Anda di halaman 1dari 6

KAJIAN ILMIAH ANTI KORUPSI

AGROTEKNOLOGI
PERKEBUNAN
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi
Dosen pengampu : Shorea Helminasari S.IP., MA

Disusun Oleh:
1. Eki Miranda. : 2054211030
2. Azmi Hakim. : 2054211002
3. Doni Bilung. : 1954211042
4. Reski Amanda. : 2054211008
5. Angga Eko Pradipto. : 2054211013
6. Edrivo Pandapotan Tumanggor. : 2054211041

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM SAMARINDA
2022
Kajian Ilmiah Anti Korupsi.
1. C.D (Culture Determination) Fiona Robertson-Snape (1999).
bahwa penjelasan kultural praktik korupsi di Indonesia dihubungkan dengan bukti-bukti
kebiasaan-kebiasaan kuno orang jawa.

C. D (Culture Determination).
Teori ini mengemukakan tentang suatu tindakan korupsi yang sudah ada dari sejak dulu
dan sudah menjadi budaya yang melekat di masyarakat dan seiring berkembangnya zaman
maka semakin bervariasi pula perilaku korupsi yang ada hingga saat ini, sedangkan faktor sosial
budaya dan sejarah korupsi telah di soroti sebagai efek dari nilai-nilai budaya, warisan kolonial,
ethic, diversity, kualitas regulasi dan urban population, Artinya korupsi bisa di dasarkan dengan
adanya budaya dan adat-istiadat.

Bentuk Perilaku/Contoh Perilaku.


C.D (Culture Determination).
 Dinasti Politik.
 Penyalahgunaan wewenang jabatan atau tindakan yg melanggar kepentingan umum
 Suap menyuap ( para pelanggar lalu lintas yang memberi uang kepada polisi agar lolos
dari hukuman )
 memperkerjakan saudara di tempat kerjanya meskipun tidak sesuai kualifikasi yang di
butuhkan.
 kepala sekolah membantu keponakan nya agar di terima di sekolah tempat bertugas tanpa
tes.

Study Kasus.
 Memberi “Uang Damai” saat Ditilang Polisi.

2. M.E.S (Means-Ends Scheme) Robert Merton.


Dalam teori yang ditokohi oleh Robert Merton ini sebagaimana dikutip Handoyo
(2009: 55) ini dinyatakan bahwa korupsi merupakan suatu perilaku manusia yang diakibatkan
oleh tekanan sosial, sehingga menyebabkan pelanggaran norma-norma. Lebih jauh Handoyo
mengelaborasi bahwa setiap sistem sosial memiliki tujuan dan manusia berusaha untuk
mencapainya melalui cara-cara (means) yang telah disepakati. Mereka yang menggunakan
cara-cara yang telah disepakati bersama untuk mencapai tujuan bersama termasuk dalam
golongan kompromis. Selain memberikan ruang bagi anggota-anggotanya untuk mewujudkan
tujuan, sistem sosial tidak jarang juga menimbulkan tekanan yang menyebabkan banyak orang
tidak memiliki akses atau kesempatan di dalam struktur sosial, karena adanya pembatasan-
pembatasan atau diskriminasai rasial, etnik, capital, ketrampilan dan sebagainya.
M.E.S (Means-Ends Scheme).
Teori ini di dasarkan dengan adanya tekanan sosial yaitu bersifat memaksa, terpaksa, dan
dipaksa, dari faktor tersebut menyebabkan adanya tindakan korupsi.
Bentuk Perilaku/Contoh Perilaku.
M.E.S (Means-Ends Scheme).
 Menerapkan biaya sosial korupsi sebagai hukuman finansial.
 Memaksakan kehendak kepada orang lain untuk melakukan sesuatu demi kepentingan
pribadi

Study Kasus.
 Ketua RW meminta uang pada salah satu warga kurang mampu yang ingin mengajukan
diri sebagai penerima bansos.
 Kepala desa memaksa masyarakat untuk membayar 5jt jika ingin surat rekomendasi
penggunaan lahannya di rekomendasi.

3. S.S (Solidaritas Social) Emile Durkheim (1858-1917).


Teori ini memandang bahwa watak manusia sebenarnya bersifat pasif dan dikendalikan
oleh masyarakatnya. Solidaritas sosial itu sendiri memang merupakan unit yang abstrak.
Emile Durkheim berpandangan bahwa individu secara moral, netral dan masyarakatlah yang
menciptakan kepribadiannya. Ia juga mengontrol individu lewat fakta sosial yang
dipelajarinya melalui pendidikan dan lingkungan

S.S (Solidaritas Social).


