Anda di halaman 1dari 24

PERUBAHAN YANG SIGNIFIKAN MENGHILANGKAN

BUDAYA SOSIAL
diajukan untuk memenuhi syarat salah satu mata kuliah sosioantropologi

disusun oleh:
Ai Istiqomah
Aulia Nisa Alifah
Eka Nurfebriyanti
Hilmi
Mamur Ramdani

Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial Bahasa Dan Sastra


Institut Pendidikan Indonesia
Tahun Ajaran 2018-2019
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Tidak


ada sekelompok masyarakat pun yang tidak berubah. Perubahan tersebut dapat terjadi dalam
berbagai bidang kehidupan, misalnya dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun perubahan
yang berkaitan dengan kebudayaan. Perubahan yang terjadi dalam bidang sosial pada suatu
masyarakat sering dikenal dengan istilah perubahan sosial.

Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat ini dipengaruhi oleh banyak
faktor dan juga perubahannya dapat menuju kea rah yang positif maupun menuju arah yang
negatif. Dalam hal ini, berarti perubahan dapat membuat lebih baik, namun juga sebaliknya.
Tentunya perubahan sosial yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor dan mempunyai
berbagai dampak bagi kehidupan masyarakat. Dan para ahli mempunyai pendapat yang berbeda
tentang perubahan sosial tersebut. Oleh karena itu, melalui makalah ini, kami ingin mengetahui
bagaimana perubahan sosial dan contoh perubahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

Perubahan Sosial dan Kebudayaan


Perubahan-perubahan hanya akan dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti
susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan
susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau.
Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku,
organisasi, susunan, lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan & wewenang, interaksi social dan sebagainya.

A.   PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL

Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam


suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap
sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Banyak para sosiolog dan ahli-ahli lainnya yang mengemukakan tentang teori-teori perubahan
sosial dan kebudayaan:
1.      William F. Ogburn, mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi
unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun immaterial, yang ditekankan adalah
pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
2. Gillin dan Gillin, mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai variasi dari cara-cara
hidup yang telah diterima, baik karena peruabahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-
penemuan baru dalam masyarakat.

B.   TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL


Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiolog telah mencoba untuk merumuskan
prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial. Banyak yang berpendapat
bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan gejala wajar yang
timbul dari pergaulan hidup manusia.
Yang lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam
unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam
unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian ada pula yang
berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial bersifat periodik dan non periodik. Pokoknya,
pendapat-pendapat tersebut pada umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran
kejadian-kejadian. Pitirim A.Sorokin berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan
bahwa ada suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial, tidak
akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial
tersebut. Akan tetapi perubahan-perubahan tetap ada, dan yang paling penting adalah bahwa
lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari, karena dengan jalan tersebut barulah
akan dapat diperoleh suatu generalisasi.
Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial premier yang menyebabkan
terjadinya perubahan. Misalnya, kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis, atau biologis
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya
(William F. Ogburn menekankan pada kondisi teknologis). Sebaliknya ada pula yang
mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan menghasilkan
perubahan-perubahan sosial. Untuk mendapatkan hasil sebagaimana diharapkan, hubungan
antara kondisi dan faktor-faktor tersebut harus diteliti terlebih dahulu. Penelitian yang obyektif
akan dapat memberikan hukum-hukum umum perubahan sosial dan kebudayaan, disamping itu
juga harus diperhatikan waktu serta tempatnya perubahan-perubahan tersebut berlangsung.

C.   HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN SOSIAL DAN PERUBAHAN


KEBUDAYAAN

Perubahan sosial tidak terlepas dari perubahan kebudayaan. Kingsley Davis mengatakan
bahwa, “perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan”. Teori perubahan
sosial dan budaya Karl Marx yang merumuskan bahwa perubahan sosial dan budaya sebagai
produk dari sebuah produksi (materialism), sedangkan Max Weber lebih pada sistem gagasan,
sistem pengetahuan, sistem kepercayaan yang justru menjadi sebab perubahan. Perubahan sosial
dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu berhubungan dengan suatu penerimaan
cara-cara baru atau perbaikan didalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Hubungan
antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan sangat erat.
Meskipun dalam kenyataan dapat kita lihat bahwa perubahan kebudayaan tidak selamanya
diikuti oleh perubahan sosial. Namun sukar untuk menentukan garis pemisah antara perubahan
sosial dan perubahan kebudayaan, dan sulit dibayangkan jika terjadinya perubahan sosial tanpa
didahului oleh suatu perubahan kebudayaan. Walaupun perubahan sosial dibedakan dari
perubahan kebudayaan, tetapi pembahasan-pembahasan, mengenai perubahan sosial tidak akan
mencapai suatu pengertian yang benar jika tidak mengaitkannya dengan perubahan kebudayaan
yang terwujud dalam masyarakat yang bersangkutan. Hal yang sama juga berlaku dalam
pembahasan-pembahasan mengenai perubahan kebudayaan.
Akibat perubahan sosial tanpa dibarengi perubahan kebudayaan :
1.      Timbulnya masalah sosial
2.      Timbulnya perubahan sikap hidup
3.      Timbulnya krisis masyarakat

Perubahan sosial melekat pada diri suatu masyarakat dengan kebudayaan, karena untuk :
a.       Menghadapi masalah-masalah baru.
b.      Ketergantungan pada hubungan antarwarga pewaris.
c.       Lingkungan yang berubah
Contoh : masyarakat desa yang tadinya memiliki rasa solidaritas tinggi terhadap lingkungan
seperti rajin gotong royong sekarang nilai-nilai itu telah hilang, mereka menggantikan
keberadaan mereka saat gotong royong dengan uang.

Perubahan sosial dan perubahan budaya mana yang lebih dulu terjadi
Antara perubahan sosial dengan perubahan budaya saling berkaitan ketika perubahan sosial
itu ada, maka perubahan budaya juga ada dan begitu sebaliknya. Ruang lingkup perubahan
kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun dalam praktek di lapangan kedua
jenis perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990). Perubahan kebudayaan
bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian
masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar
organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan
bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan
buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan (Davis, 1960). Apabila
diambil definisi kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan
setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat. Soemardjan (1982),
mengemukan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama
yaitu keduanya berhubungan dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan
dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi tidak ada yang lebih dahulu ada atau
muncul antara perubahan sosial dengan perubahan budaya. Keduanya muncul bersamaan, karena
diantara keduanya tidak bisa dipisahkan dan saling ketergantungan.
Contoh : ketika teknologi semakin maju, banyak masyarakat menggunakan HP. Perubahan sosial
terjadi karena globalisasi, maka perubahan kebudayaan juga terjadi dari menggunakan surat
untuk berkomunikasi jarak jauh, kini menggunakan HP.

D.   BENTUK-BENTUK PERUBAHAN SOSIAL


Bentuk-bentuk Perubahan Sosial Budaya. Perubahan sosial budaya yang terjadi di dalam
masyarakat sangat beragam. Secara umum, bentuk-bentuk perubahan sosial budaya dapat
dibedakan sebagai berikut.
1.      Perubahan lambat dan perubahan cepat
a.      Berdasarkan Perubahan lambat
1)      Evolusi
Evolusi adalah perubahan yang sangat lambat. Evolusi memerlukan waktu yang lama, di
mana terdapat suatu rentetan perubahan-perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat.
Pada evolusi, perubahan-perubahan terjadi dengan sendirinya, tanpa suatu rencana ataupun suatu
kehendak tertentu. Perubahan-perubahan tersebut terjadi oleh karena usaha-usaha masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi kondisi
baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Rentetan perubahan perubahan
tersebut, tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa-peristiwa di dalam sejarah masyarakat
yang bersangkutan. Contoh perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat
meramu
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu :
         Unilinier Theories of Evolution : menyatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami
perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang sederhana menjadi kompleks dan
sampai pada tahap yang sempurna.
         Universal Theories of Evolution : menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu
melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti
suatu garis evolusi yang tertentu.
         Multilined Theories of Evolution : menekankan pada penelitian terhadap tahap
perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada pengaruh
perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.

