range
Flat, 0-2% 0.25 0.28 0.30 0.34 0.37 0.41 0.53
Average, 2 – 7% 0.33 0.36 0.38 0.42 0.45 0.51 0.58
Step,over 7% 0.37 0.40 0.42 0.46 0.49 0.54 0.60

Forest/Woodland
Flat, 0-2% 0.22 0.25 0.28 0.31 0.35 0.39 0.48
Average, 2 – 7% 0.31 0.34 0.36 0.40 0.43 0.47 0.56
Step,over 7% 0.35 0.39 0.41 0.45 0.48 0.52 0.58
Sumber : Applied Hidrology (Ven Te Chow, 1988)

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐26
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
K. Analisis Koefisien Run-Off

Koefisien pengaliran dari suatu bidang tanah/suatu daerah tergantung dari:

Tata guna tanah, kepadatan penduduk,struktur geologi tanah.

Besar koefisien pengaliran rata-rata dari suatu wilayah dapat dihitung

sebagai berikut:

C1 A1 + C 2 A2 + .........Ci Ai
A1 + A2 + .............. Ai

Keterangan :

C = koefisien pengaliran

A = luas wilayah pengaliran

Sedangkan penentuan koefisien Run-Off campuran untuk kawasan dapat

dengan menggunakan persamaan :

C n = C 0 + N (1 − C 0 )

Dimana :

Cn = Koef. Run off saat ini

C0 = Koef. Run off awal; untuk daerah studi diambil = 0,05

N = Prosentase lahan yang tidak tertutup bangunan

L. Distribusi Hujan

Perhitungan distribusi/sebaran hujan jam-jaman digunakan metode dari

Mononobe dengan persamaan sebagai berikut:


2
R ⎛ t ⎞3
Rt = 24 × ⎜ ⎟
T ⎝T ⎠

dengan :

Rt = intensitas hujan hujan rata-rata dalam t jam

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐27
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
(mm/jam)

R24 = curah hujan efektif dalam 1 hari

t = waktu konsentrasi (jam)

T = waktu mulai hujan (jam)

M. Koefisien Pengaliran

Koefisien pengaliran adalah suatu variabel yang didasarkan pada kondisi

daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut.

Adapun kondisi dan karakteristik yang dimaksud adalah :

1. Keadaan hujan

2. Luas dan bentuk daerah aliran

3. Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai

4. Daya infiltrasi dan perkolasi tanah

5. Kebasahan tanah

6. Suhu udara dan angin serta evaporasi dan

7. Tata guna tanah

Koefisien pengaliran yang disajikan pada tabel berikut, didasarkan dengan

suatu pertimbangan bahwa koefisien tersebut sangat tergantung pada

faktor - faktor fisik.


Tabel.10 Angka Koefisien Pengaliran
KOEFISIEN
KONDISI DAS
PENGALIRAN (C)
Pegunungan Curam 0,75 – 0,90
Pegunungan Tersier 0,70 – 0,80
Tanah berelief berat dan berhutan kayu 0,50 – 0,75
Dataran pertanian 0,45 – 0,60
Dataran sawah irigasi 0,70 – 0,80
Sungai di pegunungan 0,75 – 0,85
Sungai di dataran rendah 0,45 – 0,75
Sungai besar yang sebagian alirannya berada di dataran
0,50 – 0,75
rendah

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐28
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Kemudian Dr. Kawakami menyusun sebuah rumus yang mengemukakan bahwa

untuk sungai-sungai tertentu koefisien itu tidak tetap, tetapi berbeda-beda

tergantung curah hujan.

f = 1 - R’ / Rt = 1 – f 1

dengan :

f = koefisien pengaliran

f1 = laju kehilangan = t / Rs

Rt = jumlah curah hujan (mm)

R’ = kehilangan curah hujan

t, s = tetapan

Berdasarkan jabaran rumus tersebut diatas, maka tetapan nilai koefisien

pengaliran, seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel.11 Distribusi Curah Hujan Jam-Jaman

No. Daerah Kondisi Sungai Curah Hujan Rumus Koef.


