Anda di halaman 1dari 9

Ilmu Gizi Dasar

Manfaat Vitamin D terhadap Tulang

Manfaat utama vitamin D adalah membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang bersama vitamin A,
vitamin C, hormon paratiroid dan kalsitonin, protein kolagen, serta mineral kaslium, fosfor, magnesium,
dan fluor. Fungsi khusus vitamin D membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan
fosfor tersedia di dalam darah untuk diendapkan pada proses pengerasan tulang.

Akibat Kekurangan Vitamin D terhadap Tulang

Kekurangan vitamin D menyebabkan kelainan pada tulang yang dinamakan riketsia pada anak-anak dan
osteomalasia pada orang dewasa. Kekurangan pada orang dewasa juga dapat menyebabkan osteoporosis.
Riketsia terjadi bila pengerasan tulang pada anak-anak terhambat sehingga menjadi lembek. Kaki
membengkok, ujung-ujung tulang panjang membesar (lutut dan pergelangan), tulang rusuk membengkok,
pembesaran kepala karena penutupan fontanel terlambat, gigi terlambat keluar, bentuk gigi tidak teratur
dan mudah rusak. Riketsia jarang dapat disembuhkan sepenuhnya.

Osteomalasia adalah riketsia pada orang dewasa. Biasanya terjadi pada wanita yang konsumsi kalsiumnya
rendah, tidak banyak mendapat sinar matahari, dan banyak mengalami kehamilan dan menyusui. Gejala
awalnya adalah rasa sakit seperti rematik dan lemah, tulang membengkok (bentuk O atau X) dan dapat
menyebabkan fraktur (patah).

Manfaat Vitamin A terhadap Tulang

Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, dengan demikian terhadap pertumbuhan sel. Vitamin A
dibutuhkan perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada
kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal.

Akibat Kekurangan Vitamin A terhadap Tulang

Kekurangan vitamin A dapat mengahmbat pertumbuhan sel, termasuk sel tulang. Fungsi sel-sel yang
membentuk email pada gigi terganggu dan terjadi atrofi sel-sel yang membentuk dentin, sehingga gigi
mudah rusak.

Manfaat Vitamin K terhadap Tulang


Vitamin K ternyata merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu protein berupa asam
glutamat (glu) menjadi gama-karboksiglutamat (gla). Protein ini dinamakan protein-tergantung vitamin K
atau gla-protein. Enzim karboksilase yang menggunakan vitamin K sebagai kofaktor didapat di dalam
membran hati, tulang, dan jaringan lainnya. Gla-protein dengan mudah mengikat ion kalsium di dalam
jaringan tulang dan gigi sebagai osteokalsin dan gla-protein matriks. Kedua jenis gla-protein ini mengikat
hidroksiapatit yang diperlukan dalam pembentukan tulang. Tanpa vitamin K, tulang memproduksi protein
yang tidak sempurna, sehingga tidak dapat mengikat mineral-mineral yang diperlukan dalam
pembentukan tulang.

Akibat Kekurangan Vitamin K terhadap Tulang

Kekurangan vitamin K karena makanan jarang terjadi, sebab vitamin K terdapat secara luas dalam
makanan. Kekurangan vitamin K terjadi bila ada gangguan absorpsi lemak (bila produksi empedu
kurangatau pada diare). Kekurangan vitamin K juga dapat terjadi pada seseorang yang mendapat
antibiotika sedangkan tubuhnya kurang mendapat vitamin K dari makanan. Antibiotika membunuh
kuman-kuman di dalam usus yang membentuk vitamin K.

Manfaat Vitamin C terhadap Tulang

Fungsi vitamin C berkaitan dengan pembentukan kolagen. Vitamin C diperlukan hidroksilasis prolin dan
lisin menjadi hidroksiprolin, bahan penting dalam pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa
protein yang mempengaruhi integritas struktur sel di semua jaringan ikat, seperti pada tulang rawan,
matriks tulang, dentin gigi, membran kapiler, kulit dan tendon (urat otot). Dengan demikian, vitamin C
berperan dalam penyembuhan luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan gusi. Selain
itu, vitamin C juga berperan dalam proses penyerapan kalsium dengan menjaga agar kalsium berada
dalam bentuk larutan.

