PROSES PERENCANAAN
------------------------------
DI KAWASAN LAMPENEURUT,
ACEH BESAR
DISUSUN OLEH:
D E L I A L A T H I F A H
1904110010039
DOSEN PEMBIMBING:
F A R I S A S A B I L A , S . T . , M . S C .
UNIVERSITAS
SYIAHKUALA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat serta rahmat, tidak lupa hidayah
dan petunjuk-nya sehingga dapat menyelesaikan laporan ini sebagai tugas mata kuliah Studio
Proses Perencanaan dengan tepat waktu. Laporan ini berjudul “Identifikasi Aksesibilitas Jalan Di
Kawasan Lamepeneurut, Aceh Besar”. Tak lupa pula shalawat serta salam kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah diutus oleh Allah dalam membawa ilmu pengetahuan pada
kehidupan manusia.
Laporan ini kiranya tak akan selesai tanpa bantuan dari beberapa pihak yang terus
mendorong penulis untuk menyelesaikannya. Terima kasih pula penulis haturkan kepada Ibu
Farisa Sabila, S.T., M.Sc. yang senantiasa membimbing penulis dalam menyelsaikan laporan ini.
Tanpa bimbingan dari beliau, penulis kiranya tidak akan mampu menyelesaikan laporan ini.
Penulis sepenuhnya sadar, penyusunan laporan ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa
arahan, bimbingan dan petunjuk. Selanjutnya kepada Ibu Myna Agustina Yusuf, S.T., MURP.
dan Ibu Issana Meria Burhan, S.T., MUP. sebagai Koordinator Studio Proses Perencanaan, serta
semua semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan laporan ini
Penulis berharap penyusunan laporan ini dapat bermanfaat sebagai referensi atau bahan
bacaan bagi berbagai pihak. Laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan membutuhkan
perbaikan untuk menjadi lebih baik. Oleh karena itu, kami sangat senang menerima saran dan
kritik dari semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.3. Desain Survey ................................................................................................................ 15
3.4. Tabel Pelaksanaan Kegiatan........................................................................................... 17
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH............................................................................. 19
4.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Aceh Besar .................................................... 19
4.2. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kecamatan Darul Imarah .............................. 20
4.3. Letak Geografis dan Batas Administrasi Wilayah Studi................................................ 21
4.4 Demografi Wilayah Studi............................................................................................... 23
4.5 Sarana dan Prasarana ...................................................................................................... 24
4.5.1. Kesehatan ................................................................................................................ 24
4.5.2. Pendidikan............................................................................................................... 25
4.5.3. Perhubungan dan Komunikasi ................................................................................ 25
4.5.4. Ekonomi .................................................................................................................. 28
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 29
5.1. Kondisi Aksesibilitas Pada Eksisting ............................................................................. 29
5.1.1. Gangguan Aksesibilitas .......................................................................................... 35
5.1.2. Kondisi Eksisiting Jalan.......................................................................................... 36
5.2. Karakteristik Responden ................................................................................................ 39
5.2.1. Usia Dan Jenis Kelamin .......................................................................................... 39
5.2.2. Pekerjaan ................................................................................................................. 40
5.2.3. Asal Perjalanan Dan Tujuan Perjalanan ................................................................. 40
5.2.4. Maksud Perjalanan .................................................................................................. 42
5.2.5. Jenis Kendaraan Yang Digunakan .......................................................................... 43
5.2.6. Frekuensi Perjalanan Responden Dalam Waktu 1 Minggu .................................... 44
5.3. Akumulasi Pendapat Responden .................................................................................... 45
5.3.1. Kondisi Eksisiting Fasilitas Umum ........................................................................ 45
5.3.2. Kebutuhan Lahan Parkir ......................................................................................... 49
5.3.3. Keamanan Pengguna Jalan ..................................................................................... 50
5.3.4. Titik Waktu Terjadinya Hambatan ......................................................................... 51
5.3.5. Fungsi Data Karakterisik Responden...................................................................... 52
5.3.6. Kesimpulan Data Responden .................................................................................. 52
5.4. Faktor Penyebab Kepadatan Lalu Lintas ....................................................................... 53
5.4.1. Penyebab Terjadinya Hambatan Berdasarkan Opini Responden ........................... 56
iii
BAB VI PENUTUP ..................................................................................................................... 58
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 58
6.1 Rekomendasi ..................................................................................................................... 588
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 61
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 5.21. Titik Waktu Terjadinya Hambatan Berdasarkan Opini Responden..................... 51
Gambar 5.22. Penyebab Terjadinya Hambatan Berdasarkan Opini Responden......................... 56
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk di
dalamnya bangunan pelengkap dan perlengkapan-nya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau
air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (UU Nomor
34 Tahun 2006 Tentang Jalan).
Sebagai salah satu kawasan yang padat penduduk, daerah Lampeneurut yang berada di
Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar menyebabkan munculnya masalah
transportasi di kawasan ini. Hal ini disebabkan oleh banyaknya instansi yang bergerak di bidang
pemerintah maupun swasta yang berlokasi di kawasan ini. Tak hanya perkantoran, kawasan ini
memiliki lebih dari sepuluh bangunan yang bergerak di bidang pendidikan, mulai dari taman
kanak-kanak, hingga universitas.
Sebagai kawasan yang memiliki perputaran pergerakan yang aktif, daerah lampeneurut ini
tidak memiliki fasilitas infrastruktur jalan yang memadai untuk penggunanya. Pada jam
tertentu, jalan sekitaran soekarno hatta dan kawasan berbagai mukim akan dipadatkan oleh
kendaraan hingga menimbulkan hambatan yang berlebih. Selain itu, kawasan ini juga
membiarkan truk bermuatan besar untuk lewat pada jam bersamaan sehingga menimbulkan
kerusakan jalan dan membahayakan penguna jalan lainnya. Kerusakan jalan yang dapat dilihat
di kawasan sekitar lampeneurut adalah kemorosotan tanah dan keretakan aspal.
1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut:
1.3.1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan laporan studio proses
perencanaan ini dapat dirinci sebagai berikut :
1.3.2. Sasaran
Adapun sasaran dari penulisan laporan studio proses perencanaan ini adala sebagai
berikut :
1. Memberikan rekomendasi dalam menciptakan wilayah yang tertib akan lalu lintas daan
bebas akan kepadatan kendaraan.
2. Mewujudkan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan.
2
Tempat dan lokasi studi yang akan diidentifikasi dan diulas berada di Jalan utama
Soekarno – Hatta kawasan pusat Lampeneurut, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh
Besar. Meliputi tiga desa yang berada pada Kecamatan Darul Imarah yaitu Desa Tingkeum,
Desa Lampeneurut Ujong Blang dan Desa Lampenenurut Gampong. Adapun batas-batas
admisnistrasi dari ke-tiga wilayah desa adalah sebagai berikut :
a. Bagian Utara : Desa Lamcot
b. Bagian Selatan : Desa Daroy Kameu dan Desa Kandang
c. Bagian Timur : Desa Lamreung
d. Bagian Barat : Desa Payaroh Dan Desa Lamblang Trieng
Lingkup substansi analisis kawasan wilayah studi mencakup kondisi fisik dasar,
sarana dan prasarana, kependudukan dan isu-isu strategis.
3
BAB II
KEBIJAKAN DAN KAJIAN TEORI
Varibel yang menyatakan apabila ukuran tingkat kemudahan pencapaian suatu tata
guna lahan dikatakan tinggi atau rendah adalah jarak fisik dua tata guna lahan (dalam
kilometer). Akan tetapi, faktor ini tidak dapat berjalan sendiri dalam mengukur tinggi
rendahnya tingkat akses tata guna lahan. Faktor jarak juga tidak dapat diandalkan,
karena pada kondisi eksisting bisa terjadi dua zona yang teletak berdekatan sehingga
tidak erdapat prasarana jaringan transportsi yang menghubungkan.
Faktor lain adalah pola pengaturan tata guna lahan. Keberagaman pola pengaturan
tata guna lahan ini terjadi akibat berpencarnya lokasi petak lahan secara geografis dan
masing-masing petak lahan tersebut berbeda pula jenis kegiatannya dan intensitas
(kepadatan) kegiatannya. Peramalan pola penyebaran tata guna lahan yaitu dengan
mempertimbangkat fakta bahwa:
4
Aktivitas Guna Lahan
Kondisi (Jarak) Dekat Jauh
Transportasi
Aksesibilitas Tinggi Aksesibilitas Rendah
Sangat Baik
(High Accessibility) (Medium Accessibility)
Aksesibilitas Sedang Aksesibilitas Rendah
Sangat Jelek
(Medium Accessibility) (Low Accessibility)
Tabel 2.1 Klasifikasi berbagai tingkat aksesibilitas secara kuantitatif
Sumber: Black, 1981, hlm. 24
Biasana diartikan dengan tinggi atau rendahnya kelancaran sebuah perjalanan dan
dapat diukur dengan jumlah pergerakan atau perjalanan dari suatu lokasi ke lokasi yang
lainnya sebagai penentu tingkat akses antara lokasi-lokasi tersebut.