Pengaliran

1 Hulu f = 1 - 15.7/Rt 3/4


2 Tengah Sungai biasa f = 1 - 5.65/ Rt 3/4
3 Tengah Sungai di Zone Lava Rt >200 mm f = 1 - 7.2/ Rt 3/4
4 Tengah Rt < 200 mm f = 1 - 3.14/ Rt 3/4
5 Hilir f = 1 - 6.6/ Rt 3/4

N. Hujan Netto

Hujan netto adalah hujan total yang menghasilkan limpasan langsung (direct

run - off). Limpasan langsung ini terdiri atas limpasan permukaan (surface

run - off) dan interflow (air yang masuk kedalam lapisan tipis dibawah

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐29
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
permukaan tanah dengan permeabilitas rendah, yang keluar lagi ditempat

yang lebih rendah dan berubah menjadi limpasan permukaan).

Dengan menganggap bahwa proses transformasi hujan menjadi limpasan

langsung mengikuti proses linier dan tidak berubah oleh waktu, maka hujan

netto (Rn) dapat dinyatakan sebagai berikut :

Rn = C x R

dengan

Rn = Hujan netto

C = Koefisien limpasan

R = Intensitas curah hujan

O. Hidrograf Satuan Nakayasu

Penggunaan metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu, diperlukan

beberapa karakteristik parameter daerah alirannya, seperti :

1. Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time to

peak magnitute).

2. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf

(time log).

3. Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph).

4. Luas daerah aliran.

5. Panjang aluran sungai utama terpanjang (length of the longest channel)

dan

6. Koefisien pengaliran.

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐30
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Persamaan umum hidrograf satuan sintetik Nakayasu adalah sebagai

berikut (Soemarto, 1987), dan dikoreksi untuk nilai waktu puncak banjir

dikalikan 0,75 dan debit puncak banjir dikalikan 1,2 untuk penyesuaian

dengan kondisi di Indonesia.

Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu adalah :

1,2 × A × Ro
3,6 × (0,3Tp + T3,0 )
Qp =

dimana :

Qp = Debit puncak banjir (m3 / det)

Ro = Hujan satuan (mm)

TP = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir

(jam)

T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit

puncak sampai menjadi 30 % dari debit puncak

Untuk menentukan Tp dan T0,3, digunakan pendekatan rumus, sebagai

berikut :

Tp = Tg + 0,8 Tr

T0,3 = ∝ x Tg

Untuk daerah pengaliran biasa α = 2

Untuk hidrograf dengan lengkung naik lambat dan lengkung turun cepat α

= 1.5

Æ Untuk hidrograf naik cepat dan turun lambat α = 3

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐31
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir

(jam).

Tg dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:

- Sungai dengan panjang lebih dari 15 km, maka

Tg = 0,40 + 0,058 L

- Sungai dengan panjang kurang dari 15 km, maka

Tg = 0,21 L 0,70

a = Parameter hidrograf

tr = Satuan waktu hujan (1 jam)

Persamaan satuan hidrograf adalah :

- Pada waktu naik


≤ t ≤ Tp

2,4
⎡ t ⎤
Qmaks × ⎢ ⎥
Qt = ⎣ TP ⎦

Pada kurva turun :

0 ≤ t ≤ (Tp + T0,3)
⎛ t −T p ⎞
⎜ ⎟
⎜ T ⎟
Q p × 0,3 ⎝ 0,3 ⎠
Qt =

(Tp + T0,3 ≤ (Tp + T0,3 + T0,32)


⎛ t −T p +T0 , 3 ⎞
⎜ ⎟
⎜ 1, 5T ⎟
Q p × 0,3 ⎝ 0,3 ⎠
Qt =

t ≤ (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)


⎛ t− ⎞
⎜⎜ ⎟⎟
Q p × 0,3 ⎝ ⎠
Qt =

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐32
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Rumus tersebut diatas merupakan rumus empiris, oleh karena itu dalam

penerapannya terhadap suatu daerah aliran harus didahului dengan

pemilihan parameter yang sesuai dengan Tp, dan pola distribusi hujan agar

didapatkan suatu pola hidrograf yang mendekati dengan hidrograf banjir

yang diamati.

