Anda di halaman 1dari 36

RAHASIA

MARKAS BESAR TNI ANGKATAN DARAT Lamp II Keputusan Dansecapaad


SEKOLAH CALON PERWIRA Nomor Kep/ / /2022
Tanggal 2022

DASAR ORGANISASI DAN STAF

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Sekelompok orang/masyarakat yang melakukan aktifitas secara


bersama-sama tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam
pencapaian tujuan tersebut diperlukan adanya sarana dan prasarana yang
dapat mendukung pencapaian tujuan tersebut. Adapun sarana yang
mutlak dan penting dalam pencapaian tujuan tersebut adalah organisasi.

b. Dalam penyusunan atau pembentukan suatu organisasi diperlukan


pertimbangan dan dasar-dasar, doktrin serta peraturan tata tertib yang
harus diperhatikan. Selain itu yang harus diperhatikan pada organisasi
terdapat tiga unsur penting yang bekerja bersama-sama demi tercapainya
tujuan dari organisasi, ketiga unsur tersebut adalah unsur pimpinan,
unsur pembantu pimpinan (Staf) dan unsur pelaksana.

c. Sebagai seorang Perwira dituntut dapat memahami tugas dan fungsi


Staf sehingga dapat bekerja sebagai seorang Staf dengan baik dan efisien.
Untuk itulah bahan ajaran ini dibuat dalam rangka memberikan
pemahaman tentang pengetahuan Dasar Organisasi dan Staf kepada
Calon Perwira pada Pendidikan Pembentukan Perwira TNI AD.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah Departemen ini disusun dengan maksud untuk


dijadikan salah satu bahan ajaran bagi Pendidikan Pembentukan Perwira
TNI AD.

b. Tujuan. Agar Calon Perwira TNI AD mengerti tentang pengetahuan


Dasar Organisasi dan Staf sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas di
satuan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Pendahuluan.
b. Pengetahuan tentang Organisasi.
c. Pengetahuan tentang Organisasi Militer.
d. Pengetahuan tentang Organisasi Staf.
e. Penutup.

RAHASIA
2

4. Referensi.

a. Peraturan Kasad Nomor/26/XII/2019 tanggal 26 Desember 2019,


tentang Bujuk Induk Organisasi dan tugas Markas Besar TNI Angkatan
Darat (Orgas Mabesad)

b. Keputusan Kasad Nomor Kep/1024/XII/2020 tanggal 21 Desember


2020, tentang Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi.

c. Keputusan Kasad Nomor Kep/933/XII/2020 tanggal 17 Desember


2020, tentang Doktrin Personel TNI AD.

d. Keputusan Kasad Nomor Kep/944/XII/2020 tanggal 22 Desember


2020, tentang Doktrin Intelijen TNI AD.

5. Pengertian.

a. Organisasi. Bentuk dan susunan orang/badan dengan fungsi-


fungsi tertentu dan diatur dengan prosedur, sehingga terdapat hubungan
kerja sama dalam melaksanakan tugas pokok guna mencapai tujuan yang
ditentukan.

b. Staf. Suatu badan yang terdiri dari Perwira-Perwira yang


membantu Komandan dalam menjalankan Komandonya mulai dari
perencanaan sampai pada taraf pengawasan terhadap pelaksanaan
perintah yang dikeluarkan oleh seorang Komandan.

c. Struktur. Hubungan beberapa unsur (Pimpinan, Pembantu


Pimpinan dan Pelaksana) sehingga unsur-unsur tersebut merupakan satu
keseluruhan.

d. Koordinasi Staf. Suatu proses yang mengatur agar semua bagian


dapat disusun menjadi satu, sebagai suatu kebulatan yang intergratif.

BAB II
PENGETAHUAN TENTANG ORGANISASI

6. Umum. Suatu organisasi timbul karena adanya tujuan, dan tujuan


itu yang mengakibatkan harus dilakukannya kegiatan-kegiatan/usaha-usaha
dan tugas-tugas oleh tenaga manusia, binatang atau alat-alat dengan
menggunakan benda, uang dan bangunan (fasilitas). Maka semua kegiatan yang
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tersebut perlu terorganisir dengan
baik, itulah yang melatar belakangi timbulnya organisasi. Dan untuk
mengetahui tentang organisasi maka pada bab ini kita akan membahas tentang
akibat organisasi pada manusia, pertimbangan pokok dalam menyusun
organisasi dan pedoman pengorganisasian.

7. Akibat Organisasi Pada Manusia. Dengan timbulnya organisasi secara


otomatis menimbulkan akibat pada manusia yang menjadi bagian atau anggota
dari organisasi, adapun akibat yang timbul tersebut adalah:
3

a. Timbulnya kewajiban untuk mentaati peraturan-peraturan, tata


tertib, prosedur dan doktrin yang dibuat oleh organisasi tersebut.

b. Adanya kedudukan, kekuasaan, hak dan kewajiban serta tanggung


jawab.

c. Timbulnya tugas dan pekerjaan tertentu serta keharusan bekerja


sama dengan orang lain dalam organisasi tersebut atau organisasi lain.

8. Pertimbangan Pokok dalam Menyusun Organisasi. Di dalam


menyusun suatu organisasi perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

a. Tujuan Organisasi.

1) tujuan harus dinyatakan dengan jelas, karena tujuan tersebut


akan memberikan pedoman serta arah bagi suatu organisasi;

2) tujuan harus dalam batas kemampuan organisasi tersebut;


dan

3) harus dipegang teguh dan dalam mencapainya dapat secara


kenyal dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi.

b. Tugas Pokok.

1) peranan tugas pokok adalah untuk mendorong tercapainya


tujuan organisasi;

2) harus dinyatakan dengan jelas, benar, lengkap, dan tegas


sehingga dapat menimbulkan inisiatif; dan

3) dapat memberikan sifat dan corak pada organisasi tersebut.

c. Fungsi. Berdasarkan tugas pokok maka organisasi akan


menyelenggarakan bermacam-macam kegiatan, usaha, dan pekerjaan yang
disebut fungsi. Secara terperinci dapat diterangkan beberapa hal sebagai
berikut:

1) merupakan kelompok kegiatan yang satu dengan yang lain


saling mengisi di dalam melaksanakan suatu tugas;

2) sebagai penyalur bermacam-macam kegiatan, usaha, dan


pekerjaan serta dapat mencegah adanya usaha, kegiatan, dan
pekerjaan yang tidak diperlukan; dan

3) dapat sebagai dasar untuk menentukan suatu prosedur.


4

d. Prosedur.

1) Merupakan suatu proses yang dapat menentukan hubungan


dan kerjasama antara komponen-komponen atau unsur-unsur
secara harmonis.

2) Sebagai suatu methode, pedoman doktrin untuk menjamin


keseragaman tindakan agar tercapai suatu efisiensi dan berhasil
guna. Dan untuk mencapai efisiensi yang sebesar-besarnya
diperlukan adanya ketentuan-ketentuan antara lain:

a) susunan, kedudukan dan hubungan pejabat dengan


yang lain;

b) kekuasaan dan tanggung jawab masing-masing;

c) luas dan macam pekerjaan serta kegiatan yang harus


dilakukan;

d) pembagian pekerjaan yang seimbang; dan

e) tata kerja yang efisien.

9 Pedoman Pengorganisasian.

a. Dasar-dasar Organisasi. Didalam menyusun organisasi selain


harus memperhatikan pertimbangan pokok dalam menyusun organisasi,
juga harus memperhatikan beberapa dasar yang melandasi suatu
organisasi agar organisasi tersebut hidup dan dinamis. Adapun dasar-
dasar organisasi tersebut adalah:

1) Kesatuan Komando.

a) Kesatuan Komando menghendaki bahwa setiap tingkat


kesatuan hanya ada satu orang pimpinan, sehingga tanggung
jawab atas pelaksanaan tugas terletak pada satu orang.

b) Adanya tingkat-tingkat Komando dan jalur perintah.

c) Tujuan kesatuan Komando adalah:

(1) untuk meniadakan keragu-raguan;

(2) untuk mempercepat proses pengambilan


keputusan; dan

(3) untuk memperjelas tanggung jawab.

