Anda di halaman 1dari 5

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

PENANGANAN HAMBATAN KOMUNIKASI PADA PASIEN


MENGALAMI DISABILITAS
DITETAPKAN
NOMOR NOMOR TANGGAL
HALAMAN DIREKTUR RS. SAHABAT
DOKUMEN REVISI TERBIT
JL. Surabaya-Malang
KM.50 072.___.
06/103/S dr.Rike Jeff Yus Jeffi Habibi
NIK. 201600001
OP/___/R 1 Juli 2020 1/5
SS/VIII/2
020

1. PENGERTIAN
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami (Badudu-Zain, 1994:489)
Jadi hambatan komunikasi adalah halangan atau rintangan sebuah proses interaksi antara
komunikan dan komunikator yang melakukan pertukaran pesan baik yang terjadi secara langsung
maupun tidak langsung

2. TUJUAN
Memberikan perlindungan kepada kelompok pasien disabilitas (tuna netra, tuna rungu, tuna daksa
dan tuna grahita) yangmengalami hambatan komunikasi, agar terjamin keselamatan kelompok
pasien tersebut selama mendapatkan pelayanan di Rumah Sakit.

3. KEBIJAKAN
a. Sesuai Surat Keputusan Direktur RS Sahabat No. 537.01/101/SK.Dir/RSS/VIII/2020
b. Sesuai Surat Keputusan Direktur RS Sahabat No. 222-224.01/101/SK.Dir/RSS/II/2019

4. PROSEDUR
A. Tata Laksana Komunikasi Dengan Pasien Tuna Netra
a. Persiapan petugas sebelum berkomunikasi dengan pasien gangguan sensori penglihatan:
1. Cara penyampaian, dan saluran komunikasi harus dipersiapkan terlebih dahulu secara
matang.
2. Sungguh-sungguh atau serius menyampaikan pesan atau informasi tersebut apapun
ujudnya
3. Harus yakin bahwa apa yang disampaikan itu merupakan hal yang baik dan memang
perlu serta berguna untuk sipasien.
4. Mempunyai kepercayaan diri karena sangat berpengaruh pada cara penyampaian pesan
kepasien.
5. Bersikap tenang, tidak emosi maupun memancing emosi pasien, agar informasi bisa
lebih jelas, lebih baik dan lancar.
6. Bersikap ramah, tulus, tanpa dibuat-buat yang merupakan kunci sukses dari
komunikasi, serta menimbulkan perasaan tenang, senang dan annan bagi pasien.
7. lnformasi dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya agar jelas
diterima oleh pasien
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
PENANGANAN HAMBATAN KOMUNIKASI PADA PASIEN
MENGALAMI DISABILITAS
DITETAPKAN
NOMOR NOMOR TANGGAL
HALAMAN DIREKTUR RS. SAHABAT
DOKUMEN REVISI TERBIT
JL. Surabaya-Malang
KM.50 072.___.
06/103/S dr.Rike Jeff Yus Jeffi Habibi
NIK. 201600001
OP/___/R 1 Juli 2020 1/5
SS/VIII/2
020

b. Pelaksanaan komunikasi pada pasien dengangangguan sensori penglihatan:


