OLEH :
AHMAD JIMMY 2220828310001
M. RIJALUL FIKRI ANANTA 2220828310061
ERDINNADYA MAULIDZHA 2220828320023
JOVANA NEILKELVIN 2220828320026
MANAJEMEN KONSTRUKSI
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2022
i
PRAKATA
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga tugas dengan judul “Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Pada Proyek Sanitasi Masyarakat Spald-S Kelurahan Teluk dalam Kota
Banjarmasin” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Selama penyusunan dan keberhasilan terselesaikannya Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari bantuan-bantuan doa restu, tenaga, waktu, serta bantuan lainnya dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Tuhan YME atas segala bentuk rahmat-Nya yang dilimpahkan sehingga Tesis ini dapat
diselesaikan.
2. Kedua orangtua yang membiayai Pendidikan saya dan tidak henti-hentinya mendoakan
kemudahan, kelancaran dan menanyakan perkembangan tesis.
3. Bapak Dr. Eng. Irfan Prasetia, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing sekaligus Ketua
Program Studi S-2 Teknik Sipil yang telah banyak memberikan ilmu, saran, dan
waktunya, serta dengan sabar memberikan bimbingan dari awal hingga selesainya tesis
ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat terkhususnya Dosen
Program Studi S-2 Teknik Sipil yang telah banyak sekali membimbing dan memberikan
ilmunya kepada saya.
5. Seluruh Civitas Akademik Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat khususnya
Program Studi S-2 Teknik sipil, yang telah banyak membantu pengurusan administrasi
serta keperluan lainnya dalam penyusunan tugas akhir ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL......................................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
2.2 Aturan Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Basic Safety) di Proyek.................11
2.3 Wawancara.....................................................................................................................13
2.3 Observasi........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1
PENDAHULUAN
Penerima manfaat terpilih yang ditetapkan berdasarkan syarat dan ketentuan skala prioritas
serta perangkingan yang berdasarkan kriteria-kriteria penerima manfaat program SANIMAS
SPALD-S sebanyak 31 unit sarana prasarana sanitasi yang diberikan kepada 50 KK yang
setara dengan 167 Jiwa, berada di RT 7,9,12,15,17,19,20,27,34,35,43,50,65 dan 66.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan tindakan atau upaya yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja serta ancaman terhadap kesehatan seseorang
dalam lingkungan kerja (Fachrian, dkk., 2022). Mangkunegara (2002) dalam Fachrian, dkk.,
(2021) menyatakan bahwa K3 merupakan suatu pemikiran serta upaya untuk memastikan
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah mau pun rohaniah tenaga kerja.
1
dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang bisa atau wajar
dilalui”.
200,000 182,835
173,415
150,000
kecelakaan
123,040
100,000
50,000
0
2017 2018 2019 2020 2021
Tahun
Meski pun sudah ada perundang-undangan yang mengatur tetapi dalam pelaksanaannya
di lapangan penggunaan alat pengaman sering kali jarang digunakan. Kurangnya pengawasan
menjadi salah satu alasan. Kenyataan inilah yang banyak terjadi dalam pengerjaan konstruksi
di Banjarmasin.
Kesadaran menjadi salah satu langkah mencegah kecelakaan di tempat kerja. Perbaikan
lingkungan juga salah satu upaya pencegahan terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Budaya taat peraturan K3 masih kurang diterapkan, khususnya di Banjarmasin. Lingkungan
2
yang masih kotor, sisa-sisa bongkaran bangunan yang dibiarkan bertumpuk begitu saja
hingga penumpukan sampah-sampah organik maupun non organik. Hal ini dapat
mengakibatkan timbulnya penyakit, penurunan derajat kesehatan atau ketidaknyamanan baik
pada pekerja maupun pada warga masyarakat di sekitar tempat kerja.
Kesalahan yang banyak didapat dalam pemeliharaan tempat kerja adalah mengenai tata
ruang yang tidak memenuhi syarat, seperti ruang yang terlalu sempit atau penempatan mesin
yang tidak betul, demikian juga penempatan penyediaan jalur lalu lintas yang diperlukan,
penempatan bahan baku dan peralatan yang tidak pada tempatnya.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus menjadi salah satu fokus tujuan
perusahaan yang bekerja di bidang konstruksi di samping biaya, mutu dan waktu. Pekerja
yang tidak menggunakan peralatan keselamatan kerja dengan benar dan sesuai fungsinya juga
beresiko terhadap kecelakaan kerja. Manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah juga
menjadi salah satu penyebab kecelakaan kerja. Para pekerja yang bekerja di proyek
pelaksanaan konstruksi risiko tinggi memiliki kemungkinan resiko atau bahaya kecelakaan
kerja fatal yang lebih besar.
Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi mendapat perhatian yang
serius oleh pemerintah dengan menerbitkan SK bersama Menteri Pekerjaan Umum dan
Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986 104/KPTS/1986. Pedoman yang selanjutnya
disingkat sebagai "Pedoman Teknis perbaikan lingkungan kerja”. Pelaksanaan Keselamatan
dan Kesehatan kerja (K3) pada proyek konstruksi merupakan bentuk upaya untuk
menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, sehat, dan sejahtera, bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja serta bebas pencemaran lingkungan menuju peningkatan
produktivitas seperti yang tertera pada Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja (Kurniawati, 2018).
3
Bachtiar, dkk. (2021) menyatakan bahwa aktivitas pekerjaan konstruksi memiliki item
pekerjaan yang sangat banyak dengan waktu dan sifat yang berbeda-beda. Tingkat variasi
konstruksi yang tinggi memiliki potensi bahaya hingga tingkat kecelakaan yang juga tinggi.
Menurut Bachtiar, dkk., (2021), hal inilah yang menyebabkan manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) konstruksi menjadi sangat vital dan urgent bagi seluruh SDM dalam
dunia konstruksi.
Berdasarkan kepada SE PUPR No. 10 tahun 2022, terdapat dua aspek yang terkait
dengan K3, yaitu aspek peralatan kerja dan aspek fasilitas lingkungan kerja. Aspek peralatan
kerja atau dikenal pula dengan sebutan alat perlindungan diri (APD) meliputi pakaian kerja,
sepatu kerja, kacamata kerja, penutup telinga, sarung tangan, helm proyek, masker, jas hujan
serta sabuk pengaman. Aspek fasilitas lingkungan kerja meliputi Pengaturaan tata ruang (site
plan), pintu masuk dan pintu keluar proyek, penerangan yang cukup, sirkulasi udara segar
yang cukup, tersedia toilet/wc, alat pemadam kebakaran, tempat peralatan kerja dan bahan
bangunan, tempat pembuangan sampah, rambu-rambu peringatan, ruang kerja yang cukup
serta disediakan tempat-tempat yang mudah terbakar.
1. Faktor-faktor K3 apa dari aspek peralatan kerja dan fasilitas lingkungan kerja yang
tersedia di dalam proyek Sanitasi Masyarakat Kelurahan Teluk Dalam Kota
Banjarmasin?
2. Bagaimana perbandingan penerapan faktor-faktor K3 di dalam proyek proyek Sanitasi
Masyarakat Kelurahan Teluk Dalam Kota Banjarmasin secara nyata dibandingkan
dengan perundang-undangan yang berlaku?
3. Bagaimana saran untuk mengatasi penerapan faktor-faktor K3 di dalam proyek proyek
Sanitasi Masyarakat Kelurahan Teluk Dalam Kota Banjarmasin yang jika ditemukan
ketidaksesuaian?
4
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Faktor-faktor K3 apa dari aspek peralatan kerja dan fasilitas
lingkungan kerja yang tersedia di dalam proyek Sanitasi Masyarakat Kelurahan Teluk
Dalam Kota Banjarmasin .
2. Untuk membandingkan penerapan perbandingan penerapan faktor-faktor K3 di dalam
proyek proyek Sanitasi Masyarakat Kelurahan Teluk Dalam Kota Banjarmasin secara
nyata dibandingkan dengan perundang-undangan yang berlaku.
3. Bagaimana saran untuk mengatasi penerapan faktor-faktor K3 di dalam proyek proyek
Sanitasi Masyarakat Kelurahan Teluk Dalam Kota Banjarmasin yang jika ditemukan
ketidaksesuaian?
1. Dapat menjadi referensi bagi pelaksana konstruksi ditinjau dari aspek keselamatan dan
lingkungan kerja.
1. Proyek yang diteliti adalah proyek Sanitasi Masyarakat lokasinya di Kelurahan Teluk
Dalam Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin.
2. Aspek keselamatan dan kesehatan kerja pelaksanaan proyek Sanitasi Masyarakat
lokasinya di Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin,
yaitu peralatan kerja dan lingkungan kerja.
5
3. Kegiatan penelitian dibatasi pada kegiatan observasi dan wawancara lapangan di proyek
Sanitasi Masyarakat lokasinya di Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Banjarmasin
Tengah Kota Banjarmasin.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Keselamatan kerja menurut Mathis dan Jackson (2015) merupakan kondisi yang aman
atau selamat dari penderitaan dan kerusakan atau kerugian di tempat kerja berupa
penggunaan mesin, peralatan, bahan-bahan dan proses pengelolaan, lantai tempat bekerja dan
lingkungan kerja, serta metode kerja. Risiko keselamatan kerja dapat terjadi karena aspek-
aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, sengatan arus listrik,
terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, serta kerusakan anggota tubuh, penglihatan dan
pendengaran.