2) Kemampuan mengawasi.
5

a) Kemampuan mengawasi secara efektif dari seseorang


terhadap orang lain terbatas.

b) Kemampuan seseorang mengawasi langsung di lapangan


± 7 orang, sedangkan di ruangan 3 sampai dengan 7 orang.

3) Penentuan tugas yang homogen. Merupakan rincian


serta pengelompokan aktifitas yang semacam atau erat
hubungannya satu sama yang lain untuk mencapai tujuan.

4) Delegasi Wewenang.

a) Penyerahan sebagian kekuasaan dan pekerjaan dari


seorang pejabat kepada pejabat bawahannya, untuk
mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas dapat
dilaksanakan dengan baik.

b) Pelimpahan kekuasaan yang diberikan oleh pimpinan


dilaksanakan dalam koridor yang telah ditentukan, sedangkan
tanggung jawab tetap berada pada pemberi delegasi.

5) Rantai Komando:

a) merupakan saluran pemberi perintah/instruksi secara


hirarki dari tingkat tertinggi sampai terbawah;

b) membentuk kelangsungan kekuasaan dari Komando


atas terhadap Komando bawah dan penyaluran jalannya
instruksi yang sah serta menjamin terwujudnya kesatuan
Komando;

c) saling berhubungan secara tegak lurus dan bertingkat


sehingga merupakan suatu mata rantai secara hirarki;

d) sebagai pedoman dalam penindakan atau


penyelenggaran yang ditujukan secara khusus terhadap
sesuatu atau seseorang pejabat secara hirarki; dan

e) setiap penyimpangan yang terjadi di Komando bawah


segera diluruskan, dilaporkan atau diberitahukan kepada
pejabat diatasnya secara hirarki.

6) Kesederhanaan. Setiap organisasi/satuan disusun secara


sederhana sehingga memungkinkan semua anggota dapat
melaksanakan segala kegiatan dari kesatuannya.

7) Mudah digerakkan. Organisasi/satuan dilengkapi


perlengkapan serta personel yang dilatih secara teratur dan
sistematis sehingga dapat digerakan dalam berbagai keadaan medan
dan cuaca untuk menyelesaikan tugas pokoknya.
6

8) Mudah diubah. Organisasi dapat diatur dan diubah sesuai


dengan kebutuhan dan keadaan yang dihadapi.

9) Dapat memenuhi kebutuhan sendiri. Untuk dapat


memenuhi kebutuhan sendiri, diperlukan adanya 4 (empat)
komponen didalam organisasi sebagai berikut:

a) komponen yang dapat mencari dan mengumpulkan


data/informasi serta dapat menyediakan keterangan yang
diperlukan pada waktunya untuk dipakai dalam mengambil
keputusan;

b) komponen yang dapat digerakkan/dikerahkan untuk


menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya;

c) komponen yang dapat mengawasi dan mengendalikan


seluruh kegiatan sesuai dengan beban tugas yang diemban;
dan

d) komponen yang bertugas merawat dan memelihara


kesatuan dan perlengkapan yang dimiliki, serta dukungan
administrasi sesuai tingkatan.

b. Pendekatan Pengorganisasian. Dalam menentukan struktur


organisasi TNI Angkatan Darat dilaksanakan melalui dua model, yaitu:

1) Model Sistem. Digunakan untuk penyusunan organisasi


satuan dalam rangka pembinaan kekuatan yang mempunyai
jangkauan waktu relatif lama serta dalam pelaksanaannya selalu
melibatkan sub sistem inti, sub sistem pendukung, dan sub sistem
integrasi sebagai elemen kesatuan yang satu sama lain tidak dapat
di pisahkan/saling terkait dalam mencapai tujuan.

2) Model Kontinjensi. Digunakan untuk menyusun organisasi


satuan yang dinamis dan kondusif terhadap kemungkinan-
kemungkinan terjadinya perubahan sebagai akibat perkembangan
lingkungan dan diberlakukan dalam kurun waktu tertentu sesuai
dengan kebutuhan. Model Kontinjensi ini menggunakan dua
dimensi yaitu dimensi tugas atau fungsi dan dimensi Komando
pelaksana sebagai pengintegrasian dari tugas-tugas dan fungsi-
fungsi yang tersedia. Tugas dan fungsi yang diemban serta
pengaruh lingkungan dan tugas-tugas khusus akan menentukan
struktur organisasi.

c. Unsur-unsur Pokok Organisasi.

1) Unsur pimpinan. Merupakan unsur dalam organisasi yang


mempunyai atau mendapat kekuasaan untuk:

a) menentukan kebijaksanaan umum;


b) memberikan petunjuk-petunjuk umum;
7

c) menyelenggarakan pengawasan umum;


d) menetapkan dan mengeluarkan perintah-perintah
umum; dan
e) mengendalikan seluruh organisasi atau memimpin.

2) Unsur pembantu pimpinan (Staf). Unsur pimpinan dalam


menyelenggarakan kepemimpinannya pada umumnya dibantu oleh
unsur pembantu pimpinan atau Staf dan bantuan itu dapat berupa
salah satu/beberapa atau semua fungsi seperti tersebut dibawah ini:

a) merumuskan kebijaksanaan khusus;


b) memberikan petunjuk-petunjuk khusus;
c) menyelenggarakan pengawasan khusus;
d) menyiapkan dan merumuskan perintah-perintah;
e) menyelenggarakan perencanaan;
f) menyelenggarakan penyusunan;
g) memberikan usul-usul atau saran-saran;
h) melaksanakan koordinasi;
i) memberikan pertimbangan-pertimbangan dan nasehat;
j) menyiapkan catatan-catatan dan laporan-laporan; dan
k) Menyiapkan anggaran.

3) Unsur Pelaksana. Merupakan unsur dalam organisasi yang


melaksanakan apa yang dikehendaki oleh organisasi yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan organisasi tersebut.

d Macam Struktur Organisasi. Struktur organisasi yang berlaku di


jajaran TNI Angkatan Darat, dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Organisasi Tunggal. Struktur Organisasi ini memiliki


bentuk dasar dan struktur yang sederhana, ketiga unsur pokok
organisasi yaitu pimpinan, pembantu pimpinan, dan pelaksanan
berada dalam satu badan.

2) Organisasi garis atau organisasi militer:

a) Hubungan-hubungan bersifat tegak lurus. Garis


pimpinan lurus dari atas ke bawah dan garis
pertanggungjawaban lurus dari bawah ke atas;

b) Setiap pejabat atau badan hanya mempunyai satu


pejabat atau badan di atasnya, kepada siapa ia bertanggung
jawab dan dari siapa ia menerima perintah;

c) Fungsi unsur pembantu pimpinan sudah melekat pada


unsur pimpinan. Komando dilakukan dari pimpinan atasan
melalui pimpinan bawahannya secara berturut-turut atau
bertingkat ke bawah;
8

d) Organisasi garis merupakan organisasi yang paling tua


dan sederhana dan lazim juga disebut organisasi militer,
karena organisasi militer didasarkan atas sistem organisasi ini;

e) Organisasi garis pada organisasi militer adalah untuk


tingkat Kompi ke bawah;

f) Keuntungan dan Kerugian:

(1) Keuntungan:

(a) tanggung jawab jelas;

(b) kesatuan Komando meresap benar; dan

(c) disiplin mudah dikendalikan.

(2) Kerugian:

(a) tidak ada spesialisasi;

(b) koordinasi dan kerja sama kurang jelas; dan

(c) tidak dapat digunakan untuk satuan besar.

g) Gambar 1. Bentuk pangkal Struktur Organisasi Garis.

UNSUR PIMPINAN

Penjelasan:
UNSUR PELAKSANA : Garis Komando
9

h) Gambar 2. Bentuk Struktur Organisasi Garis dengan


lebih dari satu unsur Pelaksana.