1. Ambil posisi yang dapat dilihat bila pasien mengalami kebutaan parsial atau sampaikan
secara verbal kehadiran petugas ketika berada didekatnya
2. Beri salam pada pasien dengan menyebut namanya (bila nama pasien sudah diketahui)
dan perkenalkan diri dengan menyebutkan nama dan peran petugas
3. Gunakan nada suara normal ketika berbicara, karena kondisi pasien tidak
memungkinkan menerima pesan verbal secara visual. Nada suara petugas memegang
peranan besar dan bermakna bagi pasien
4. Terangkan alasan petugas bila akan menyentuh pasien(biIa sentuhan pada pasien itu
diperlukan)
5. Informasikan kepada pasien ketika petugas akan meninggalkanya /memutus
komunikasi
6. Orientasikan pasien terhadap suara — suara yang terdengar disekitarnya
7. Orientasikan pasien pada lingkungannya bila pasien dipindah ke lingkungan / ruangan
yang baru.
B. Tala Laksana Komunlkasl Dengan Pasien Tuna Rungu
1. Identifikasi hilangnya kemampuan mendengar pasien yang menimbulkan masalah
komunikasi (Apakah tuli dialami sejak lahir atau setelah menguasai suatu bahasa)
2. Lakukan beberapa model komunikasi yang disarankan sebagai jalan untuk mengurangi
hambatan dalam berkomunikasi al:
a. Bahasa isyarat-3'bagi kebanyakan tuna rungu, bahasa isyarat seringkali menjadi bentuk
komunikasi yang lebih disukai. Jika petugas/ perawat tidak menguasai, perlu meminta
bantuan seorang penterjemah profesional.
b. Membaca bibir-3' hanya sedikit pengidap tunarungu yang bisa membaca bibir.
c. Materi tuIis-3’informasi tertulis barangkali merupakan cara berkomunikasi yang paling
diandalkan
d. Verbalasi oleh pasien-3'kadang-kadang pasien tuna rungu lebih memilih untuk
berkomunikasi dengan cara berbicara, terutama jika sudah mempunyai hubungan baik
dan sudah saling percaya. Untuk itu:
 Sediakan waktu untuk mendengarkan dengan cermat.
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
PENANGANAN HAMBATAN KOMUNIKASI PADA PASIEN
MENGALAMI DISABILITAS
DITETAPKAN
NOMOR NOMOR TANGGAL
HALAMAN DIREKTUR RS. SAHABAT
DOKUMEN REVISI TERBIT
JL. Surabaya-Malang
KM.50 072.___.
06/103/S dr.Rike Jeff Yus Jeffi Habibi
NIK. 201600001
OP/___/R 1 Juli 2020 1/5
SS/VIII/2
020

 Dengarkan tanpa menginterupsi sampai terbiasa dengan intonasi suara dan irama
wicara mereka yang khas.
 Jika masih sulit memahami, coba tuliskan apa yang didengar, dengan demikian
mungkin terbantu dalam menangkap inti dari pesan
e. Perkeras bunyi-3'bagi pasien yang kehilangan pendengaran tetapi tidak tuli total alat
bantu dengar bisa bermanfaat. Cara memperkeras bunyi dengan menangkupkan tangan
di dekat telinga pasien atau menggunakan stetoskop terbalik (stetoskop dipasang di
telinga pasien kemudian petugas berbicara di corong instrumen itu)
C. Tata Laksana Komunikasi Dengan Pasien Tuna Daksa
1. Bantu pasien untuk mengurangi perasaan berbeda dari orang lain dan menormalkan
kehidupan pasien sebisa mungkin.
2. Bantu keluarga untuk mengkaji rutinitas harian pasien sebagai petunjuk praktik-praktik yang
normal, al:
a. Menyiapkan pasien untuk menghadapi perubahan-perubahan yang dapat terjadi akibat
ketidak mampuan.
b. Melibatkan pasien dalam berbagai keputusan sebanyak mungkin, terutama hal-hal yang
berhubungan dengan regimen perawatannya.
D. Membiarkan anggota keluarga dan temannya mengambil bagian dalam regimen
perawatan jika memungkinkan.
c. Mengidentifikasi area-areadimana pasien dapat memiliki control sehingga perasaan tidak
yakin, pasif, dan tidak berdaya akan berkurang.
d. Menerapkan peraturan keluarga yang sama pada pasien seperti pada anggota keluarga
yang sehat lainnya.
e. Membiarkan pasien mengungkapkan kemarahan, isolasi, takut akan penolakan, perasaan
kesedihan, dan kesepian.
f. Memberi penguatan positif atas setiap kepatuhan dan setiap perbaikan yang dicapainya
dan membantu meningkatkan citra diri positif, seperti tala rias untuk menyembunyikan
luka, pakaian yang menyembunyikan prostetik, rambut palsu untuk menutupi deformitas.
D. Tala Laksana Komunikasl Dengan Pasien Tuna Grahita / Tuna Ganda
1. Lakukan pendekatan personal pada pasien dan terapkan komunikasi terapeutik antara
lain.:
a. Mendengarkan dengan penuh perhatian
a) Pandang pasien ketika sedang bicara
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
PENANGANAN HAMBATAN KOMUNIKASI PADA PASIEN
MENGALAMI DISABILITAS
DITETAPKAN
NOMOR NOMOR TANGGAL
HALAMAN DIREKTUR RS. SAHABAT
DOKUMEN REVISI TERBIT
JL. Surabaya-Malang
KM.50 072.___.
06/103/S dr.Rike Jeff Yus Jeffi Habibi
NIK. 201600001
OP/___/R 1 Juli 2020 1/5
SS/VIII/2
020

b) Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan


c) Tampilkan sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki
atau tangan
d) Hindarkan gerakan yang tidak perlu
e) Anggukan kepala jika pasien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan
balik
f) Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
b. Menunjukkan penerimaan
a) Dengarkan pasien tanpa memutuskan pembicaraan
b) Berikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian
c) Pastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal
d) Hindari berdebat, tidak mengekspresikan keraguan, atau tidak mencoba untuk
mengubah pikiran pasien.
c. Ajukan pertanyaan secara berurutan yang berkaitan dengan topik yang dibicarakan agar
mendapatkan informasi yang spesifik mengenai pasien.
d. Ulangi ucapan pasien dengan kata-kata sendiri sebagai umpan balik sehingga pasien
mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
e. Klarifikasi bila terjadi kesalah pahaman untuk menyamakan pengertian, agar pesan
dapat diterima dengan benar, bila perlu berikan contoh yang konkrit dan mudah
dimengerti pasien.
f. Fokuskan pembicaraan agar lebih spesifik dan dimengerti, jangan memutus
pembicaraan ketika pasien menyampaikan masalah yang penting.
g. Tawarkan informasi agar penghayatan pasien lebih baik, disamping itu sebagai
pendidikan kesehatan bagi pasien, selain akan menambah rasa percaya pasien
terhadap petugas. Bila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, lakukan klarifikasi
alasannya, jangan memberi nasehat kepada pasien tetapi memfasilitasi agar pasien
membuat keputusan.
h. Beri kesempatan pasien mengorganisir pikirannya dengan diam, sehingga pasien dapat
berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses
informasi. Hal ini berguna pada saat pasien harus mengambil keputusan .
i. Lakukan pengulangan topic bahasan dengan singkat yang telah dikomunikasikan,
sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya.
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
PENANGANAN HAMBATAN KOMUNIKASI PADA PASIEN
MENGALAMI DISABILITAS
DITETAPKAN
NOMOR NOMOR TANGGAL
HALAMAN DIREKTUR RS. SAHABAT
DOKUMEN REVISI TERBIT
JL. Surabaya-Malang
KM.50 072.___.
06/103/S dr.Rike Jeff Yus Jeffi Habibi
NIK. 201600001
OP/___/R 1 Juli 2020 1/5
SS/VIII/2
020

j. Beri penghargaan dengan menyebut nama pasien, yang menunjukkan


bahwa pasien sebagai manusia seutuhnya.
k. Tawarkan bantuan dan tunjukkan rasa tertarik bila pasien belum siap untuk
berkomunikasi secara verbal dengan orang lain,
l. Ciptakan suasana yang nyaman dan anjurkan pasien unutk menguraikan persepsinya,
agar petugas bisa mengerti
m. Gunakan bahasa sederhana sehingga mudah dimengerti dan dipahami jangan
menggunakan istilah yang sukar.
n. Minimalkan gangguan dalam proses komunikasi, agar penyampaian pesan dapat
berjalan dengan baik
2. Berikan rasa nyaman agar pasien tidak pernah merasa bahwa dia tidak diperdulikan oleh
orang lain.

5. UNIT TERKAIT
1. Pendaftaran Pasien
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Klinik Rawat Jalan
4. Bagian Humas Rumah Sakit

6. PENANGGUNG JAWAB
1. Kepala Pelayanan Medis
2. Kepala Penunjang Medis
3. Manager Bidang Medis
4. Manager Bidang Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai