Anda di halaman 1dari 2

CERPEN KEWIRAUSAHAAN

Saat itu larut malam dan semua orang beranjak meninggalkan bangunan megah
tersebut kecuali seorang wanita muda yang duduk dalam bayang-bayang dedaunan
pohon yang berdiri kokoh tepat di depan butik itu. Di siang hari, jalanan di depan
butik sarat akan debu kotor, namun di malam hari embun yang terbentuk di udara
serta-merta menyingkirkan serpihan debu dari permukaan jalan. Itulah sebabnya si
wanita muda itu senang duduk di sana, saat semua orang justru ingin pulang ke
rumah,ia lebih tertarik melihat manekin yang bagaikan dewi berbalut pakaian yang
menggugah hati tersebut, seolah suasana malam sunyi membawanya ke alam lain.

Malam berganti pagi, pagi berganti siang, siang berganti malam, selalu saja
wanita muda itu terlihat disana. “Mengapa ia tidak pergi?” pikir wanita dari
seberang. Membawa bertumpuk – tumpuk kain, berteriak, memanggil, siapa saja
yang melintas didepannya. Malu? sudah pasti. Satu lembar kain lima ribu rupiah,
tiga lembar kain duabelas ribu rupiah, proses tawar-menawar itu tidak jarang
membuatnya malu, hingga pipinya memerah, sebagaimana semua orang pasti
merasakan hal yang sama jika mereka ada di posisinya. Berkali - kali sudah Pelangi
mempermalukan diri.Cuma itu?, tentu tidak. memperlihatkan berbagai macam gaya
dengan harapan dapat menghipnotis orang – orang yang bejalan lewat didepannya.
Tidak banyak yang memperdulikannya, bahkan tidak sedikit yang hanya melihat dan
langsung berjalan pergi.

“Haruskah aku berpidah ke depan gedung itu? atau haruskah aku masuk
kedalamnya?”pikiran pelangi melayang.

Aku menjauhi trotoar, berjalan maju beberapa langkah dengan wajah tengadah, lalu
dari tengah jalan, seraya mengatupkan kedua tangan agar membentuk corong di
sekitar mulut, aku berteriak sekeras-kerasnya: “Lihat saja Aku bisa lebih dari kalian,
Aku bisa, aku pasti bisa”

Semua orang melihatnya, tapi ia tidak peduli. Ia lebih memilih melanjutkan jalannya
menuju rumah dengan mata berkaca kaca, sambil dalam hati memohon “ Ibu, tolong
bantu aku”

Termenung sendiri di rumah yang kecil, ia terdiam melihat layar ponselnya.


Satu jam, dua jam, tiga jam waktu berlalu, “tapi apa yang aku bisa?” diam?
menangis?atau mungkin berteriak bagaikan orang gila?apakah itu akan mengubah
nasibku, sebenarnya apa aku ini?
Sedetik kemudian ia sudah memegang sebuah buku yang berisi gambaran,
sejak kecil ia memang sudah biasa menggambar busana, ia tersenyum melihat
rancanganngannya. membolak-balikkan buku itu memang sudah menjadi kebiasaan
disetiap malam-malamnya yang sunyi. Tetapi malam ini berbeda ia mencoba untuk
membuat salah satu baju rancangannya dengan mesin jahit tua peninggalan
neneknya. Ia berusaha membuatnya sebaik mungkin, mencoba pakaian itu dan
melihatnya dikaca, ia merasa ada yang kurang. Lalu ia bergegas mengambil kain-
kain yang ada dan menjadikannya hijab yang indah bahkan ada bentuk seperti bunga
mawar diatasnya, tidak lupa ia memotret dirinya dan mengunggahnya ke dalam
Facebook, ya facebook memang media yang pas untuk berkomunikasi dengan teman
yang jaraknya jauh.

Siapa sangka dipagi hari ia mendapat kejutan dengan banyaknya komentar


tentang desain baju dan hijabnya, “Wah,bagus” , “pesan satu dong”, sedikit demi
sedikit perubahanpun terjadi, Pelangi mendapat banyak tawaran, dari awalnya
hanya punya 5 orang karyawan sekarang sudah berkembang menjadi 350 karyawan
yang membantunya.

Tinggalnya pun sudah tidak dirumah kecil itu, ia tinggal di rumah yang cukup
besar bahkan mengajak kedua orang tuanya untuk tinggal bersama. Seiring
berjalannya waktu usahanya berjalan dengan pesat, bahkan ia kerap diundang dalam
pagelaran busana yang diadakan di negeri tetangga, busana yang sudah menjadi
kebutuhan utama dan juga desain yang terus berubah – ubah setiap musimnya
memberi keuntungan tersendiri bagi Pelangi.

Malam sudah larut, saat kebanyakan orang akan memilih pergi kerumahnya
masing-masing untuk melepas penat, tetapi tidak untuk Pelangi ia memilih untuk
menyusuri jalan dan duduk dibawah pohon besar yang menghadap pada sebuah
bangunan megah, ya tepat di depan butik itu. Kemudian ia berkata pelan “Aku bisa,
sekarang kalian sudah lihat kan, aku bisa lebih dari yang kalian kira”

Anda mungkin juga menyukai