Dalam pernyataan hubungan antara aksesibilitas dan mobilitas, seara tidak langsung
juga akan bersinggungan atau berkaitan dengan kedapatan penduduk dan kemiskinan.
Adanya benang merah yang terdapat pada keempat faktor tersebut. Aksesibilitas pada
dasarnya adalah sebuah tingkat ukuran dalam sebuah perjalanan yang dilakukan dalam
melakukan aktivitas guna pemenuhan kebutuhan yang dihasilkan dari kolaborasi interaksi
antara tata guna lahan dan sistem jaringan transportasi. Semakin rendah upaya yang
dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan, maka tekanan yang dialami akan semakin
berkurang, mobilitas perjalanan masyrakat kea rah luar akan semakin kecil sehingga
kepadatan penduduk cenderung bertambah.
Sebaliknya, jika semakin besar kebutuhan seseorang tidak terpenuhi maka akan
semakin besar tekanan (stress) yang dialami. Apabila tekanan berada di atas batas
(toleransi) orang akan berpindah ke daerah lain dimana kebutuhannya dapat terpenuhi,
5
sehingga kepadatan penduduk pada lokasi dimana aksesibilitas rendah akan cenderung
berkuramg.
Jalan adalah parsarana transportasi darat yang meliputi semua bagan jalan yang
diperuntukkan bagi lalu lintas. Menurut Kapsitas Jalan Indonesia (MKJI), (1997)
pengertian jalan adalah bangunan fisik di permukaan tanah dengan lebar tertentu untuk
mendukung transportasi atau sebagai penghubung dari suatu tempat ke tempat lain. Jalan
raya ialah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain.
Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri-ciri berikut:
1. Digunakan oleh masyarakat umum
2. Dibiayai oleh perusahaan negara
3. Digunakan untuk kendaraan bermotor
6
4. Penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan
Jalan juga mempunyai empat fungsi yang diantaranya melayani kendaraan yang
bergerak, melayani kendaraan yang parkir, melayani pejalan kaki dan kendaraan tak
bermotor, pengembangan wilayah dan akses ke daerah pemilikan. Semua jalan pada
umumnya sudah mencakupi dua atau tiga fungsi pelayanan yang disebutkan. Namun tidak
menutupkemungkinan bahwa sebuah jalan hanya memenuhi satu kriteria pelayanan saja.
Karakteristik geometri jalan terdiri dari tipe jalan, lebar jalur lalu lintas, bahu jalan, trotoar,
kerb, median jalan dan alinyemen jalan.
Sistem jaringan jalan terdiri dari dua komponen yaitu simpang (node) dan ruas (link).
Sistem jaringan jalan merupakan abstraksi dari fasilitas transportasi yang memiliki
kedudukan penting, terutama jika dihubungkan dengan penggunaan lahan akan membentuk
suatu pola tata guna lahan yang pada gilirannya dapat mempengaruhi rencana fisik ruang
kota, serta perannya sebagai sarana transportasi yaitu untuk menampung pergerakan manusia
dan kendaraan (Creighton, 2000, dalam Juniardi, 2006). Sistem jaringan jalan terdiri dari
dua macam yaitu sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan yang disusun berdasarkan rencana
tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah
di tingkat nasional, yang mengubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud
pusat-pusat kegiatan. Sistem jaringan jalan primer terdiri dari empat (4) macam, yaitu
jalan arteri, jalan kolektor primer, jalan local primer, dan jalan lingkungan primer.
Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan yang disusun berdasarkan
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa
untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara terus
menerus kawasan yan mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi
sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan sampai ke persil. Sistem jaringan jalan
sekunder terdiri dari empat (4) macam, yaitu jalan arteri sekunder, jalan kolektor
sekunder, jalan local sekunder dan jalan lingkungan sekunder.
2.1.6. Transportasi
7
Transportasi adalah perpindahan barang atau penumpang dari suatu tempat
ketempat lain, dimana produk dipindahkan ke tempat tujuan dibutuhkan. Dan secara
umum transportasi adalah suatu kegiatan memindahkan sesuatu (barang dan/atau
barang) dari suatu tempat ke tempat lain, baik dengan atau tanpa sarana (Bowersox,
1981). Sedangkan menurut Papacostas (1987) transportasi didefinisikan sebagai suatu
sistem yang terdiri dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem control yang
memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari suatu temapat ke tempat lain
secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktivitas manusia. Konsep sistem
transportasi sangat berperan dalam pengembangan wilayah dan kota. Berperan penting
sebagai penunjang pembangunan dan pemberian jasa bagi perkembangan ekonomi.
Secara umum, sistem transportasi bermanfaat untuk menghubungkan pusat kegiatan
produsen dan konsumen, meningkatkan produktifitas, mempermudah disribusi dan
penyebaran penduduk, serta mencapai persetujuan bangsa, perkembangan
kebudayaan, dan kesatuan politik sehingga memperkuat pondasi persatuan dan
kesatuan bangsa.
Permasalahan Transportasi
Saat ini permasalahan transportasi di Indonesia belum terasi dan akan terus bertambah
dengan seiring berjalannya waktu. Permasalahan ini disebabkan oleh pertumbuhan dan
perkembangan sebuah wilayah dan kota. Beberapa masalah transpotasi dan sistem
transportasi yang sering kita jumpai adalah sebagai berikut:
- Kemacetan atau tidak lancarnya arus lalu lintas ayng didasari akibat jumlah arus lalu
lintas pada suatu ruas jalan tertentu yang melebihi kapasitas maksimum yang dimiliki
oleh jalan tersebut.
- Lahan parkir juga merupakan suati permasalahan pada sistem transportasi. Parkir
didefinisikan sebagai tempat khusus bagi kendaran untuk berhenti demi keselamatan
(Tamin, 2000: 67). Kebutuhan sarana lahan parkir sangat dibutuhkan untuk
mendukung kelancaran aktivitas. Terbatasnya ruang untuk lahan parkir, sistem dan tata
cara parkir, sirkulasi, dan pengaturan parkir yang kurang baik, semakin menambah
masalah dalam sistem transportasi, khususnya di pusat kota.
Tundaan merupakan waktu yang hilang akibat dipengaruhi oleh suatu unsur yang
tidak dapat dikendalikan oleh pengendara baik di dalam arus lalu linta itu sendiri maupun
8
arus lalu-lintas lain (Pignaro,1970:107). Terdapat dua jenis tundaan yang dapat terjadi
dalam arus lalu lintas, yaitu Tundaan tetap disebabkan oleh alat-alat pengendali lalu
lintas. Tundaan ini seringkali terjadi di persimpangan-persimpangan jalan. Yang kedua
adalah Tundaan operasional yang disebabkan oleh ganguan antara unsur-unsur di dalam
arus lalu-lintas atau tundaan yang disebabkan oleh adanya pengaruh dari lalu lintas lain.
Misalnya : Kendaraan yang masuk keluar dari tempat parkir, pejalan kaki atau kendaraan
yang berhenti.
Nilai lahan dibedakan antara lahan yang diusahakan (improved land) yaitu lahan
yang harga lahan ditambah dengan harga bangunan yang terdapat di atasnya dan lahan
yang tidak diusahakan (unimproved land) adalah harga lahan tanpa bangunan di atasnya.
Menurut Sincalir (Hadi Sabari Yunus 2002) nilai lahan dibagi ke dalam 2 tipe yang
berbeda, yaitu nilai lahan pertanian yang dikaitkan dengan usaha-usaha dalam bidang
pertanian dan nilai lahan spekulatif sebagai akibat adanya derajat antisipasi terhadap
perluasan fisik kota yang meningkat pada areal yang bersangkutan sehingga penentuan
besarnya nilai lahan selalu dikaitkan dengan kepentingan non agraris. Karena gejala
perluasan kota dianggap sebagai sesuatu yang berjalan terus, walau lambat namun pasti,
maka para petani mempunyai penilaian bahwa nilai tanah yang mendekati kota
mempunyai nilai spekulasi yang semakin tinggi.
Faktor penentu nilai dan harga lahan terbentuk oleh faktor-faktor yang mempunyai
hubungan, pengaruh dan daya tarik yang kuat terhadapnyayang diklasifikasikan menjadi
dua faktor yaitu :
9
2. Faktor tak terukur (intangible factors)
Sistem tata guna lahan pada sistem transportasi terdiri dari berbagai aktivitas yang
berlangsug di atas sebidang tanah yang mempunyai bangunan maupun tidak diatasnya.
2.2. Kebijakan
10
melayani kebutuhan pelayanan tertentu atau tidak utuk lalu-lintas (jalan buntu atau
cul de sac).
11
BAB III
METODELOGI PERENCANAAN
Metodelogi penelitian dalam pembuatan laporan studio proses perencanaan ini adalah
menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
berusaha medeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi pada saat
sekarang. (Sujana dan Ibrahim, 1989:65).
Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada pemecahan masalah–masalah
aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Dalam pelaksanaan
penelitian deskriptif, diharapkan dapat merumuskan masalah terkait dengan variable yang
diteliti dan menentukan jenis data yang diperlukan terkait dengan data kuantitatif dan
kualitatif. Serta menentukan prosedur pengolahan data hingga kemudian data dianalisa dan
dapat disimpulkan.
Dalam penulisan laporan ini, hasil perencanaan dituangkan menggunakan kata-kata
tertulis dan didukung dengan data yang dapat memperkuat laporan hasil pembahasan.
Dalam perencanaan penelitian dan masa pengumpulan data, pengamatan objek studi
perencanaan identifikasi kepadatan kendaraan secara langsung akan dilaksakan oleh
penulis di kawasan Lampenenurut, Aceh Besar.
Teknik pengumpulan data merupakan hal krusial dalam meneyelesaikan laporan studio
proses perencanaan yang sedang dalam tahap penyelesaian. Keakuratan dan keaslian data
merupakan hal penting dan dapat berdampak pada hasil akhir laporan perencanaan. Oleh
karena itu, dalam pengumpulan data laporan perencanaan ini penulis memisahkan data
yang diperoleh dari sumber secara langsung atau disebut dengan data primer dan data yang
diperoleh secara tidak langsung seperti data yang telah tersedia pada instansi tertentu dan
disebut dengan data sekunder. Metode pengumpulan data yang akan dilakukan oleh penulis
adalah :
12
3.2.1. Data Sekunder
Dalam pengumpulan data sekunder, penulis akan menggunakan data statistik, data
studi dan data media baik dari media cetak maupun media elektronik. Serta dokumen
rencana antara lain :
Badan Pusat Statistik (BPS)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang
Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu
Lintas
Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Retribusi
Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
RTRW Provinsi Aceh dan RTRW Kabupaten Aceh Besar
13
meliputi mahasisiwa kos dan pekerja swasta dan pekerja dibidang pemerintahan.
Metode ini akan dilakukan dengan penyebaran kuisioner dengan acak, sehingga hasil
yang di dapatkan dapat imbang tanpa memberatkan salah satu pihak yang menjadi
target pengisian sampel.
14
3.3.Desain Survey
Demikian dilampirkan tabel desain survey tentang identifikasi aksesibilitas jalan di kawasan Lampeneurut, Aceh Besar.
VARIABEL PENELITIAN
METODE
NO TUJUAN SUMBER DATA OUTPUT
ANALISIS
VARIABEL INDIKATOR
15
2 Menganalisis konsep jalan Sistem peraturan lalu Observasi Metode Untuk menjadi salah
dampak yang sesuai lintas bagi kawasan Wawancara Deskriptif satu bahan acuan
peningkatan dengan kondisi yang memiliki Kuisioner Kualitatif Dan perencanaan tata guna
kepadatan arus lalu kawasan dengan aktifitas ringgi dan Peraturan bupati Kuantitatif lahan pada kawasan
lintas terhadap tingkat aktifitas padat penduduk Studi Dokumen studi agar hal yang
perkembangan tinggi Sistem pengaturan SNI menjadi
wilayah kawasan lahan parkir dan permasalahaan saat
Lampenenurut. perbaikan halte ini dapat diselesaikan
angkutan umum sesuai dengan target
Penertiban pedagang dan harapan.
kaki lima dan
pengadaan trotoar
bagi keselamatan
pejalan kaki di
kawasan studi.
16
3.4. Tabel Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan Selama empat bulan, dimulai dari bulan September
hingga bulan desember. Rincian kegiatan dapat dilihat pada tabel.
JADWAL
NO KEGIATAN SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A. TAHAP
PERSIAPAN
Menyiapkan List
1
Kebutuhan Data
Membuat Rencana
2
Kerja
3 Survey Awal
Mengumpulkan
4
Data Sekunder
Membuat Peta
5
Dasar
6 Membuat Tor
Meninjau
7
Kebijakan
Menyusun Laporan
8
Pendahuluan
Evaluasi Laporan
9
Pendahuluan
Merevisi Laporan
10
Pendahuluan
B. TAHAP
PENGUMPULAN
DATA DAN
PENGOLAHAN
DATA
Melakukan Survey
1
Kedua
Mengumpulkan
2 Data (Prime Dan
Sekunder)
3 Melengkapi Data
4 Mengolah Data
Evaluasi Laporan
5
Data
Merevisi Laporan
6
Data
C. TAHAP AKHIR
17
Menyusun Laporan
1
Akhir
Evaluasi Laporan
2
Akhir
Merevisi Laporan
3
Akhir
18
BAB IV
Kabupaten Aceh Besar berada pada Provinsi Aceh memiliki letak geografis yang
terletak pada 5º 2’– 5º,8’ Lintang Utara dan 95º80’– 95º,88’ Bujur Timur. Adapun batas
administrasi Kabupaten Aceh Besar dideliniasi berdasarkan batas-batas adalah :
19
Gambar 4.1 Peta Batas Administasi Kabupaten Aceh Besar
Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Aceh Besar
Selain itu Kabupaten Aceh Besar juga merupakan gerbang utama karena telah
ditunjang dengan sarana berupa jalan nasional arteri primer dan jalan kolektorr primer. Selain
itu ditunjang pula dengan prasarana berupa transportasi bandar udara di Blang Bintang dikenal
juga dengan badara SIM (Sulan Iskandar Muda) dan Pelabuhan Malahayati di Krueng Raya.
Sejalan dengan potensi Kabupaten Aceh Besar yang terletak dengan sangat strategis,
menjadikan Kabupaten Aceh Besar berpotensi memiliki pertumbuhan ekonomi yang dapat
tumbuh dan berkembang dengan pesat. Rincian menegenai pembagian luas Kabupaten Aceh
Besar dapat dilihat di tabel yang tertera di bawah.
20
Gambar 4.2 Peta Batas Administasi Kecamatan Darul Imarah
Sumber : SAS Planet dan ArcGIS
Ibukota Kecamatan Darul Imarah, Lampeuneurut Ujong Blang memiliki luas wilayah
0,27 km². seluas 0,26 km² digunakan sebagai lahan non pertanian dan 0,1 km² merupakan
lahan sawah. Desa Lampeuneurut termasuk ke dalam mukim Lamreung dan termasuk wilayah
yang padat akan penduduk karena letaknya yag strategis dan berada di pinggiran Kota Banda
Aceh
Letak geografis kawasan studi berada pada 5°30'54.1" lintang utara 95°19'34.3" bujur
selatan. Tempat dan lokasi studi yang akan diidentifikasi dan diulas berada di Jalan utama
Soekarno – Hatta kawasan pusat Lampeneurut, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh
Besar. Meliputi tiga desa yang berada pada Kecamatan Darul Imarah yaitu Desa Tingkeum,
21
Desa Lampeneurut Ujong Blang dan Desa Lampenenurut Gampong. Adapun batas-batas
admisnistrasi dari ke-tiga wilayah desa adalah sebagai berikut :
Jalan Soekarno-Hatta yang menjadi objek kawasan studi ini termasuk ke dalam kategori
jalan arteri primer yang memiliki total luas 6,19 km dan cabang dari jalan Soekarno-Hatta
seperti jalan
22
Kawasan studi terletak tepat pada ibukota kecamatan Darul Imarah, yaitu Desa
Lampeneurut Ujong Blang yang dimana kawasan ini termasuk sebagai kawasan yang sangat
strategis dan padat akan penduduk serta banyak kantor pelayanan masyarakat baik yang di
bawah naugan dinas kepemerintahan maupun dibawah naungan swasta.
Jumlah penduduk Kecamatan Darul Imarah adalah 56.400 jiwa pada tahun 2019
berdasarkan data Badan Pusat Statistik dari data Kecamatan Darul Imarah dalam angka tahun
2020. Dengan persebaran jiwa jenis kelamin pria 28.704 jiwa dan wanita 27.696 jiwa.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Aceh Besar, pada tahun 2011 Kecamatan Darul Imarah
merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling tinggi jika dibandingkan
dengan seluruh kecamatan yang berada di Kabupaten Aceh Besar. Proyeksi jumlah penduduk
kecamatan darul imarah kabupaten aceh besar sampai tahun 2032 dengan menggunakan
metoda proyeksi polynomial (jiwa) adalah sebagai berikut.
23
Sedangkan sejak tahun 2015 hingga tahun 2019, kecamatan Darul Imarah terus mengalami
pertambahan dan pertumbuhan penduduk yang tidak terlalu signifikan. Rata – rata
pertambahan penduduk setiap tahunnya sebanyak 1081 jiwa. Pertumbuhan dan perkembangan
penduduk ini tentu saja dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan perpindahan.
P E R T U M B U H A N P E N D U D UK TA H U N
2015-2019
Jumlah Penduduk
2019 56400
2018 55350
2017 54264
2016 53177
2015 52073
Gambar 4.5 Grafik pertumbuhan penduduk tahun 2015-2019 Kecamatan Darul Imarah
Sumber : Dokumen Kecamatan Darul Imarah dalam Angka 2020
4.5.1. Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Darul Imarah tahun 2019 dengan
total sebanyak 122 (seratus dua puluh dua) unit sarana kesehatan. Dengan perseberan
dijabarkan sebagai berikut:
24
5 Puskesmas pembantu 8
6 Poliklinik 2
7 Tempat praktek dokter 15
8 Tempat praktek bidan 15
9 Poskesdes 9
10 Polindes 20
11 Posyandu 44
12 Apotek 7
Total 122
Tabel 4.1 Persebaran jumlah sarana kesehatan di Kecamatan Darul Imarah
Sumber : Dokumen Kecamatan Darul Imarah dalam Angka 2020
4.5.2. Pendidikan
Sarana pendidikan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Darul
Imarah tahun 2019 dibagi menjadi dua sektor yaitu sekolah umum negeri dan swasta serta
sekolah agama negeri dan swata. Total keseluruhan saran pendidikan dari dua sektor ini
adalah 38 (tiga puluh delapan) unit. Dengan persebaran dijabarkan sebagai berikut:
Jenjang Pendidikan
No Sektor Perguruan
SD/MI SLTP/MTs SMA/MA
Tinggi
Sekolah Umum
1 16 5 4 5
Negeri Dan Swasta
Sekolah Agama
2 4 2 2 -
Negeri Dan Swasta
Total 20 7 6 5
Tabel 4.2 Persebaran jumlah sarana pendidikan di Kecamatan Darul Imarah
Sumber : Dokumen Kecamatan Darul Imarah dalam Angka 2020
Kabupaten Aceh Besar terdapat 3 sistem jaringan jalan primer yaitu sistem primer
utara, tengah dan selatan, pembangunan kembali jalan kereta api dengan jalur standar,
pengembangan perhubungan laut dengan simpul di Pelabuhan Malahayati dan arahan
25
pengembangan pusat penyebaran sekunder Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar
Muda di Blang Bintang.
Kondisi jaringan jalan di kawasan kabupaten aceh besar pasca bencana alam
tsunami pada 2004 menglami penurunan yang secara garis besar disebabkan karena
kemampuan pembiayaan setelah masa krisis ekonomi yang menyebabkan berkurangnya
secara drastis biaya pemeliharaan jalan oleh pemerintah. Tingkat kerusakan jalan akibat
pembebanan muatan lebih dan sistem penanganan yang belum memadai, berakibat pada
hancurnya jalan sebelum umur teknis jalan tersebut tercapai.
Rencana pengembangan prasarana sistem jalan raya meliputi kondisi jaringan jalan,
status dan fungsi jaringan, ketersediaan dan pengembangan jalan, status dan fungsi jalan,
terminal dan ketersediaan angkutan umum. Ruas jalan yang ada di Kabupaten Aceh Besar
meliputi ruas jalan, ruas jalan strategis nasional, ruas jalan propinsi dan jalan strategis
propinsi, ruas jalan strategis kabupaten, ruas jalan lokal dan ruas jalan pedesaan.
Sedangkan ruas jalan kolektor primer dengan status jalan provinsi yang menjadi bagian
objek kawasan studi di laporan ini adalah jalan sukarno-hatta (jalan elak I dan jalan elak
II) dengan total panjang ruas 7.63 km.
Jalan sukarno-hatta ini juga disebut dengan nama jalan Banda Aceh-Lambaro,
dengan lebar badan jalan eksisiting selebar 7 meter. Berdasarkan dokumen RTRW
Kabupaten Aceh Besar direncanakan pengembangan jaringan jalan tahun 2032 dengan
rencana peruntukkan jalan untuk kecepatan kendaraan >60 km/jam, dilakukan pelebaran
jalan dengan lebar >8 meter dan rencana aka memiliki garis sempadan jalan atau GSJ
selebar >22 meter.
26
Gambar 4.6 Peta Rencana Sistem Jaringan Transportasi Kabupaten Aceh Besar
Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Aceh Besar
Berdasarkan kecamatan darul imarah dalam angka tahun 2020, jenis permukaan
jalan utama yang mengubungkan antar gampong/desa terbagi kedalam dua kategori.
Kategori jalan aspal dan kategori jalan yang diperkeras. Secara keseluruhan ada 17
gampong/desa yang pemukaan jalannya sudah di aspal, sedangkan 15 desa lainnya masih
termasuk kategori jalan yang diperkeras. Kawasan studi yaitu kawasan Lampeuneurut
gampong adalah termasuk kawasan yang jalannya telah di aspal.
Adapula jenis penerangan utama antar gampong/desa seluruh kecamatan darul
imarah yang listriknya diusahakan oleh pemerintah atau termasuk kedalam subsidi
pemerintah.
Sarana komunikasi di Kecamatan Darul Imarah seperti radio, televisi dan
telepon/HP sudah mampu terpenuhi semua desa yang terdapat pada Kecamatan Darul
27
Imarah. Sedangkan fasilitas seperti kantor Pos Indonesia, kantor telekomunikasi, warung
telekomunikasi dan warung internet berjumlah 12 unit. Adapula keberadaan Base
Transceiver Station (BTS) atau disebut menara telepon seluler terdapat 2 unit dan kekuatan
sinyal telepon seluler dari tiga puluh dua desa yang terdapat di Kecamatan Darul Imarah
sebagiannya masih lemah.
4.5.4. Ekonomi
28
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Terdapat 40 kuesioner yang dibagikan kepada responden. Dalam satu kuesioner terurut
terdapat 5 pertanyaan responden data diri yang termasuk di dalamnya nama, usia, jenis kelamin,
pekerjaan dan tempat tinggal. Serta 13 pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat responden
mengenai aksesibilitas di jalan soekarno-hatta kawasan Lampeneurut, Kabupaten Aceh Besar.
Dari pengolahan data kuesioner ini akan diperoleh gambaran umum latar belakang dari
responden dan jawaban dari masing masing variabel pertanyaan. Analisis deskriptif dilakukan
untuk mengetahui besar nilai distribusi frekuensi, mean dan interpretasinya dari 40 responden yang
menjawab kuesioner.
Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi, pie chart dan bar
chart. Berdasarkan analisis deskriptif tersebut, akan terlihat jelas gambaran profil responden
terhadap pendapat mereka mengenai aksesibilitas jalan di kawasan Lampeneurut. Melalui seluruh
analisis ang dilakukan di Bab 5 ini, penulis mengharapkan perolehan penjelasan menegenai
aksesibilitas jalan di kawasan lampenenurut berdasarkan kondisi eksisiting.
Penjabaran analisis aksesibilitas ini berguna untuk melihat potensi dan keadaan
aksesibilitas di kawasan studi. Dengan memahami aksesibilitas ini, maka akan mudah bagi
pemerintah maupun pihak swasta dalam me-reka ulang atau membenahi pusat masalah yang
terjadi pada aksesibilitas secara eksisiting.
Berdasarkan hasil observasi di kawasan studi yang telah dilakukan, tersedianya sarana
jaringan jalan yang masuk ke dalam kategori jalan kolektor primer yaitu Jalan Soekarno-Hatta
atau biasa disebut dengan jalan Banda Aceh-Lambaro dan Jalan lokal Tgk. Nek Lampenerut.
Kedua jalan inimasuk ke dalam pembahasan kawasan studi laporan ini. Intensitas aksesibilitas
pada kedua tipe jalan ini di dalam kawasan studi masuk ke dalam kategori tinggi. Karena jalan
kolektor primer dan jalan local ini berada pada kawasan padat akan penduduk dan juga berada
29
pada kawasan ibukota dari Kecamatan Darul Imarah. Namun kepadatan yang terjadi di
kawasan studi ini hanya terjadi pada pukul tertentu. Jika di klasifikasi berdasarkan tiga
kategori seperti pada sub-bab karakteristik responden, pada pagi, siang dan sore hari maka
hambatan atau kepadatan aksesibilitas hanya terjadi pada pagi dan sore hari saja.
Pada peta persebaran titik kepadatan pada pagi hari di atas dapat dilihat bahwa
kepadatan yang terjadi pada pukul 07.00-11.00 pagi tersebar pada 2 titik yaitu pada jalan
Soekarno-Hatta (Banda Aceh-Lambaro) dan Jalan lokal Tgk. Nek Lampenerut. Penyebab
adanya hambatan dan kepadatan pada jalan Tgk. Nek Lampenerut dikarenakan jalan ini
merupakan akses menuju jalan kolektor primer atau jalan utama dan akses menuju sarana
pendidikan yang ada pada Desa Lamtheun seperti SD Nurul Fikri dan SMPIT Lukmanul
Hakim yang siswanya rata-rata berasal dari kawasan Ketapang, Lhong Raya, Batoh dan Neusu
30
jaya. Dengan ukuran jalan yang hanya dapat dilewati oleh dua mobil dengan arah yang
berlawanan membuat akses masyarakat yang berasal dari kawasan Tingkeum, Lamtheun dan
sekitarnya berhadapan langsung dengan masyarakat dari arah jalan Soekarno-Hatta yang
memerlukan akses ke dalam kawasan jalan Tgk. Nek Lampenerut. Tingginya tingkat
aksesibilitas yang terjadi namun tidak dibarengi dengan sarana jaringan jalan yang mumpuni
maka terjadilah kepadatan. Selain itu, pada pagi hari, di jln Tgk. Nek Lampenerut juga terdapat
pasar pagi tanpa lahan parkir yang tepat berada pada simpang pertama di jalan ini, yang
membuat keadaan jalan semakin sempit dan membuat kepadatan semakin parah. Pada saat
memasuki jln Tgk. Nek Lampenerut dari arah jalan Soekarno-Hatta (Banda Aceh-Lambaro)
terdapat sekitar 150 meter permukaan jalan yang tidak diaspal dan rusak, selain itu jalan ini
juga merupakan media pasir yang dipadatkan sehingga pada saat keadaan cuaca gersang akan
membuat debu pasir dan pada saat keadaan hujan akan banyak genangan air lumpur sehingga
sangat tidak aman bagi para pengguna jalan dan sangat tidak layak bagi jalan yang memiliki
aksesibilitas yang tinggi.
