Anda di halaman 1dari 7

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Fisika: Seri Konferensi

KERTAS • AKSES TERBUKA Anda mungkin juga menyukai

Keterampilan berpikir kreatif calon guru fisika


- Analisis siswa sekolah menengah atasprofil
keterampilan berpikir kreatif di Klaten
daerah
FN Sugiyanto, M Masykuri dan
Muzzazinah

- Keefektifan model pembelajaran inkuiri


Mengutip artikel ini: R Rizal dkk 2020 J. Fisik.: Kon. Ser.1521 022012 terbimbing dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran IPADI
Suardana, K Selamet, AAIAR Sudiatmika dkk.

- Pengaruh Laboratorium Higher Order Thinking


Lihat artikel online untuk pembaruan dan penyempurnaan.
Terhadap Peningkatan Kritis dan
Keterampilan Berpikir Kreatif
A Setiawan, A Malik, A Suhandi dkk.

Kutipan terbaru
- Tingkat kesadaran keberlanjutan: di
mana posisi siswa?
IM Ridwan dkk

Konten ini diunduh dari alamat IP 114.124.195.94 pada 07/12/2021 pukul 00:58
Konferensi Internasional tentang Pendidikan Matematika dan Sains 2019 (ICMScE 2019) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 1521 (2020) 022012 doi:10.1088/1742-6596/1521/2/022012

Keterampilan berpikir kreatif calon guru fisika

R Rizal1,2*, D Rusdiana2, W Setiawan2, dan P Siahaan 2


1Departemen Pendidikan Fisika, Universitas Siliwangi Jalan Siliwangi No 24,
Tasikmalaya 46115, Indonesia
2Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia Jalan Dr. Setiabudi No. 229,

Bandung 40154, Indonesia

*
Email penulis yang sesuai: rahmatrizal@unsil.ac.id

Abstrak. 21NS abad menuntut sumber daya manusia yang berkualitas tinggi yang mampu bersaing
dalam persaingan global. Sumber daya manusia yang berkualitas berasal dari proses pendidikan yang
berkualitas yang melatih peserta didik dengan keterampilan memecahkan masalah, menemukan
alternatif pemecahan masalah, dan berpikir reflektif. Keterampilan tersebut termasuk dalam
keterampilan berpikir kreatif yang penting untuk dikembangkan bagi calon guru fisika. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir kreatif calon guru fisika yang telah mengikuti
perkuliahan fisika umum, fisika dasar, dan fisika di sekolah. Dengan menggunakan tes keterampilan
berpikir kreatif dan wawancara, peneliti mencoba mengeksplorasi empat aspek berpikir kreatif yang
terdiri dari kelancaran, keluwesan, orisinalitas, dan elaborasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
kemampuan berpikir kreatif calon guru fisika berada pada kategori rendah dengan rerata 43,75 dari
skala maksimal 100. Rincian rerata setiap aspek keterampilan berpikir kreatif dinyatakan sebagai
berikut kefasihan (57) , fleksibilitas (43), orisinalitas (34), dan elaborasi (41). Rendahnya tingkat
kemampuan berpikir kreatif calon guru fisika diduga karena kegiatan perkuliahan yang tidak
memberikan kesempatan untuk melatih kemampuan berpikir kreatif.

1. Perkenalan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di abad 21NS abad berlangsung sangat cepat [1]. Hal ini telah
mengakibatkan perubahan yang signifikan dalam berbagai bidang kehidupan dan melahirkan era baru informasi
dan globalisasi. Kondisi ini juga berdampak pada guru yang terus-menerus menghadapi tantangan dalam
meningkatkan tanggung jawab profesional dan kompleksitas tugas [2-3]. Akibatnya, setiap individu harus
memiliki sejumlah kompetensi yang memberikan nilai tambah. Menurut pernyataan Partnership for 21st Century
Skills (P21) bahwa sejumlah kompetensi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan kehidupan modern di
abad 21NS abad disebut "The 4Cs" - komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, dan kreativitas [4].

