Anda di halaman 1dari 2

Kajian manhaj STIE Hidayatullah Depok : Spririt Ber-gua Hira solusi generasi penerus Bangsa.

Untuk sampai pada tingkat ber-gua Hira, tercatat dalam sejarah. Rasulullah telah sukses melewati
beberapa fase yang sudah tentu telah membentuk pribadi Rasulullah sedemikian mulia. Sehingga
pada fase terakhir ini, ia pantas menerima wahyu.

Pertanyaannya, sekarang bagaimana dengan kita? Sudah pada tingkatan seperti apakah diri kita
dalam memproses diri. Bagaimana dengan kepribadian kita? Sudah adakah kepekaan dengan
lingkungan sekitar, sudah adakah nilai-nilai kebaikan yang mengkarakter pada diri kita.?

Kebangkitan islam hanya akan menjadi sebuah khayalan yang melenakan, menjadi angan-angan
yang tidak berujung. Jika, kita sebagai generasi penerus hanya pintar berteori dan beretorika tanpa
landasan aktualisasi yang nyata. Jangan berbicara kemajuan, kejayaan, dan kebangkitan umat ini.
Bila dalam aspek kebersihan saja, kita belum mampu melaksanakannya dengan maksimal.

Demikian garis besar kajian manhaj yang disampaikan oleh ustadz Muhammad Saddam, S.E., M.Ak.,
CPHCM. Yang dihadiri Mahasiswa-mahasiswi semester 2,4,dan 6 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ( STIE)
Hidayatullah Depok, Jum'at (11/03/22).

" Ber-gua Hira adalah bentuk menghilangkan eksistensi diri sendiri, ego, serta kegelisahan," ucap
Saddam. Kegelisahan yang melanda Rasulullah adalah salah satu bentuk perenungan Rasulullah
terhadap budaya jahiliah yang dilakukan oleh masyarakat Arab pada saat itu.

Dimana kondisi sosialnya sangat memprihatinkan, kemerosotan moral. Berjudi, menyembah


berhala, minuman keras, serta seks bebas adalah hal biasa.

Kaum wanita mimiliki strata sosial rendah, bebas diperjualbelikan, bahkan pada saat itu melahirkan
anak perempuan adalah aib.

Berangkat dari kondisi jahilliah seperti ini Rasulullah, kemudian berthannuts, sebagai bentuk rasa
prihatin terhadap kondisi Arab jahiliah. Kalau istilah sekarang yah "healing self, healing terbaik itu
sebanarnya ditempat sepi bukan ditempat ramai, karena yang mau disembuhkan itu dalam diri
bukan luar diri."

Pada kesempatan itu, Muhammad Saddam, tidak lupa menceritakan perjalanan beliau, dalam
menempuh dan menyelesaikan studinya. Sebagai bentuk penyamangat, dan juga memberikan
gambaran,betapa hedonis, rusak pergaulan dunia luar.
" Salah satu bentuk ber-gua Hira yang sedang kalian jalani saat ini, adalah keberadaan kalian
diasrama. Untuk apa?

Mendidik dan menjauhkan kalian dari pergaulan bebas diluar sana." Tegas Saddam kepada
mahasiswa-mahasiswi yang hadir.

Fenomena pergaulan bebas, dilingkungan kampus dan universitas saaat ini, sangat marak.
Dampaknya dapat menjerumuskan anak ke berbagai hal negatif. Narkoba, seks bebas, minuman
keras, pada akhirnya membawa anak pada kehancuran moral yang notabene generasi penerus
bangsa.

Hal ini yang membuat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE )memberikan solusi,yaitu melaksanakan
perkuliahan berbasis pondok untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa, khususnya sebagai
calon kader Hidayatullah.

Anda mungkin juga menyukai