Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERUBAHAN SOSIAL PADA MASYARAKAT SUKU BADUY

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi

Disusun oleh:

Muhammad Rafli Firdaus (213516516506)

No absen 31

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NASIONAL

2021
PERUBAHAN SOSIAL PADA MASYARAKAT SUKU BADUY
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola kehidupan masyarakat merupakan suatu pola yang dinamis,
dimana dalam perjalannya selalu mengalami penyesuaian dengan
lingkungannya, senantiasa berubah dari waktu ke waktu, untuk itulah
kehidupan masyarakat dianggap sebagai sesuatu yang dinamis dan bukan
sesuatu yang statis. Dari segi bahasa, perubahan sosial diartikan sebagai
perbedaan antara kondisi sekarang dengan kondisi sebelumnya dalam
bidang sosial.
Perubahan sosial pada hahikatnya dapat bersifat sebagai suatu
perubahan yang direncanakan ataupun tdak direncanakan ; dapat juga
menjadi perubahan yang cepat ataupun lambat; atau perubahan berupa
kemajuan ataupun kemunduran; dan juga perubahan yang besar ataupun
perubahan yang kecil. Perubahan sosial yang terjadi antara suatu kelompok
dan kelompok lainnya tentulah berbeda karena ketika suatu kelompok
mengalami suatu perubahan, belum tentu kelompok masyarakat yang lain
juga mengalami perubahan yang sama.
Menarik untuk dibahas salah satunya adalah perubahan sosial yang
terjadi pada masyarakat Baduy, mengingat suku Baduy merupakan salah
satu suku yang keberadaannya masih terisolasi hingga saat ini.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan perubahan sosial?
b. Apa saja faktor yang menghambat terjadinya perubahan sosial pada
masyarakat Baduy?
c. Bagaimana peran baduy muslim sebagai agen perubahan sosial?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perubahan Sosial
Berikut akan dijabarkan beberapa pengertian perubahan sosial
menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Lauer
Perubahan sosial merupakan keseluruhan perubahan dalam segala
aspek kehidupan sosial masyarakat dengan berbagai tingkatan, mulai
dari tingkat individu hingga tingkat dunia.
2. Menurut Lumintang
Perubahan sosial merupakan perubahan yang meliputi dari perubahan
nilai, sikap, dan pola perilaku masyarakat dalam setiap kelompok-
kelompok masyarakat yang nantinya akan mempengaruhi sistem
sosialnya.
3. Menurut Baharuddin
Baharuddin sejatinya lebih mengarah kepada perubahan sosial dan
budaya yang mana mengandung pengertian tidak hanya terjadi
perubahan pada struktur sosial masyarakat namun juga terjadi
perubahan pada pola kehidupan masyarakat.
4. Menurut Mac Iver
Perubahan sosial menurut Mac Iver adalah perubahan yang timbul
dalam hubungan sosial antar kelompok masyarakat sebagai bentuk
perubahan terhadap keseimbangan sosial.
5. Menurut Kingsley Davis
Jika tadi menurut Lumintang perubahan sosial terdiri dari perubahan
nilai, sikap, dan pola perilaku masyarakat, maka menurut Kingsley
Davis, perubahan sosial dipersamakan dengan perubahan kebudayaan
yang meliputi perubahan pada aspek ilmu pengetahuan, seni budaya,
teknologi, filsafat, dan aturan sehingga perubahan sosial disini
memiliki makna yang lebih luas.
6. Menurut William F. Ogburn
Tokoh ini mengatakan bahwa unsur kebudayaan menjadi salah satu
unsur dalam perubahan sosial yang dapat bersifat material maupun
immaterial.
7. Menurut Gillin dan Gillin
Mengartikan perubahan sosial sebagai suatu cita-cita dalam sebuah
kelompok masyarakat yang didorong oleh perubahan-perubahan yang
ada di dalam masyarakat maupun di luar masyarakat, yang dapat
merupa perubahan kondisi geografis, perubahan penduduk, perubahan
kebudayaan, perubahan ideologi ataupun masuknya pemahaman-
pemahaman baru ke dalam masyarakat.
8. Menurut Samuel Koening
Perubahan sosial disini diartikan sebagai bentuk penyesuaian suatu
kelompok masyarakat terhadap paham-paham yang diterima dari luar.
Penyesuaian tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal maupun
eksternal yang mendorong terjadinya perubahan sosial.
9. Menurut Selo Soemardjan
Perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada suatu
kelompok masyarakat yang nantinya akan mempengaruhi sistem
sosialnya seperti nilai, sikap, dan pola pikir dalam masyarakat
tersebut.
