Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MANAJEMEN PROYEK TERPADU

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK SANITASI


MASYARAKAT SPALD-S KELURAHAN TELUK DALAM KOTA BANJARMASIN

OLEH :
AHMAD JIMMY 2220828310001
M. RIJALUL FIKRI ANANTA 2220828310061
ERDINNADYA MAULIDZHA 2220828320023
JOVANA NEILKELVIN 2220828320026

MANAJEMEN KONSTRUKSI
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2022

i
PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga tugas dengan judul “Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Pada Proyek Sanitasi Masyarakat Spald-S Kelurahan Teluk dalam Kota
Banjarmasin” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Selama penyusunan dan keberhasilan terselesaikannya Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari bantuan-bantuan doa restu, tenaga, waktu, serta bantuan lainnya dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Tuhan YME atas segala bentuk rahmat-Nya yang dilimpahkan sehingga Tesis ini dapat
diselesaikan.
2. Kedua orangtua yang membiayai Pendidikan saya dan tidak henti-hentinya mendoakan
kemudahan, kelancaran dan menanyakan perkembangan tesis.
3. Bapak Dr. Eng. Irfan Prasetia, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing sekaligus Ketua
Program Studi S-2 Teknik Sipil yang telah banyak memberikan ilmu, saran, dan
waktunya, serta dengan sabar memberikan bimbingan dari awal hingga selesainya tesis
ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat terkhususnya Dosen
Program Studi S-2 Teknik Sipil yang telah banyak sekali membimbing dan memberikan
ilmunya kepada saya.
5. Seluruh Civitas Akademik Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat khususnya
Program Studi S-2 Teknik sipil, yang telah banyak membantu pengurusan administrasi
serta keperluan lainnya dalam penyusunan tugas akhir ini.

Banjarmasin, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA.................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iv

DAFTAR TABEL......................................................................................................................v

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1

1.2 Perumusan Permasalahan.................................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................................5

1.5 Batasan Masalah..............................................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................7

2.1 Keselamatan Kerja...........................................................................................................7

2.2 Kesehatan Kerja.............................................................................................................10

2.2 Aturan Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Basic Safety) di Proyek.................11

2.3 Perundang-Undangan Mengenai K3..............................................................................12

2.3 Wawancara.....................................................................................................................13

2.3 Observasi........................................................................................................................13

BAB 3 METODE PENELITIAN...........................................................................................15

3.1 Bagan Alir Penelitian.....................................................................................................15

3.2 Lokasi dan Obyek Penelitian.........................................................................................16

3.2 Populasi penelitian.........................................................................................................17

3.3 Variabel Penelitian.........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Grafik Jumlah Kecelakaan di Indonesia Periode 2017-2021................................2

Gambar 3. 1 Bagan Alir Penelitian 15

Gambar 3. 2 Peta lokasi Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Banjarmasin Tengah...............16

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Variabel Penelitian..................................................................................................17

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelurahan Teluk Dalam, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin.  Adalah


Kelurahan Dengan Jumlah Penduduk 22.895 Jiwa Dan Dengan Jumlah Kepala Keluarga
6.883 KK. Kelurahan Teluk Dalam Merupakan Salah Satu Kelurahan Yang Menjadi Lokus
Stunting Tertinggi Di Kota Banjarmasin Dengan Prevalensi 10.1 %, 150 KK Masih
Melakukan Praktek BABS (Buang Air Besar Sembarangan), Dan 7.278 KK Masih
Menggunakan WC cubluk sebagai akses sanitasi. Dengan kondisi tersebut tentu dapat
mengakibatkan kondisi kesehatan lingkungan yang buruk dan menyebabkan kasus
penyebaran penyakit berbasis lingkungan meningkat, sehingga dapat menurunkan kesehatan
masyarakat secara meluas. Sehingga perlu dilakukan pembangunan sarana dan prasarana
sanitasi yang layak sehingga diusulkan dan mendapatkan program Sanimas SPALD-S Tahun
Anggaran 2022, sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
meningkatkan perekonomian keluarga yang terlibat sebagai tenaga kerja.

