Anda di halaman 1dari 9

KERANGKA ACUAN

PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)


GEROBAK MANIS (Gerakan Obat Keliling Mengatasi Hipertensi Kronis)
PUSKESMAS BOOI-PAPERU

TAHUN 2021

1
I. PENDAHULUAN

Hipertensi sebagai salah satu penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyebab

kematian dengan angka kesakitan yang tinggi. Hipertensi sering diberi gelar The Silent

Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak

diketahui atau tanpa gejala sama sekali, hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi

terhadap beberapa penyaki lai bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan

ginjal. Data WHO (World Health Organization) tahun 2011 menunjukkan di seluruh

dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi. Angka ini

kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap

hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang,

termasuk Indonesia.

Pengobatan hipertensi dipengaruhi oleh kepatuhan penderita mengkonsumsi obat

darah tinggi dan melakukan modifikasi gaya hidup. Kepatuhan penderita hipertensi dalam

menjalani pengobatan hipertensi sangat diperlukan agar didapatkan kualitas hidup yang

lebih baik. Faktor- faktor yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan minum obat antara lain

pengalaman pengguna obat terhadap efek samping dan kenyamanan obat, terhadap

kemanjuran obat atau tingkat kesembuhan yang telah dicapai, komunikasi antara pasien

dengan dokter atau apoteker, memberikan sikap yang positif atau negatif bagi pengguna

obat, faktor ekonomi, kepercayaan atau persepsi pasien terhadap penyakit dan

pengobatannya, faktor kebosanan dalam menggunakan obat terus-menerus, jarak rumah

yang jauh dari fasilitas kesehatan dan tidak ada anggota keluarga yang menemani pasien

untuk mengambil obat khususnya lansia.

2
Ketidakpatuhan minum obat dilihat terkait dengan dosis, cara minum obat, waktu

minum obat dan periode minum obat yang tidak sesuai dengan aturan. Beberapa dampak

dari ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsmsi obat mengakibatkan kerugian pada

kesehatan penderita. Pengobatan penderita hipertensi merupakan hal penting Karena

hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan melainkan harus selalu

dikontrolkan atau dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi yang dapat berujung pada

kematian. Ketidakpatuhan umum dijumpai dalam pengobatan kronis yang memerlukan

pengobatan jangka panjang seperti hipertensi. Obat- obat antihipertensi telah terbukti dapat

mengontrol tekanan darah dan sangat berperan dalam menurunkan risiko berkembangnya

komplikasi kardiovaskular. Namun demikian, penggunaan antihipertensi terbukti tidak

cukup untuk menghasilkan efek pengontrolan tekanan darah jangka panjang apabila tidak

didukung dengan kepatuhan dalam menggunakan obat antihipertensi.

Berdasarkan data rekapan dari kunjungan pasien di Pos Binaan Terpadu Penyakit

Tidak Menular (POSBINDU-PTM) Puskesmas Booi-Paperu, Hipertensi termasuk 10

penyakit terbanyak pada tahun 2020, yang berada pada peringkat pertama dan pertahunnya

kunjungan penderita hipertensi sebanyak 176 orang. Berdasarkan latar belakang diatas maka

peneliti tertarik untuk melakukan program inovasi terhadap penderita hipertensi kronis

dengan judul “Gerobak Manis: Gerakan Obat Keliling Mengatasi Hipertensi Kronis”.

II. LATAR BELAKANG

Inovasi ini sesuai dengan kategori kesehatan dan selaras dengan tujuan

pembangunan berkelanjutan poin ketiga yakni menjamin kehidupan yang sehat serta

kesejahteraan penduduk di segala usia. Lansia dengan masalah kesehatan yang kompleks,

seringkali menderita lebih dari satu penyakit disertai penurunan kemandirian fisik dan
3
ekonomi dianggap sebagai beban oleh sebagian keluarga dan masyarakat. Haknya untuk

hidup sehat dan memperoleh layanan kesehatan yang baik tidak jarang tergadai oleh

kemiskinan dan hambatan lainnya. Melalui inovasi ini lansia tidak ditinggalkan di belakang

(not left behindI). Mereka dapat menikmati paket layanan kesehatan santun lansia yang

berkualitas, tanpa hambatan finansial dan tanpa harus beranjak dari rumah mereka.

Lansia memang dapat memperoleh kesehatan di posyandu dan puskesmas. Mereka

dapat berkonsultasi dengan dokter hanya di puskesmas. Padahal medan yang harus

ditempuh kurang bersahabat bagi tubuh renta mereka. Faktor biaya, transportasi, tidak ada

yang menemani berobat menjadi kendala. Hal inilah yang seringkali menghentikan langkah

mereka ke puskesmas.

III. TUJUAN
A. Tujuan Umum

Menjaring seluruh penderita hipertensi guna menurunkan angka kejadian penyakit tidak menular

dengan melibatkan peran serta seluruh masyarakat, para kader dan lintas sektor.

B. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan cakupan pelayanan lansia, sebagai bagian dari upaya mencapai

Universal Health Coverage. Inovasi ini mencakup daerah terpencil dengan tingkat

ekonomi menegah ke bawah.

2. Memberikan intervensi terpadu sesuai risiko kesehatan lansia Melalui inovasi ini,

lansia memperoleh akses terhadap pemeriksaan kesehatan, edukasi/konseling,

pengobatan termasuk obat untuk hipertensi.

3. Menjaga martabat lansia. Inovasi ini memandang bahwa nilai responsif pada suatu

layanan juga bermakna melindungi martabat pengguna layanan, dalam hal ini lansia.

Caranya sederhana seperti memberikan rasa nyaman, meningkatkan kepercayaan diri


4
mereka dengan melibatkan dalam pengambilan keputusan dan dalam aktivitas sosial

bersama keluarga dan teman sebaya.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Kegiatan Inovasi


No. Kegiatan Sasaran Target Lokasi Tenaga
1. Pelacakan dan pencatatan Seluruh Desa Booi & Seluruh Nakes
kasus hipertensi warga yang Paperu, 548 KK wilayah kerja Puskesmas
berusia ≥ 15 Puskesmas
Tahun Booi-Paperu
2. Kunjungan rumah (Home Penderita Penderita Rumah Dokter
Care) dan pencatatan hipertensi hipertensi penderita Umum,
nomor kontak keluarga dan dengan jarak hipertensi Nakes
atau pasien hipertensi rumah yang Puskesmas,
jauh dari faskes, Kader
dan adanya
penurunan
kemandirian
fisik
3. Sosialisasi Gerobak Manis Kepala desa, 2 desa, per desa: Balai desa di 2 Kepala
tingkat desa kader, 1 kades, 2 kader desa Puskesmas,
tokoh Dokter
agama, Umum,
tokoh adat, Pemegang
masyarakat Program
(P2PTM)
4. Pembentukan tim terpadu Kader, 1 faskes/desa, Rumah kader Pemegang
Gerobak Manis tingkat Nakes 2 kader/desa, dan Faskes Program
desa setempat, (PUSTU, (P2PTM),
masyarakat POSKEDES) Apoteker di
di 2 desa Puskesmas