Kehidupan modern yang kita nikmati saat ini tidak terlepas dari aspek keilmuan. Berbagai penemuan, baik teknologi
maupun teori, selalu dinilai dalam aspek keilmuan. Penemuan-penemuan ilmiah mencerminkan kreativitas para peneliti
atau ilmuwan yang bekerja pada zamannya. Fisika sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari objek
dan fenomena alam tidak dapat dipisahkan dari keterampilan berpikir karena tidak dapat dipahami tanpa proses
berpikir. Salah satu jenis keterampilan berpikir yang penting untuk ditingkatkan dalam pembelajaran fisika adalah
keterampilan berpikir kreatif [5-7]. Studi yang dilakukan oleh Trilling dan Fadel menunjukkan bahwa lulusan baru baik
SMA maupun perguruan tinggi tidak memiliki kompetensi yang baik dalam hal keterampilan berpikir kreatif [8].

Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah ketentuan Lisensi Creative Commons Attribution 3.0. Distribusi lebih lanjut dari
karya ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Konferensi Internasional tentang Pendidikan Matematika dan Sains 2019 (ICMScE 2019) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 1521 (2020) 022012 doi:10.1088/1742-6596/1521/2/022012

Hasil analisis tugas kuliah ditemukan bahwa 65% mahasiswa mengadopsi sumber dari internet
tanpa melakukan rekreasi apapun dalam menyelesaikan tugas perkuliahan. Kondisi ini diduga karena
kreativitas siswa dalam mengungkapkan gagasan masih lemah. Hal ini diduga menunjukkan
rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswaprospektif guru fisika. Berdasarkan pentingnya
keterampilan berpikir kreatif bagi guru fisika di 21th abad dan hasil analisis dari prospektiftugas guru
fisika, perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profilprospektif
keterampilan berpikir kreatif guru fisika, faktor-faktor yang diduga menyebabkan keterampilan
berpikir kreatif, dan hubungan keterampilan berpikir kreatif dengan kemampuan kognitif.
Berpikir kreatif adalah aktivitas kognitif dalam mencari solusi untuk memecahkan suatu masalah [9]. Neuman menyatakan
bahwa berpikir kreatif adalah cara untuk menghasilkan informasi baru dan produk akhir yang unik [10]. Berpikir kreatif adalah
kemampuan menjawab masalah berdasarkan data/informasi yang ada dengan berbagai alternatif jawaban. Jawaban yang
diberikan menunjukkan orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Kefasihan adalah kemampuan untuk
mengungkapkan dengan jelas banyak ide yang benar sebanyak mungkin. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk mengeluarkan
berbagai ide berdasarkan berbagai perspektif. Orisinalitas adalah kemampuan untuk mengeluarkan ide-ide yang unik dan tidak
biasa, misalnya yang berbeda dari yang ada di buku atau pendapat orang lain. Elaborasi adalah kemampuan untuk menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi situasi dan menambahkan detailnya sehingga lebih bernilai.
Munandar [11] menggambarkan indikator aspek keterampilan berpikir kreatif seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Indikator aspek keterampilan berpikir kreatif

Tidak Aspek berpikir kreatif Indikator


1 Berpikir dengan lancar (fluency) - Memikirkan lebih dari satu jawaban.
- Jawab pertanyaan dengan banyak alternatif pertanyaan
2 Berpikir fleksibel (fleksibilitas) - Menghasilkan ide, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.
- Melihat masalah dari perspektif yang berbeda.
- Carilah banyak alternatif atau arah yang berbeda.
- Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.
3 Pikirkan asal (orisinalitas) - Mengungkapkan ide-ide baru dan unik
- Pikirkan cara yang tidak biasa untuk mengekspresikan diri mereka
- Mampu membuat kombinasi bagian atau elemen yang tidak biasa.
4 Berpikir secara rinci (elaborasi) - Bekerja dan mengembangkan produk atau ide.
- Menambah atau memperinci objek, ide, atau situasi
sehingga menjadi lebih menarik

Keterampilan berpikir kreatif perlu dibangun dengan menggunakan kreativitas. Hurlock menyatakan kreativitas
adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau ide apa pun yang pada dasarnya baru dan
belum diketahui. Dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan sekedar rangkuman. Ini
mungkin termasuk pembentukan pola baru dan kombinasi informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan
implementasi hubungan lama ke dalam situasi baru dapat membentuk korelasi baru.

2. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang kemampuan berpikir
kreatif siswa prospektifguru fisika pada jurusan pendidikan fisika di salah satu universitas di Tasikmalaya.
Responden yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 20 orangprospektif guru fisika yang mengambil mata
pelajaran fisika untuk sekolah pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Mereka terdiri dari lima laki-laki
dan 15 perempuan. Enam responden berusia 19 tahun dan 14 responden berusia 20 tahun. Responden dipilih
dengan pertimbangan telah mempelajari konsep fisika pada banyak mata pelajaran (fisika umum dan fisika
dasar) sehingga dianggap memiliki penguasaan konsep fisika yang baik.
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Pada setiap tahapan
dilakukan kegiatan seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.

2
Konferensi Internasional tentang Pendidikan Matematika dan Sains 2019 (ICMScE 2019) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 1521 (2020) 022012 doi:10.1088/1742-6596/1521/2/022012

Perencanaan Penerapan Pelaporan


A. Tinjauan Pustaka tentang A. Mengambil tes
A. Menganalisis dan mendiskusikan
keterampilan berpikir kreatif B. Menganalisis data uji hasil penelitian.
B. Persiapan instrumen C. Melakukan wawancara B. Menarik kesimpulan
C. Validasi instrumen dan kuesioner

Gambar 1. Kegiatan penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis. Yaitu tes, angket, dan wawancara terbimbing.
Tes digunakan untuk mengukur empat aspek keterampilan berpikir kreatif (kefasihan, fleksibilitas, orisinalitas,
dan elaborasi). Tes dapat dikembangkan dalam dua jenis, tes objektif dan tes esai [13-14]. Peneliti memilih tes
esai agar responden dapat mengungkapkan idenya secara terbuka. Tes esai terdiri dari 12 pertanyaan dan
dikembangkan oleh tiga masalah utama.Tes keterampilan berpikir kreatif telah divalidasi oleh beberapa ahli dan
memiliki validasi tinggi. Rata-rata skor keterampilan berpikir kreatif yang diperoleh melalui tesdiklasifikasikan
menjadi lima kategori seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi keterampilan berpikir


kreatif artinya

Tidak Berarti Kategori


1 0,0 x 30.0 Sangat rendah

2 30,1 x 55,0 Rendah

3 55.1 x 70.0 Sedang


4 70,1 x 85,0 Tinggi
5 85,1 x 100,0 Sangat tinggi

Kuesioner dan wawancara terbimbing digunakan untuk menganalisis kegiatan perkuliahan (termasuk fisika
umum dan fisika dasar) yang pernah diikuti oleh calon guru fisika. Kuesioner menggunakan skala Likert yang
menggambarkan tingkat setuju atau tidak setuju pada skala setuju-tidak setuju simetris untuk serangkaian
pernyataan. Rentang skala yang digunakan untuk satu pernyataan adalah 0 = sangat tidak setuju, 1 = tidak setuju,
2 = sedang, 3 = setuju, dan 4 = sangat setuju. Data yang dikumpulkan dengan kuesioner selanjutnya digali dengan
wawancara. Wawancara terbimbing dapat memberikan informasi untuk menganalisis profil kemampuan berpikir
kreatif calon guru fisika. Ada lima pertanyaan pokok yang terdiri dari: (a) Metode pembelajaran yang diterapkan
dalam perkuliahan, (b) Media pembelajaran yang digunakan, (c) Keterampilan dibangun dari perkuliahan, (d)
Motivasi perkuliahan yang dibangun, dan (e) Pemberian tugas dan evaluasi yang digunakan. Pertanyaan dapat
dikembangkan sesuai dengan jawaban yang dikemukakan oleh responden.

3. Hasil dan Pembahasan


Keterampilan berpikir kreatif yang diamati dalam penelitian ini meliputi empat aspek keterampilan, yaitu
kelancaran, keluwesan, orisinalitas, dan elaborasi. Berdasarkan hasil tes esai yang diberikan kepada calon
guru fisika, ditemukan kondisi yang tidak terduga. Kemampuan berpikir kreatif mereka termasuk dalam
kategori rendah. Dengan skor tertinggi 100 poin, rerata kemampuan berpikir kreatif seluruh responden
adalah 43,75. Rerata kemampuan berpikir kreatif calon guru fisika untuk setiap aspek ditunjukkan pada
gambar 2.
Sebagian besar aspek keterampilan berpikir kreatif berada pada kategori rendah kecuali kefasihan yang berada pada
kategori sedang. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif calon guru fisika tidak terlepas dari bagaimana perkuliahan
berlangsung. Wawancara yang dilakukan secara langsung kepada responden memberikan gambaran kegiatan
pembelajaran baik fisika umum maupun fisika dasar. Dalam perkuliahan fisika umum dan fisika dasar,

3
Konferensi Internasional tentang Pendidikan Matematika dan Sains 2019 (ICMScE 2019) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 1521 (2020) 022012 doi:10.1088/1742-6596/1521/2/022012

pembelajaran dilakukan dengan metode konvensional. Dosen memiliki peran terbesar dalam pembelajaran.