P. Penetapan Tingkat Layanan

Penetapan tingkat layanan yang sesuai untuk suatu sistem drainase, juga

berperan dalam mencegah gagalnya fungsi sistem drainase. Tingkat layanan

yang optimal akan mengurangi biaya investasi yang ditanamkan, selain

menjamin tetap berfungsinya sistem drainase selama umur pelayanan yang

direncanakan. Untuk sistem drainase mikro disarankan periode ulang

rancangan diambil antara 1 sampai 5 tahunan. Periode ulang 1-2 tahunan

dapat dipakai untuk perencanaan sistem drainase adalah untuk permukiman,,

sedangkan periode ulang di atas dua tahunan digunakan untuk daerah

komersial dan industri, serta fasilitas-fasilitas transportasi. Kegagalan

sistem drainase disini dapat menimbulkan keruskan yang besar. Untuk

sistem drainase mikro, dengan resiko kerugian harta benda dan jiwa yang

amat besar akibat genangan yang disebabkan gagalnya sistem drainase,

periode ulang desain diambil 1-25 tahun.

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐33
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
 
     
 

 
Data Sosial-
 Ekonomi

 
Data
 Prasarana

  Identifikasi
Data Utilitas Peran serta
Masyarakat Permasalahan Banjir
  Drainase
- Pola Aliran
Klimatologi Identifikasi Sistem
  Pemb.hujan
Hidrologi Analisis - Prioritas
Daerah Titik
  Besaran Sistem penanganan
Peta
  rawan banjir
D. Genangan
  Potensi Anals Kond Solusi/Penanganan
Fisik & Curah
 

 
Pemanfaatan
  Lahan

Gambar 1. Tahapan Proses Perencanaan

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐34
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Q. Penentuan Alternatif Sistem

Penyusunan alternatif sistem drainase dilakukan dengan tetap berpedoman

pada :

ƒ Rencana pengembangan kota dan rencana pengembangan prasarana

lainnya

ƒ Keterpaduan pelaksanaan dengan pengembangan prasarana perkotan

lainnya, dalam rangka meminimumkan pembiayaan

ƒ Disusun berdasarkan arahan pembangunan jangka panjang (selama 25

tahun)

Beberapa teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah

genangan air, antara lain :

ƒ Membuat saluran drainase, baik jenis saluran terbuka maupun jenis

saluran tertutup

ƒ Menyediakan pompa-pompa air untuk drainase

ƒ Menerapkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan

Saluran drainase adalah teknologi yang umum dan secara luas dipakai di

Indonesia. Pemilihan saluran jenis terbuka atau tertutup lebih dipengaruhi

oleh kondisi setempat.

Saluran terbuka lebih mudah diperiksa dan dibersihkan dari sampah dan

kotoran, tanpa harus menggunakan peralatan khusus atau tenaga terlatih.

Meskipun demikian saluran terbuka memerlukan lahan yang lebih besar.

Persyaratan teknik yang harus dipenuhi adalah menggunakan alternatif

drainase sistem gravitasi seoptimal mungkin, dengan memperhatikan kondisi

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐35
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
topografi wilayah. Penggunaan pompa-pompa drainase biasanya merupakan

alternatif terakhir, karena pompa-pompa ini membutuhkan tenaga-tenaga

khusus yang menyangkut pekerjaan mekanis dalam kegiatan operasi dan

pemeliharaannya, selain juga perlu penyediaan tenaga listrik.