UNSUR PIMPINAN

UNSUR UNSUR UNSUR


Penjelasan:
PELAKSANA PELAKSANA
PELAKSANA

Penjelasan:

: Garis Komando

i) Gambar 3. Bentuk Struktur Organisasi Garis


Bertingkat-tingkat.

UNSUR PIMPINAN
Unsur Pimpinan
Tingkat 1
Tingkat 1

UNSUR PELAKSANA /
Unsur Pelaksana
PIMPINAN
Tingkat 1

Unsur Pimpinan
Tingkat 2
Tingkat 2 UNSUR
PELAKSANA Unsur Pelaksana
Tingkat 2

Penjelasan:
: Garis Komando

3) Organisasi Garis dan Staf.

a) Jalannya hubungan sama dengan organisasi garis,


ditambah adanya hubungan mendatar, ialah hubungan yang
bersifat penyelenggaraan bantuan kepada unsur pimpinan.

b) Unsur pembantu pimpinan tidak mempunyai kekuasaan


memerintah langsung kepada unsur pelaksana. Segala
hubungan dari unsur pembantu pimpinan yang lazim disebut
10

Staf kepada unsur pelaksana dilakukan melalui atau atas


kekuasaan unsur pimpinan.

c) Keuntungan dan Kerugian.

(1) Keuntungan:

(a) keuntungan pada struktur organisasi garis


tetap dimiliki oleh organisasi ini;

(b) adanya saran dari Staf, sehingga keputusan


dan tindakan yang diambil oleh pimpinan akan
lebih tepat;

(c) adanya bantuan Staf yang memberikan


waktu pada pimpinan untuk lebih banyak
memusatkan perhatiannya pada masalah yang
lebih penting;

(d) koordinasi dan kerjasama akan lebih jelas;


dan

(e) dapat digunakan pada satuan yang besar.

(2) Kerugian. Saran Staf dirasakan/dianggap suatu


perintah oleh para pimpinan bawahan/unsur pelaksana.

d) Gambar 1. Bentuk Pangkal Struktur Organisasi Garis


dan Staf.

UNSUR PIMPINAN

UNSUR
STAF

UNSUR
PELAKSANA
Penjelasan:

: Garis Komando
: Garis Staf
11

e) Gambar 2. Bentuk organisasi garis dan Staf dengan


lebih dari satu unsur Staf dan lebih dari satu unsur
pelaksana.

UNSUR PIMPINAN

UNSUR UNSUR
STAF STAF

UNSUR UNSUR UNSUR


PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

Penjelasan:

: Garis Komando
: Garis Staf
12

f) Gambar 3. Bentuk organisasi garis dan Staf yang


bertingkat.

UNSUR PIMPINAN

UNSUR
STAF

UNSUR PELAKSANA /
PIMPINAN

UNSUR
STAF
UNSUR PELAKSANA /
PIMPINAN

UNSUR
STAF

UNSUR
PELAKSANA
Penjelasan:
: Garis Komando
: Garis Staf

4) Organisasi Fungsional.

a) Kekuasaan unsur pimpinan untuk sebagian atau


semuanya diserahkan kepada unsur-unsur pembantu
pimpinan menurut keahlian dan/atau fungsinya masing-
masing. Dengan demikian unsur pembantu pimpinan
mendapat kedudukan sebagai unsur pimpinan khusus dalam
lapangan keahliannya.

b) Unsur Pembantu pimpinan mendapatkan kekuasaan


dari unsur pimpinan untuk secara langsung memberikan
petunjuk-petunjuk, menyelenggarakan koordinasi dan
pengawasan-pengawasan dalam masing-masing lapangan
kekuasaannya kepada unsur-unsur pelaksana.

c) Keuntungan dan Kerugian.

(1) Keuntungan:
13

(a) unsur pimpinan dibebaskan dari hal-hal


yang bersifat mendetail; dan

(b) pengawasan dapat dilakukan oleh lebih dari


satu orang.

(2) Kerugian:

(a) dapat mengaburkan hubungan Komando; dan

(b) kebijaksanaan berbelit-belit.

d) Gambar 1. Bentuk Pangkal Struktur Organisasi


Fungsional.

UNSUR PIMPINAN

UNSUR STAF

UNSUR PELAKSANA

Penjelasan :
: Garis Komando
: Garis Ko Nis
: Garis Staf
14

e) Gambar 2. Bentuk struktur organisasi fungsional


dengan lebih dari satu unsur Staf dan lebih dari satu unsur
pelaksana.

UNSUR PIMPINAN

UNSUR UNSUR
STAF STAF

UNSUR UNSUR UNSUR


PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

Penjelasan:
: Garis Komando
: Garis Ko Nis
: Garis Staf

5) Organisasi garis, fungsional, dan Staf (gabungan). Struktur


organisasi ini disebut Staf gabungan dimana wewenang dari pucuk
pimpinan dilimpahkan kepada Staf dalam bidang tertentu dan Staf
berhak mengatur pelaksana sesuai bidang kerjanya tetapi tidak
memiliki wewenang Komando.

e. Pedoman Penyusunan Organisasi. Penyusunan organisasi di


jajaran TNI Angkatan Darat, dapat dibedakan sebagai berikut:
1) TOP (Tabel Organisasi dan Perlengkapan). Susunan
organisasi bersifat tetap, jumlah satuan pelaksana tidak tergantung
situasi dan kondisi daerah serta tugas yang dihadapi;

2) DSPP (Daftar Susunan Peronel dan Perlengkapan). Susunan


organisasi bersifat fleksibel/kenyal, jumlah unsur pelaksana dan
materiil pendukungnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan daerah
dimana satuan yang bersangkutan berada;
3) Satuan Tugas. Susunan organisasi dibentuk sesuai
kepentingan, bersifat situasional atau insidentil; dan

4) Tim. Susunan organisasi dibentuk sesuai kepentingan dan


bersifat situasional atau insidentil.
15

BAB III
PENGETAHUAN TENTANG ORGANISASI MILITER

10. Umum. Untuk memenangkan suatu pertempuran, maka anggota militer


harus diorganisir, disusun dalam satuan-satuan baik kecil maupun besar,
dimana setiap anggota mempunyai kewajiban masing-masing yang telah
diarahkan dalam rangka memenuhi tugas pokoknya.

11. Rangka Organisasi Militer. Suatu organisasi militer digambarkan


rangkanya dengan maksud untuk menunjukan bangunannya, garis-garis
hubungan fungsi antara satu fungsi dengan fungsi lain dan pekerjaan untuk
tiap-tiap anggota dalam organisasi tersebut.

a. Maksud Rangka Organisasi. Maksud dari rangka organisasi yaitu:

1) untuk menjelaskan bentuk atau struktur organisasi kepada


setiap anggota;

2) untuk memudahkan setiap anggota atau pejabat memahami


dan mengerti tentang pekerjaan masing-masing serta hubungannya
dengan pejabat lain; dan

3) untuk menjelaskan bagaimana jalannya organisasi tersebut


kepada badan-badan lain yang perlu dan sering berhubungan
dengan organisasi tersebut.

b. Macam Rangka Organisasi. Rangka organisasi militer dapat dibagi


dalam beberapa macam yaitu:

1) Rangka Hubungan:

a) menunjukan hubungan antara berbagai unsur


organisasi itu; dan

b) terlihat adanya garis Komando, garis koordinasi dan


kekuatan teknis.

2) Rangka Fungsi. Menunjukan fungsi tiap unsur pokok dalam


organisasi.

3) Rangka Jabatan. Menunjukan jabatan unsur-unsur dalam


organisasi.

4) Rangka Gabungan. Merupakan kombinasi dari dua atau lebih


rangka di atas.
16

c. Gambar Rangka organisasi.

1) Rangka Hubungan.

BATALYON

STAF

KOMPI KOMPI KOMPI

2) Rangka Fungsi.