Pada titik kepadatan kedua di peta merupakan pada simpang APILL (rambu lalu lintas)
Lampeneurut, Aceh Besar. Jalan yang masuk ke dalam kategori jalan Provinsi ini pada pagi
hari juga memiliki aksesibilitas yang tinggi karena merupakan salah satu jaur utama untuk
mengakses jalur kearah kota. Selain itu, di sekitar simpang rambu lalu lintas juga terdapat
beberapa saran pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sarana kesehatan
seperti puskesmas dan rumah sakit, dan beberapa kantor pusat pelayanan masyarakat seperti
KUA dan Bank Konvensional. Dan hampir semua instansi sarana prasarana bergerak aktif
atau memulai pergerakan pada pagi hari sehingga membuat lonjakan drastis pada aksesibilitas
di titik kawasan studi ini.
31
Gambar 5.2 Peta Persebaran Titik Kepadatan Pada Siang Hari
Sumber : SAS Planet dan ArcGIS
Sebagai perbandingan intensitas kepadatan aksesibilitas pada kawasan studi di siang hari
berbeda jauh dibandingkan dengan pagi hari. Siang hari yang dimulai dari pukul 11.00-14.00
siang menjadi titik lega bagi jalan di kawasan studi. Dikarenakan tingkat aksesibilitas yang
rendah. Hanya terdapat titik kecil kepadatan di dua kawasan seperti di simpang pasar pagi
jalan Tgk. Nek Lampenerut dan siampang APILL Jalan Soekarno Hatta. Jika pada jalan Tgk.
Nek Lampenerut aksesibilitasnya sedang dikarenakan pada titik tersebut adanya pasar pagi
dank arena adanya tempat penitipan anak yang semua kunci aksesnya berada pada simpang
pasa pagi tersebut. Namun hal tersebut berdasarkan observasi harian hanya terjadi pada pukul
11.00-12.00 siang. Sedangkan titik kepadatan siang hari yang ada di jalan Soekarno Hatta
disebabkan karena sebagian siswa sekolah dasar sudah selesai menyelesaikan pembelajaran
dan orang tua murid yang berkumpul decara acak untuk menjemput anak masing-masing. Hal
ini menjadi penyebab mengapapada siang hari terjadi sedikit kepadatan.
32
Gambar 5.3 Peta Persebaran Titik Kepadatan Pada Sore Hari
Sumber : SAS Planet dan ArcGIS
Persebaran titik kepadatan pada sore hari tidak jauh berbeda dengan kondisi intensitas
aksesibilitas pada pagi hari. Yang membedakan hanya pergerakan arus yang pada kasus pagi
hari masyarakat masuk ke dalam kawasan tujuan maka pada sore hari masayaraka keluar dari
kawasan tujuan menuju asal. Serta kondisi eksisiting lainnya yang membedakan hanyalah
pada jalan Tgk. Nek Lampenerut tidak adanya lagi pasar pagi yang menjadi salah satu faktor
utama hambatan yang terjadi di kawasan studi.
33
Gambar 5.4 Peta Persebaran Titik Kerusakan Jalan
Sumber : SAS Planet dan ArcGIS
Kualitas jalan yang berada di kawasan studi pada bagian jalan kolektor primer yaitu
jalan Soekarno Hatta (Banda Aceh – Lambaro) sudah disapal hanya saja ada beberapa titik
jalan yang berlubang (tertera pada peta gambar 5.22), namun pada jalan Tgk. Nek Lampenerut
yang merupakan jalan lokal, kondisi eksisitingnya belum diaspal dan berpasir serta tidak aman
bagi para pengguna jalan karena jika pada musim hujan akan berlumpur dan pada musim
panas akan kering dan tebaran gumpalan debu yang menghalangi jarak pandang dalam
berkendara. Jalan kolektor primer kawasan studi berdasarkan RTRW Kabupaten Aceh Besar
memiliki lebar 6 meter dan lebar jalan lokal yang ada di kawasan studi selebar 3 meter.
Kawasan studi yang merupakan kawasan pusat, kawasan ini dilewati oleh berbagai macam
kendaraan, tidak hanya roda dua, tiga dan empat, tetapi juga kendaraan besar seperti truck
besar dan kendaraan pengangkut alat berat. Tidak hanya itu, bus khas ikon Kota Banda Aceh
34
dan Aceh Besar yaitu Trans Kutaraja juga melewati jalur ini, dan memiliki halte untuk
digunakan oleh masyarakat.
Tidak menglami
gangguan dan
hambatan
30%
Mengalami
gangguan dan
Hambatan
70%
Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa 70% dari 40 orang yang
menggunakan jalan soekarno hatta kawasan Lampeneurut menyetujui bahwa mereka
mengelami gangguan dan hambatan selama menggunakan jaringan jalan yang dimaksud.
Sedangkan 12 orang yang temasuk ke dalam 30% dari jumlah responden lebih menyetujui
bahwa selama mereka menggunakan jaringan jalan soekarno hatta kawasan Lampeneurut
tidak mengalami hambatan dan gangguan.
Opini tentang mengalami sebuah gangguan atau hambatan dalam jawaban dari
kuesioner ini termasuk kedalam opini pribadi yang masing-masing individu memiliki
perspektif masing-masing. Sehingga opini tentang mengalami gangguan atau hambatan di
jaringan jalan soekarno hatta kawasan Lampeneurut merupakan sebuah pilihan berdasaran
pandangan masing-masing.
35
5.1.2. Kondisi Eksisiting Jalan
16
14
12
10
0
Baik Sekali Baik Biasa Saja Buruk Buruk Sekali
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan opini dari responden
bahwa kategori baik dan biasa saja mendapat jumlah vote yang sama yaitu masing masing
kategori berjumlah 15 orang (37,5%), lalu terdapat kategori buruk yang dipilih oleh 7 orang
(17,5%), sedangkan ada 2 orang (5%) yang memilih kategori baik sekali dan 1 orang
(2,5%) yang memilih kategori buruk sekali.
36
Gambar 5.7 Kondisi Eksisting Jalan Tgk. Nek Lampeneurut
Sumber : Hasil Observasi
37
bahwa akan adanya rencana perbaikan dengan pelebaran badan jalan menjadi 8 meter dan
peruntukan jalan untuk kendaraan dengan kecepatan >60 km/jam.
38
5.2. Karakteristik Responden
12 - 17 th 10%
>30 th 23%
24 - 29 th 7%
18 - 23 th 60%
Laki-laki 30%
Perempuan 70%
Berdasarkan jenis kelamin, responden dari kuesioner ini di dominasi oleh jenis kelamin
perempuan sebanyak 28 orang (70%) dan responden dari jenis kelamin laki-laki sebanyak 12
orang (30%).
39
5.2.2. Pekerjaan
70
60
50
40
30
20
10
0
PNS Swasta Pelajar Lainnya
Jumlah 5 6 26 3
Presentase 1250,00% 1500% 6500% 750,00%
%3 %3
Rumah
Kantor
Kampus/Sekolah
Pasar Tradisional
%94 Mall
Klinik
Kos
40
Dari total keseluruhan jawaban yang diberikan oleh responden, sebanyak 38 orang (94%)
memilih rumah sebagai asal perjalanan mereka, sedangkan 6% lainnya dibagi menjadi dua
yaitu 1 orang (3%) mempunyai asal perjalanan dari kos dan 1 orang (3%) lainnya memiliki
asal perjalanan dari klinik kesehatan yang berada di kawasan Lampenenurut.
Hal ini cukup masuk akal dikarenakan, berdasarkan RTRW Kabupaten Aceh besar 2012-
2032 menunjukkan bahwa Kecamatan Darul Imarah merupakan salah satu dari dua
Kecamatan yang ada kabupaten Aceh besar yang memiliki tingkat populasi paling tinggi.
Bukan tanpa alasan, Kecamatan Darul Imarah memang diperuntukkan untuk masyarakat
bermukim karena selain kondisi toporafinya yang mendukung, Kecamatan Darul Imarah juga
sangat strategis dan berada di pinggiran kota dan berbatasan langsung dengan Kota Banda
Aceh.