Akibat Kekurangan Vitamin C terhadap Tulang

Skorbut adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh kekurangan parah vitamin C dalam diet. Tanda-tanda
awal antara lain, lelah, lemah, napas pendek, kejang otot, tulang, otot, dan persendian sakit, serta kurang
nafsu makan, kulit menjadi kering, kasar, dan gatal, warna merah kebiruan di bawah kulit, perdarahan
gusi, kedudukan gigi menjadi longgar, mulut dan mata kering serta rambut rontok.
Biokimia Nutrisi dan Metabolisme

Vitamin D

Fungsi vitamin D yang jelas diketahui hanya dalam pemeliharaan kalsium plasma (homeostasis)
sehubungan dengan hormon paratiroid. Fungsi ini esensial untuk metabolisme tulang dalam jangka
panjang dan struktur serta untuk pemeliharaan fungsi-fungsi sel dan saraf dimana terlibat fluks ion
kalsium menyeberangi membran intra dan ekstraseluler. Fluks (aliran) ini merupakan bagian dari
mekanisme dimana aktivitas beberapa hormon berlangsung dan penting untuk menghasilkan beberapa
impuls saraf. Defisiensi vitamin D dan hipokalsemia dapat menyebabkan konvulsif secara tiba-tiba.

Vitamin D diet dan sumber-sumber endogen disimpan dalam jaringan lemak/depot lemak dan sebagian
akan dihidroksilasi pada C-25 dalam hati dan disirkulasikan di dalam darah pada l globulin DBP (D-
binding protein).

Ketika konsentrasi darah mulai menurun, maka terjadi peningkatan pembebasan hormon tiroid. Ini
menyebabkan maka terjadi peningkatan pembebasan hormon tiroid. Ini menyebabkan aktifnya 25-OH
vitamin D dalam ginjal oleh proses hidroksilasi yang kedua pada C-1, membentuk vitamin aktif atau
hormon. Ini mempunyai 3 pengaruh: (1) memberi tanda pada sel-sel mukosa untuk meningkatkan
penyerapan kalsium (dan fosfat); (2)adanya aliran (fluks) Ca yang cepat dari cairan ruang/kompartemen
tulang ke plasma; dan (3) memberi tanda ke bagian distal sel-sel tubuli ginjal untuk meretensi (resorbsi)
lebih banyak kalsium yang tadinya akan hilang melalui urin. Jadi peningkatan kadar kalsium plasma
secara cepat terjadi. Kedua pengaruh yang terakhir (terhadap tulang dan ginjal) juga mungkin
membutuhkan adanya hormon paratiroid (PTH).

Apabila kalsium cukup tersedia dalam lumen usus kecil, maka pengaruh terakhir pengaktifan vitamin D
adalah untuk meningkatkan jumlah kalsium dalam tubuh, yang sebagian untuk memperbaiki apa yang
sudah diambil dari tulang dalam mempertahankan konsentrasi darah. Bila vitamin D tidak ada,
menyebabkan tidak adanya mineralisasi tulang yang lebih parah yang disebut osteomalasia atau rickets.

Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan hipokalsemia. Oleh karena pengaktifan vitamin-hormon oleh
ginjal ditujukan terutama untuk aktivitas vitamin D dan pengaturan kalsium darah maka bila terjadi
kerusakan fungsi ginjal maka akan menyebabkan hipokalsemia dan oenyakit tulang yang parah.
Pemberian dosis kecil 1,25-di-OH vitamin D pada penderita dialisis tanpa ginjal dapat menghilangkan
gejala hipokalsemia dan penyakit tulang.

Hipovitaminosis D dapat disebabkan oleh tidak cukupnya produksi vitamin dan tidak adanya dalam
makanan atau oleh kesalahan penyerapan lemak. Penderita mempunyai kadar kalsium dan fosfat serum
yang rendah dan alkalin fosfat yang tinngi melukiskan peningkatan aktivitas osteoblas dan osteoklas
tetapi tanpa mineralisasi. Level PTH yang disirkulasi juga meningkat yang juga akan meningkatkan pula
pengeluaran fosfat urin dan selanjutnya menurunkan kalsifikasi tulang. Kadar sitrat plasma juga tertekan,
yang mungkin menggambarkan tidak adanya kalsifikasi tulang. Rickets biasanya didiagnosis berdasarkan
cacat/kerusakan terhadap vitamin D diketahui dengan tanda-tanda adanya gangguan pengangkutan fosfat
dan resorpsinya.

Vitamin A

Salah satu fungsi vitamin A dalam pertumbuhan adalah memodulasi/menyesuaikan pertumbuhan tulang
melalui proses remodeling. Vitamin A esensial untuk aktivitas sel-sel dalam tulang rawan epifise yang
harus menjadi suatu siklus pertumbuhan normal, maturasi/pendewasaan dan degenerasi untuk
memudahkan pertumbuhan tulang yang normal yang dikontrol pada epifise. Dalam keadaan defisiensi,
resorpsi tulang terhenti, walaupun tidak ada kerusakan dalam proses kalsifikasi.

