Aliran Teologi Dalam Islam
Aliran Teologi Dalam Islam
Dosen Pengampu
DUKI, MA
Oleh kelompok 4 :
1. Ummu Chafidhotul Ilma (12510178)
2. Jizmul Lathif
3. Dian Lu’luin Nafisah
FAKULTAS EKONOMI
MALANG
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunianya kepada kita semua sehingga kelompok kami
dapat menyelesaikan makalah Teologi Islam ini tepat pada waktu yang telah di
tentukan.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak luput dari
kekurangan. Oleh karena itu kami mohon bimbingan yang lebih baik, agar kami dapat
membentuk makalah yang selanjutnya dengan lebih baik pula.sekian terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Awal mula tumbuhnya aliran – aliran dalam Islam adalah karena
masalah politik yang terus meningkat menjadi persoalan teologi. Hal ini
sebenarnya sudah terjadi pada saat wafatnya nabi Muhammad saw yaitu
mengenai permasalahan siapakah yang nantinya pantas menjadi pengganti
beliau, dan masalah ini mencapai puncaknya pada masa pemerintahan khalifah
Ali Ibn Thalib tepatnya pada saat perang Shiffin.
Perang Shiffin adalah peperangan antara khalifah Ali dan Mu’awiyah
(gubernur propinsi Syam atau Syria), terjadi pada bulan Shafar tahun
37H/658M. Sebenarnya kemenangan sudah ada pada pihak khalifah Ali, akan
tetapi dengan kelicikkan dan taktik perpolitikkan para tokoh Mu’awiyah
terutama Amr Ibn al - As maka disepakati untuk diadakannya proses arbitrasi
guna menyelesaikan masalah peperangan ini. Sebagai pengantara diangkat dua
orang : Amr Ibn al – As dari pihak Mu’awiyah dan Abu Musa al – Asy’ari dari
pihak Ali. Dalam pertemuan mereka, kelicikkan Amr mengalahkan perasaan
takwa Abu Musa. Sejarah mengatakan antara keduanya terjadi permupakatan
untuk menjatuhkan kedua pemuka yang bertentangan, Ali dan Mu’awiyah.
Tradisi menyebut bahwa Abu Musa al – Asy’ari, sebagai yang tertua, terlebih
dahulu berdiri mengumumkan kepada orang ramai putusan menjatuhkan ke
dua pemuka yang bertentangan itu. Berlainan dengan apa yang telah disetujui,
Amr Ibn al – As, mengumumkan hanya menyetujui penjatuhan Ali yang telah
di umumkan al – Asy’ari, tetapi menolak penjatuhan Mu’awiyah.
Dengan kejadian ini maka tentunya sangat merugikan bagi pihak
khalifah Ali, karena secara tidak langsung terdapat penyerahan jabatan
khalifah dari khalifah Ali kepada Mu’awiyah. Hal ini memicu protes yang
sangat keras dari sebagian barisan Ali sendiri mengenai diadakannya proses
arbitrasi tersebut. Mereka berpendapat bahwa putusan hanya datang dari Allah
dengan kembali pada hukum – hukum yang ada dalam al – Qur’an, La Hukma
Illa Lillah (tidak ada hukum selain hukum Allah). Sehingga mereka
memandang Ali Ibn Thalib telah berbuat salah, oleh karena itu mereka keluar
dari barisannya Ali, dan golongan inilah yang nantinya disebut al – Khawarij
(orang – orang yang keluar atau memisahkan diri) . Pada saat itulah awal mula
terjadinya pertumbuhan aliran – aliran teologi dalam Islam.
B. Rumusan Masalah
Penulis merasa perlu beberapa rumusan masalah untuk memperjelas isi
dari makalah ini, salah satunya adalah adalah :
1. Aliran – aliran apa sajakah yang ada dalam teologi islam ? dan
siapa sajakah tokoh – tokohnya ?
C. Tujuan penulisan
Untuk mempermudah mahasiswa dalam mempelajari aliran – aliran
teologi dalam islam besrta tokohnya .
BAB II
PEMBAHASAN
1. Aliran Khawarij
a. Asal - usul aliran Khawarij
Khawarij merupakan pecahan dari pengikut Ali bin Abi Thalib
yang mulai timbul dan memisahkan diri setelah terjadi perang Shiffin.