%2
%3
%13 Rumah
%22
%8 Kantor
Kampus/Sekolah
Pasar Tradisional
Mall
%52
Klinik
Lainnya
Jika pada sebelumnya asal perjalanan responden jawabannya hampir seragam yang
dikarenakan hampir 80% responden tinggal di kawasan kecamatan Darul Imarah. Namun pada
bagian tujuan perjalanan responden, hasil yang didapatkan cukup beragam. Dengan kategori
paling banyak berada pada bagan kampus/sekolah sebanyak 21oang (52,5%), diikuti dengan
tujuan ke kantor sebanyak 9 orang (22,5%), tujuan pasar tradisional 3 orang (7,5%),
sedangkan tujuan ke rumah, mall, klinik, masing masing sebanyak 1 orang (2,5%) dan
kategori tujuan lainnya sebanyak 5 orang (10%) yang tujuan perjalanannya seperti ke rumah
teman, warung kopi, keperluan, dll.
41
5.2.4. Maksud Perjalanan
%3
%8
Sekolah/ Kuliah
%28
%61 Bekerja
Belanja
Lainnya
Setelah pertanyaan asal perjalanan dan tujuan perjalanan, adapula pertanyaan yang penulis
bubuhkan di kuesioner yang isinya menegenai maksud perjalanan. Pertanyaan selaras dengan
pertanyaan pertama dan pertanyaan kedua. Jawaban yang diberikan oleh responden terhadap
pertanyaan ini juga cukup beragam, namun tetap didominasi oleh jawaban yang memiliki
maksud perjalanan ke sekolah/kampus sebanyak 22 orang (55%). Selanjutnya diikuti dengan
maksud perjalanan untuk bekerja sebanyak 10 orang (25%) dan maksud perjalanan untuk
belanja sebanyak 3 orang (7,5%) dan maksud perjalanan untukhal lainnya sebanyak 5 orang
(12,5%). Pernyataan yang diberikan oleh responden terhadap jawaban lainnya terbilang cukup
beragam, mulai dari ada yang memiliki maksud untuk urusan bisnis, pulang ke rumah,
mengantar anak sekolah, ambil gaji, dll.
42
5.2.5. Jenis Kendaraan Yang Digunakan
Sepeda Jalan kaki
5% 3%
Mobil
30%
Motor
62%
Jika dilihat dari gambar di atas terlihat bahwa mayoritas dari 40 responden menggunakan
jenis kendaraan roda dua sebanyak 25 orang (63%), menggunakan kendaraan roda empat atau
mobil sebanyak 12 orang (30%), lalu ada yang menggunakan sepeda sebanyak 2 orang (5%)
dan yang menggunakan moda jalan kaki hanya 1 orang (3%).
Jika dilihat kondisi kawasan secara eksisiting, maka pendapat dari penulis maupun dari
para responden yang sempat di wawancara akan sangat masuk akal bila banyak yang memilih
menggunakan kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat, dikarenkana kondisi eksisting
di jalan kawasan lampenenurut sangat tidak mendukung dan tidak bersahabat untuk para
pejalan kaki. Terlebih untuk bagian jalan local primer dan jalan kolektor primer yang berada
di sekitara jalan soekarno-hatta yang termasuk sebagai jalan arteri primer. Selain tidak adanya
jaminan keselamatan bagi para pejalanan kaki, trotoar juga belum menjadi pembangunan
prioritas di jalan soekarno-hatta kawasan Lampeneurut.
43
5.2.6. Frekuensi Perjalanan Responden Dalam Waktu 1 Minggu
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1 -3 kali 4 -7 kali 8 - 10 kali setiap hari
Jumlah 15 3 2 20
Presentase 3750,00% 750,00% 500% 5000%
44
5.3. Akumulasi Pendapat Responden
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Baik Sekali Baik Biasa Saja Buruk Buruk Sekali
45
Ketersediaan
No Hasil Observasi Keterangan
Ada Tidak
Sarana
Toilet umum Tidak terdapat toilet
1. umum baik di lokasi
studi maupun di
sekitarnya.
Tempat sampah Tidak terdapat
tempat sampah
umum di sekitar
kawasan studi,
2. masyarakat masih
membayar
kendaraan untuk
menjemput sampah
setiap 3 hari dalam
seminggu.
Lahan parkir Terdapat lahan
kosong yang
digunakan untuk
3. parkir yang masih
belum tertata rapi di
sekitaran kawasan
studi.
Trotoar Tidak terdapat
trotoar untuk
4. pembatas pinggiran
jalan di sepanjang
jalan kawasan studi.
Lampu jalan Terdapat lampu
penerangan di
5. seluruh kecamaan
darul imarah yang di
subsidi oleh
pemerintah.
Lampu lalu lintas Terdapat lampu lalu
lintas tepat di pusat
6. kawasan studi yang
tersedia di dua
simpangan.
Papan petunjuk arah Terdapat papan
7. petunjuk arah yang
cukup jelas untuk
petunjuk para
46
penggunaan jalan di
kawasan studi.
Halte Terdapat satu halte
bus transkutaraja dan
halte untuk
menyebrang untuk
siswa di sekitar
kawasan studi.
Fasilitas peribadatan Terdapat fasilitas
peribadatan yang
berada di sekitar
kawasan studi
berupa masjid dan
meunasah.
Fasilitas keamanan Terdapat fasilitas
keamanan di lokasi
studi berupa
kapolsek yang ada di
Lampenueurut
Ujong Blang
Prasarana
Air bersih Di seluruh
Kecamatan Darul
Imarah sudah
1. terdistribusi air
bersih dengan
merata melalui
saluran air PDAM.
Jaringan listrik Terdapat jaringan
2. listrik di sepanjang
jalan di lokasi studi.
Jaringan komunikasi Lokasi studi sudah
dijangkau oleh
3. sinyal telepon
genggam, televise
dan radio.
Akses jalan Akses jalan tersedia
namun terdapat
4. kerusakan di
beberapa titik jalan
sepanjang kawasan
studi.
Tabel 5.1 Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Secara Eksisiting
Sumber : Hasil Observasi
47
Sebaiknya sebagai kawasan yang menjadi ibukota kecamatan dari kecamatan darul
imarah, diharapkan kawasan lampeneuurt mempunyai fasilitas dasar seperti hal nya toilet
umum, tempat pengumpulan sampah bersama dan trotoar. Seperti yang kita ketahui bahwa
selain kecamatan darul imarah merupakan kawasan yang padat akan penduduk, kawasan
ini juga di kerumuni oleh berbagai macam instansi pendidikan baik yang berbasis negeri
maupun swasta. Sehingga masalah sampah dan troroar menjadi poin penting untuk
diadakan.
48
5.3.2. Kebutuhan Lahan Parkir
%0 %0
%45
Sangat Cukup
%55 Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Pada bagian ini dari keseluruhan total responden dan empat pilihan jawaban,
responden menjawab hanya 2 dari 4 kategori yang telah disedikan. Dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan opini responden, kebutuhan lahan parkir masih kurang dengan
dipilihnya sebanyak 22 orang (55%) dan diikuti dengan responden yang memilih kategori
cukup untuk kebutuhan dan ketersediaan lahan parkir sebanyak 18 orang (45%).
Sedangkan untuk kategori Sangat Cukup dan Sangat Kurang masing masing tidak dipilih
oleh siapapun (0%).
Untuk saat ini berdasarkan kondisi eksisiting, lahan parkir yang ada di sekitar
kawasan lampenenurut merupakan lahan kosong di depan toko dan pinggir badan jalan.
Artinya tidak adaya lahan parkir khusus yang disediakan agar tidak menggganggu
ketertiban jalan. Pada bebrapa titik, lahan yang biasanya digunakan sebagai parkir telah
digunakan oleh para pedangang kaki lima yang berjejer dan tidak sesuai dengan aturan.
Sehingga membuat hambatan panjang jika sedang berada titik-titik jam kepadatan terjadi.
49
5.3.3. Keamanan Pengguna Jalan
%0
%5
%45
Sangat Aman
%50 Aman
Tidak Aman
Sangat Tidak Aman
Dari gambar garfik tentang opini responden mengenai keamanan pengguna jalan di
atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa sebanyak 20 orang (50%) beranggapan bahwa
kondisi pada kawasan ini termasuk aman, sedangkan 18 orang (45%) lainnya memilih
kategori tidak aman, dan pilihan paling kecil yaitu kategori sangat aman sebanyak 2 orang
(5%). Serta kategori sangat tidak aman, hasil yang didaptkan adalah 0 (0%) dari seluruh
total 40 responden.