Vitamin K
Pada tahun 1974 dilaporkan oleh Steflo, Nelsestuen, Magnussen, dan kawan-kawannya bahwa vitamin K
adalah kofaktor dalam y – karboksilasi residu asam glutamik pada beberapa faktor pembekuan darah.
Vitamin K dibutuhkan y – karboksilasi residu glutamat untuk mengikat Ca++ secara baik.

Vitamin C

Advance

Vitamin A
Diferensiasi Sel, Proliferasi, dan Pertumbuhan

Vitamin A, terutama asam retinoat juga terlibat dalam diferensiasi sel. Prosesnya dimana sel yang belum
matang berubah menjadi sel matang yang spesifik. Selain sel epitel, asam retinoat juga mengatur
proliferasi dan difrensiasi beberapa sel prekusor myeloid atau sel di sumsum tulang. Perkembangan dan
pemeliharaan tulang juga membutuhkan vitamin A. Asupan vitamin A yang terlalu banyak atau terlalu
sedikit akan berdampak kepada kepadatan mineral tulang. Vitamin A terlibat dalam pengaturan osteoblas
(sel pembentuk tulang) dan osteoklas (sel yang berpartisipasi dalam resorpsi tulang. Penelitian
menyebutkan bahwa kekurangan vitamin A dapat menyebabkan pengendapan tulang berlebih oleh
osteoblas dan penurunan degradasi tulang oleh osteoklas. Kekurangan vitamin A juga dapat
mengakibatkan pertumbuhan tulang berlebih dengan deposisi tulang yang berlebihan dan mengurangi
degradasi tulang. Kelebihan vitamin A, sebaliknya merangsang osteoklas dan menghambat osteoblas,
mengurangi kepadatan mineral tulang dan meningkatkan resiko patah tulang. Oleh sebab itu, diperlukan
asupan vitamin A yang sesuai dengan kebutuhan. Angka kecukupan vitamin A untuk laki-laki dewasa
adalah 900 µg RAE (3,000 IU) dan perempuan dewasa 700 µg (2,310 IU) .

Vitamin D

Selama bertahun-tahun vitamin D (dikenal juga kalsiferol) telah dikaitkan dengan pertumbuhan tulang
dan tulang yang kuat. Asosiasi ini muncul karena pada awal abad ke-20 itu menunjukkan bahwa rakhitis,
penyakit pada masa kanak-kanak ditandai dengan perkembangan tulang yang tidak tepat, dapat dicegah
oleh faktor D yang larut dalam lemak makanan atau oleh paparan tubuh terhadap sinar ultraviolet.

Peningkatan konsentrasi PTH bersama dengan kalsitriol, mengarahkan kalsium keluar dari tulang untuk
meningkatkan konsentrasi kalsiu serum agar dalam batas normal. Lebih tepatnya, kalsitriol berinteraksi di
dalam nukleus osteoblas dewasa untuk menginduksi ekspresi sitokin yang disebut aktivator reseptor ligan
NFκβ (RANKL). RANKL dilepaskan dari osteoblas kemudian berinteraksi dengan protein reseptor
RANK, yang ada pada sel prekursor osteoklas yang belum matang (proteoklas), untuk merangsang
(melalui transduksi sinyal) diferensiasi, produksi, dan pematangan osteoklas.

Osteoklas yang matang kembali melepas asam hidroklorik, alkalin fosfatase, kolagen, dan enzim
hidrolitik dan zat yang larut dan mengatabolasi matriks tulang. Hasil dari demineralisasi tulang ini adalah
peningkatan konsentrasi kalsium serum (dan fosfor) dengan mengorbankan tulang. Hasil penelitian dari
meta-analisis yang memeriksa suplementasi vitamin D ternyata kurang mendukung untuk mengurangi
resiko patah tulang, tetapi gabungan penggunaan vitamin D dan kalsium menunjukkan dapat mengurangi
resiko patah tulang pada lansia. Hasil uji coba juga menyebutkan bahwa vitamin D dalam dosis tinggi,
800 IU dapat menurunkan risiko patah tulang pada lansia (usia >65 tahun).