Mereka memilih Abdullah bin Wahab Al Rasidi menjadi imam
mereka. Dalam pertempuran dengan Ali, mereka mengalami
kekalahan, tapi akhirnya seorang dari mereka bernama Abd al Rahman
bin Muljam dapat membunuh Ali.
Nama khawarij diambil dari kata asal kharaja artinya telah keluar.
Maksudnya ialah orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi
Thalib karena tidak setuju terhadap sikapnya yang mau menerima
perdamaian dalam penyelesaian sengketa kekhalifahan dengan
Muawiyah bin Abi Sofyan.
Dinamakan khawarij, karena mereka keluar dari rumah-rumah
mereka dengan maksud berjihad di jalan Allah.
Dinamakan Syurah karena mereka menganggap bahwasannya diri
mereka telah mereka jual kepada Allah. Maksudnya menjual diri
mereka untuk menegakkan agama Allah.
Dinamakan Haruriyah, karena mereka pergi berlindung ke suatu
kota kecil dekat Kufah yang bernama Harura.
Dinamakan Muhakkimah, karena mereka dalam perjuangannya
selalu menggunakan simbol “Lahukma illa lillah”.
2. Aliran Murji’ah
a. Asal – usul Aliran Murji’ah
Murji’ah berasal dari kata Al Irjaa’ mempunyai dua arti:
At Ta’khiir, artinya mengemudiankan, menunda. Pengertian ini
menunjukkan bahwa aliran ini mengemudiankan amal dari niat.
I’thoo’ Al Rajaa’, artinya memberi pengharapan. Pengertian ini
menunjukkan bahwa iman itu tidak rusak karena perbuatan dosa, begitu
pula perbuatan kafir tidak merusak dari ketaatan.
Pendapat lain nama Murji’ah diambil dari kata Arja’a yang berarti
menangguhkan atau mengakhirkan. Maksudnya mereka menangguhkan
persoalan golongan-golongan umat Islam yang berselisih dan yang telah
banyak mengalirkan darah sampai hari pembalasan nanti dan mereka
tidak menentukan hukumnya bagi setiap yang berselisih.
b. Paham dan pokok ajarannya.
Yang menuntut agar hak untuk menjabat khalifah baik dalam urusan
keagamaan ataupun urusan kenegaraan harus menjadi hak waris bagi
keluarga Nabi (Ali bin Abi Thalib dan anak cucunya).
Syahnya imam atau khalifah hanya apabila mendapat nash atau
diangkat oleh Nabi sendiri dan kemudian oleh imam-imam sesudah
beliau secara berurutan.
Bahwa tiap-tiap imam yang telah diangkat oleh imam sebelumnya itu
adalah makshum artinya terpelihara dari dosa sejak dilahirkannya.
c. Sekte, tokoh dan ajarannya
o Al Imamiyah atau Al Isna Asyariyah atau Rafidhah. Pokok-pokok
ajarannya :
1) Bahwa Ali bin Abi Thalib satu-satunya khalifah yang sah
sesudah Nabi.
2) Mereka mengajarkan ajarannya “dua belas imam” yang
berurutan satu sama lain dari keturunan Ali dengan Fathimah.
3) Mereka mengajarkan adanya kemakshuman, kemahdiyan, dan
akan datangnya imam yang terakhir dan taqiyah.
o Zaidiyah, tokohnya ialah Zaid bin Ali. Dia mengajarkan bahwa:
1) Imam-imam itu terbatas hanya dari anak cucu Ali dengan
Fathimah.
2) Kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman dianggap sah
namun kurang utama.
o Ismailliyah, tokohnya ialah Ismail bin Ja’far Ash Shadiq. Ia
diriwayatkan suka minum khamar, sehingga sebagian penganutnya
menggugurkan keimamannya dan beralih beriman kepada adik Ismail,
yaitu Musa Al Kodhim. Golongan ini membatasi imam-imam hingga
yang ketujuh saja. Golongan ini termasuk aliran yang ekstrim yang
ajarannya banyak yang melampaui batas.
o Gholliyah (Ghullat), dipimpin oleh Abdullah bin Sabak, seorang
yang semula beragama Yahudi. Golongan ini juga dikenal ekstrim.
4. Aliran Qadariah dan Jabariah
5. Aliran Mu’tazilah
a. Asal-usul Mu’tazilah
Dinamakan Mu’tazilah sebab Wasil dan Amru memisahkan diri dari
halaqah Hasan Basri, karena adanya perbedaan pendapat antara Wasil dan
Amru dengan Hasan Basri tentang hukum orang Islam yang berbuat dosa
besar. Menurut Wasil dan Amru, orang Islam yang berbuat dosa besar itu
bukan mukmin bukan pula kafir, tetapi dia berada diantara keduanya, yaitu
fasiq.