Penerima manfaat terpilih yang ditetapkan berdasarkan syarat dan ketentuan skala prioritas
serta perangkingan yang berdasarkan kriteria-kriteria penerima manfaat program SANIMAS
SPALD-S sebanyak  31 unit sarana prasarana sanitasi yang diberikan kepada 50 KK yang
setara dengan 167 Jiwa, berada di RT 7,9,12,15,17,19,20,27,34,35,43,50,65 dan 66.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan tindakan atau upaya yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja serta ancaman terhadap kesehatan seseorang
dalam lingkungan kerja (Fachrian, dkk., 2022). Mangkunegara (2002) dalam Fachrian, dkk.,
(2021) menyatakan bahwa K3 merupakan suatu pemikiran serta upaya untuk memastikan
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah mau pun rohaniah tenaga kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No: PER.04/MEN/1993 Tentang Jaminan


Kecelakaan Kerja yang diperbaharui di Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 5 tahun
2021 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian, dan Jaminan Hari Tua memberi pengertian Kecelakaan Kerja sebagai
“Kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul
karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat

1
dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang bisa atau wajar
dilalui”.

Dikutip dari dataindonesia.id, jumlah kecelakaan kerja di Indonesia sebanyak 234.270


kasus. Jumlah tersebut naik 5,65% dari tahun sebelumnya yang sebesar 221.740 kasus. Grafik
kenaikan jumlah kecelakaan dapat diperlihatkan pada Gambar 1.1.

Jumlah Kecelakaan di Indonesia


(2017-2021)
250,000 234,270
221,740

200,000 182,835
173,415

150,000
kecelakaan

123,040

100,000

50,000

0
2017 2018 2019 2020 2021

Tahun

Gambar 1. 1 Grafik Jumlah Kecelakaan di Indonesia Periode 2017-2021

Terdapat tiga perundang-undangan utama substansi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3) yaitu UU No.1 Tahun 1970, UU Stb. No. 225 Tahun 1930 serta Peraturan Presiden No.
34 Tahun 2014. Selain perundang-undangan tersebut, terdapat beberapa dasar hukum lainnya
yang juga mendukung keberlangsungan K3.

Meski pun sudah ada perundang-undangan yang mengatur tetapi dalam pelaksanaannya
di lapangan penggunaan alat pengaman sering kali jarang digunakan. Kurangnya pengawasan
menjadi salah satu alasan. Kenyataan inilah yang banyak terjadi dalam pengerjaan konstruksi
di Banjarmasin.

Kesadaran menjadi salah satu langkah mencegah kecelakaan di tempat kerja. Perbaikan
lingkungan juga salah satu upaya pencegahan terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Budaya taat peraturan K3 masih kurang diterapkan, khususnya di Banjarmasin. Lingkungan

2
yang masih kotor, sisa-sisa bongkaran bangunan yang dibiarkan bertumpuk begitu saja
hingga penumpukan sampah-sampah organik maupun non organik. Hal ini dapat
mengakibatkan timbulnya penyakit, penurunan derajat kesehatan atau ketidaknyamanan baik
pada pekerja maupun pada warga masyarakat di sekitar tempat kerja.

Kesalahan yang banyak didapat dalam pemeliharaan tempat kerja adalah mengenai tata
ruang yang tidak memenuhi syarat, seperti ruang yang terlalu sempit atau penempatan mesin
yang tidak betul, demikian juga penempatan penyediaan jalur lalu lintas yang diperlukan,
penempatan bahan baku dan peralatan yang tidak pada tempatnya.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus menjadi salah satu fokus tujuan
perusahaan yang bekerja di bidang konstruksi di samping biaya, mutu dan waktu. Pekerja
yang tidak menggunakan peralatan keselamatan kerja dengan benar dan sesuai fungsinya juga
beresiko terhadap kecelakaan kerja. Manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah juga
menjadi salah satu penyebab kecelakaan kerja. Para pekerja yang bekerja di proyek
pelaksanaan konstruksi risiko tinggi memiliki kemungkinan resiko atau bahaya kecelakaan
kerja fatal yang lebih besar.

Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi mendapat perhatian yang
serius oleh pemerintah dengan menerbitkan SK bersama Menteri Pekerjaan Umum dan
Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986 104/KPTS/1986. Pedoman yang selanjutnya
disingkat sebagai "Pedoman Teknis perbaikan lingkungan kerja”. Pelaksanaan Keselamatan
dan Kesehatan kerja (K3) pada proyek konstruksi merupakan bentuk upaya untuk
menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, sehat, dan sejahtera, bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja serta bebas pencemaran lingkungan menuju peningkatan
produktivitas seperti yang tertera pada Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja (Kurniawati, 2018).

Pada pelaksanaan K3 proyek konstruksi, tingkat pengetahuan, pemahaman, dan


penerapan oleh pihak-pihak yang terkait untuk pencegahan keselamatan kerja sangat rendah.
Hal ini menjadi salah satu kendala pada proyek kontruksi karena masih banyaknya paradigma
yang mengatakan bahwa safety sangat mahal dan hanya membuang uang serta pola pikir
tentang minimnya keselamatan kerja maupun pernyataan yang tidak nyamannya dengan
pakaian safety yang mengakibatkan seringnya terjadi kecelakaan kerja pada proyek
konstruksi (Kurniawati, 2018).

3
Bachtiar, dkk. (2021) menyatakan bahwa aktivitas pekerjaan konstruksi memiliki item
pekerjaan yang sangat banyak dengan waktu dan sifat yang berbeda-beda. Tingkat variasi
konstruksi yang tinggi memiliki potensi bahaya hingga tingkat kecelakaan yang juga tinggi.
Menurut Bachtiar, dkk., (2021), hal inilah yang menyebabkan manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) konstruksi menjadi sangat vital dan urgent bagi seluruh SDM dalam
dunia konstruksi.

Berdasarkan kepada SE PUPR No. 10 tahun 2022, terdapat dua aspek yang terkait
dengan K3, yaitu aspek peralatan kerja dan aspek fasilitas lingkungan kerja. Aspek peralatan
kerja atau dikenal pula dengan sebutan alat perlindungan diri (APD) meliputi pakaian kerja,
sepatu kerja, kacamata kerja, penutup telinga, sarung tangan, helm proyek, masker, jas hujan
serta sabuk pengaman. Aspek fasilitas lingkungan kerja meliputi Pengaturaan tata ruang (site
plan), pintu masuk dan pintu keluar proyek, penerangan yang cukup, sirkulasi udara segar
yang cukup, tersedia toilet/wc, alat pemadam kebakaran, tempat peralatan kerja dan bahan
bangunan, tempat pembuangan sampah, rambu-rambu peringatan, ruang kerja yang cukup
serta disediakan tempat-tempat yang mudah terbakar.

Meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan mengenai


K3, berdasarkan data dari BPJS Ketenagakerjaan di Gambar 1.1 trend kecelakaan kerja masih
tinggi. Maka dari itu perlu dilakukan perbandingan terhadap K3 yang terlaksana di lapangan
dengan peraturan pemerintah yang saat ini berlaku.

1.2 Perumusan Permasalahan

Perumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor K3 apa dari aspek peralatan kerja dan fasilitas lingkungan kerja yang
tersedia di dalam proyek Sanitasi Masyarakat Kelurahan Teluk Dalam Kota
Banjarmasin?
2. Bagaimana perbandingan penerapan faktor-faktor K3 di dalam proyek proyek Sanitasi
Masyarakat Kelurahan Teluk Dalam Kota Banjarmasin secara nyata dibandingkan
dengan perundang-undangan yang berlaku?
3. Bagaimana saran untuk mengatasi penerapan faktor-faktor K3 di dalam proyek proyek
Sanitasi Masyarakat Kelurahan Teluk Dalam Kota Banjarmasin yang jika ditemukan
ketidaksesuaian?

4
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Faktor-faktor K3 apa dari aspek peralatan kerja dan fasilitas
lingkungan kerja yang tersedia di dalam proyek Sanitasi Masyarakat Kelurahan Teluk
Dalam Kota Banjarmasin .
2. Untuk membandingkan penerapan perbandingan penerapan faktor-faktor K3 di dalam
proyek proyek Sanitasi Masyarakat Kelurahan Teluk Dalam Kota Banjarmasin secara
nyata dibandingkan dengan perundang-undangan yang berlaku.
3. Bagaimana saran untuk mengatasi penerapan faktor-faktor K3 di dalam proyek proyek
Sanitasi Masyarakat Kelurahan Teluk Dalam Kota Banjarmasin yang jika ditemukan
ketidaksesuaian?

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat menjadi referensi bagi pelaksana konstruksi ditinjau dari aspek keselamatan dan
lingkungan kerja.

2. Memberikan wawasan keilmuan bagi masyarakat umum bagaimana penerapan


keselamatan dan lingkungan kerja dalam kegiatan dunia konstruksi di Kalimantan Selatan
khususnya Kota Banjarmasin.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Proyek yang diteliti adalah proyek Sanitasi Masyarakat lokasinya di Kelurahan Teluk
Dalam Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin.
2. Aspek keselamatan dan kesehatan kerja pelaksanaan proyek Sanitasi Masyarakat
lokasinya di Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin,
yaitu peralatan kerja dan lingkungan kerja.

5
3. Kegiatan penelitian dibatasi pada kegiatan observasi dan wawancara lapangan di proyek
Sanitasi Masyarakat lokasinya di Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Banjarmasin
Tengah Kota Banjarmasin.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja menurut Mathis dan Jackson (2015) merupakan kondisi yang aman
atau selamat dari penderitaan dan kerusakan atau kerugian di tempat kerja berupa
penggunaan mesin, peralatan, bahan-bahan dan proses pengelolaan, lantai tempat bekerja dan
lingkungan kerja, serta metode kerja. Risiko keselamatan kerja dapat terjadi karena aspek-
aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, sengatan arus listrik,
terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, serta kerusakan anggota tubuh, penglihatan dan
pendengaran.

Keselamatan kerja yang baik adalah melindungi keselamatan pekerja yang sedang
beraktivitas dan membuat lingkungan kerja yang aman meliputi adanya lampu penerangan,
adanya rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja, menjaga lantai bebas dari air dan
menjaga fasilitas yang ada agar pekerja terbebas dari kecelakaan. Menurut Mondy (2008),
bahwa keselamatan mencakup perlindungan karyawan dari cedera yang disebabkan oleh
kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan aktivitas kerja


manusia baik pada industri manufaktur, yang melibatkan mesin, peralatan, penanganan
material, pesawat uap, bejana bertekanan, alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya,
landasan tempat kerja, dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan, maupun
industri jasa, yang melibatkan peralatan berteknologi canggih, seperti lift, eskalator, peralatan
pembersih gedung, sarana transportasi, dan lain-lain.

Keselamatan kerja adalah yang berkaitan dengan mesin, peralatan alat kerja, bahan,
serta proses pengolahannya, landasan tempat kerja, dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Kondisi tersebut dapat dicapai antara lain apabila kecelakaan termasuk
kebakaran, peledakan, dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi.

Oleh karena itu, setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja tidak lain adalah
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan di tempat kerja untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

Sarana kesehatan tenaga kerja upaya-upaya dari perusahaan untuk meningkatkan


kesehatan dari tenaga kerjanya. Hal ini dapat dilihat dari: Penyediaan air bersih, sarana

7
olahraga dan kesempatan rekreasi, sarana kamar mandi dan WC. Kesehatan dalam ruang
lingkup keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas
dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No.9 Tahun 1960, Bab 1 Pasal
2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan yang meliputi keadaan jasmani, rohani dan
kemasyarakatan, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan-
kelemahan lainnya.

Menurut Rivai (2017) pemantauan kesehatan kerja dapat dilakukan dengan cara:

1. Mengurangi timbulnya penyakit.

Pada umumnya perusahaan sulit mengembangkan strategi untuk mengurangi timbulnya


penyakit-penyakit, karena hubungan sebab-akibat antara lingkungan fisik dengan penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan sering kabur. Padahal penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan jauh lebih merugikan, baik bagi perusahaan maupun pekerja.

2. Penyimpanan catatan tentang lingkungan kerja

Mewajibkan perusahaan untuk setidaknya melakukan pemeriksaan terhadap kadar


bahan kimia yang terdapat dalam lingkungan pekerjaan dan menyimpan catatan mengenai
informasi yang terinci tersebut. Catatan ini juga harus mencantumkan informasi tentang
penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan dan jarak yang aman dan pengaruh berbahaya
bahan-bahan tersebut.