Kekurang vitamin D tersebar luar di seluruh Amerika dan dunia. Berpatokan pada nilai 25-OHD serum,
prevalensi vitamin D mencapai 80%. Pada bayi dan anak-anak, kekurangan vitamin D menyebabkan
Rakhitis, suatu kondisi yang ditandai terutama oleh kegagalan mineralisasi tulang. Gejala rakhitis dapat
muncul pada bayi usia <6 bulan, dengan tulang rawan epifiseal yang terus tumbuh dan membesar tanpa
pergantian matriks dan mineral yang cukup.Pelebaran pelat epifiseal sangat terlihat di ujung tulang
panjang (contoh: pergelangan tangan, pergelangan kaki, lutut) dan persimpangan costochondral. Selain
itu karena pada bayi dan anak-anak mineral dalam kerangkanya sedikit. Juga dapat terjadi tulang
belakang menjadi melengkung, kelainan bentuk panggul, dan toraks. Frontal bossing (kedalaman
menonjol), pelebaran fontanella (ruang membran lembut antara tulang tengkorak dimana pengerasan
belum selesai, dan pelunakan fontanella mucul sekitar 6-14 bulan. Manifestasi lain mungkin nyeri tulang
di kaki atau punggung, usia tertunda berdiri atau berjalan, sering jatuh, pertumbuhan tertunda, lekas
marah, dan kejang hipokalsemik. Indikator biokimia kekurangan vitamin D yaitu peningkatan alkalin
fosfatase total dan konsentrasi PTH, rendahnya kalsium urin 24 jam, dan rendahnya konsentrasi kalsium,
fosfor, dan 25-OH D serum.

Pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua kekurangan vitamin D dapat menyebabkan
osteomalasia. Osteomalasia disebabkan oleh kegagalan mineralisasi tulang yang sudah terbentuk.
Kekurangan vitamin D dalam jangka panjang menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder yang membuat
tulang kehilangan mineral. Selain itu, karena osteoblas tulang tidak mendapatkan mineralisasi yang
cukup, maka dapat menyebabkan demineralisasi progresif yang dapat meninmbulkan nyeri tulang dan
sendi serta peningkatan resiko patah tulang. Kelemahan otot dan ketidakstabilan berjalan juga bisa terjadi.

Kekurang vitamin D pada orang dewasa dengan konsentrasi serum 25-OH D <10 ng/mL dan fungsi organ
normal. Kondisi ini sering diobati dengan pemberian Vitamin D dosis tinggi seperti 50.000 IU (1.250 µg)
yang diberikan sekali seminggu selama 8 – 12 minggu hingga konsentrasi 25-OH D serum >30 ng/mL.
Penelitian lain menyebutkan untuk orang dewasa yang kekurangan vitamin D (20-29 ng/mL) diberikan
dosis yang lebih kecil seperti 1.000-2.000 IU (25-50 µg) setiap hari selama 2-3 bulan. Karena vitamin D
disimpan dalam jaringan adiposa dan hanya sedikit yang tersedia, orang dengan obesitas dapat diberikan
dosis 2 atau 3 kali lebih tinggi untuk mencegah defisiensi. Pemberian 2.000 IU (20 µg) juga
direkomendasikan untuk penderita malabsorpsi dan pengaruh pemberian obat-obatan yang mempengaruhi
metabolisme vitamin D.
Vitamin K

Vitamin K dan tulang

Tulang mengambil vitamin K dari lipoprotein yang beredar pada reseptor. Di dalam tulang, vitamin K
digunakan untuk reaksi karboksilasi mirip dengan penjelasan “Vitamin K dan Pembekuan Darah”. Protein
yang paling sering bergantung pada vitamin K dalam tulang, tulang rawan, dan dentin, yaitu osteokalsin
(protein Gla tulang) dan protein Gla matriks (MGP). Protein ini dalam reaksi karboksilasi terlibat dalam
pembekuan darah dengan cara mengikat kalsium dalam tulang untuk hidroksiapatit. Ostekalsin, salah satu
protein nonkolagen yang berlimpah yang disekresikan oleh osteoblas selama formasi matriks ekstraseluler
tulang, sehingga timbulnya hidroksiapatit dan deposisi mineral.

Osteokalsin terdiri dari 10-20% protein nonkolagen dalam tulang. Reaksi karboksilasi bergantung pada
vitamin K yang mengahsilkan tiga residu Gla pada osteokalsin yang membantu pengikatan kalsium ke
kisi hidroksiapatit dalam matriks ekstraseluler tulang. Osteokalsin terlibat dalam remodeling tulang dan
mencegah overkalsifikasi. Osteokalsin plasma sering digunakan indeks pembentukan tulang.
Undercatboxylation osteocalcin terjadi saat vitamin K tidak terpenuhi. Osteokalsin dilepaskan ke dalam
sirkulasi dan berfungsi sebagai hormon saat berinteraksi dengan jaringan. Osteokalsin diperkirakan
mempengaruhi sekresi insulin dan sensitivitas jaringan terhadap insulin.