Pada prinsipnya genangan terjadi akibat tidak mampunyai saluran

menampung aliran air yang ada, karena banyaknya aliran air yang masuk

kemacetan saluran drainase melampaui kemampuan penyerapan air oleh

tanah. Dalam hal ini perlu diperkenalkan suatu sistem drainase yang lebih

memperhatikan aspek lingkungan, antara lain dengan menahan/menampung

air hujan yang jatuh dari atap-atap rumah ke dalam sumur-sumur resapan

atau tangki-tangki dan dialirkan sedikit demi sedikit ke saluran drainase.

Konsep ini dikenal sebagai drainase yang berwawasan lingkungan, yang telah

dikembangkan di Eropa dan Amerika. Prinsip dasarnya, adalah mengatur

pengaliran air hujan, agar sesedikit mungkin air hujan yang dialirkan ke

saluran-saluran drainase dan memberikab kesempatan kepada tanah untuk

menyerap air, dengan membuat kantong-kantong air berskala kecil di atap-

atap rumah, sumur resapan di halaman-halaman, tanah-tanah kosong, taman-

taman, tempat parkir, dll.

R. Penentuan Prioritas

Prioritas penanganan drainase perkotaan umunya ditujukan untuk mengatasi

masalah genangan air, dengan mengutamakan hal-hal sebagai berikut:

ƒ Genangan yang menyebabkan kerugian dan kerusakan harta benda dan

jiwa (terutama untuk daerah yang padat penduduk)

ƒ Tinggi genangan > 0,5 manajemen

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐36
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
ƒ Luas genangan >5% luas wilayah perkotaan

ƒ Kepadatan penduduk di wilayah perkotaan > 100 jiwa/ha

ƒ Frekuensi genangan paling sedikit terjadi 2 kali dalam setahun

ƒ Lama genangan > 2 jam

ƒ Daerah yang tergenang memiliki nilai sosial, ekonomi dan politik yang

tinggi dan strategis

ƒ Daerah dengan kepadatan lalulintas tinggi.

ƒ Penanganan harus seimbang terhadap besar investasi yang akan

dilindungi.

TATA CARA PERENCANAAN UMUM DRAINASE ERKOTAAN

(SNI : 02-2406-1991)

A. Ruang Lingkup :

Standar ini menetapkan Tata cara perencanaan memperoleh hasil

perencanaan drainase perkotaa ketentuan teknik perencanaan.

B. RINGKASAN:

Faktor - faktor umum :

9 Sosial ekonomi: pertumbuhan penduduk, urbanisasi, angkatan kerja;

kebutuhan nyata dan prioritas daerah; keseimbangan pembangunan antar

kota dan dalam kota, ketersediaan tataguna tanah: pertumbuhan fisik

kota dan ekonomi pedesaan

9 Lingkungan : topografi. eksisting jaringan drainase Jalan, sawah.

perkampungan , laut, pantai, tataguna tanah, pencemaran lingkungan,

estetika yang mempengaruhi sistem drainase kota, kondisi lereng dan

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐37
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
kemungkinan longsor; untuk daerah datar diperhitungkan pengelontoran,

pengendapan dan pencemaran; untuk daerah yang terkena

pengempangangan dari laut, danau atau sungai diperhitungkan masalah

pemben-dungan dan pengempangan.

9 Perencanaan

Landasan : didasarkan pada konsep kelestarian lingkungan dan

konservasi sumberdaya air yaitu pengendalian air hujan agar lebih banyak

meresap ke dalam tanah dan mengurangi aliran permukaan.

Tahapan : pembuatan rencana induk, studi kelayakan, perencanaan detail;

didasarkan pada umum Drainase perkotaan yang dapat digunakan untuk n

yang dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pertimbangan teknik,

sosial ekonomi. finansial dan lingkungan: dilakukan dengan survai lokasi,

topografi, hidrologi, geoteknik tataguna tanah, sosial ekonomi, institusi,

peran serta masyarakat, kependudukan, lingkungan dan pembiayaan;

penyelidikan terhadap parameter disain; pe-nyiapan tanah; pelaksanaan

drainase; operasi dan pemeliharaan.