3. Memantau kontak langsung

Pendekatan yang pertama dalam mengendalikan penyakit-penyakit yang berhubungan


dengan pekerjaan adalah dengan membebaskan tempat kerja dari bahan-bahan kimia atau
racun. Satu pendekatan alternatifnya adalah dengan memantau dan membatasi kontak
langsung terhadap zat-zat berbahaya.

4. Penyaringan genetik

Penyaringan genetik adalah pendekatan untuk mengendalikan penyakit-penyakit yang


paling ekstrem, sehingga sangat kontroversial. Dengan menggunakan uji genetik untuk
menyaring individu-individu yang rentan terhadap penyakit-penyakit tertentu, perusahaan
dapat mengurangi kemungkinan untuk menghadapi klaim kompensasi dan masalah-masalah
yang terkait dengan hal itu.

Penyakit kerja adalah kondisi abnormal atau penyakit yang disebabkan oleh kerentanan
terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan pekerjaan. Hal ini meliputi penyakit akut dan

8
kronis yang disebabkan oleh pernafasan, penyerapan, pencernaan, atau kontak langsung
dengan bahan kimia beracun atau pengantar yang berbahaya (Dessler, 2017). Menurut Mathis
& Jackson (2017), masalah kesehatan karyawan sangat beragam dan kadang tidak tampak.
Penyakit ini dapat berkisar mulai dari penyakit ringan seperti flu hingga penyakit yang serius
yang berkaitan dengan pekerjaannya. Beberapa karyawan memiliki masalah kesehatan
emosional, lainnya memiliki masalah obat-obatan dan minuman keras. Beberapa persoalan
kesehatan ini kronis, lainnya hanya sementara.

Menurut (Mangkunegara, 2014) bahwa tujuan dan keselamatan kesehatan kerja adalah
sebagai berikut:

Agar setiap karyawan mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja secara fisik sosial
dan psikologi

1. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya


2. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya
3. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi karyawan
4. Agar meningkatkan semangat keserasian kerja dan partisipasi kerja
5. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja
6. Agar setiap karyawan merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

Pada Undang-Undang RI No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ini
menyebutkan syarat-syarat keselamatan kerja yaitu :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.


2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan api.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledak.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian- kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembapan, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

9
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaan nya menjadi bertambah tinggi.

2.2 Kesehatan Kerja

Kesehatan merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan
dalam menunjang kesejahteraan dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap para
pekerjanya. Menurut Malthis dan Jackson (2002), kesehatan kerja menunjuk pada kondisi
fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum, manajemen kesehatan ini bertujuan untuk
memelihara kesejahteraan individu secara menyeluruh.

Kusuma dan Darmastuti (2010), program kesehatan dan keselamtan kerja (K3) adalah
suatu system yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di
tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit ditempat kerja dengan
mematuhi atau taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin
pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja.

Menurut Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, dalam UU No.36 pasal
165 pada poin (1 dan 2) ini menjelaskan bahwa:

1. Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.

2. Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan menaati
peraturan yang berlaku di tempat kerja.

10
2.2 Aturan Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Basic Safety) di Proyek

Aturan umum keselamatan di proyek antara lain:


1) Tidak melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
2) Tidak diperbolehkan merokok di lokasi kerja kecuali di tempat yang diperbolehkan.
3) Tidak dibenarkan melakukan hal berikut di lokasi kerja:
a. Berkelahi;
b. Berlari;
c. Bercanda yang berlebihan;
d. Mengkonsumsi Narkoba dan minuman terlarang.
4) Pelaksanaan pekerjaan memperhatikan ketentuan protokol pencegahan dan penyebaran
virus Covid-19.
5) Tidak ada pekerjaan yang boleh dimulai tanpa izin bekerja atau tanpa sepengetahuan
atau persetujuan dari personil yang bertanggungjawab.
6) Semua pegawai harus mengikuti standar higiene pribadi yang telah ditetapkan.
7) Sebelum melaksanakan pekerjaan, semua personil yang terlibat dalam pelaksanaan
pekerjaan harus dijelaskan terkait rencana kerja, metode kerja, potensi bahaya dan cara
pengendaliannya.
8) Seluruh pekerja harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai (misal:
untuk pekerjaan di ketinggian, pekerjaan kelistrikan, dll).
9) Dapatkan otorisasi sebelum melepas atau melakukan perubahan dari peralatan
pengaman yang kritikal (misal: isolation device/emergency shut down valve, lock out
/tag out devices, trip systems, relief valves, fire and gas alarm systems, level control,
alarm)
10) Peralatan dan alat berat konstruksi hanya dapat dioperasikan oleh operator yang telah
memiliki izin operasi atau mendapat pelatihan.
11) Jangan berjalan di bawah peralatan pengangkat.
12) Ketika berkendara di lingkungan proyek, gunakan sabuk pengaman, jangan
menggunakan telepon dan jangan melebihi batas kecepatan maksimal.
13) Diberikan early safety warning, ketika mengoperasikan mesin, tidak boleh
menggunakan pakaian longgar, rambut panjang yang tidak diikat, dan aksesori lain
yang tidak diikat, terutama jika sedang menggunakan peralatan yang tidak diberi
pelindung (unguarded) dan berada pada jangkauan tangan.

11
14) Setiap lubang dan tepi bangunan pada setiap lantai harus diberi pelindung dan tanda
yang sesuai, untuk mencegah bahaya tersandung atau terperosok/jatuh.
15) Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Alat Pamadam Api Besar (APAB), tempat
membilas mata, peralatan penyelamat, dan semua peralatan darurat harus dalam
keadaan baik dan siap pakai serta bebas dari hambatan.
16) Setiap orang harus selalu mengetahui jalur evakuasi dan titik kumpul (master point) di
lokasi kerja masing-masing dengan petunjuk yang jelas.
17) Setiap orang yang datang ke fasilitas perusahaan dalam status ’berobat’ harus melapor
kepada dokter yang bertugas, untuk memastikan bahwa pengaruh obat-obatan yang
digunakannya tidak menimbulkan potensi bahaya di tempat kerja.
18) Jika ada kondisi tidak aman yang dirasa bisa menimbulkan bahaya, maka petugas yang
diberi kewenangan (authority) diizinkan untuk menghentikan pekerjaan. Jika penilaian
dan tindakan yang diambil mengakibatkan terhentinya pekerjaan, maka tenaga kerja
konstruksi tidak memperoleh peringatan/teguran lisan atau tertulis ataupun dikenakan
tindakan disiplin.
19) Setiap cidera dan insiden (termasuk tumpahan material, kerusakan peralatan,
kebakaran/ledakan maupun near miss dan cara kerja tidak aman) harus segera
dilaporkan kepada pengawas/atasan dan dilakukan investigasi internal.

2.3 Perundang-Undangan Mengenai K3

Terdapat beberapa perundang-undangan yang mengatur tentang K3, baik itu UU, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden serta Surat Edaran. Perundang-undangan mengenai K3
adalah sebagai berikut.
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang No. 28/2002 Tentang BangunanGedung
3. Undang-UndangNo. 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-UndangNo. 36/2009 Tentang Kesehatan
5. Undang-UndangNo. 24/2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
6. Undang-UndangNo. 02/2017 Tentang Jasa Konstruksi
7. Undang-UndangNo. 11/2020 Tentang Cipta Kerja
8. PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
9. PP No. 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian

12
10. PP No. 88 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Kerja
11. PP No. 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017 Tentang
Jasa Konstruksi
12. PP No. 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan PP No. 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan
Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
13. Perpres12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Perpres No 16 Tahun 2018 Tentang
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah

2.3 Wawancara

Newman (203) menyatakan bahwa wawancara merupakan sebuah kaedah pengumpulan data
yang paling umum digunakan dalam penelitian sosial. Kaedah wawancara digunakan saat
responden (subjek kajian) dan peneliti tengah bertatap muka secara langsung. Tujuan dari
wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan fakta,
kepercayaan, keinginan, dan sebagainya dengan tujuan untuk mendapatkan informasi data
primer.

Rosaliza (2015) menyatakan bahwa wawancara merupakan sebuah proses yang penting
dalam melakukan sebuah penelitian terutama jika penelitian tersebut bersifat kualitatif.
Dukungan dari para responden bergantung kepada cara peneliti dalam melaksanakan
tugasnya.

2.3 Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui sesuatu


pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau prilaku objek
sasaran (Fatoni, 2011). Menurut Nana Sudjana (1989) observasi adalah pengamatan dan
pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.

Teknik observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-


fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas, observasi sebenarnya tidak hanya terbatas
pada pengamatan yang dilaksanakan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sedangkan menurut Sutrisno Hadi metode observasi diartikan sebagai pengamatan,


pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Pengamatan (observasi)

13
adalah metode pengumpulan data dimana penelitian atau kolaboratornya mencatat informasi
sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Dari pengertian di atas metode
observasi dapat dimaksudkan suatu cara pengambilan data melalui pengamatan langsung
terhadap situasi atau peristiwa yang ada di lapangan.

14
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Bagan Alir Penelitian

Bagan alir penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3. 1 Bagan Alir Penelitian

15
Penelitian terbagi menjadi empat tahapan. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari:

a. Tahapan I meliputi kegiatan pustaka dan kajian literatur tentang K3 dan perundang-
undangan yang mengaturnya.

b. Tahapan II meliputi kegiatan identifikasi masalah yang muncul dari hasil kegiatan kajian
lieratur. Output dari Tahap II berupa masalah penerapan K3 secara riil di lapangan.

c. Tahapan III meliputi penentuan metode penelitian yaitu observasi dan wawancara. III
memberikan output berupa dokumentasi dan hasil wawancara.

d. Tahapan IV meliputi kegiatan pengolahan data yang menghasilkan analisis data,


pembahasan, kesimpulan dan saran.

3.2 Lokasi dan Obyek Penelitian

Pada bagian ini akan diberikan gambaran yang jelas terhadap lokasi penelitian. Untuk
kebutuhan ini, maka harus dilakukan survey terhadap obyek yang akan diteliti. Berhubung
permasalahan penelitian ini tentang kajian penerapan keselamatan dan lingkungan kerja pada
proyek konstruksi, maka penelitian ini dilakukan pada Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan
Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan yang menjadi lokasi
kegiatan Program Sanitasi Masyarakat SPALD-S Tahun Anggaran 2022.

Gambar 3. 2 Peta lokasi Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan 16

Banjarmasin Tengah
3.2 Populasi penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah proyek konstruksi proyek bangunan.


Sanitasi Masyarakat lokasinya di Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Banjarmasin
Tengah Kota Banjarmasin. Sampel penelitian diambil secara acak (random) dari
pekerja di lapangan, peralatan yang digunakan dan keadaan di lapangan.

3.3 Variabel Penelitian

Untuk memberikan batasan terhadap lingkungan penelitian dan penyeragaman


pandangan menyangkut lingkup variabel yang dipakai, maka variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Variabel Penelitian

Faktor Variabel Indikator Elemen

1. Pakaian kerja
I. Perlengkapan Kerja A. Peralatan Kerja
2. Sepatu kerja
3. Kacamata kerja
4. Penutup telinga
5. Sarung tangan
6. Helm
7. Masker
8. Jas hujan
9. Sabuk pengaman
1. Pengaturaan tata ruang (site
II. Fasilitas Lingkungan Fasilitas Lingkungan Kerja
plan)
Kerja 2. Pintu masuk dan pintu keluar
proyek
3. Penerangan yang cukup
4. Sirkulasi udara segar yang
cukup
5. Tersedia toilet/wc
6. Alat pemadam kebakaran
7. Tempat peralatan kerja dan
bahan bangunan

17
Faktor Variabel Indikator Elemen

8. Tempat pembuangan sampah


9. Rambu-rambu peringatan
10. Ruang kerja yang cukup
11. Disediakan tempat-tempat
yang mudah terbakar

18
DAFTAR PUSTAKA

Dataindonesia.id https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/kasus-kecelakaan-kerja-di-
indonesia-alami-tren-meningkat diakses pada tanggal 30 September 2022
pukul 22.57

Dessler, Gary. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT INDEKS.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.


Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mondy, R Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Erlangga.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No 1 tahun


2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamtan dan Kesehatan
Kerja.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 50 Tahun 2012 tentang Penerapan


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

19

Anda mungkin juga menyukai