10. August Comte
Perubahan sosial dalam pandangan August Comte tidak semata-mata
terjadi begitu saja namun melalui beberapa tahap sehingga mampu
mengubah pemikiran suatu kelompok masyarakat itu sendiri.
11. Karl Marx
Karena Karl Marx merupakan seorang tokoh ekonomi maka ia
berpendapat bahwa perubahan sosial sangat dipengaruhi oleh
infrastruktur ekonomi yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat
yang terdiri dari kekuatan modal dan hubungan-hubungan produksi.
Karl Marx menekankan pada konflik yang terjadi antara pengusaha
atau pemilik modal dengan pekerja lama kelamaan akan membawa
suatu dinamika dan paham-paham baru kedalam masyarakat.
12. Emile Durkheim
Perubahan sosial didasarkan pada pergeseran dari solidaritas
mekanistis menuju pada solidaritas organistik. Dimana ketika suatu
kelompok masyarakat dihadapkan pada suatu permasalahan, maka
mereka secara naluriah akan mencari jalan keluar secara bersama-
sama.
13. Max Weber
Max Weber memegang paham bahwa terjadinya perubahan sosial
pada suatu kelompok masyarakat disebabkan oleh adanya perubahan
nilai-nilai yang dianut oleh kelompok masyarakat tersebut.
14. Parsudi Suparlan
Perubahan sosial disini sebagai perubahan dalam beberapa aspek
kehidupan suatu kelompok masyarakat, diantaranya adalah aspek
politik, kekuasaan, keluarga, dan kependudukan.
15. Hans Garth dan C. Wright Mills
Perubahan sosial disini dapat diartikan sebagai perubahan yang berupa
kemunculan, atau kemundura suatu kelompok masyarakat dalam
kurun waktu tertentu yang nantinya akan merubah struktur sosial.
16. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
Tokoh ini berkesimpulan bahwa perubahan sosial bukan merupakan
suatu perubahan pola berulang yang mana perubahan dari generasi
satu ke generasi lainnya pastilah berbeda karena pada hakikatnya
setiap generasi berorientasi pada perubahan.
Dari berbagai pengertian yang telah disebutkan di atas, maka
perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat terhadap keseluruhan aspek kehidupan mulai dari sosial,
budaya, ekonomi, pengetahuan, dan teknologi.
Menurut Difin S. Damanhuri penggolongan terhadap visi terciptanya
perubahan sosial terbagi menjadi empat visi, yaitu, pertama, dengan adanya
perubahan sosial maka akan terjadi juga perubahan secara revolusioner.
Kedua, adanya visi yang mengharapkan untuk terjadinya perubahan secara
gradual melalui perubahan kebudayaan. Ketiga, adanya harapan yang
menyatakan bahwa perubahan sosial akan terjadi secara evoluisoner, dan
yang terakhir adalah menghendaki adanya perubahan sosial yang berisfat
konservatif.
Jika berbicara mengenai perubahan sosial pada masyarakat Baduy,
maka Masyarakat Baduy Luar lebih cepat dalam mengalami perubahan
sosial dibanding dengan Masyarakat Baduy Dalam yang masing cenderung
terisolasi dari dunia luar. Masyarakat Baduy Luar sudah tidak lagi memakai
pakaian khas adat dan sudah diperbolehkan menggunakan alas kaki karena
masyarakat Baduy Luar telah mengalami proses interaksi sosial dengan para
wisatawan sehingga komunikasi dengan pihak luar mendorong terjadinya
perubahan sosial.
Sementara pada Masyarakat Baduy Dalam yang masih sangat
berpegah teguh pada adat istiadat nenek moyang begitu sulit mengalami
perubahan sosial. Masyarakat Baduy Dalam masing menggunakan pakaian
khas mereka dan tanpa menggunakan alas kaki.
B. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya Baduy
Baduy termasuk ke dalam kelompok masyarakat sunda yang berada
di Desa Kanekes, Gunung Kendeng, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten
Lebak, Banten yang memiliki luas sekitar 5.101,8 ha. Letaknya yang sangat
terpencil karena berada di wilayah perbukitan yang saling sambung
menyambung dan memiliki lembag di tengahnya mengakibatkan
masyarakat Baduy menjadi asing dengan dunia luar
Masyarakat Baduy Luar memiliki ciri fisik yaitu mengenakan pakaian
beserta ikat kepala berwarna hitam, umumnya masyarakat baduy luar
merupakan masyarakat yang tidak lagi tunduk pada adat masyarakat baduy,
hal ini disebabkan karena masyarakat Baduy tersebut telah melanggar adat
istiadat ataupun berkeinginan untuk keluar dengan sendirinya dari
Masyarakat Baduy Dalam.