5
V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN DAN SASARAN

Tabel 3.2 Rencana Pelaksanaan Kegiatan Inovasi


No. Kegiatan Rincian Pelaksanaan Kegiatan
1. Pelacakan dan pencatatan  Seluruh nakes di puskesmas dibagi menjadi 2 tim, yang akan
kasus hipertensi melakukan screening hipertensi secara door to door (rumah ke
rumah) di desa Booi dan Paperu. Screening menggunakan
Sphygmomanometer.
 Pencatatan kasus berupa identitas pasien dan kepala keluarga,
dilakukan pada setiap anggota keluarga yang memiliki tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.
2. Kunjungan rumah (Home  Dokter umum dibantu dengan nakes puskesmas dan kader
Care) dan pencatatan melakukan kunjungan rumah yang diprioritaskan untuk setiap
nomor kontak keluarga pasien hipertensi dengan jarak rumah yang jauh dari faskes,
dan atau pasien hipertensi adanya penurunan kemandirian fisik sehingga pasien tidak dapat
menjangkau faskes terdekat (terutama lansia).
 Dilakukan konseling mengenai hipertensi maupun penyakit lain
yang sedang diderita, serta dilakukan screening terhadap PTM
yang lain (DM, Hiperkolesterolemia, Hiperurisemia). Sreening
menggunakan alat tes digital.
 Pemberian terapi farmakologi terhadap hipertensi maupun
penyakit penyerta lainnya.
 Melakukan pencatatan nomor telepon pasien hipertensi dan atau
keluarga yang hidup serumah.
3. Sosialisasi Gerobak Manis  Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan sebagai media
tingkat desa pemberian informasi seperti leaflet dan poster yang berisi tentang
mekanisme permintaan obat hipertensi serta nomor kontak kader
di desa setempat.
 Membangun kerjasama dengan kader dan lintas sektor.
 Memberikan penyuluhan tentang gejala, faktor risiko, komplikasi
dan pencegahan terhadap hipertensi maupun PTM lainnya.
4. Pembentukan tim terpadu  Tim terpadu terdiri dari kader, nakes setempat, dan
Gerobak Manis tingkat masyarakat yang akan saling bekerja sama dalam menjalankan
desa program inovasi ini.
6
 Kader bertugas menerima informasi dari masyarakat atau
penderita hipertensi dengan keadaan khusus (jarak rumah jauh
dari faskes, penurunan kemampuan secara mandiri) mengenai
permintaan obat antihipertensi, informasi ini berupa identitas diri
(nama, umur, alamat), NIK (Nomor Induk Kependudukan) dan
nomor jaminan kesehatan (KIS, BPJS) kemudian akan diteruskan
via phone, SMS atau whatsapp ke nakes setempat untuk
ditindaklanjuti (bila kader menggunakan smartphone maka dapat
mengirimkan foto KTP dan kartu jaminan kesehatan via
whatsapp).
 Nakes bertugas menerima informasi dari kader berupa identitas
pasien dan permintaan obat hipertensi, setelah itu nakes akan
meneruskan informasi ini kepada pihak puskesmas via phone,
SMS atau whatsapp.
 Pemegang Program (P2PTM) di puskesmas yang bekerja sama
dengan apoteker menyiapkan obat yang diminta dan segera
menghubungi tukang ojek yang telah tergabung dalam tim
terpadu untuk mengambil obat tersebut. Jumlah obat yang
diberikan akan diinformasikan kepada nakes setempat.
 Kader bertugas untuk mengantarkan dan memberikan obat
antihipertensi kepada nakes setempat, setelah itu obat akan
diantarkan langsung ke rumah pasien.
 Masyarakat bertugas untuk membantu program ini dengan cara
melaporkan bila mengetahui adanya penyalahgunaan obat, serta
membantu lansia yang hidup sendirian dan menderita hipertensi
untuk mendapatkan pengobatan.
5. Pelaksanaan Gerobak  Pengambilan dan pemberian obat hipertensi ini melalui kerja sama
dengan kader, nakes setempat, Pemegang Program (P2PTM) dan
Manis
masyarakat.

7
VI. SASARAN

Sasaran Umum:

Seluruh warga yang berusia ≥ 15 tahun di wilayah kerja Puskesmas Booi-Paperu.

Sasaran Khusus:

Setiap pra lansia dan lansia (berusia ≥ 45 tahun) yang memiliki tekanan darah sistolik ≥

140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg dengan keadaan khusus berupa jarak rumah

yang jauh dari faskes serta memiliki penurunan kemandirian fisik.

VII. JADWAL KEGIATAN

Tahun 2021
No. Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
1. Pelacakan dan
pencatatan kasus √ √
hipertensi
2. Kunjungan rumah
(Home Care) dan
pencatatan nomor
√ √
kontak keluarga
dan atau pasien
hipertensi
3. Sosialisasi
Gerobak Manis √
tingkat desa
4. Pembentukan tim
terpadu Gerobak
Manis tingkat √
desa
5. Pelaksanaan
√ √ √ √ √ √ √
Gerobak Manis

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

8
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program “Gerobak Manis” membutuhkan

kerja sama lintas sektor, diantaranya kepala desa dan atau perangkat desa dapat

memantau pelaksaan program ini di tingkat desa yakni monitoring kader yang menjadi

mitra puskesmas. Sedangkan, pemegang program P2PTM dapat memantau nakes

setempat, serta apoteker.

Sistem monitoring dan evaluasi dapat menggunakan logbook untuk

mengevaluasi dan mencatat keberhasilan maupun pencapaian program. Monitoring

dilaksanakan pada minggu kedua setiap bulan sedangkan, evaluasi program

dilaksanakan saat mini lokakarya bulanan di puskesmas Booi-Paperu. Hasil pelaksanaan

program dilaporkan kepada pimpinan puskesmas Booi-Paperu setiap akhir bulan.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

Pencatatan dengan menggunakan register dan format laporan yang telah ditetapkan dan

dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota setiap tanggal 5 bulan berikutnya, evaluasi kegiatan

dilakukan setiap tiga bulan sekali sesuai dengan jadwal monitoring dan evaluasi Puskesmas

Booi-Paperu.

Anda mungkin juga menyukai