Menurut pandangan, teori ini dapat di artikan bahwa individu bisa di pengaruhi oleh
masyarakat, golongan maupun kelompok, baik melalui aspek budaya, lembaga, dan organisasi
sehingga melakukan tindakan korupsi untuk mewujudkan kepentingan bersama.

Bentuk Perilaku/Contoh Perilaku.


S.S (Solidaritas Social).
 Nepotisme.
 Kerja sama/Mufakat dalam mewujudkan kepentingan kelompok.

Study Kasus.
 Anggota dewan menerima sejumlah uang karena sepakat untuk menyetujui pengajuan
anggaran.
 Menyuap penyelenggara pemilu/hakim pemilihan.
4. GONE Jack Bologne (Bologne : 2006).
Ilustrasi GONE Theory terkait dengan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kecurangan atau korupsi yang meliputi Greeds (keserakahan), Opportunities (kesempatan), Needs
(kebutuhan) dan Exposure (pengungkapan). Greed, terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku
korupsi.

G. (Greed).
Keserakahan adalah suatu sifat yang di miliki setiap orang dan sangat berpotensi
melakukan tindakan korupsi, yaitu perilaku korupsi yang di landasi oleh ketidakpuasan, ingin
mendapatkan sesuatu yang lebih dari pada porsi agar memiliki sesuatu yang diinginkan.

Bentuk Perilaku/Contoh Perilaku.


G (Greed).
 Mengambil hak orang lain.
 Menambahkan gaji yang di terima dari pada yang seharusnya/porsi tambahan tunjangan.
 Melakukan Pencucian Uang

Study Kasus.
 Melakukan pencucian uang.
 Dosen meminta mahasiswa memberikan fasilitas liburan jika ingin lolos saat siding
kelulusan.

O (Opportunity).
Adanya kesempatan atau peluang dalam melakukan tindakan korupsi, baik karena
aturan-aturan dan regulasi yang lemah maupun pengawasan yang kurang ketat.

Bentuk Perilaku/Contoh Perilaku.


O (Opportunity).
 Adanya peluang dalam melakukan tindakan Korupsi, karena lemahnya regulasi.
 Adanya peluang dalam melakukan tindakan korupsi karena kurangnya pengawasan.
 Adanya peluang dalam melakukan tindakan korupsi karena lebihnya anggaran biaya yang
tersedia.

Study Kasus.
 (Mengumpulkan modal kampanye secara illegal).
 (Mark-up saat Membuat Laporan Keuangan)
N (Need).
Need atau kebutuhan merupakan faktor internal lainnya yang mempengaruhi perilaku
tindakan korupsi. Need merupakan faktor yang dibutuhkan oleh individu untuk menunjang
kebutuhan hidupnya, sehingga kebutuhan yang mendesak atau tidak tergolong mendesak
menjadikan seseorang melakukan tindakan korupsi.

Bentuk Perilaku/Contoh Perilaku.


N (Need).
 Gaya hidup Konsumtif.
 Penggelapan Jabatan.
 Memanfaatkan waktu kerja untuk urusan pribadi.
 Memperkerjakan saudara di tempat kerjanya meskipun tidak sesuai kualifikasi yang di
butuhkan.
 kepala sekolah membantu keponakan nya agar di terima di sekolah tempat bertugas tanpa
tes.

Study Kasus
 Memanfaatkan Fasilitas Kantor untuk Kepentingan Pribadi.
 Penggelapan Jabatan.

E (Exposure).
Exposure/pengungkapan adalah faktor eksternal, dari Exposure pelaku atau penindak korupsi
akan di berikan sebuah konsekuensi melalui media/pengungkapan, setiap kecurangan dan apapun
yang berhubungan dengan suap akan di ungkapkan atau di jabarkan secara terbuka/transparan.
Bentuk Perilaku/Contoh Perilaku.
E (Exposure).
 Gratifikasi.
 kasus korupsi yang di beritakan sehingga menjadi hukuman pidana.
Study Kasus.
 Pemberian hadiah/uang sebagai ucapan terima kasih atas jasa yang diberikan oleh
instansi pelayanan public.
 Tiga kasus korupsi terbesar RI adalah Surya Darmadi dengan kerugian negara ditaksir
mencapai Rp 78 triliun lalu mega korupsi Asabri dengan nilai Rp 23 triliun. Terakhir,
ada pula Jiwasraya dengan kerugian negara masing-masing Rp 17 triliun. Secara total
ketiga kasus tersebut membuat negara rugi hingga Rp 118 triliun.

Anda mungkin juga menyukai