Lain halnya dengan Masyarakat Baduy Dalam yang berciri-ciri
menggunakan pakaian dan ikat kepala yang berwarna putih. Bagi
masyarakat berjenis kelamin laki-laki menggunakan pakaian berlengan
panjang yang dinamakan jamang sangsang. Masyarakat Baduy Dalam
sendiri sangat memegang teguh warisan kebudayaan nenek moyang dan
sangat sulit menerima pengaruh dari luar.
Menurut Robert Mz Lawang, Faktor Internal dapat datang dari
penemuan baru; gerak sosial; dan adanya perencanaan sosial lanjutan.
Penemuan baru dapat memiliki dua pemaknaan, yaitu discovery yang mana
benar-benar menemukan sesuatu yang baru untuk selanjutnya akan menjadi
invention ketika penemuan tersebut diakui dan digunakan oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Yang dimaksud gerak sosial disini terjadi
akibat adanya kegagalan sebuah organisasi, adanya kehidupan masyarakat
yang lebih maju, dan juga adanya penemuan alternatif baru.
Sedangkan faktir eksternal sendiri dapat datang dari perubahan jumlah
penduduk; perubahan lingkungan; perubahan kebudayaan; dan adanya
pengaruh kelompok masyarakat yang memiliki kekuatan yang lebih besar
sehingga dapat menggerakkan masyarakat di bawahnya untuk melakukan
sebuah perubahan. Perubahan jumlah penduduk disini dimaksudkan, dengan
bertambahnya atau berkurangnya jumlah penduduk akan mempengaruhi
struktur dalam masyarakat.Perubahan kebudayaan disini dikaitkan dengan
semakin bertambahnya budaya dalam suatu masyarakat, maka akan
mengakibatkan perbedaan perspektif masyarakat terhadap kebudayaan baru
yang berkembang dalam masyarakat.
Terdapat dua macam faktor yaitu faktor yang mempercepat dan faktor
yang menghambat timbulnya perubahan sosial, namun pada kali ini
pembahasan hanya akan difokuskan pada faktor penghambat terjadinya
perubahan sosial pada suku Baduy. Berikut akan dijelaskan mengenai
beberapa faktor penghambat terjadinya perubahan sosial, yaitu antara lain:
1. Terisolasinya suatu kelompok masyarakat yang mengakibatkan
hubungan dengan kelompok masyarakat lain menjadi kurang;
Dengan kondisi kelompok masyarakat yang terisolosi yang
mungkin diakibatkan daerahnya tidak bisa dijangkau, menjadi
penyebab paling besar dari terhambatnya perubahan sosial, karena
secara otomatis kelompok masyarakat tersebut tidak akan mengetahui
perkembangan dunia luar seperti apa sehingga paham-paham barupun
tidak dapat masuk ke kelompok masyarakat tersebut.
2. Terlambat masuknya perkembangan ilmu pengetahuan;
Pada Masyarakat Baduy Luar alat teknologi dan komunikasi
seperti handphone sudah lumrah digunakan, namun sayangnya ketika
terjadi penggeledahan mendadak yang dilakukan oleh tokoh Baduy
Dalam maka alat teknologi tersebut akan disita dan diberi teguran.
3. Sikap suatu kelompok masyarakat yang cenderung mempertahankan
tradisi tradisional;
Hal ini sebenarnya merupakan efek panjang dari faktor
terisolasinya suatu kelompok masyarakat. Dengan terus
mempertahankan budaya nenek moyang maka kelompok masyarakat
tersebut cenderung akan sulit untuk menerima paham-paham baru
yang dibawa dari luar kelompok masyarakat tersebut.
4. Adanya adat atau kebiasaan yang menolak adanya suatu perubahan;
Adat atau kebiasaan merupakan suatu pola perilaku yang secara
terus menerus dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat sehingga
menjadikannya sebuah adat dan kebiasaan yang umumnya mencakup
hal-hal seperti mata pencaharian dan kepercayaan.
.
5. Minimnya pendidikan yang didapatkan oleh suatu kelompok
masyarakat.