Keselamatan kerja yang baik adalah melindungi keselamatan pekerja yang sedang
beraktivitas dan membuat lingkungan kerja yang aman meliputi adanya lampu penerangan,
adanya rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja, menjaga lantai bebas dari air dan
menjaga fasilitas yang ada agar pekerja terbebas dari kecelakaan. Menurut Mondy (2008),
bahwa keselamatan mencakup perlindungan karyawan dari cedera yang disebabkan oleh
kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Keselamatan kerja adalah yang berkaitan dengan mesin, peralatan alat kerja, bahan,
serta proses pengolahannya, landasan tempat kerja, dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Kondisi tersebut dapat dicapai antara lain apabila kecelakaan termasuk
kebakaran, peledakan, dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi.
Oleh karena itu, setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja tidak lain adalah
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan di tempat kerja untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
7
olahraga dan kesempatan rekreasi, sarana kamar mandi dan WC. Kesehatan dalam ruang
lingkup keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas
dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No.9 Tahun 1960, Bab 1 Pasal
2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan yang meliputi keadaan jasmani, rohani dan
kemasyarakatan, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan-
kelemahan lainnya.
Menurut Rivai (2017) pemantauan kesehatan kerja dapat dilakukan dengan cara:
4. Penyaringan genetik
Penyakit kerja adalah kondisi abnormal atau penyakit yang disebabkan oleh kerentanan
terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan pekerjaan. Hal ini meliputi penyakit akut dan
8
kronis yang disebabkan oleh pernafasan, penyerapan, pencernaan, atau kontak langsung
dengan bahan kimia beracun atau pengantar yang berbahaya (Dessler, 2017). Menurut Mathis
& Jackson (2017), masalah kesehatan karyawan sangat beragam dan kadang tidak tampak.
Penyakit ini dapat berkisar mulai dari penyakit ringan seperti flu hingga penyakit yang serius
yang berkaitan dengan pekerjaannya. Beberapa karyawan memiliki masalah kesehatan
emosional, lainnya memiliki masalah obat-obatan dan minuman keras. Beberapa persoalan
kesehatan ini kronis, lainnya hanya sementara.
Menurut (Mangkunegara, 2014) bahwa tujuan dan keselamatan kesehatan kerja adalah
sebagai berikut:
Agar setiap karyawan mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja secara fisik sosial
dan psikologi
Pada Undang-Undang RI No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ini
menyebutkan syarat-syarat keselamatan kerja yaitu :
9
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaan nya menjadi bertambah tinggi.
Kesehatan merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan
dalam menunjang kesejahteraan dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap para
pekerjanya. Menurut Malthis dan Jackson (2002), kesehatan kerja menunjuk pada kondisi
fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum, manajemen kesehatan ini bertujuan untuk
memelihara kesejahteraan individu secara menyeluruh.
Kusuma dan Darmastuti (2010), program kesehatan dan keselamtan kerja (K3) adalah
suatu system yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di
tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit ditempat kerja dengan
mematuhi atau taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin
pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja.
Menurut Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, dalam UU No.36 pasal
165 pada poin (1 dan 2) ini menjelaskan bahwa:
1. Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.
2. Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan menaati
peraturan yang berlaku di tempat kerja.
10
2.2 Aturan Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Basic Safety) di Proyek
11
14) Setiap lubang dan tepi bangunan pada setiap lantai harus diberi pelindung dan tanda
yang sesuai, untuk mencegah bahaya tersandung atau terperosok/jatuh.
15) Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Alat Pamadam Api Besar (APAB), tempat
membilas mata, peralatan penyelamat, dan semua peralatan darurat harus dalam
keadaan baik dan siap pakai serta bebas dari hambatan.
16) Setiap orang harus selalu mengetahui jalur evakuasi dan titik kumpul (master point) di
lokasi kerja masing-masing dengan petunjuk yang jelas.
17) Setiap orang yang datang ke fasilitas perusahaan dalam status ’berobat’ harus melapor
kepada dokter yang bertugas, untuk memastikan bahwa pengaruh obat-obatan yang
digunakannya tidak menimbulkan potensi bahaya di tempat kerja.