100
Kelancaran
kemampuan berpikir
57
Skor Kreatif

Fleksibilitas
43 41
50 34 Keaslian
Elaborasi

Gambar 2. Sarana aspek keterampilan berpikir kreatif calon guru


fisika

Mereka menjelaskan materi pelajaran secara langsung dan terkadang mereka menyediakan waktu bagi calon guru fisika
untuk berdiskusi tentang mata pelajaran yang kurang jelas. Dosen menyampaikan materi fisika dengan menggunakan
media power point yang umumnya berisi materi singkat kajian yang sedang dibahas. Jarang ada animasi atau simulasi
yang ditampilkan di sepanjang perkuliahan. Ada eksperimen fisika menggunakan metode buku masak yang berfokus
pada verifikasi konsep.
Hasil angket menunjukkan bahwa sebagian besar responden kurang berminat terhadap kegiatan pembelajaran dan
tidak termotivasi untuk belajar seperti terlihat pada gambar 3. Secara keseluruhan, 85 % responden menyatakan tidak
setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan bahwa kegiatan pembelajaran fisika dasar dan fisika umum kuliah
menarik dan memotivasi mereka untuk belajar.

10% 5% Sangat setuju

40% Setuju

Netral
45%
Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Gambar 3. Persentase jawaban angket bahwa kegiatan pembelajaran


pada perkuliahan fisika dasar dan fisika umum menarik dan
memotivasi calon guru fisika untuk belajar

Berdasarkan penjelasan responden, kita dapat mengetahui bahwa tidak ada kegiatan perkuliahan yang memberikan
kesempatan optimal bagi calon guru fisika untuk melatih kemampuan berpikir kreatifnya. Siswa kurang tertarik dengan
kegiatan belajar dan tidak termotivasi untuk belajar. Pada dasarnya setiap orang memiliki pemikiran kreatif, namun
untuk mengembangkannya, guru dan sekolah memerlukan pendekatan pembelajaran yang mendukung [15] dan juga
perlu menciptakan suasana belajar di kelas yang berorientasi pada keterampilan berpikir kreatif [16]. Suasana belajar
yang kondusif akan menghasilkan lingkungan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatifnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sternberg yang menyatakan bahwa lingkungan belajar
merupakan sumber yang dibutuhkan untuk keterampilan berpikir kreatif.
Carin dan Sund [18] juga mengemukakan bahwa untuk menciptakan kreativitas dalam belajar perlu memperhatikan
aspek-aspek berikut: (a) mengembangkan kepercayaan yang tinggi dan meminimalkan rasa takut, (b) mendorong
terjadinya komunikasi yang bebas, (c) membuat batasan tujuan. dan penilaian individu oleh siswa; (d) pengendalian yang
tidak terlalu ketat [18]. Kegiatan pembelajaran yang melatih kreativitas memerlukan proses kreatif dengan
menggunakan lima tahapan kegiatan yang terdiri dari:
A. Persiapan. Siswa terlibat dalam masalah menarik yang memicu rasa ingin tahunya

4
Konferensi Internasional tentang Pendidikan Matematika dan Sains 2019 (ICMScE 2019) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 1521 (2020) 022012 doi:10.1088/1742-6596/1521/2/022012

B. Inkubasi. Siswa menanamkan ide-ide ini dalam pemikiran mereka dan kemudian membuat hubungan yang tidak biasa.
C. Wawasan. Peserta didik mengalami "Aha!" Ketika semua teka-teki tampaknya cocok satu sama lain.
D. Evaluasi. Pembelajar harus memutuskan apakah ide itu berharga dan layak untuk digunakan. Mereka harus berpikir, "Apakah
ide barunya jelas?"
e. Elaborasi. Langkah terakhir ini seringkali mencakup waktu yang paling lama dan melibatkan pekerjaan yang paling
sulit [19]. Rerata terbesar untuk aspek keterampilan berpikir kreatif tampak pada kelancaran dengan mean 57.
Kondisi ini dipengaruhi oleh kegiatan pembelajaran yang menyediakan waktu diskusi. Dalam sesi diskusi, calon guru
fisika mendapat kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan konsep. Siswa memiliki
kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami atau masalah atau fenomena kontekstual yang
berhubungan dengan konsep. Sesuai dengan apa yang disarankan oleh UK's Qualifications and Curriculum Authority
dalam Harris, bagaimana guru memainkan perannya dalam mengembangkan kreativitas siswa dengan menempatkan
lima perilaku kreatif: bertanya dan menantang, membuat koneksi dan melihat hubungan, membayangkan apa yang
mungkin, mengeksplorasi ide secara terbuka, dan kritis. mencerminkan ide, tindakan, dan hasil [20]. Dari lima saran
tersebut, hanya satu saran yang sering dilatihkan dalam pembelajaran fisika. Ini bertanya dan menantang. Sehingga
sangat wajar jika kefasihan memiliki arti terbesar dalam keterampilan berpikir kreatif.

Rerata terendah terdapat pada orisinalitas dengan rerata 34. Tugas perkuliahan yang banyak digunakan dalam perkuliahan
lebih kepada pemecahan masalah matematis dan berkaitan dengan konsep. Sumber penugasan berasal dari buku-buku
referensi utama. Penugasan yang diberikan kurang berupa kegiatan dan pemikiran dalam pemecahan masalah secara
kontekstual dan konseptual yang dapat membantu dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Hal ini menjadi salah
satu faktor yang mengakibatkan rendahnya originality skills karena tidak adanya kesempatan yang cukup untuk menyampaikan
ide-ide siswa. Sedangkan De Bono menyatakan bahwa pelatihan creative problem solving dapat membantu meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif [21].
Tes kemampuan berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan konsep mampu
memecahkan masalah sehingga peneliti mencoba menelusuri kemampuan kognitif mahasiswa melalui hasil
evaluasi perkuliahan fisika dasar dan fisika umum. Berdasarkan hasil kemampuan kognitif calon guru fisika pada
mata kuliah fisika umum dan fisika dasar serta tes kemampuan berpikir kreatif, ditemukan kecenderungan bahwa
kemampuan berpikir kreatif mereka didukung oleh kemampuan kognitifnya. Mahasiswa yang secara akademis
memiliki kemampuan kognitif yang baik saat mengikuti perkuliahan fisika umum dan fisika dasar ternyata
memiliki kemampuan berpikir kreatif yang lebih baik dari yang lain. Peneliti mencoba untuk mengetahui
hubungan antara skor kemampuan kognitif dan skor keterampilan berpikir kreatif menggunakan Pkorelasi
momen produk earson.

Tabel 3. Pkorelasi momen produk earson antara kemampuan kognitif dan kemampuan
berpikir kreatif

Kemampuan kognitif Keterampilan berpikir kreatif


Korelasi Pearson 1 . 618**
Kemampuan kognitif Tanda tangan (2-ekor) . 002
n 20 20
Korelasi Pearson . 518** 1
Kreatif
Tanda tangan (2-ekor) . 002
kemampuan berpikir
n 20 20
Tabel 3 menunjukkan bahwa korelasi kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kreatif memiliki nilai
signifikansi 0,002 < 0,05 dan korelasi Pearson 0,618. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang
tinggi antara kemampuan kognitif dengan keterampilan berpikir kreatif. Daskolia [22] menyatakan bahwa
kreativitas sebagai hasil berpikir kreatif tidak terlepas dari kemampuan kognitif yang dikolaborasikan dengan
berbagai komponen lain untuk menemukan solusi sosial dari masalah. Maka sangat wajar jika kemampuan
kognitif seseorang baik maka kemampuan berpikirnya juga baik.