Minimnya pendidikan disini hanya terbatas pada pendidikan
bahasa yang mana penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa
keseharian. Baik Masyarakat Baduy Dalam maupun Masyarakat
Baduy Luar masih banyak masyarakatnya yang tidak mampu
berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia
C. Baduy Muslim sebagai Agen Perubahan Sosial pada Masyarakat
Baduy
Agen Perubahan Sosial disini atau yang biasa disebut dengan Agents
of Change, merupakan mereka yang menginginkan adanya perubahan dalam
pola struktur masyarakat. Agen perubahan akan membantu masyarakat
lainnya dalam hal merencanakan pembangunan atau kemajuan dalam bidang
apapun dan membantu masyarakat untuk memecahkan permasalahan yang
mereka hadapi dengan begitu tanpa sadar nantinya anggota masyarakat satu
persatu juga akan menjadi agent of change yang pada dasarnya membantu
anggota kelompok lain untuk menyelesaikan konflik yang dihadapinya.
Jika dikaitkan antara agen perubahan dengan perubahan sosial maka
diperoleh pemaknaan bahwa agen perubahan sosial merupakan seseorang
atau kelompok orang yang membantu suatu kelompok lain yang belum
menerima adanya perubahan, para agen perubahan ini baik secara langsung
ataupun tidak langsung dapat memberikan pemahaman bahwa perubahan
sosial bukanlah merupakan suatu hal yang buruk, karena pada hakikatnya
mau tidak mau suatu kelompok masyarakat harus mengalami perubahan
sosial supaya tidak tertinggal oleh zaman.
Fungsi agen perubahan itu sendiri secara garis besar terbagi menjadi
empat fungsi, yaitu Pertama sebagai penggerak dari suatu kelompok
masyarakat untuk melakukan ataupun menerima perubahan, kedua,sebagai
pemberi solusi atas suatu permasalahan atau konflik yang terjadi pada suatu
kelompok masyarakat. Ketiga,sebagai pembantu dalam hal perubahan,
Keempat, yaitu sebagai penghubung antara masyarakat dengan sumber-
sumber terpercaya yang nantinya pendapat dan saran dari para sumber
tersebut dapat dijadikan suatu alternatif bagi penyelesaian konflik atau
masalah.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya suku Baduy terbagi
menjadi dua, yaitu masyarakat Baduy Luar yang hidup di bagian utara
Kanekes dan masyarakat Baduy Dalam yang tinggal di tiga kampung yaitu
Cikartawana, Cibeo, dan Cikeusik. Masyarakat Baduy Dalam masih sangat
memegang teguh tradisi adat mereka, sedangkan masyarakat Baduy Luar
karena telah banyak berinteraksi dengan wisatawan, menjadikan mereka
perlahan mulai mengenai dunia luar dan perubahan sosial.
Terdapat dua faktor yang dapat ditarik kesimpulan mengenai alasan
banyak Masyarakat Baduy Luar yang memilih keluar dan memeluk agama
Islam, diantaranya yang pertama adalah atas dasar keinginan sendiri untuk
pindah dan memeluk agama Islam dan yang kedua adalah, telah disebutkan
di atas bahwa setiap anggota masyarakat Baduy yang melanggar aturan adat
hukuman terberatnya adalah pengusiran yang secara otomatis mereka tidak
berhak lagi berada di tanah wilayah Baduy, sehingga mereka memilih keluar
dari wilayah Baduy dan memeluk agama Islam
Penyebutan Baduy Islam sebagai agen perubahan bagi Masyarakat
Baduy tampaknya adalah penyebutan yang tepat dikarenakan dengan
masuknya masyarakat Baduy ke dalam Islam menyebabkan mereka harus
keluar dari wilayah Baduy. Dengan keluarnya masyarakat tersebut dari
wilayah Baduy secara otomatis akan membawa mereka kepada adat atau
pemahaman baru yang sebelumnya sangat dilarang oleh adat Masyarakat
Baduy.Hal ini tentunya mendorong Masyarakat Baduy Islam kepada suatu
perubahan sosial yang nantinya secara perlahan akan membawa kehidupan
non-primitif bagi masyarakat Baduy dalam dan luar, karena otomatis
masyarakat Non Baduy Muslim akan melihat bagaimana ternyata hidup
dengan berbaur kepada dunia luar dan masyarakat lain tidaklah
semenakutkan dan seburuk yang mereka kira..
Dengan masuknya Islam ke masyarakat Baduy menjadikan mereka
akhirnya sadar bahwa mereka tidak bisa memaksa menghindar dari adanya
perubahan sosial dan perkembangan zaman. Mereka akan menganggap
bahwa hidup “di luar” adat istiadat Baduy akan terasa lebih mudah
terkhusus dalam hal perekonomian. Perubahan sosial ini semakin didorong
dengan adanya program Pemerintah yaitu Pembinaan Kesejahteraan Sosial
Masyarakat Baduy yang memberikan lahan sebanyak 1,5 ha beserta bibit
tanaman, pupuk dan obat hama, lalu ada juga pemberian hewan ternak dan
tempat tinggal yang menyerupai tempat tinggal asli mereka semasa menjadi
masyarakat Baduy, pemberian jaminan hidup selama enam bulan bagi
mereka yang bersedia mengikuti program Pemerintah tersebut.