Dinamakan Mu’tazilah sebab mereka melepaskan diri dari pendapat
ulama’ atau aliran terdahulu yaitu mengenai hukum orang Islam yang
berbuat dosa besar.
Dinamakan Mu’tazilah sebab menurut anggapan mereka, orang Islam yang
berbuat dosa besar itu menjauhkan diri (I’tizal) dari golongan mukmin dan
kafir.
b. Paham dan pokok ajarannya
Mungkin inilah yang menimbulkan term ahli sunnah dan jama’ah, yaitu
golongan yang berpegang teguh pada sunnah dan merupakan golongan
mayoritas. Yang dimaksud dengan ahli sunnah wal jama’ah dalam ilmu kalam
adalah aliran Asy’ariah dan Maturidiah yang menentang ajaran-ajaran
Mu’tazilah.
1) Aliran Asy’ariah
a. Al Asy’ari dan karyanya
o Maqaalat al Islaamiyyin
o Al Ibanah ‘an Ushul al Diniyah
o Al Luma’ fi al rad ala ahla ziagh wa al bid’a
b. Ajaran-ajaran Al Asy’ariah
o Tentang wahyu Tuhan yang disebut Kalam Allah.
Kalam Allah yaitu lafal-lafal yang diturunkan Tuhan
melalui malaikat Jibril kemudian disampaikan kepada
Nabi Muhammad, adalah dalalah dari kalam yang
sifatnya azali. Dalalah yang disebutkan itu adalah
makhluk (diciptakan), yang madlul bersifat qadim dan
azali.
o Pengakuan adanya sifat-sifat Tuhan. Menurut Al
Asy’ari sifat-sifat Tuhan itu tidak sama dengan Zat
Tuhan, keduanya qadim. Jadi, Tuhan mempunyai Zat,
sifat dan perbuatan.
o Melihat Tuhan di akhirat. Manusia dapat melihat Tuhan
di akhirat karena Tuhan itu maujud, setiap yang maujud
memungkinkan untuk padat dilihat.
o Dosa besar. Orang Islam yang melakukan dosa besar, ia
tetap mukmin ‘ashi atau fasiq, apabila ia meninggal
dunia sebelum bertaubat maka ia terserah kepada Tuhan
atas pelanggarannya itu, apakah Tuhan akan menyiksa
atau mengampuninya. Walaupun ia masuk neraka,
tetapi akhirnya dimasukkan ke dalam surga juga.
o Imamah atau kepala pemerintahan ditetapkan
berdasarkan musyawarah untuk mendapatkan mufakat
dan dengan pemilihan.
c. Tokoh-tokoh aliran Asy’ariah
o Al Baqillani
o Al Juwaini
o Al Ghazali
o As Sanusi
2) Aliran Maturidiyah
a. Al Maturidi dan karyanya
Al Maturidi (944 M) adalah pengikut Abu Hanifah.
Sistem pemikiran theologinya masuk dalam golongan theologi
ahlussunah waljama’ah dan dikenal dengan nama Al
Maturidiyah. Diantara karyanya adalah sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Dari sini dapat disimpulkan bahwa perpecahan umat islam
menjadi beberapa aliran secara umum dapat disebabkan oleh :
Masalah perpolitikan mengenai pengangkatan
khalifah.
Masalah pengkafiran seseorang yang telah
berbuat dosa besar
Aliran Khawarij
Aliran Murji’ah
Aliran Syi’ah
Aliran Qadariah dan Jabariah
Aliran Mu’tazilah
Aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah
B. Saran
http://rachman081092.blogspot.com/2011/03/aliran-aliran-teologi-dalam-islam-tokoh.html .
Diakses pada tanggal 08 Oktober 2012 .
Hasan, Muhammad Tholhah, Ahlussunnnah Wal Jama’ah dalam Persepsi dan Tradisi NU,
Jakarta : Lan Tabora Press, 2005.
Muhaimin, HM., IlmuKalam-Sejarah dan Aliran-aliran, Yogyakarta: Pusaka Pelajar,1999.
Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran – aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI –
Press, 1986.
Sou’yb, Joesoef, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Syalabi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 1, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987.