5
Konferensi Internasional tentang Pendidikan Matematika dan Sains 2019 (ICMScE 2019) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 1521 (2020) 022012 doi:10.1088/1742-6596/1521/2/022012

4. Kesimpulan
Kemampuan berpikir kreatif calon guru fisika masih dalam kategori rendah. Tiga aspek yang meliputi
keluwesan, orisinalitas, dan elaborasi termasuk dalam kategori rendah, sedangkan aspek kelancaran berada pada
kategori sedang. Perbedaan kategori masing-masing aspek literasi digital dipengaruhi oleh sejumlah kegiatan
dan penugasan dalam perkuliahan yang telah dilaksanakan di berbagai perkuliahan yang tidak memberikan
kesempatan kepada calon guru fisika untuk melatih kemampuan berpikir kreatif. Keterampilan berpikir kreatif
yang diamati dalam penelitian ini memiliki korelasi yang tinggi dengan kemampuan kognitif.

5. Referensi
[1] Rizal R, Setiawan W dan Rusdiana D 2019 Literasi digital guru IPA prajabatan.
InJournal of Physics: Seri Konferensi 1157 2 022058
[2] Harris A dan Ammermann M 2016 Wajah kreativitas yang berubah dalam pendidikan Australia
Pendidikan Pengajaran 27 1 103–113
[3] Simon SE 2013 Kekacauan tekstur atau 'Tapisserie'? Model pendidikan guru yang kreatif
desain kurikulum Jurnal Pendidikan Guru Australia 38 11 87-102
[4] Kemitraan untuk Keterampilan Abad 21 2008 Keterampilan Abad 21, Pendidikan dan Daya Saingsa
Sumber Daya dan Panduan Kebijakan
[5] Pengajaran Kreatif Chan DW 2007 di Sekolah Hong Kong: Kendala dan Tantangan Jurnal
Penelitian Pendidikan Hong Kong 22 1 1-11
[6] Pusat Penelitian Kebijakan Pasifik 2010 Keterampilan Abad 21 untuk Siswa dan Guru (Honolulu:
Sekolah Kamehameha, Divisi Penelitian & Evaluasi)
[7] Analisis Keterampilan Berpikir Kreatif Turkmen H 2015 Siswa Sekolah Menengah Kejuruan
Jurnal Studi Pendidikan Dan Instruksional Di Dunia 5 1 74-84
[8] Trilling B dan Fadel C 2009 Keterampilan Abad 21: Belajar untuk Kehidupan di Zaman Kita (San Fransisco,
California: Jossey-Bass/John Wiley & Sons, Inc.)
[9] Adams K 2005 Sumber Inovasi Dalam Kreativitas Sebuah Makalah Ditugaskan oleh Pusat
Nasional Pendidikan Dan Ekonomi Untuk Komisi Baru tentang Keterampilan
Tenaga Kerja Amerika. Pusat Nasional Pendidikan dan Ekonomi
[10] Neuman DB 1993 Mengalami ilmu dasar (California: Perusahaan Penerbitan
Wadsworth)
[11] Munandar U 1999 Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: PT Rineka Cipta)
[12] Hurlock EB 1999 Pertumbuhan Anak vol. 2(Jakarta: Erlangga)
[13] Coffman WE 1966 Tentang Validitas Tes Esai Prestasi Jurnal Pengukuran Pendidikan 3 2
151-156
[14] Perbedaan Prestasi Walstad EW dan Becker EW 1994 pada Tes Pilihan Ganda dan Esai
Ekonomi Penelitian Pendidikan Ekonomi 84 2 193-196
[15] Tosun C dan Taskesenligil Y 2011 Jurnal Pendidikan Sains Turki 9 1 104-125
[16] Slavin RE 2009 Teori dan Praktik Psikologi Pendidikan. Edisi kedelapan volume 2.
(Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang)
[17] Sternberg RJ 2006 Sifat kreativitas Jurnal penelitian kreativitas 18 1 87- 98
[18] Carin AA dan Sund RB 1970 Mengajar sains modern edisi ke-3. (Ohio: A Bell & Howell
Perusahaan) hal. 307
[19] Santrock JW 2011 Psikologi Pendidikan (Newyork: McGraw-Hill) hal. 201
[20] Harris A dan de Bruin LR 2018 Melatih para guru untuk kreatif dan kritis abad kedua puluh satu
berpikir: implikasi Australia dari studi internasional PengajaranPendidikan 29 3 234- 250

[21] De Bono E 2007 Revolusi berpikir (Bandung, Indonesia: Mizan Main Media)
[22] Daskolia M, Dimos A dan Kampylia PG 2012 Jurnal Internasional Pendidikan Lingkungan
& Sains 7 269-290

Anda mungkin juga menyukai