Masyarakat Baduy Islam akhirnya dapat menormalisasi adanya
perubahan sosial dan berusaha menyampaikan hal itu kepada masyarakat
Baduy baik melalui proses secara langsung ataupun tidak langsung, untuk
itulah proses perkawinan juga merupakan salah satu cara yang digunakan
sebagai wujud bahwa masyarakat Baduy Islam merupakan agen perubahan
sosial.
BAB III
PENUTUP
Perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat terhadap keseluruhan aspek kehidupan mulai dari sosial, budaya,
ekonomi, pengetahuan, dan teknologi. maka tidak ada perubahan sosial yang akan
terjadi tanpa adanya faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial.
Faktor tersebut dapat datang dari dalam maupun luar masyarakat yaitu baik yang
bersifat internal ataupun yang bersifat eksternal. Faktor Internal dapat datang dari
penemuan baru; gerak sosial; dan adanya perencanaan sosial lanjutan. Sedangkan
faktir eksternal sendiri dapat datang dari perubahan jumlah penduduk; perubahan
lingkungan; perubahan kebudayaan; dan adanya pengaruh kelompok masyarakat
yang memiliki kekuatan yang lebih besar sehingga dapat menggerakkan
masyarakat di bawahnya untuk melakukan sebuah perubahan.
BAB IV
KESIMPULAN
Perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat terhadap keseluruhan aspek kehidupan mulai dari sosial, budaya,
ekonomi, pengetahuan, dan teknologi. Jika berbicara mengenai perubahan sosial
pada masyarakat Baduy, maka Masyarakat Baduy Luar lebih cepat dalam
mengalami perubahan sosial dibanding dengan Masyarakat Baduy Dalam yang
masing cenderung terisolasi dari dunia luar. Masyarakat Baduy Dalam masih
sangat memegang teguh tradisi adat mereka, sedangkan masyarakat Baduy Luar
karena telah banyak berinteraksi dengan wisatawan, menjadikan mereka perlahan
mulai mengenai dunia luar dan perubahan sosial.
Faktor penghambat terjadinya perubahan sosial yaitu terisolasinya suatu
kelompok masyarakat yang mengakibatkan hubungan dengan kelompok
masyarakat lain menjadi kurang, terlambat masuknya perkembangan ilmu
pengetahuan, sikap suatu kelompok masyarakat yang cenderung mempertahankan
tradisi tradisional, adanya adat atau kebiasaan yang menolak adanya suatu
perubahan, dan minimnya pendidikan yang didapatkan oleh suatu kelompok
masyarakat.
Jika dikaitkan antara agen perubahan dengan perubahan sosial maka diperoleh
pemaknaan bahwa agen perubahan sosial merupakan seseorang atau kelompok
orang yang membantu suatu kelompok lain yang belum menerima adanya
perubahan. Penyebutan Baduy Islam sebagai agen perubahan bagi Masyarakat
Baduy tampaknya adalah penyebutan yang tepat dikarenakan dengan masuknya
masyarakat Baduy ke dalam Islam menyebabkan mereka harus keluar dari
wilayah Baduy. Dengan keluarnya masyarakat tersebut dari wilayah Baduy secara
otomatis akan membawa mereka kepada pemahaman baru yang sebelumnya
sangat dilarang oleh adat
Daftar Pustaka
Garna, Judistira, K. 1985. Masyarakat Baduy dan Siliwangi (menurut anggapan
orang-orang Baduy masa kini. Dewan Nasional Untuk Kesejahteraan Sosial,
Depsos RI – Gramedia. Jakarta..
Gunggung Senoaji, Dinamika Sosial Budaya Masyarakat Baduy dalam
Mengelola Hutan dan Lingkungan, (Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial,(Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada,2012)
Phil.Astrid S.Susanto,Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial,(Jakarta:Bina
Cipta,1983),
Prihantoro, Feri. BINTARI Foundations. (2006). Kehidupan Berkelanjutan
Masyarakat Baduy. Jakarta: Asia Good ESP Practice Project
Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta :PT Raja Grafindo
Persada,1990),
Sudiarja, Agama Di Zaman yang Berubah, (Yogyakarta: KANISIUS, 2006),
Cetakan pertama
Wibowo. (2006). Manajemen Perubahan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai