Anda di halaman 1dari 4

BERBAGAI LANGKAH GENERASI Z DALAM UPAYA

MEMPERLUAS PENINGKATAN KESADARAN PAJAK

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidak adanya target pajak income ini disebabkan oleh beberapa unsur, salah satunya
adalah konsistensi warga. Tidak adanya konsistensi wilayah lokal menyebabkan tidak adanya
pengakuan pendapatan PBB yang tidak diatur secara kaku oleh negara-negara tetangga.
Konsistensi warga adalah jenis kerjasama warga yang adil dalam memperluas gaji provinsi.
Konsistensi warga negara adalah kondisi di mana warga negara mematuhi dan menyetujui
dan tidak membebani komitmen sesuai peraturan (Suyanto, 2014). Orang-orang dengan
tingkat pemahaman biaya yang memuaskan akan lebih berhati-hati dalam melakukan
pembayaran, daripada orang-orang yang membutuhkan informasi dan data biaya. Sesuai
Noviani dalam Haswidar (2016), pemeriksaannya menunjukkan bahwa informasi muatan
berdampak pada konsistensi warga. Meningkatnya informasi tentang pemungutan pajak akan
meningkatkan konsistensi warga dalam membayar bea karena dengan informasi penilaian
yang memuaskan, warga akan lebih baik tanpa henti memahami pentingnya penyelesaian
pajak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kesadaran Generasi Z untuk membayar pajak?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Generasi Z dalam meningkatkan kesadaran
untuk membayar pajak?
1.3 Tujuan Penulisan
2. Mengetahui tingkat kesadaran Generasi Z dalam kewajibannya membayar pajak
3. Mengetahui upaya yang dilakukan oleh Generasi Z dalam meningkatkan kesadaran
membayar pajak
BAB 2
ISI

2.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan salah satu mata air fundamental yang mendukung kemajuan di suatu
negara. Di Indonesia, penerimaan negara terbesar, yang utama adalah retribusi. Negara
melibatkan pajak untuk pergantian acara publik dan administrasi publik. Sumber-sumber
pendapatan negara yang diperoleh dari pungutan dipisahkan menjadi tujuh bidang, yaitu
Personal Assessment, Bea Pertambahan Nilai, Pajak Transaksi Barang Mewah, Pajak Tanah
dan Bangunan, Bea Produk, Penilaian Nilai Tukar Global, dan Kewajiban Impor dan
Ekstraksi. Pemerintah Indonesia masih terus berupaya meningkatkan pendapatan negara di
bidang pengeluaran. Pekerjaan ini selesai sehingga pengakuan kemajuan publik yang tidak
memihak di masing-masing negara.

2.2 Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan pajak dicirikan sebagai kondisi di mana warga negara setia dan memiliki
perhatian dalam memenuhi komitmen pengeluaran mereka. Devano, 2006 dalam Ni Luh,
2006, mengusulkan konsistensi dan keakraban dengan komitmen tugas yang memuaskan
tercermin dalam keadaan berikut:

1. Wajib pajak memahami dan berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas
3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Mengingat Deklarasi Pendeta Uang Nomor 544/KMK.04/2000, warga negara dikenang


sebagai warga negara yang konsisten jika memenuhi aturan yang menyertainya.

1. Tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan untuk semua jenis pajak
dalam dua tahun terakhir.
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,kecuali telah memperoleh
izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir.

Dalam dua tahun anggaran terakhir, mengadakan pembukuan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 28 Undang-Undang tentang Pengaturan Luas dan Sistem Pengeluaran (UU
KUP), dan apabila telah diperiksa warga negara, pembetulan pada peninjauan terakhir untuk
setiap jenis kewajiban yang harus dibayar adalah untuk beberapa derajat satu ton 5%.

2.3 Kesadaran Wajib Pajak

Dalam referensi Kata Besar Bahasa Indonesia, Mindfulness menyiratkan sedang


dirasakan atau dialami oleh seseorang atau kondisi mengetahui. Keakraban dengan
membayar tugas menyiratkan apa yang terjadi di mana seseorang tahu, selalu memahami
bagaimana melakukan pembayaran dengan baik. Dengan memperluas informasi dan
pemahaman tentang penilaian pajak dan administrasi tugas kualitas, itu akan mempengaruhi
kesadaran penyelesaian pajak.

Menurut Arief Rahman (2018) kehati-hatian dapat diartikan sebagai suatu kondisi di
mana seorang warga negara mengetahui, menghormati, dan mematuhi pedoman pengeluaran
materi di mana warga negara memiliki kerinduan dan kesungguhan dalam memenuhi
komitmen tugasnya. Sementara menurut Yusnidar (2015) warga yang memiliki kesadaran
tinggi tidak menganggap pengeluaran sebagai beban, namun mereka memandangnya sebagai
komitmen dan kewajiban sebagai warga dengan tujuan tidak memprotes dan membayar
beban. dengan sengaja.

2.4 Generasi Z terhadap Pajak

Ensari (2017) menyatakan pembagian menjadi beberapa generasi. Generasi yang paling
mapan adalah generasi veteran atau adat yang dibawa ke dunia sebelum tahun 1945. Yang
paling mutakhir adalah waktu peningkatan angka kelahiran usia yang dibawa ke dunia dari
tahun 1945 hingga 1965. Kemudian, Generasi X adalah individu yang dibawa ke dunia dari
1966 hingga 1979. Setelah usia X adalah Generasi Y yang dibawa ke dunia pada 1980-1995.
Sedangkan Generasi Z, mereka lahir ke dunia setelah tahun 1995. Dengan cara ini, sangat
terlihat bahwa Generasi Z adalah usia yang paling besar yaitu 26 tahun. Calvet dan Alm
(2017) menyimpulkan bahwa simpati sangat mempengaruhi konsistensi warga. Warga yang
memiliki rasa kasih sayang yang tinggi akan lebih patuh dalam mencicil. Bagaimanapun,
Calvet dan Alm (2017) tidak menghubungkan welas asih dengan perhatian warga. Ini untuk
melihat apakah ada hubungan antara welas asih dan kesadaran pajak dari warga yang akan
datang, khususnya Generasi Z.

2.5 Upaya Generasi Z Peningkatan Kesadaran terhadap Pajak

Generasi Z dapat melibatkan media sebagai cara untuk menggabungkan pengeluaran


dengan orang-orang pada umumnya sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran pajak.
Misalnya, membuat konten melalui hiburan berbasis web yang mengangkat subjek penilaian
mindfulness. Substansi yang dibawa bisa berupa jenis pentingnya merinci SPT, pentingnya
membayar bea sebagai jenis komitmen negara dengan sengaja dan penuh perhatian. Untuk
memajukan hiburan virtual, kita juga bisa memilih acara-acara menarik untuk anak muda,
misalnya lomba lari atau lomba lari jarak jauh, yang tiba-tiba dibanjiri anak muda. Terlepas
dari kesempatan itu, kita dapat mengajari masyarakat umum tentang fakta bahwa membayar
pajak sangat penting.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Generasi Z dapat melibatkan media sebagai cara untuk menggabungkan pengeluaran


dengan orang-orang pada umumnya sebagai peningkatan kesadaran pajak.
2. Salah satu upaya Generasi Z dalam meningkatkan akan kesadaran pajak yaitu,
membuat konten melalui hiburan berbasis web serta dapat memilih acara menarik.
Setelah itu Generasi Z dapat mengajak masyarakat meningkatkan membayar pajak itu
sangat penting.

DAFTAR PUSTAKA

Rustiyaningsih, S. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, Widya


Warta: Jurnal Ilmiah Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, 35(02), 44-45.
Sustiyo, J. (2022). Apakah Empati Mempengaruhi Kesadaran Pajak Generasi Z?, Fair Value:
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan, 4(7), 1026-1037.

Anda mungkin juga menyukai