Data dan persyaratan; data primer mencakup data 'banjir meliput luas,

lama, kedalaman rata -rata, frekuensi genangan, keadaan fungsi, sistem,

geometi dan dimensi saluran, daerah pengaliran sungai: prasarana dan

fasilitas kota yang ada dan yang direncanakan; data sekunder meliputi

rencana pembangunan kota, geoteknik foto udara, pembiayaan,

kependudukan, institusi, sosial ekonomi, peran serta masyarakat,

kesehatan lingkungan; persyaratan kualitas dan kualitas data, peralatan,

metode perhitungan dan asumsi yang digunakan.

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐38
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Sistem drainase perkotaan : sistem drainase terpisah dan ganungan ;

sistem saluran terbuka dan tertutup.

Kriteria : pertimbangan teknik meliput aspek hidrologi, hidraulik dan

struktur; pertimbangan lain meliputi biaya dan pemeliharaan. Koordinasi

dan tanggung jawab : seluruh penyelenggara teknis pekerjaan dilaksana

kan dibawah seorang ahli yang berkompeten dalam tim terpadu; masalah

yang tidak dapat diselesaikan oleh instansi yang berwenang harus

diajukan kepada pihak yang berwenang di atasnya.

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐39
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
PERATURAN DAN STANDAR BIDANG DRAINASE
 

UNDANG-UNDANG AIR LIMBAH DAN DRAINASE


PEDOMAN PERATURAN PENYEDIAAN PRASARANA DRAINASE
UMUM PEMERINTAH
"CODE" KEPUTUSAN CODE I PENYELENGGARAAN PERENCANAAN DRAINASE CODE II PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN CODE III PENYELENGGARAAN
DRAINASE
PEDOMAN PEDOMAN RENCANA PEDOMAN STUDI PEDOMAN RANCANGAN PEDOMAN PEDOMAN PEMB. PEDOMAN UJI PEDOMAN PEDOMAN
TEKNIS MENTERI TEKNIK DRAINASE & PENGAWASAN COBA

INDUK SISTEM KELAYAKAN SISTEM PERSIAPAN PEMB. PENGELOLAAN PENGELOLAAN


STANDAR PERMUKIMAN 1 Tata Cara Tata Cara Spesifikasi Teknis Tata Cara Tata Cara Tata Cara Tata Cara Tata Cara
PETUNJUK Sumur Resapan Air
TEKNIS Hujan Untuk Lahan
DAN PRASARANA Tata Cara Pembuatan Studi Pembuatan Detail Desain Pekarangan Perhitungan Pembuatan Saluran Uji Coba Saluran Operasi dan Peningkatan

2 Tata Cara Spesifikasi Pipa Beton Tata Cara Tata Cara Tata Cara
WILAYAH Tata Cara Tata Cara Pembuatan Bangunan Tata Cara
Pembebasan Resapan Air Hujan
Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur untuk Saluran Air Lahan Dalam Uji Coba Pemeliharaan
Perencanaan umum Penyusunan Limbah, Pembangunan Pembinaan
Tata cara Tata Cara Tata Cara Tata Cara
Analisis Curah Tata Cara Desain Spesifikasi Saluran Air Pembuatan Penanggulangan
Hujan Tata Cara Saluran Drainase Hujan Pracetak Drainase Rumah Pompa Bencana banjir Tata Cara
Penyusunan Amdal Berlubang untuk Lingk. Tata Cara Uji Coba
Pedoman Integrasi Drainase Permukiman
Sistem Drainase Perkotaan Tata Cara Tata Cara Tata Cara Kerjasama
Makro & Mikro Penyusunan Rencana Spesifikasi Teknis Persiapan
Tata Cara Teknik Gorong- Bangunan
Gorong Perlintasan Pembuatan Bangunan Operasi & Pemeliharaan Tata Cara
Pedoman Pembuatan
Penanganan ROB Perhitungan Tata Cara Spesifikasi Teknis Tata Cara Tata Cara Laporan
Penyusunan Rencana Bangunan
Tata Cara Teknik Sistem Perlintasan Tata Cara
Tata Cara Penyusunan Pompa Pembuatan Bangunan Operasi & Pemeliharaan
UKL dan UPL Spesifikasi
Tata Cara Teknis Tanggul Tata Cara Tata Cara Penilaian Pengelolaan
Perencanaan Sistem Pembuatan Kolam
Penerapan Drainase
Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Spesifikasi Operasi & Pemeliharaan
Tata Cara Teknis Kolam Tata Cara
Berwawasan Lingk. Di Perhitungan Debit Pembuatan Tanggul
Pengumpulan Data Desain Saluran Tata Cara
Spesifikasi
Tata Cara Tata Cara Teknis Bangunan Tata Cara
Perhitungan Cascade Operasi & Pemeliharaan
Debit Rencana
Perhitungan Penampang Spesifikasi Teknis Pembuatan Bangunan
Tata Cara Saluran Drainase
Tata Cara Perhitungan Tata Cara Pedoman Teknis
Pengumpulan Data Pompa Bangunan Perubahan Pembuatan

Tata Cara Operasi dan


Saluran Drainase Spesifikasi Pintu Air Pemeliharaan
Teknis Saluran Panduan &
Tata cara Pembuatan Gambar Teknik Drainase Petunjuk Praktis
Penentuan Pengelolaan
Daerah Drahase Perkotaan
Pengaliran Sungai Bidang Drainase Spesifikasi
Tata Cara Teknis Pintu Air
Tata Cara
Penyusunan Rencana Teknik Pedoman
Penentuan Prioritas Tata Cara Perhitungan
Biaya Spesifik
Pedoman Penyusunan Investas Bidang
Rencana Induk & Penyusunan Rencana Teknik Drainase
Studi Kelayakan Tata Cara Pemilihan
Bidang PLP Pedoman Inovasi
Teknis Bidang
Konstruksi Bangunan Drainase

Tata Cara Perenc. Sal. Air

Hujan Untuk Lingk.

Perenc. Saluran Air Hujan

Pracetak Berlubang untuk

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar
E‐40
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   

SISTEM PENYALURAN (PEMBUANGAN) AIR LIMBAH

Ada 2 (dua) tipe sistem penyaluran (pembuangan) air limbah :

1. Sistem Terpisah

ƒ Sistem Penyaluran Air Limbah

ƒ Sistem Penyaluan Air Hujan

2. Sistem Gabungan

9 Sistem penyaluran air limbah : menyalurkan air limbah dari perumahan dan

fasilitas umum, ada juga yang digabung dengan air limbah industri

9 Sistem drainase membawa air limpasan dari hujan yang jatuh di atap gedung,

jalan, dan permukaan lainnya.

9 Sistem gabungan membawa kedua jenis air tersebut dalam satu sistem

PEMILIHAN SISTEM

Alasan utama penggunaan sistem terpisah :

¾ Air limbah biasanya dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah untuk

diperbaiki kualitasnya sebelum dibuang ke sungai/laut

¾ Umumnya direncanakan untuk melayani aliran maksimum

¾ Jika hujan turun, sistem gabungan akan menerima aliran 50x aliran normal

¾ Hal ini berarti instalasi pengolahan hams direncanakan dengan ukuran yang

berlebihan atau air limbah akan meluap dari sistemnya dan masuk ke

sungai/kali

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐41
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   

Sistem Terpisah

DRAINASE PERKOTAAN

¾ Drainase berasal dari bahasa Inggris drainage, yang memiliki arti

mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.

¾ Drainase : suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang

berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu

kawasan dan atau lahan sehingga fungsi kawasan tersebut tidakterganggu.

(Suripin. 2004).

¾ Drainase perkotaan yaitu suatu sistem drainase yang menangani permasalahan

kelebihan air di wilayah perkotaan yang meliputi drainase permukaan dan

drainase bawah permukaan.

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐42
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   

 
 
 
 
 
 
 
 
 
Storm Sewer System 
 
FAKTOR PENTING PERANCANGAN SISTEM

Sistem Pengumpul Air Hujan

¾ Kuantitas air yang akan dialirkan tergantung luas daerah dan curah hujan

¾ Air hujan tergantung intensitas hujan, jenis daerah yang akan dilayani

¾ Pembagian daerah pelayanan berdasarkan jenis penggunaannya

¾ Prinsip alam dalam infiltrasi air hujan masih diharapkan terjadi sehingga

ukuran saluran tidak terlalu besar

¾ Jenis bahan penutup permukaan tanah menentukan banyaknya air yang

mengalir dan masuk ke dalam tanah

¾ Kualitas air hujan yang dikumpulkan dari atap rumah dan jalan sudah

mengandung bahan pencemar

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐43
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐44
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
DRY SWALE

WET SWALE

KOLAM RETENSI

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐45
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
SISTEM PENGENDALI BANJIR

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐46
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
E.2 PROGRAM KERJA
Konsultan didalam Perencanaan suatu pekerjaan memiliki Program Kerja yang

akan diuraikan sebagai berikut :

No Uraian Kegiatan Ket

1. 2. Mobilisasi Tenaga Ahli


3. 4. Pekerjaan Pendahuluan dan Persiapan
5. 6. Survey Data dan Pengukuran
7. 8. Identifikasi Permasalahan dan Rumusan Masalah
9. Pengumpulan Data Primer dan Sekunder
Kompilasi Data Survey Data & Pengukuran
10.
Pengolahan Data dan Penggambaran
11.
Rapat Koordinasi
Penyusunan Laporan
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Antara
- Konsep Laporan Akhir
- Laporan Akhir
- Executive Summary
Rapat Pembahasan Laporan
Penyerahan Laporan

E.3 ORGANISASI DAN PERSONIL


Setelah tersusun metoda penanganan pekerjaan, maka perlu juga dibuatkan

suatu system dan susunan organisasi konsultan secara rinci. Hal ini dilakukan

untuk menjamin adanya kemudahan bagi pemberi tugas untuk melakukan

monitoring dan evaluasi terhadap hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh

konsultan berdasarkan KAK yang telah disepakati.

Organisasi pelaksanaan pekerjaan ini disusun untuk dapat mengendalikan dan

mengatur pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh hasil yang optimal yaitu selesai

tepat waktu, hasil pekerjaan yang bermutu, efisien, tepat sasaran serta sesuai

dengan maksud dan tujuan pekerjaan.

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐47
 
    Usulan Teknis

PT. GAHARU SEMPANA


   
Pada dasarnya fungsi organisasi pelaksanaan pekerjaan tidak hanya sekedar

untuk mengatur hubungan internal tenaga ahli konsultan, tetapi juga untuk

mengatur hubungan keluar antara konsultan dengan pihak pemilik pekerjaan dan

instansi terkait lainnya yang dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan.

Organisasi pekerjaan ini dibuat dalam bentuk Struktur Organisasi Pekerjaan

yang mengacu kepada kebutuhan, ketersediaan personil, kualifikasi dan

penugasan personil sesuai arahan Kerangka Acuan Kerja yang dapat dilihat pada

gambar berikut ini :


 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
Studi Evaluasi Prasarana dan Sarana Drainase di Badung dan Denpasar E‐48
 

Anda mungkin juga menyukai