18) Jika ada kondisi tidak aman yang dirasa bisa menimbulkan bahaya, maka petugas yang
diberi kewenangan (authority) diizinkan untuk menghentikan pekerjaan. Jika penilaian
dan tindakan yang diambil mengakibatkan terhentinya pekerjaan, maka tenaga kerja
konstruksi tidak memperoleh peringatan/teguran lisan atau tertulis ataupun dikenakan
tindakan disiplin.
19) Setiap cidera dan insiden (termasuk tumpahan material, kerusakan peralatan,
kebakaran/ledakan maupun near miss dan cara kerja tidak aman) harus segera
dilaporkan kepada pengawas/atasan dan dilakukan investigasi internal.
Terdapat beberapa perundang-undangan yang mengatur tentang K3, baik itu UU, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden serta Surat Edaran. Perundang-undangan mengenai K3
adalah sebagai berikut.
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang No. 28/2002 Tentang BangunanGedung
3. Undang-UndangNo. 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-UndangNo. 36/2009 Tentang Kesehatan
5. Undang-UndangNo. 24/2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
6. Undang-UndangNo. 02/2017 Tentang Jasa Konstruksi
7. Undang-UndangNo. 11/2020 Tentang Cipta Kerja
8. PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
9. PP No. 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian
12
10. PP No. 88 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Kerja
11. PP No. 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017 Tentang
Jasa Konstruksi
12. PP No. 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan PP No. 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan
Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
13. Perpres12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Perpres No 16 Tahun 2018 Tentang
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah
2.3 Wawancara
Newman (203) menyatakan bahwa wawancara merupakan sebuah kaedah pengumpulan data
yang paling umum digunakan dalam penelitian sosial. Kaedah wawancara digunakan saat
responden (subjek kajian) dan peneliti tengah bertatap muka secara langsung. Tujuan dari
wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan fakta,
kepercayaan, keinginan, dan sebagainya dengan tujuan untuk mendapatkan informasi data
primer.
Rosaliza (2015) menyatakan bahwa wawancara merupakan sebuah proses yang penting
dalam melakukan sebuah penelitian terutama jika penelitian tersebut bersifat kualitatif.
Dukungan dari para responden bergantung kepada cara peneliti dalam melaksanakan
tugasnya.
2.3 Observasi
13
adalah metode pengumpulan data dimana penelitian atau kolaboratornya mencatat informasi
sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Dari pengertian di atas metode
observasi dapat dimaksudkan suatu cara pengambilan data melalui pengamatan langsung
terhadap situasi atau peristiwa yang ada di lapangan.
14
BAB 3
METODE PENELITIAN
15
Penelitian terbagi menjadi empat tahapan. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari:
a. Tahapan I meliputi kegiatan pustaka dan kajian literatur tentang K3 dan perundang-
undangan yang mengaturnya.
b. Tahapan II meliputi kegiatan identifikasi masalah yang muncul dari hasil kegiatan kajian
lieratur. Output dari Tahap II berupa masalah penerapan K3 secara riil di lapangan.
c. Tahapan III meliputi penentuan metode penelitian yaitu observasi dan wawancara. III
memberikan output berupa dokumentasi dan hasil wawancara.
Pada bagian ini akan diberikan gambaran yang jelas terhadap lokasi penelitian. Untuk
kebutuhan ini, maka harus dilakukan survey terhadap obyek yang akan diteliti. Berhubung
permasalahan penelitian ini tentang kajian penerapan keselamatan dan lingkungan kerja pada
proyek konstruksi, maka penelitian ini dilakukan pada Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan
Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan yang menjadi lokasi
kegiatan Program Sanitasi Masyarakat SPALD-S Tahun Anggaran 2022.
Banjarmasin Tengah
3.2 Populasi penelitian
1. Pakaian kerja
I. Perlengkapan Kerja A. Peralatan Kerja
2. Sepatu kerja
3. Kacamata kerja
4. Penutup telinga
5. Sarung tangan
6. Helm
7. Masker
8. Jas hujan
9. Sabuk pengaman
1. Pengaturaan tata ruang (site
II. Fasilitas Lingkungan Fasilitas Lingkungan Kerja
plan)
Kerja 2. Pintu masuk dan pintu keluar
proyek
3. Penerangan yang cukup
4. Sirkulasi udara segar yang
cukup
5. Tersedia toilet/wc
6. Alat pemadam kebakaran
7. Tempat peralatan kerja dan
bahan bangunan
17
Faktor Variabel Indikator Elemen
18
DAFTAR PUSTAKA
Dataindonesia.id https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/kasus-kecelakaan-kerja-di-
indonesia-alami-tren-meningkat diakses pada tanggal 30 September 2022
pukul 22.57
19