Protein Matrix Gla disintesis di tulang, dentin, tulang rawan, dan pembuluh darah. Matrix Gla Protein
mencegah pengendapan kalsium di pembuluh darah dan jaringan lunak. Faktanya, kekurangan Protein
Matrix Gla dikaitkan dengan kalsifikasi arteri yang luas. Di dalam tulang, Matriks Gla Protein
berhubungan dengan protein matriks ekstraseluler, dan meningkatkan kalsifikasi tulang. Kurangnya
Matriks Gla Protein dalam tulang dikaitkan dengan osteopenia dan patah tulang. Mengingat bahwa
mRNA untuk matriks protein gla ditemukan di berbagai jaringan, termasuk otak, jantung, ginjal, hati,
paru-paru, dan limpa. Sintesis osteokalsin dan matriks gla protein dirangsang oleh kalsitriol, asam
retinoat, dan hormon lainnya.

Hubungan vitamin K serum dan kepadatan mineral atau resiko patah tulang sebagai penyebab osteoartritis
banyak ditemukan di literatur ilmiah. Namun hasil menunjukkan pengaruh suplemen vitamin K (45 mg
MK -4 hingga 500- 5000 g phylloquinone/hari) pada kesehatan tulang belum terbukti. Suplemen vitamin
K dalam jumlah tersebut dapat meningkatkan karboksilasi gaam osteokalsin namun belum cukup data
yang mendukung bahwa suplemen vitamin K dapat mencegah keropos tulanga atu patah tulang.
Defisiensi ditandai dengan konsentrasi serum vitamin K < 0,2 ng/mL (yang turun di bawah normal
setelah 2 minggu asupan tidak memadai) dan konsentrasi osteocalcin undercarboxylated serum ≥4,0
ng/mL. Defisiensi vitamin K subklinis mungkin berhubungan dengan berkurangnya kepadatan mineral
tulang dan peningkatan tingkat fraktur.

Vitamin C

Sintesis Kolagen

Vitamin C berfungsi sebagai kosubstrat dalam sejumlah reaksi hidroksilasi. Tiga reaksi hidroksilasi
membutuhkan vitamin C yang diperlukan untuk sintesis kolagen, protein struktural yang ditemukan di
kulit, tulang, dentin, tendon, dan tulang rawan (jaringan ikat). Kolagen adalah terdiri dari tiga rantai
polipeptida yang disintesis oleh fibroblas (sel jaringan ikat). Pada langkah awal produksi kolagen yang
terdiri dari heliks tiga rantai polipeptida dihubungkan oleh ikatan hidrogen untuk membentuk kumparan
tropocollagen. Setelah rantai tropokolagen ini dibuat, reaksi hidroksilasi yang bergantung pada vitamin C
terjadi pasca-translasi dan agregasi dari rantai ikatan silang selanjutnya. Prolyl 4-hydroxylase dan prolyl
3-hidroksilase (juga disebut dioksigenase) mengkatalisis residu hidroksilasi prolin pada rantai yang baru
disintesis. Prolin dan hidroksiprolin menyediakan kolagen. Hidroksilasi lisin juga terjadi oleh hidroksilase
(dioksigenase). Pembentukan residu hidroksilisil memberikan karbohidrat dan tambahan pasca translasi,
seperti glikosilasi dan fosforilasi, untuk lebih memperkuat kolagen. Selain itu, yang bergantung pada
tembaga, reaksi oksidasi antara kolagen rantai terjadi untuk menambah kekuatan. Peran kosubstrat
vitamin C dalam hidroksilasi berhubungan dengan kofaktor besi yang merupakan bagian dari prolyl
hidroksilase dan lisil hidroksilase. Selama rekasi, hidroksilase menggabungkan satu atom O2 ke dalam
produk, dan atom kedua O2 menjadi α-ketoglutarat untuk membentuk gugus karboksil baru dari suksinat.
Selama reaksi ini, kofaktor besi dalam hidroksilase enzim teroksidasi; yaitu, diubah dari besi ke feri.
Vitamin C berfungsi sebagai reduktor, sehingga mengurangi besi kembali ke keadaan besinya di prolyl
dan lisil hidroksilase. Reaksi ini sangat berdampak pada perkembangan dan pemeliharaan kulit, tendon,
tulang rawan, dan dentin, yang bergantung pada suplai vitamin C yang cukup

Anda mungkin juga menyukai