NIM : 19129129
NO. ABSEN : 12
1. Apa yang anda ketahui tentang pendidikan inklusif? Mengapa pendidikan inklusif
harus dilaksanakan?
Jawab :
Pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan yang memungkinkan anak
berkebutuhan khusus untuk dapat belajar bersama dengan anak reguler di sekolah reguler.
Tujuan pendidikan inklusi adalah untuk menyertakan anak berkebutuhan khusus dengan anak
reguler tanpa perbedaan. pendidikan inklusi adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan
yang memberi kesempatan pada seluruh peserta didik yang memiliki kelainan dan
mempunyai potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik
lainnya.
Mengapa pendidikan inklusif harus dilaksanakan? Karena Pendidikan inklusi merupakan
praktek yang bertujuan untuk pemenuhan hak azasi manusia atas pendidikan, tanpa adanya
diskriminasi, dengan memberikan kesempatan pendidikan yang berkualitas kepada semua
anak tanpa perkecualian, sehingga semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk secara
aktif mengembangkan potensi dan mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang
menghargai keanekaragaman. Dan juga mewujudkan kesempatan yang seluas luasnya
kepada peserta didik yang berkebutuhan khusus memperoleh pendidikan yang bermutu
untuk mengembangkan bakat dan minatnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi.
2. Selama ini orang menganggap bahwa “Pendidikan Inklusif” sama dengan “Pendidikan
Luar Biasa”. Bagaimana menurut pendapat anda tentang pernyataan tersebut di atas?
Beri penjelasan sesuai jurusan anda!
Jawab :
Tidak sama, Pendidikan inklusi merupakan jawaban bagi anak yang memiliki
kemampuan kognitif memadai. Jika sekiranya tidak, orangtua disarankan untuk
menyekolahkan anaknya di Sekolah Luar Biasa. Di Sekolah Luar Biasa, anak-anak diberi
fasilitas sesuai dengan keterbatasan mereka, mulai dari guru, cara berkomunikasi, konstruksi
gedung disesuaikan.
Jadi pendidikan inklusif merupakan pendidikan bagi anakyang memiliki kemampuan
yang memadai namun memiliki sedikit kekurangan tetapimasih biasa diterima disekolah pada
umumnya, sedangkan pendidikan luar biasa diberikan kepada yang memerlukan fasilitas
khusus untuk keterbatasan mereka, baik itu fasilitas,cara berkomunikasi, guru, dan lain
sebagainya.
MIF.Baihaqidan M.Sugiarmin menyatakan bahwa hakikat inklusif adalah mengenai hak
setiap siswa atas perkembangan individu, sosial, dan intelektual. Para siswa harus diberi
kesempatan untuk mencapai potensi mereka. Untuk mencapai potensi tersebut, sistem
pendidikan harus dirancang dengan memperhitungkan perbedaan perbedaan yang ada pada
diri siswa. Bagi mereka yang memiliki ketidakmampuan khusus dan/atau memiliki
kebutuhan belajar yang luar biasa harus mempunyai akses terhadap pendidikan yang bermutu
tinggi dan tepat.
4. Ceritakanlah kembali tentang film Hellen Keller/Dancing ans the Rain!. Apa yang
dapat anda simpulkan?
Jawab :
Helen Keller muda mengalami buta, tuli, dan bisu sejak bayi. Keller berada dalam
keadaan bahaya karena keluarga ingin mengirimnya ke sebuah institusi.
Ketidakmampuannya berkomunikasi telah membuatnya frustrasi, kejam, dan tidak
terkendali. Dalam keputusasaan, orang tuanya mencari bantuan dari Perkins Institute yang
kemudian mengirimkan mereka seorang guru bernama Annie Sullivan untuk mengajari putri
mereka. Melalui kegigihan, cinta, dan keras kepala, Annie menerobos dinding kesunyian dan
kegelapan Keller dan mengajarinya berkomunikasi. Film The Miracle Worker menceritakan
penemuan bahasa Helen Keller seorang tunanetra dan tuli. Melalui kesabaran Anne Sullivan
dalam mengajar Helen Keller, akhirnya Keller dapat berbahasa setelah kesulitan
berkomunikasi karena kehilangan penglihatan dan pendengarannya di masa kanak-kanak.
Dari kisah diatas dapat disimpulkan Seseorang belajar dari sebuah pengalaman (pasti
sudah banyak yang mengetahui, di mana dari pengalaman-pengalaman itu akan mengubah
sistem saraf dan proses perubahan itu sendiri menjadi suatu dasar neurologis bagi
representasi pengetahuan. Jadi kalau kita sabar dalam mengajari sesuatu, sesuatu itu akan
membuahkan hasil yang bagus.dari awalnya hellen tidak bisa menjadi bisa mengeja kata satu
persatu.kita harus sabar dalam mengajar anak yang memiliki kebutuhan yang khusus.
8. Menurut anda apa yang dimaksud ABK? Jenis-jenis hambatan apa saja yang anda
ketahui? Bagaimana menangani jenis-jenis hambatan tersebut?
Jawab :
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan,
baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan
dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang
seusia dengannya.
Jenis Hambatan Anak Berkebutuhan Khusus :
1) Anak disabilitas intelektual (inteligensi di bawah rata-rata anak sesuainya,
ketidakmampuan adaptasi)
2) Anak disabilitas pendengeran
3) Anak disabilitas pengelihatan (menyeluruh atau lowvision)
4) Anak disabilitas fisik
5) Anak disabilitas sosial (pengendalian emosi, kontak sosial, perilaku menyimpang)
6) Anak dengan ADHD
7) Anak dengan ASD
8) Anak dengan gangguan ganda
9) Anak lamban belajar atau slow learner (sedikit dibawah rata-rata)
10) Anak dengan kesulitan belajar khusus atau specific learning disabilities
11) Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi (penyimpangan bahasa wicara, suara,
irama, dan kelancaran dibawah usia rata-rata)
12) Anak dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.
9. Menurut anda apa yang dimaksud dengan identifikasi ABK, Kegiatan apa saja yang
diperlukan? Jelaskan dan beri contoh!
Jawab :
Identifikasi anak berkebutuhan khusus merupakan salah satu upaya tahapan awal yang
dapat dilakukan sedini mungkin sebagai usaha untuk menemu kenali anak yang memiliki
kebutuhan khusus baik dari segi fisik, motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional,
neurologis.
kegiatan identifikasi anak dengan kebutuhan khusus dilakukan untuk lima keperluan,
yaitu: (1) penjaringan (screening), (2) pengalihtanganan (referal), (3) klasifikasi, (4)
perencanaan pembelajaran, dan (5) pemantauan kemajuan belajar.
1. Penjaringan (screening)
Penjaringan dilakukan terhadap semua anak di kelas. Pada tahap ini identifiksi berfungsi
menandai anak-anak mana yang menunjukkan gejala-gejala tertentu, kemudian
menyimpulkan anak-anak mana yang mengalami kelainan/penyimpangan tertentu, sehingga
tergolong anak dengan kebutuhan khusus.
2. Pengalihtanganan (referral)
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada tahap penjaringan, selanjutnya anak-anak
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, ada anak yang tidak perlu dirujuk ke
ahli lain (tenaga profesional) dan dapat langsung ditangani sendiri oleh guru dalam bentuk
layanan pembelajaran yang sesuai.
Kedua, ada anak yang perlu dirujuk ke ahli lain terlebih dulu (referal) seperti psikolog,
dokter, orthopedagog (ahli PLB), dan/atau therapis, baru kemudian ditangani oleh guru.
Proses perujukan anak oleh guru ke tenaga professional lain untuk membantu mengatasi
masalah anak yang bersangkutan disebut proses pengalihtanganan (referral). Jika tenaga
professional tersebut tidak tersedia dapat dimintakan bantuan ke tenaga lain yang ada seperti
Guru Pembimbing Khusus (Guru PLB) atau Konselor.
3. Klasifikasi
Pada tahap klasifikasi, kegiatan identifikasi bertujuan untuk menentukan apakah anak
yang telah dirujuk ke tenaga professional benar-benar memerlukan penanganan lebih lanjut
atau langsung dapat diberi pelayanan pendidikan khusus.Apabila berdasar pemeriksaan
tenaga professional ditemukan masalah yang perlu penanganan lebih lanjut (misalnya
pengobatan, therapy, latihan-latihan khusus, dan sebagainya) maka guru tinggal
mengkomunikasikan kepada orang tua siswa yang bersangkutan. Jadi guru tidak mengobati
dan/atau memberi therapy, melainkan sekedar meneruskan kepada orang tua tentang kondisi
anak yang bersangkutan. Guru hanya akan membantu siswa dalam hal pemberian pelayanan
pendidikan sesuai dengan kondisi anak. Apabila tidak ditemukan tanda-tanda yang cukup
kuat bahwa anak yang bersangkutan memerlukan penanganan lebih lanjut, maka anak dapat
dikembalikan ke kelas semula untuk mendapatkan pelayanan pendidikan khusus.
Kegiatan klasifikasi ini memilah-milah mana anak dengan kebutuhan khusus yang
memerlukan penanganan lebih lanjut dan mana yang langsung dapat mengikuti pelayanan
pendidikan khusus di kelas reguler.
4. Perencanaan pembelajaran
Pada tahap ini, kegiatan identifikasi bertujuan untuk keperluan penyusunan program
pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI). Dasarnya adalah hasil dari klasifikasi. Setiap
jenis dan gradasi (tingkat kelainan) anak dengan kebutuhan khusus memerlukan program
pembelajaran yang berbeda satu sama lain.
5. Pemantauan kemajuan belajar
Kemajuan belajar perlu dipantau untuk mengetahui apakah program pembelajaran khusus
yang diberikan berhasil atau tidak. Apabila dalam kurun waktu tertentu anak tidak
mengalami kemajuan yang signifikan (berarti), maka perlu ditinjau lagi beberapa aspek yang
berkaitan. Misalnya apakah diagnosis yang kita buat tepat atau tidak, Program Pembelajaran
Individual (PPI) yang kita susun sesuai atau tidak, bimbingan belajar khusus yang kita
berikan sesuai atau tidak, dan seterusnya.
10. Bedakanlah antara buta dan low vision!
Jawab :
Buta benar-benar tidak bisa melihat, sedangkan low vision masih bisa melihat dengan
jarak yang sangat dekat dan tidak jelas.
DAFTAR RUJUKAN
Suparno, Heri Purwanto, dkk. 2007. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depdiknas: Jakarta.
Mulyono, Abdurrahman, Sosialisasi Pendidikan InklusiBagi Sekolah Dasar di DKI Jakarta, PLB
UNJ Jakarta2011.
Suparno, Heri Purwanto, dkk. 2007. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depdiknas: Jakarta
Zakia, Dieni Laylatul. 2015. Guru Pembimbing Khusus (GPK): Pilar Pendidikan Inklusi.
https://media.neliti.com/media/publications/172016-ID-guru-pembimbing-khusus-gpk-
pilar-pendidi.pdf