Berdasarkan kondisi eksisiting keamanan dari pengguna jalan di kawasan
lampeneurut ini cukup di khawatirkan. Terlebih lagi pada pengguna jalan yang
menggunakan transportasi sepeda dan para pejalan kaki, karena di kawasan Lampenenurut
ini tidak tersedia trotoar atau jaminan keselamatan yang mumupuni untuk melindungi para
pengguna sepeda. Seperti yang kita ketahui bahwa kawasan lampeneurut ini banyak sekali
dilewati oleh kendaraan bermuatan besar seperti truck tanah maupun transportasi besar
lainnya. Selain itu, tidak adanaya kebijkana khusus bagi para pelanggar lalu lintas yang
menganggap lampu lintas hanya sebagai pajangan. Banyak sekali pengendara yang tidak
segan untuk jalan berlawanan arah secara kecang, putar balik yang tidak sesuai dengan
peraturan, dan masi banyak lagi masalah yang dapat membahayakan keselamatan bagi
semua pengguba jalan di jalan soekarno-hatta kawasan lampeneneurut ini.
50
5.3.4. Titik Waktu Terjadinya Hambatan
14.00-19.00 sore
11.00-14.00 siang
07.00-11.00 pagi
0 5 10 15 20 25 30
Berdasarkan opini responden terhadap waktu kepadatan atau hambatan yang terjadi
di Jalan soekarno-hatta kawasan lampenenrut adalah sebanyak 23 orang memilih
kepadatan banyak terjadi di pukul 07.00-11.00 WIB pagi. Lalu diikuti dengan 4 oarng yang
memilih jam kepadatan jalan terjadi pada pukul 11.00-14.00 WIB siang dan responden
paling banyak memilih bahwa jam kepadatan jalan di kawasan lampeneurut paling
menghambat terjadi pada pukul 14.00-19.00 WIB sore.
Hal ini terjadi juga terjadi karena berdasarkan aktivitas umum yang biasa terjadi di
kawasan padat penduduk. Pada pagi hari kepadatan jalan akan meningkat karena aktivitas
masarakat yang beragam dimulai dan bertujuan kemana saja baik ke sekolah, kampus,
kantor, mupun ke pasar tradisional. Sedangkan pada pukul 14.00-19.00 WIB sore dapat
disimpulkan bahwa semuanya akan kembali ke kediaman masing-masing. Baik bagi
masyarakat yang berangkat pada pagi hari maupun siang hari. Sehingga pada jam 14.00-
17.00 menjadi jam yang membentuk hambatan paling parah berdasarkan pengalaman
responden dan pengalaman penulis.
51
5.3.5. Fungsi Data Karakterisik Responden
Kegunaan data dari hasil analisis karakterisik responden ini berguna untuk analisis
pengindetifikasian permasalahan terhadap aksesibilitas yang terjadi di kawasan studi.
Selain itu, data ini juga berguna untuk melihat permasalahan yang terjadi di kawasan studi
melalui berbagai macam sudut pandang sehingga bisa menjadi dasar dari sebuah
kesimpulan.
Selain sebagai dasar penelitian, data karakteristik responden ini juga berguna
sebagai kerangka pembangunan sebuah penilaian terhadap suatu permasalahan yang
terjadi. Sehingga data karakteristik responden yang didapatkan mampu menjadi dasar atau
acuan dalam membantu berbagai pihak baik dari pemerintah maupun swasta dalam
memprioritaskan penyelesaian atau pembenahan dari masalah-masalah yang telah di
uraikan.
Dapat disimpulkan dari data karakteristik responden ini bahwa dari mayoritas
yang berumur 18-23 tahun yang mengisi kuesioner, dengan domain paling banyak
memiliki profesi sebagai mahasiswa memiliki asal dari rumah dan tujuan ke kampus atau
sekolah dalam meggunakan sarana jalan soekarno-hatta untuk menuju ke tujuannya
masing-masing. Hampir seluruhnya dari para pengisi kuesioner menggunakan moda
transportasi roda 4 dan roda 2 menyatakan bahwa mereka mengalami gangguan
aksesibilitas dalam menggunakan sarana jalan di kawasan studi ini.
Dari hasil seluruh responden, 37,5% responden menyatakan bahwa mereka
merasa kondisi eksisiting jalan di sepanjang jalan soekarno hatta dan sekitar kawasan studi
masih baik, dengan kondisi fasilitas umum yang keadaannya biasa saja. Sedangkan
pendapat responden terhadap kemanan pengguna jalan di sepanjang kawasan studi hampir
seimbang, 50% dari seluruh responden menyatakan bahwa keamanan jalan bagi pengguna
jalan di sepanjang kawasan studi merasa aman dan 45% dari seluruh responden merasa
tidak aman bagi para pengguna jalan.
Berdasarkan hasil voting dari seluruh responden yang mengisi kuesioner,
didapatkanlah hasil bahwa titik waktu terjadinya hambatan atau kepadatan jalan di kawasan
studi berada pada pukul 07.00-11.00 pagi dan 14.00-19.00 sore. Hal ini terjadi karena
52
beberapa penyebab, dua poin yang paling banyak di voting oleh para responden terhadap
penyebab dari terjadinya hambatan adalah karena pengguna jalan yang tidak taat peraturan
dan juga banyaknya kendaraan yang lalu lalang dalam waktu yang bersamaan sehingga
menyebabkan hambatan yang cukup menggangu aksesibilitas di kawasan studi.
Banyak yang menyebabkan kepadatan yang terjadi di lalu lintas. Berdasarkan kondisi
eksisting kawasan studi, faktor-faktor yang menyebabkan hambatan atau kepadatan di
kawasan studi berdasarkan faktor kondisi jalan adalah volume kendaraan yang melebihi
kapasitas kemampuan menampung jalan. Lampu lalu lintas yang dipasang cukup banyak dan
dalam jarak yang berdekatan, hal ini terdapat pada kawasan studi yaitu terdapat 2 simpang
yang dilengkapi oleh APILL dalam jarak kurang dari 1 kilometer dalam dua simpang. Selain
itu, terdapat banyak titik kerusakan jalan seperti jalan berlubang, jalan tidak diaspal, dan
permukan aspal yang sudah tidak rata.
Sedangkan faktor kepadatan dan hambatan yang terjadi di kawasan studi berdasarkan
faktor manusia adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengatur dan memarkirkan
kendaraan mereka secara tertib dan rapi. Selain itu ada pula sikap acuh serta perilaku
kebiasaan masyarakat di kawasan studi dari hasil observasi harian ditemukan bahwa masih
kurangnya rasa peduli dan patuh akan peraturan lalu lintas sehingga tidak hanya menyebabkan
53
kepadatan dan hambatan namun juga akan memunculkan kecelakaan yang tidak diinginkan.
Faktor yang tetrakhir adalah adanya kegiatan pasar pagi dadakan yang telah menjadi
kebiasaan bagi masyarakat sekitar. Pasar pagi ini muali pada pukul 6.30 pagi hingga pukul
12.00 siang dengan menggunakan lahan pinggiran jalan di simpang jalan Tgk. Nek
Lampenerut. Karena adanya kegiatan pasar pagi ini menyebabkan banyaknya kendaraan roda
dua dan roda empat yang parkir sembarangan di bahu jalan yang jalurnya sempit, sehingga
membuat jalur semakin sempit dan susah dilewati sehingga berdampah pada bertambahnya
antrean kendaraan yang terhambat aksesnya untuk melewati area kawasan studi pasar pagi ini.
Berikut akan dijabarkan faktor – faktor kepadatan lalu lintas di kawasan studi
beserta dengan solusinya dengan tujuan diharapkan mampu menjadi arahan dan rekomendasi
bagi siapa saja yang memerlukannya.
Penyebab Kepadatan
Potensi Arahan Strategi
Aksesibilitas
Faktor Kondisi Jalan
Dapat terjadi kepadatan Membatasi jumlah
yang tinggi hingga mobil pribadi yang
kemacetan yang sangat boleh dimiliki
parah sehingga dapat Membatasi penggunaan
volume kendaraan yang
memunculkan mobil pribadi dengan
melebihi kapasitas
permasalahan yang lain cara batasan usia mobil
kemampuan menampung jalan
seperti polusi udara dan yang digunakan
suara serta tingkat Larangan pengoperasian
kecelakaan yang lebih mobil besar pada hari
tinggi. kerja (senin – jumat)
Terjadi penumpukan Pengaturan hitungan
Lampu lalu lintas yang kendaraan di satu titik atau secara tepat agar tidak
dipasang cukup banyak dan kawasan dalam radius terjadi tumpukan
dalam jarak yang berdekatan kurang dari 3 kilometer Tutup simpang yang
sehingga dapat berdampak paling besar
54
menyebabkan dalam menghasilkan
kesemerawutan jalan dan hambatan
kemacetan.
Dapat meningkatkan angka
kecelakaan dan Perbaikan jalan dengan
banyak titik kerusakan jalan
memunculkan rasa material jalan yang baik
yang tersebar
ketidaknyamanan bagi para Pemeliharaan jalan
pengguna jalan.
Faktor Manusia
Larangan dan
penertiban penggunakan
Dapat terjadi kepadatan bahu jalan untuk parkir
yang tinggi hingga kendaraan
kemacetan yang sangat Penyediaan lahan parkir
parah sehingga dapat yang terpusat untuk
kurangnya kesadaran
memunculkan sebuah wilayah yang
masyarakat dalam mengatur
permasalahan yang lain pada akan aktivitas
dan memarkirkan kendaraan
seperti polusi udara dan Penugasan polisi lalu
suara serta tingkat lintas atau
kecelakaan yang lebih pembangunan pos polisi
tinggi. di simpang yang
memiliki aksesibilitas
yang tinggi
Penegasan dalam
Tidak hanya dapat kebijakan bagi para
kurangnya rasa peduli dan menimbulkan potensi pelanggar lalu lintas
patuh akan peraturan lalu kecelekaan tetapi juga Pemasangan cctv
lintas kemacetan secara otomatis untuk
bersamaan. melakukan e-tilang
seperti di Jakarta
55
Larangan penggunaan
jalan untuk kegiatan
Dapat menyebabkan
pasar
kegiatan pasar tradisional pagi tumpukan kendaraan dan
Alokasi pasar pagi ke
dadakan sulitnya akses kendaraan
tempat yang lebih luas
lain untuk lalu-lalalng.
dan tersedianya lahan
parkir
Jalan Berlubang
Parkir sembarangan
0 5 10 15 20 25
Berdasarkan gambar garfik batang diatas, banyak responden yang memilih lebih
dari satu pilihan, yang artinya para responden beranggapan bahwa masalah yang terjadi
lebih dari satu. Untuk kategori yang paling banyak dipilih dari pertanyaan penyebab
terjadinya hambatan di jalan Soekarno-hatta kawasan lampeneurut adalah banyaknya
56
kendaraan yang lalu lalang yang dipilih oleh 25 orang. Lalu diikuti dengan pengguna jalan
yang tidak taat akan peraturan lalu lintas sebagai penyebab hambatan adalah sebanyak 23
orang.
Tiga kategori selanjutnya hanya dipilih oleh <15 orang. Seperti jalan berlubang
yang menjadi penyebab hambatan dipilih oleh 12 orang, parkir sembarangan yang dipilih
oleh 10 orang responden dan kategori penyebab hambatan paling sedikit berdasarkan opini
responden adalah pedagang kaki lima (PKL) yang memakan badan jalan, kategori ini
dipilih sebanyak 6 orang.
57
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Tujuan dari pembuatan laporan identifikasi isu ini adalah untuk memperoleh informasi
tentang aksesibilitas jalan di jalan soekarno-hatta kawasan lampenenurut berdasarkan opini
dari para pengguna jalan harian kawasan ini. Serta untuk mengetahui apa saja faktor-faktor
yang menjadi penghambat dan menjadi gangguan bagi para pengguna jalan.
Berdasarkan tujuan dan hasil analisis yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kondisi eksisting jalan soekarno-hatta
kawasan Lampenenurut dalam keadaan baik dan masih mampu mendukung
aksesibilitas para pengguna jalan di kawasan studi ini. Karena juga berdasarkan
fasilitas umum atau biasa disebut dengan sarana dan parsarana kawasan Lampeneurut
sebagai ibukota dari Kecamatan Darul Imarah hampir memenuhi semua persyaratan
berdasarkan pemenuhan sarana prasarana sebuah pemukiman. Sedangkan untuk
penyediaan lahan parkir, sebagian tempat darikawasan studi mampu menampung
banyaknya kendaraan untuk parkir, namun sebagian yang lainnya masih belum
mampu dan memakan badan jalan dan juga pastinya membahayakan para pengguna
jalan.
2. Dikarenakan kawasan studi tidak ada fasilitas trotoar untuk menunjang pedestrian dan
tidak adanya jalur khusus atau kebijakan khusus untuk melindungi para pengguna
sepeda. Adapula ditemukan banyaknya kerusakan jalan di sepanjang kawasan studi
sehingga dapat disimpulkan jaminan keselamatan di kawasan ini terbilang cukup
rendah.
3. Serta mengenai hal titik pukul hambatan yang terjadi di kawasan Lampenenurut adalah
yang tertinggi pada pukul 14.00-19.00 sore WIB dan kedua tertinggi terjadi pada pukul
07.00-11.00 pagi WIB. Dimana hal ini umum terjadi pada kawasan pemukiman yang
padat akan penduduk, karena pada pukul-pukultersebutlah semua aktifitas muali dan
berakhir pada hampir semua kegiatan masyarakat baik seperti sekolah, bekerja dan
beraktivitas di luar ruangan.
58
6.2 Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka adapula saran yang
diberikan oleh responden pada bagian akhir pertanyaan dan saran yang penulis tuturkan.
Saran yang dapat disimpulakan dari 40 responden yang mengisi kuesioner yang isi dari
pertanyaannya adalah apakah para pengisi kuesioner mengharapkan perbaikan pada jalan
di kawasan Lampenenurut. Dari isi pertanyaan sebelumnya, ada beberapa poin yang dapat
di simpulkan seperti:
Berdasarkan saran-saran yang diberikan oleh responden, maka dapat disimpulkan dan
ditegaskan ulang bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas jalan maka diperlukan perbaikan
fisik dan kebijakan di jalan soekarno-hatta kawasan Lampenenurut dengan dimulai dari
perbaikan kecil seperti penambalan jalan yang berlubang untukmenekan angka kecelakaan.
59
Setelah itu disarakan dengan pengadaan trotoar atau fasilitas pedestrian untuk penggguna
jalan yang menggunakan moda berjalan kaki. Namun jika berpacu pada RTRW Kabupaten
Aceh Besar tahun 2012-2032 makan akan adanya perbaikan jalan dan pelebaran jalan untuk
mendukung peningkatan aksesibilitas jalan di kawasan jalan soekarno-hatta.
60
DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. 2013. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. 2013. Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh Tahun 2012-2032. Aceh Besar.
Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. 2013. Qanun Aceh Nomor 02 Tahun 2018
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh Tahun 2012-2032. Aceh Besar.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Besar. 2020. Kabupaten Aceh Besar Dalam
Angka 2020. Aceh Besar : Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Besar. 2019. Kecamatan Darul Imarah
Dalam Angka 2018. Aceh Besar : Badan Pusat Statistik.
SIregar, S. R. (2017). Implementasi Kebijakan Transportasi Publik Lalu Lintas Di Medan the
Implementation of Public Transportation Policy on Solving Traffic Density and. In
Manajemen Transportasi & Logistik (Vol. 04, Issue 02). Implementasi; kebijakan public;
transportasi; kepadatan; kemacetan.
Alhani, Erwan, K., & Sulandari, E. (2017). Analisa Lalu Lintas Terhadap Kapasitas Jalan Di
Pinggiran Kota Pontianak (Kasus Jalan Sungai Raya Dalam). Jurnal Mahasiswa Teknik Sipil
Universitas Tanjungpura, 4(4), 1–7.
Badan Pusat Statistika. (2020). Statistik Indonesia 2020 Statistical Yearbook of Indonesia 2020.
In Statistical Yearbook of Indonesia (Issue April).
Julianto, E. N. (2010). Hubungan Antara Kecepatan, Volume Dan Kepadatan Lalu Lintas Ruas
Jalan Siliwangi Semarang. Jurnal Teknik Sipil Dan Perencanaan, 12(2), 151–160.
https://doi.org/10.15294/jtsp.v12i2.1348
Nurinda Abdi, G., Priyanto, S., & Malkamah, S. (2019). Hubungan Volume, Kecepatan Dan
Kepadatan Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Padjajaran (Ring Road Utara), Sleman. Teknisia,
XXIV(1), 55–64. https://doi.org/10.20885/teknisia.vol24.iss1.art6
61
Oliver, J. (2013). Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Prabowo, M. (2011). Analisa Kepadatan Arus Lalu Lintas Pada Ruas Dengan Pendekatan Linier
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “
Jawa Timur.
Wahyu Widodo, Nur Wicaksono, H. (2012). Analisis Volume , Kecepatan , dan Kepadatan Lalu
Lintas dengan Metode Greenshields dan Greenberg. Ilmiah Semesta Teknika, 15(2), 178–184.
Widayani, W., Purwanto, P., & Sutisnanto, D. (2008). KAJIAN KORELASI TINGKAT
KEPADATAN LALU LINTAS DI KOTA SEMARANG DENGAN KONSENTRASI CO
DAN Pb. In Jurnal Ilmu Lingkungan (Vol. 2, Issue 10).
Magribi, L. O. M., & Suhardjo, A. (2004). Aksesibilitas Dan Pengaruhnya Terhadap Pembangunan
Di Perdesaan : Konsep Model Sustainable Accessibility Pada Kawasan Perdesaan Di Propinsi
Sulawesi Tenggara. Jurnal Transportasi, 4(2), 149–160.
Nugroho, C. (2013). Aksesibilitas Halte dan Kualitas Pelayanan Trans Jogja dengan Keputusan
Pengguna. In Eprints.Uny.Ac.Id.
Srianty, J., M. Isya, & Anggraini, R. D. (2017). Analisis Kondisi Kemantapan Jalan Dengan Lalu
Lintas Harian Rata-Rata Pada Jalan Arteri Sekunder. Jurnal Teknik Sipil, 1(1), 99–110.
62