BATALYON
INFANTERI

STAF

I P
N O E L
T P R O
E S S G
L

KOMPI KOMPI KOMPI


MARKAS SENAPAN BANTUAN
17

3) Rangka Jabatan.

DANYON
WADANYON

STAF

1 2 3 4

DANKI DANKI DANKI

4) Rangka Gabungan.

DANYON
WADANYON

STAF
1/ 2/ 3/ 4/
I
N O P L
T P E O
E S R G
L S

DAN DAN DAN


KIMA KIPAN KIBAN

12. Penyusunan Organisasi Militer. Dalam menyusun organisasi


militer disamping pertimbangan pokok dan dasar-dasar organisasi secara umum,
perlu juga diperhatikan hal-hal dibawah ini.

a. Pengelompokan Organisasi TNI AD. Organisasi satuan jajaran TNI


Angkatan Darat dikelompokan sebagai berikut:
18

1) Menurut bentuk:

a) Komando. Suatu organisasi yang menyelenggarakan


fungsi utama TNI Angkatan Darat dan fungsi-fungsi lainnya
serta mempunyai kemampuan menyelenggarakan operasi
berdiri sendiri maupun gabungan dengan satuan/angkatan
lain atau menyelenggarakan pendidikan/latihan;

b) Badan. Suatu organisasi yang menyelenggarakan


dukungan sesuai dengan fungsi teknis TNI Angkatan Darat;

c) Lembaga. Suatu organisasi yang menyelenggarakan


pendidikan atau menumbuhkan/memantapkan kemampuan;
dan

d) Satuan. Suatu organisasi yang menyelenggarakan


kegiatan operasional atau dukungan sebagai unsur pelaksana
Komando, badan dan lembaga.

2) Menurut jenis. Pengorganisasian dikelompokkan menurut


fungsi dan dislokasi sebagai berikut:

a) Organisasi menurut Fungsi:

(1) Fungsi Utama. Meliputi fungsi Pertempuran,


Pembinaan Kekuatan dan Pembinaan Teritorial;

(2) Fungsi Organik Militer. Meliputi fungsi Intelijen,


Operasi, Personil, Logistik, Teritorial, Perencanaan, dan
Pengawasan dan Pemeriksaan;

(3) Fungsi Organik Pembinaan. Meliputi fungsi


Doktrin, Pendidikan, dan Latihan;

(4) Fungsi Teknis Militer Umum. Meliputi fungsi


Infanteri, Kavaleri, Artileri Medan, Artileri Pertahanan
Udara, Penerbangan, Zeni, Perhubungan, Peralatan,
Pembekalan Angkutan, Kesehatan, Polisi Militer, Ajudan
Jenderal, Topografi, Hukum, Keuangan;

(5) Fungsi Teknis Militer Khusus. Meliputi fungsi


Pasukan Khusus dan Raider; dan

(6) Fungsi Khusus. Meliputi fungsi Jasmani Militer,


Pembinaan Mental, Psikologi, Penelitian dan
Pengembangan, Sejarah, Sistem Informasi dan
Penerangan.

b) Sesuai dengan Dislokasi/Gelar Kekuatan.


19

(1) Kekuatan Terpusat (organisasi tingkat pusat).

(2) Kekuatan Kewilayahan (organisasi tingkat


kewilayahan)

3) Menurut tingkat hirarki:

a) Markas Besar TNI Angkatan Darat;

b) Komando Utama (Kotama);

c) Divisi;

d) Resimen/Brigade/Resort Militer/Grup;

e) Batalyon/Skadron/Distrik Militer;

f) Detasemen;

g) Kompi/Baterai/Flite/Rayon Militer;

h) Peleton/Seksi Udara;

i) Seksi;

j) Regu; dan

k) Tim/Kelompok.

4) Menurut matrik. Orgas satuan yang disusun sesuai


kebutuhan, didalamnya terdapat perpaduan antara dua unsur
pengelompokan menurut jenis dan tingkat hirarki.

5) Menurut status:

a) Organik. Termasuk dalam struktur organisasi,


merupakan bagian tetap (organ) dalam kesatuan;

b) Penugasan. Penempatan seorang atau satuan


pasukan dibawah pengawasan suatu Komando atas perintah
yang merubah status induk dari orang atau satuan militer
yang bersangkutan;

c) Bawah Perintah (BP). Penempatan dari suatu


kesatuan atau personel ke dalam suatu organisasi dimana
penempatan tersebut bersifat sementara. Komandan kesatuan
yang menerima BP bertanggung jawab tentang pengendalian
taktis, logistik dan administrasi dalam hal ini diperlakukan
sama seperti unsur-unsur organiknya;
20

d) Bawah Kendali Operasi (BKO). Satuan yang telah


mempunyai tugas pokok tertentu, mempunyai hubungan
operasional dengan atasan yang bukan satuan organiknya.
Satuan yang menerima bawah kendali mempunyai wewenang
pengendalian operasional terhadap satuan yang berstatus
bawah kendali. Pemberian tugas kepada satuan bawah
kendali tidak dibenarkan menyimpang/diluar dari tugas pokok
organiknya; dan

e) Bawah Komando Operasi (Bakoop). Satuan-satuan


yang mempunyai hubungan operasional dengan satuan
atasan yang bukan satuan atasan organiknya. Satuan yang
menerima bawah Komando mempunyai wewenang Komando
operasional terhadap satuan yang berstatus bawah Komando.

b. Penggolongan kegiatan penyusunan Organisasi. Berdasarkan


lingkup kegiatan yang dilaksanakan, penyusunan organisasi dapat
digolongkan menjadi dua yaitu pembentukan dan perubahan organisasi
satuan.

1) Pembentukan Organisasi. Pembentukan organisasi satuan


dilaksanakan untuk membentuk satuan yang sebelumnya tidak ada.
Pembentukan satuan ini dilaksanakan dengan mekanisme sebagai
berikut:

a) Mengacu kepada kebijakan pimpinan Angkatan Darat


yang terlebih dahulu dilaksanakan pengkajian sesuai dengan
perkembangan lingkungan strategi, ilmu pengetahuan dan
teknologi.

b) Pembentukan Orgas Satuan berpedoman kepada


langkah-langkah pengorganisasian, sebagai berikut:

(1) penentuan tujuan;

(2) perumusan tugas;

(3) perincian kegiatan;

(4) pengelompokan kegiatan dalam fungsi;

(5) penentuan unit kerja (Departementasi);

(6) penyusunan personel;

(7) penyusunan materiil;

(8) peranti lunak;


21

(9) penetapan prosedur kerja;

(10) penetapan metode kerja; dan

(11) penentuan tugas, tanggung jawab dan wewenang.

2) Perubahan Orgas Satuan. Perubahan organisasi satuan


ditujukan untuk menata organisasi yang sudah terbentuk dan
menyesuaikan dengan kebijakan pimpinan TNI AD. Perubahan
organisasi dilaksanakan melalui proses penelitian, pengkajian, uji
teori, uji coba, studi banding dan evaluasi. Perubahan Organisasi
satuan dilakukan secara bertahap baik pada tingkat Mabesad,
tingkat Kotama, tingkat Itjenad, tingkat Lemdikpus maupun tingkat
Pus/Cab/Fung yang terlebih dahulu dilengkapi dengan naskah
akademik yang disesuaikan dengan kebutuhan tuntutan tugas.
Perubahan organisasi satuan dapat dilaksanakan pada kondisi
normal maupun pada kondisi khusus dengan cara:

a) Reorganisasi. Digunakan untuk menyusun kembali


organisasi setelah terjadi perubahan-perubahan, dapat bersifat
menyeluruh dan mendasar atau dapat pula bersifat sebagian
atau unsur-unsurnya;

b) Validasi. Digunakan untuk lebih memaksimalkan


keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang sudah
operasional dan dipandang kurang efektif. Perubahan
dilakukan bersifat tidak menyeluruh dan ditujukan terhadap
unsur tertentu saja;

c) Pembekuan. Digunakan terhadap organisasi yang


dinilai tidak efisien lagi, sewaktu-waktu masih dapat
diaktifkan lagi; dan

d) Likuidasi. Digunakan untuk membubarkan suatu


organisasi karena tidak dibutuhkan lagi namun tetap
memberdayakan personel, materiil, dan fasilitas yang ada
untuk membentuk organisasi baru atau digunakan/dialihkan
kepada organisasi yang lain.

c Sistem Organisasi Militer. Di dalam organisasi militer dikenal ada


dua sistem yaitu sistem organisasi Trianggulair dan sistem organisasi
Square.

1) Sistem organisasi Trianggulair. Organisasi/satuan yang


selalu menunjukan angka 3 (tiga) sebagai dasar dari unsur satuan
pokok/penggempur.
Contohnya :

a) Peleton senapan terdiri dari Pok KoTon dan 3 regu


senapan.
22

b) Kompi senapan terdiri dari Pok Ko Ki, 3 Peleton senapan


dan 1 peleton bantuan.

c) Batalyon Infanteri terdiri dari Staf Yonif, Kompi Ma.


Kompi Ban dan 3 Kompi senapan.

d) Brigade Infanteri terdiri dari Ma Brig, Den Ma dan 3


Batalyon Infanteri.

2) Sistem organisasi Square. Organisasi/satuan yang


selalu mempunyai 4 satuan pokok sebagai penggempur, dibantu
oleh satuan bantuan. Organisasi ini didasarkan kepada azas taktik
bertempur dimana musuh yang akan dihancurkan perlu diikat,
didekati dan akhirnya dihancurkan. Organisasi ini digunakan
pada tingkat Divisi keatas.

BAB IV
PENGETAHUAN TENTANG ORGANISASI STAF

13. Umum. Staf merupakan unsur pembantu pimpinan yang dijabat oleh
satu orang pejabat yang mempunyai kekuasaan sesuai delegasi wewenang yang
di terima dari unsur pimpinan atasannya, untuk mengendalikan dan mengawasi
sesuai bidang ahlinya di dalam melaksanakan tugas. Untuk mengetahui
tentang Staf, pada bab ini kita akan membahas tentang tujuan adanya Staf,
pertimbangan dalam pengorganisasian dan dasar-dasar Staf, tipe Staf,
pengorganisasian pada masing-masing Staf, pekerjaan Staf, hubungan antara
Staf dengan Komandan dan Staf satuan bawah dan fungsi umum Staf.

14. Tujuan Adanya Staf. Mengingat luasnya bidang pekerjaan dan


tanggung jawab Komandan, serta sempitnya waktu yang ada, maka Komandan
memerlukan adanya unsur yang dapat membantu dalam melaksanakan
tugas/pekerjaannya tersebut atau menjalankan Komandonya, unsur tersebut
adalah Staf. Adapun tujuan Staf adalah:

a) untuk memberikan waktu kepada Komandan;

b) untuk meringankan serta membebaskan Komandan dari pekerjaan


yang tidak begitu penting dan bersifat rutin; dan

c) untuk memberi kesempatan kepada Komandan untuk memusatkan


seluruh perhatiannya kepada pekerjaan/kegiatan yang memerlukan
perhatian khusus.

15. Pertimbangan dalam Pengorganisasian dan Dasar-dasar Staf.

a. Pertimbangan dalam pengorganisasian Staf. Staf disusun


dengan tujuan untuk dapat membantu Komandan dalam melaksanakan
23

tugas pokoknya. Oleh karena itu dalam menyusun Staf harus


dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Tugas Pokok. Tugas pokok akan dijabarkan dalam bentuk ke-


giatan, maka dengan mengetahui kegiatan yang harus dilaksanakan
itulah akan dapat ditentukan bagaimana Staf disusun;

2) Ruang lingkup kegiatan. Kegiatan, jumlah dan macam


Staf akan berbeda dan itu tergantung dari tugas pokok, tingkat
satuan dan lingkungan. Contoh: Batalyon ada 4 Staf, Korem ada
5 Staf dst;

3) Keinginan dan kebijaksanaan Komandan. Keinginan dan


kebijaksanaan Komandan untuk memberikan perhatian khusus
terhadap bidang tertentu dapat mempengaruhi pengorganisasian
Staf; dan

4) Hukum dan peraturan yang berlaku.

b. Dasar-dasar Staf. Dasar-dasar organisasi Staf yaitu:

1) kesatuan Komando;

2) kemampuan mengawasi/mengendalikan;

3) pendelegasian wewenang; dan

4) pengelompokan kegiatan-kegiatan yang sehubungan (tugas


yang homogen).

16. Tipe Staf. Tipe Staf yang digunakan dilingkungan TNI AD terdiri dari dua
tipe yaitu “Tipe Staf Umum” dan “Tipe Staf Direktur” yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:

a. Tipe Staf Umum.

1) Struktur. Ciri struktural dari Staf ini adalah adanya Kepala


Staf dan Perwira koordinasi ditentukan sebagai asisten dari Kepala
Staf. Pada tingkat Resimen dan Brigade Perwira koordinasi/Staf
umum disebut Kepala Seksi (Kasi), ditingkat Batalyon dan Kodim
disebut Perwira Seksi (Pasi), sedangkan untuk Batalyon fungsi
Kepala Staf dilakukan oleh Wakil Komandan.

2) Unsur organisasi.

a) Staf umum dikepalai oleh seorang Kepala Staf, ia


bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas Staf, tanggapan
Staf yang baik serta efisiensi kerja dan kegiatan yang
terkoordinir dari para Perwira Staf;
24

b) Perwira Staf umum adalah Perwira yang berkewajiban


untuk mengintegrasikan rencana kegiatan dan operasi unsur
Komando serta mengkoordinir semua kegiatan untuk
menjamin penggunaan satuan secara menyeluruh yang efisien;

c) Organisasi Staf umum harus bekerja sebagai Staf


koordinasi yang berkewajiban membantu Kepala Staf di dalam
mengkoordinir kegiatan-kegiatan yang berada dalam
bidangnya masing-masing. Koordinasi dan pertukaran
keterangan yang lancar di dalam Staf adalah sangat penting;

d) Staf umum disusun dalam bagian atau seksi dan


seterusnya dapat dibagi menjadi bagian atau sub seksi; dan

e) Contoh struktur Staf umum dapat dilihat pada Struktur


Staf di tingkat Kotama (Kodam atau Kostrad).

b. Tipe Staf Direktur:

1) Staf direktur dikepalai oleh seorang Deputi atau Wakil


Komandan yang juga berfungsi sebagai Kepala Staf;

2) Perwira Staf utama dalam tipe Staf direktur dinamakan


Direktur. Jumlah direktur dengan nama sebutan khusus adalah
tidak tentu, tergantung dari banyaknya fungsi yang dikerjakan oleh
Komandan tersebut;

3) Direktur adalah Perwira Staf yang biasanya diberi wewenang


untuk menentukan tindakan yang harus diambil oleh Komandan
menurut bidangnya masing-masing. Seorang direktur adakalanya
mendapatkan wewenang untuk mengeluarkan perintah atas
namanya sendiri guna melaksanakan tanggung jawab yang telah
diberikan kepadanya serta mempunyai pola fungsi koordinasi;

4) Susunan organisasi Staf ditentukan menurut keperluannya


meliputi Sekretaris Staf, Perwira Staf khusus, Perwira Staf pribadi
serta Perwira leason;

5) Stafnya direktur disusun ke dalam bagian atau seksi dengan


dasar pertimbangan yang sama dengan penyusunan Staf umum; dan

6) Contoh struktur Staf direktur dapat dilihat pada struktur Staf


di Seskoad, Pusat Kecabangan, Direktorat Kecabangan dsb.

c. Kesamaan Ciri kedua Tipe Staf. Meskipun terdapat beberapa


perbedaan dalam aplikasi penyusunan suatu Staf, tetapi kedua tipe Staf
tersebut mempunyai ciri yang sama yaitu: kedua tipe Staf diatas
mempunyai beberapa Perwira Staf yang terdiri dari Perwira Staf koordinasi,
Perwira Staf khusus, Perwira Staf pribadi dan Perwira penghubung dan
masing-masing dapat diterangkan sebagai berikut:
25

1) Perwira Staf Koordinasi. Staf koordinasi adalah asisten Staf


utama Komandan dan masing-masing mengerjakan tugas yang
berhubungan dengan salah satu bidang yang luas dari Komando.
Mereka membantu mengkoordinasikan semua rencana, pekerjaan
atau tugas operasi semua unsur Komando dan mengkoordinasikan
semua aktivitas organisasi untuk menjamin penggunaan pasukan
secara keseluruhan seefektif mungkin.

2) Perwira Staf khusus:

a) Staf khusus adalah suatu Staf yang terdiri dari Perwira


yang mempunyai pengetahuan serta memperoleh pendidikan
dalam bidang khusus;

b) Merupakan Staf yang membantu Komandan dalam


bidang teknis profesional dan fungsional lainnya dalam bidang
tanggung jawabnya tetapi dalam lingkup yang lebih sempit dan
pada umumnya berhubungan dengan masalah teknis
administratif dan kecabangan;

c) Staf Khusus langsung dipimpin oleh Komandan dan


mengadakan koordinasi dengan Staf umum. Menurut
kegiatannya dapat kita bedakan sebagai berikut:

(1) Staf administrasi = Ajudan Jenderal.


(2) Staf teknis = Hub, Zi, Pal, dan Ang.
(3) Staf Supply = Intendans, Ang dan Pal.

d) Perwira Khusus membantu Komandan dan Staf


koordinasi dengan melaksanakan fungsi utamanya dan
berkewajiban untuk:

(1) memberikan keterangan, saran dan kirka kepada


Komandan dan Staf koordinasi tentang bidang tugasnya;

(2) membantu Perwira Staf koordinasi dalam


mengkonsep rencana, laporan atau perintah;

(3) merencanakan dan mengawasi latihan dalam


bidang fungsinya; dan

(4) perwira Staf khusus dapat juga seorang


Komandan dan melaksanakan fungsi Komando dan Staf.

3) Perwira Staf Pribadi.

a) Suatu bentuk Staf yang oleh Komandan ditempatkan


langsung dibawah pimpinan atau perintahnya. Dan mereka
langsung membantu Komandan tanpa melalui Kepala Staf.
Mereka dapat pula mengkoordinir semua aktifitas organisasi
untuk menjamin penggunaan pasukan seefisien mungkin.
26

b) Staf pribadi ada pada tingkat Kodam atau satuan yang


lebih tinggi lagi, mereka langsung berada di bawah Komandan
atau Panglima.

c) Tugas pokoknya antara lain:

(1) memberikan saran-saran kepada Komandan/


Panglima;

(2) membantu serta melayani Dan/Panglima dalam


aktifitas sehari-hari;

(3) mengatur penerimaan tamu Dan/Panglima;

(4) melaksanakan tugas-tugas khusus atau perintah


Dan/Panglima; dan

(5) bertanggungjawab atas keamanan dan


kesejahteraan pribadi Dan/Panglima.

4) Perwira Penghubung.

a) Perwira penghubung yaitu Perwira yang mewakili


seorang Komandan satuan tertentu yang diperlukan untuk
memelihara pertukaran keterangan secara terus-menerus,
mempertinggi kerja sama dan koordinasi dengan jalan kontak
pribadi.

b) Setiap Perwira Staf sewaktu-waktu dapat ditunjuk


untuk bertindak sebagai Perwira penghubung dengan:

(1) Angkatan bersenjata negara lain atau


pemerintahan sipilnya;

(2) Angkatan lain dan Kepolisian RI atau dengan


Pemerintahan sipil sendiri; dan

(3) unsur-unsur di dalam TNI AD sendiri.

c) Tugas Perwira penghubung antara lain:

(1) meneruskan/menyampaikan perintah Komandan


kepada Komandan bawahan, sebagai pengganti perintah
tertulis yang panjang dan apabila waktu sangat terbatas;

(2) menyampaikan keterangan kepada satuan-satuan


di garis depan atau tetangga;

(3) memperoleh keterangan terakhir/terbaru dari


satuan-satuan di garis depan;
27

(4) mewakili satuan-satuan tertentu pada waktu


perintah diberikan;

(5) dibawah perintah pada satuan-satuan atasan,


bawahan atau samping untuk memelihara hubungan
serta guna dapat selalu memberikan keterangan tentang
keadaan terakhir pada Komandan; dan

(6) menggantikan sementara tugas jabatan Staf jika


diperintahkan.

17. Pengorganisasian pada masing-masing (bagian) Staf. Pengorganisasian


dan penyusunan personel pada masing-masing Staf pada dasarnya dapat
dibedakan antara pengorganisasian dalam keadaan tidak operasi dan dalam
keadaan operasi.

a. Pengorganisasian dalam keadaan tidak operasi. Pada keadaan


tidak operasi artinya dalam keadaan sehari-hari, Staf disusun sesuai
dengan Tabel Organisasi dan Perlengkapan (TOP) atau Daftar Susunan
Personel dan Perlengkapan (DSPP).

b. Pengorganisasian dalam keadaan operasi.

1) Pada keadaan operasi atau dalam keadaan menghadapi


kegiatan yang bersifat khusus, maka Staf dapat diberikan perkuatan
sesuai keperluan.

2) Faktor dasar yang menentukan pengorganisasian ini adalah:

a) tugas pokok Komando;

b) ruang lingkup dan pentingnya kegiatan Staf;

c) tersedianya personel dan kemampuan personel; dan

d) keperluan untuk pengeselonan pos Komando.

3) Tujuan pengorganisasian masing-masing (bagian) Staf secara


keseluruhan adalah:

a) menjamin kemampuan fungsional;

b) kesanggupan untuk operasi secara terus menerus;

c) kekenyalan untuk mencapai hasil yang maksimum; dan

d) kesanggupan untuk memindahkan markas Komando


(Posko) sambil memelihara operasi secara efektif.

4) Masing-masing Staf hanya dibenarkan memiliki sejumlah


personel yang sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan Staf. Dalam
28

memperkuat suatu Staf tidak boleh memperbantukan tenaga yang


menjadi tanggung jawab Perwira Staf lain atau dari suatu satuan
operasi.

5) Perwira Staf dapat mendelegasikan pengawasan dari kegiatan


salah satu fungsinya kepada anggotanya, asalkan anggota yang
bersangkutan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas
tersebut.

18. Pekerjaan Staf.

a. Sifat pekerjaan Staf. Dalam melaksanakan tugasnya atau


pekerjaannya ada beberapa sifat pekerjaan yang harus dipenuhi oleh
seorang Staf yaitu:

1) Pada Waktunya. Ini berarti bahwa pekerjaan yang dilakukan


oleh Staf harus selesai pada waktunya.

2) Lengkap dan sempurna. Ini berarti bahwa pekerjaan Staf


harus merupakan hasil yang lengkap dan sempurna dalam bentuk
sedemikian rupa pada waktu diajukan kepada Komandan, sehingga
Komandan tinggal mengambil keputusan menyetujui atau menolak.
Yang penting adalah saran tersebut singkat tetapi jelas dan
merupakan suatu pemecahan yang nyata.

3) Dikoordinasikan. Ini berarti bahwa pekerjaan Staf harus


dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Perwira Staf lainnya agar
tercapai suatu kesatuan pikiran dan tindakan untuk menghindari
dualisme dalam pelaksanaannya.

4) Sesuai dengan kebijaksanaan Komandan. Semua pekerjaan


Staf harus berpedoman kepada kebijaksanaan Komandan karena
hanya Komandan yang berhak mengambil keputusan.

b. Etika Perwira Staf. Didalam melaksanakan tugasnnya, Perwira


Staf hendaknya memperhatikan etika sebagai berikut:

1) penyampaian perintah atau rencana hanya atas nama atau


atas perintah Komandan;

2) didalam melaksanakan fungsinya wajib mengadakan


koordinasi; dan

3) pelihara hubungan dengan Komandan bawahan, karena dia


yang memimpin pelaksanaan fungsi Komandonya. Oleh karena itu
Staf harus memberikan bantuan sepenuhnya agar tugas
dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Namun harus
diperhatikan bahwa Komandan bawahan yang memimpin
pelaksanaan, bukan Staf. Sehingga bila terjadi penyimpangan,
hanya Komandanlah yang berhak membatalkan, menolak atau
29

merubah, kecuali bila terpaksa dapat secara langsung, tetapi segera


disusuli dengan melalui saluran yang semestinya.

c. Syarat-syarat Perwira Staf. Dengan memperhatikan tugas,


kewajiban dan pekerjaan Staf, maka diperlukan persyaratan tertentu
untuk menjadi Perwira Staf, yaitu:

1) Syarat Umum:

a) Perwira Staf harus mempunyai kemampuan


mengaplikasikan kepemimpinan dalam perannya sebagai
Perwira Staf;

b) Perwira Staf harus mengerti secara mendalam tentang


organisasi, kemampuan, pembatasan serta teknik kerja sama
satuan dalam Komandonya; dan

c) Perwira Staf harus mengerti perannya sebagai suatu


unsur dalam rangka kerja sama.

2) Syarat Pribadi.

a) Harus mengerti dasar hubungan antar manusia dan


memiliki kepribadian serta kebijaksanaan yang
memungkinkan. Berhubungan dengan orang lain secara
bersahabat tanpa meninggalkan kedinasan;

b) Harus mampu mengembangkan keyakinan dan


pegangan dalam pelaksanaan tugas. Serta mampu
mempertahankan pendiriannya didepan atasan; dan

c) Apabila Komandan telah mengambil keputusan, Perwira


Staf harus loyal pada semua keputusan Komandan tanpa
mementingkan pendirian dan keyakinannya.

d. Kegiatan Staf. Dalam membantu Komandan untuk


melaksanakan dan mencapai tugas pokok yang dibebankan kepada suatu
satuan, kegiatan Staf dapat digolongkan dalam:

1) Macam Kegiatan Staf:

a) kegiatan Staf dalam rangka mendukung/membantu


Komandan untuk melaksanakan tugas pembinaan dan tugas
rutin; dan

b) kegiatan Staf dalam rangka mendukung/membantu


Komandan untuk melaksanakan tugas operasi.

2) Kegiatan Staf dilihat dari Tujuannya.


30

a) Kegiatan Staf yang berhubungan langsung dengan


penyelesaian tugas pokok (kegiatan yang bersifat operasional).

b) Kegiatan Staf yang berhubungan dengan administrasi


terhadap kegiatan tersebut di atas.

3) Prosedur umum Staf dan Staf Renik. Untuk mendukung/


membantu dalam melaksanakan kegiatan tersebut diatas agar lebih
mudah, lebih cepat dan seragam maka kegiatan Staf tersebut diatas
haruslah mematuhi, memahami dan melaksanakan prosedur umum
Staf dan Staf Renik yang berlaku.

e. Tugas dan Tanggung jawab Staf.

1) Perwira Staf diberikan bidang fungsi dan tanggungjawab


untuk menyelesaikan kegiatan Staf dalam bidang masing-masing.
Pemberian tanggung jawab Staf untuk kegiatan tertentu guna
meningkatkan efisiensi harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

a) memberikan tugas dan tanggung jawab tertentu hanya


kepada Staf tertentu yang sesuai dengan bidangnya;

b) menentukan kepada siapa unsur pelaksana harus


berkoordinasi untuk bidang/masalah tertentu;

c) menjamin bahwa semua tugas Komando mendapat


perhatian Staf; dan

d) masih memungkinkan memberi perhatian penuh pada


tugas pokoknya. Jadi pemberian tugas dan tanggung jawab
lain harus masih dalam kemampuan Staf.

2) Pemberian tanggung jawab kepada Perwira Staf tertentu tidak


berarti akan menambah kekuasaan Komando Perwira Staf tersebut
atas Perwira Staf lainnya atau atas unsur lain di satuan.

3) Meskipun tanggungjawab secara keseluruhan berada pada


Komandan tetapi Perwira Staf tidak terlepas dari tanggung jawab
atas pelaksanaan tugas dari kekuasaan di bidangnya yang ia
kerjakan serta atas hasil yang dicapainya.

f. Wewenang Staf.

1) Seorang Komandan secara khusus dapat melimpahkan


wewenangnya kepada Staf atau kepada seorang Perwira Staf tertentu
untuk mengambil suatu tindakan akhir terhadap suatu persoalan di
dalam batas-batas kebijaksanaan Komandan.

2) Luas pelimpahan wewenang kepada Staf bergantung kepada


beberapa faktor antara lain:
31

a) tingkat Satuan;

b) tugas pokok satuan;

c) kecakapan Perwira Staf;

d) waktu operasi (lamanya operasi);

e) kepercayaan seorang Komandan terhadap Perwira Staf


tersebut; dan

f) tingkat kegiatan yang dapat mempengaruhi kegiatan


satuan secara menyeluruh.

3) Apabila seorang Komandan melimpahkan wewenangnya


kepada Perwira Staf untuk mengeluarkan perintah atas namanya,
maka Komandan tetap memikul tanggung jawab atas perintah
tersebut.

g. Koordinasi Staf.

1) Koordinasi Staf merupakan suatu proses yang mengatur agar


semua bagian dapat disusun menjadi satu sebagai suatu kebulatan
yang integratif.

2) Koordinasi di dalam suatu Staf penting dilihat dari dua hal:

a) untuk menjamin kegiatan Staf yang serasi dalam


melaksanakan rencana Komandan; dan

b) untuk mencegah pertentangan dan duplikasi dengan


mengadakan pengaturan yang perlu dalam rencana dan
kebijaksanaan sebelum pelaksanaannya.

3) Sebagian besar kegiatan Staf memerlukan koordinasi Perwira


yang menangani suatu kegiatan dan semua Perwira Staf lain yang
berkepentingan menguji dan menimbang semua bagian kegiatan
serta menyelesaikan setiap pertentangan. Setiap Perwira Staf
menguji kegiatan secara umum dari sudut pandang Komandan dan
menentukan tindakan yang tepat dalam bidangnya.

4) Kepala Staf menetapkan prosedur untuk mengkoordinasikan


kegiatan Staf.

5) Koordinasi Staf dapat dilakukan dengan cara:


a) Rapat resmi yang dapat berupa:

(1) rapat Staf; dan

(2) briefing.
32

b) Penyebaran/pengedaran produk/informasi tertulis dapat


berupa:

(1) penyebaran yang tepat dari keterangan yang


penting, keputusan dan perintah dalam markas maupun
antar markas;

(2) penyebaran berita Staf yang tepat; dan

(3) beredarnya tulisan Staf secara lancar ke semua


seksi Staf yang tepat untuk mendapatkan tanggapan
dan penyesuaian.

c) Kontak langsung dan pertukaran keterangan oleh setiap


seksi Staf dengan seksi Staf lain.

19. Hubungan antara Staf dengan Komandan dan Staf satuan bawahan.
Setiap Perwira Staf satuan atasan yang melaksanakan fungsi Staf kepada satuan
bawahan harus menghindari jangan sampai mengambil tanggung jawab dan hak
istimewa Komandan.

a. Hubungan Perwira Staf satuan atasan dan Komandan bawahan.


Hal ini terjadi apabila seorang Perwira Staf satuan atasan menyampaikan
perintah, instruksi, memberikan nasehat dan saran atau untuk tukar
menukar keterangan. Hal ini dapat diterapkan sebagai berikut:

1) Semua perintah yang dikeluarkan tingkat Komando atas yang


memerlukan atau menghendaki suatu tindakan dari satuan bawah
diberikan atas nama Komandan atasan, kecuali dalam beberapa hal
dibawah ini:

a) bila seorang Komandan telah melimpahkan


wewenangnya secara khusus kepada seorang Perwira Staf
untuk mengeluarkan perintah atau instruksi, maka Komandan
satuan tersebut secara formal mengumumkan pendelegasian
wewenang tersebut untuk menjamin saling pengertian dan
menghindari salah paham;

b) bila Komandan mendelegasikan pengendalian operasi


atau suatu satuan kepada Perwira Staf, maka hal ini harus
diumumkan secara formal oleh Komandan untuk menjamin
saling pengertian yang lengkap dan merata. Pendelegasian
seperti ini memberikan wewenang kepada Staf untuk
mengeluarkan perintah tentang hal yang menyangkut antara
lain:

(1) susunan satuan bawahan;


(2) pemberian tugas;
(3) sasaran; dan
33

(4) kepemimpinan yang berwenang untuk


menyelesaikan tugas pokok satuan.

Dalam pendelegasian ini tidak meliputi administrasi, disiplin,


organisasi ke dalam dan latihan satuan, kecuali bila
Komandan bawahan meminta bantuan dalam hal itu.

c) bila kegitan tertentu yang bersifat teknis atau yang


menghendaki pengetahuan jabatan memerlukan hubungan
khusus maka pengendalian teknis menunjukan suatu tingkat
wewenang Komando yang didelegasikan oleh Komandan dan
diumumkan secara formal; dan

d) bila organisasi dan Komando meliputi satuan bawah


yang ditugaskan atau dibawah perintahkan, hanya untuk
pengendalian administrasi atau Komando tanpa pengendalian
operasi.

2) Saran dan nasehat kepada Komando bawah dari Perwira Staf


Komando atas hanya merupakan saran dan nasehat saja. Saran dan
nasehat tersebut dapat diterima atau ditolak.

b. Hubungan Staf dengan Staf Satuan lainnya.

1) Dalam perencanaan dan pelaksanaan operasi yang sedang


berjalan serta kegiatan lain Perwira Staf satu markas perlu
mengadakan kontak dengan Perwira Staf markas atasan, samping,
dan bawahan. Perwira Staf memerlukan kontak ini untuk
mendapatkan keterangan, meneruskan petunjuk, perintah dan
instruksi untuk mempengaruhi jalannya operasi yang dilaksanakan
Komando serta unsur Staf lainnya.

2) Hubungan Staf dengan Staf lainnya hanya untuk koordinasi


dan kerjasama. Perwira Staf markas atasan tidak mempunyai
wewenang tersendiri atas Staf markas bawahan.

3) Perwira Staf biasanya melayani setiap permintaan keterangan,


tetapi bila Perwira Staf dari Komando bawah mempertimbangkan
bahwa permintaan itu tidak beralasan atau melanggar hak istimewa
dari Komando ia melaporkannya kepada Kepala Staf untuk
memintakan agar permintaan tersebut disalurkan melalui saluran
Komando.

4) Kontak Staf dengan Staf dapat disampaikan perintah atau


instruksi yang menyangkut operasi Komando bawah. Hal ini
sebenarnya adalah komunikasi Komandan dengan Komandan, tetapi
disampaikan lewat Staf dengan mengatasnamakan Komandan.
Apabila pertimbangan Perwira Staf yang menerima suatu instruksi
tidak dapat dijamin atau merupakan pelanggaran hak istimewa
Komando, ia melaporkan hal ini kepada Kepala Staf dan dapat
meminta supaya instruksi dikeluarkan melalui satuan Komando.
34

5) Keterangan yang menyangkut operasi dari suatu seksi sering


kali datang dari Staf ke Staf lainnya. Keterangan seperti ini lazimnya
untuk mengembangkan hubungan antar Staf atau untuk memenuhi
keperluan tertentu Staf atasan.

20. Fungsi Umum Staf.

a. Mengusahakan/menyediakan Keterangan.

1) Perwira Staf mengumpulkan, membandingkan dan menilai


keterangan yang datang terus menerus ke markas dan menyebarkan
keterangan tersebut.

2) Perwira Staf harus menyebarkan keterangan yang akurat baik


terhadap Komandan ataupun Perwira Staf lainnya serta Komandan
bawahan.

3) Penyebaran keterangan berpegang pada aturan yang berlaku


agar kerahasiaan tetap terjamin.

4) Keterangan harus benar-benar dapat dimengerti dan tepat


sasaran.

b. Membuat Perkiraan Keadaan (Kirka).

1) Perwira Staf menyiapkan perkiraan keadaan secara terus


menerus untuk membantu Komandan dalam menguji semua faktor
yang mempengaruhi CB yang dipertimbangkan.

2) Rencana yang baik tergantung dari perkiraan Staf yang dibuat


terdahulu dan yang sedang dilakukan. Kegagalan dalam membuat
perkiraan dapat mengakibatkan kesalahan dan kekeliruan dalam
mengembangkan CB.

3) Kirka dibuat oleh masing-masing Staf sesuai fungsinya, antara


lain:

a) Kirka Intel (Cumemu dan Karla terbatas);


b) Kirka Ops (Manuver dan Organisasi);
c) Kirka Pers (Gati, Tawanan dan Jahril);
d) Kirka Log (BBM); dan
e) Kirka Ter (Ipoleksosbud Hankam).

c. Memberi Saran. Perwira Staf mengajukan saran untuk membantu


Komandan di dalam mengambil keputusan dan menetapkan
kebijaksanaan. Di samping itu dapat pula seorang Perwira Staf
memberikan saran kepada Perwira Staf lainnya atau kepada Komandan
satuan bawah. Dalam hal ini tergantung suatu pengertian bahwa
saran tersebut bersifat membantu dan bukan merupakan suatu perintah,
karena Staf tidak memegang kekuasaan Komando, pengertian bahwa
RAHASIA
35

35

saran tersebut bersifat membantu dan bukan merupakan suatu perintah,


karena Staf tidak memegang kekuasaan Komando.

d. Menempa keputusan menjadi perintah.

1) Perwira Staf mempunyai fungsi untuk menempa atau


menjabarkan keputusan yang sudah diambil Komandan menjadi
rencana operasi atau perintah.

2) Menganalisa suatu keputusan atau kebijaksanaan agar dapat


dimengerti sebelum merumuskannya dalam bentuk rencana atau
perintah, serta harus mengkoordinasikannya dengan Staf lain.

e. Menyiapkan, mengeluarkan/menyebarkan Perintah. Setelah


keputusan dirubah atau ditempa menjadi perintah, tugas Staf selanjutnya
adalah menyebarkan perintah tersebut ke satuan-satuan bawah.

f. Pengawasan.

1) Perwira Staf harus menjamin bahwa perintah yang telah


dikeluarkan telah diterima oleh satuan atau badan yang harus
menerimanya.
2) Perwira Staf harus yakin bahwa perintah dapat dimengerti
oleh satuan yang harus menerimanya dan harus menjamin
bahwa perintah tersebut dilaksanakan oleh satuan bawah atau
pelaksana. Oleh karena itu diperlukan pengawasan dari Staf untuk
menjamin hal itu berjalan dengan baik.

3) Pengawasan yang dilakukan oleh Staf dapat berupa:


a) pengawasan langsung (Kunjungan Staf, Inspeksi); dan
b) pengawasan tidak langsung (Wawancara, menganalisa
laporan satuan pelaksana).

BAB VI
PENUTUP

21. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan


ajaran untuk pedoman bagi Calon Perwira TNI AD dalam proses belajar
mengajar materi Dasar Organisasi dan Staf pada Pendidikan Pembentukan
Perwira TNI AD.

Komandan Sekolah Calon Perwira TNI AD,

Ferry Zein
Mayor Jenderal TNI
RAHASIA
36

Anda mungkin juga menyukai