b.      Berdasarkan perubahan cepat


2)      Revolusi
Revolusi adalah perubahan yang sangat cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan
sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial
mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung
relative cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak
direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh
masyarakat yang bersangkutan. Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi
masyarakat.
Secara sosiologis, agar suatu revolusi dapat terjadi, harus dipenuhi syarat-syarat tertentu, antara
lain seperti berikut.
a) Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan. Masyarakat harus memiliki
perasaan tidak puas terhadap keadaan yang ada, dan tumbuh keinginan untuk meraih perbaikan
dengan perubahan keadaan tersebut.
b) Harus ada seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin
masyarakat tersebut.
c) Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan masyarakat, kemudian
merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas itu untuk dijadikan program dan arah bagi
geraknya masyarakat.
d) Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat, artinya tujuan
tersebut sifatnya konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Di samping itu, diperlukan juga
suatu tujuan yang abstrak, misalnya, perumusan sesuatu ideology tertentu.
e)  Harus ada “momentum” untuk melaksanakan revolusi, yaitu waktu yang tepat untuk memulai
gerakan revolusi. Apabila “momentum” yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan contoh suatu
revolusi yang “momentum”nya sangat tepat. Pada waktu itu, perasaan tidak puas di kalangan
bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya dan ada pemimpin pemimpin yang mampu
menampung keinginan-keinginan masyarakat sekaligus merumuskan tujuannya. Pada saat itu
bertepatan dengan kekalahan Jepang melawan Sekutu.

2.      Perubahan Kecil dan Perubahan Besar


1)      Perubahan yang Kecil Pengaruhnya
Perubahan ini berkaitan dengan perubahan pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak
membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Suatu perubahan
dalam mode pakaian, misalnya, tak akan membawa pengaruh yang berarti bagi masyarakat
secara keseluruhan karena tidak mengakibatkan perubahan dalam lembagalembaga
kemasyarakatannya.

2)      Perubahan-Perubahan yang Besar pengaruhnya


Perubahan ini membawa pengaruh langsung atau menimbulkan pengaruh yang berarti bagi
masyarakat. Sebagai contoh, suatu proses industrialisasi pada masyarakat agraris, merupakan
perubahan yang akan membawa pengaruh besar pada masyarakat. Berbagai lembaga-lembaga
kemasyarakatan akan terpengaruh olehnya seperti dalam hal hubungan kerja, sistem kepemilikan
tanah, hubungan-hubungan kekeluargaan, stratifikasi masyarakat, dan seterusnya.
3.      Perubahan yang Dikehendaki (Intented-Change) atau Perubahan yang Direncanakan
(Planned-Change) dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki (Unintented-Change) atau
Perubahan yang Tidak Direncanakan (Unplanned-Change).

1)      Perubahan yang Dikehendaki (Intended-Change) atau Perubahan yang Direncanakan


(Planned-Change)
Perubahan yang dikehendaki sudah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh
pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang
menghendaki perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang
yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Agent of change memimpin masyarakat dalam mengubah sistem sosial.
Dalam melaksanakan hal itu agent of change langsung tersangkut dalam tekanan tekanan
untuk mengadakan perubahan, bahkan mungkin menyebabkan perubahan perubahan pula pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan yang dikehendaki atau yang
direncanakan, selalu berada di bawah pengendalian serta pengawasan agent of change tersebut.
Cara-cara untuk mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan
terlebih dahulu dinamakan social engineering atau sering pula dinamakan social planning.

2)      Perubahan-Perubahan Sosial yang Tidak Dikehendaki (Unintended-Change) atau


Perubahan yang Tidak Direncanakan (Unplanned-Change)
Perubahan ini terjadi tanpa dikehendaki serta berlangsung di luar jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat
seperti membawa masalah-masalah yang memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam
masyarakat. Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan
terjadi. Misalnya, kasusu banjir bandang di sinjai, Kalimatan Barat. Timbulnya banjir
dikarenakan pembukaan lahan yang kurang memerhatikan kelestarian lingkungan. Sebagai
akibatnya, banyak perkampungan dan pemukiman masyarakat terendam air yang mengharuskan
para warganya mencari pemukiman baru.

E.   FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN SOSIAL


DAN KEBUDAYAAN
a.      Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri
1.      Bertambah atau berkurangnya penduduk
Pertambahan penduduk yang sangat cepat di pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan
dalam struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Missal, orang lantas
mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil dan selanjutnya,
yang sebelumnya tidak dikenal.
Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau
dari daerah ke daerah lain (misalnya transmigrasi). Perpindahan penduduk mengakibatkan
kekosongan, misalnya, dalam bidang pembagian kerja dan stratifikasi sosial, yang memengaruhi
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Perpindahan penduduk telah berlangsung berates-ratus ribu
tahun lamanya di dunia ini. Hal itu sejajar dengan bertambahnya banyaknya manusia penduduk
bumi ini.

2.      Penemuan-penemuan baru


Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam waktu yang tidak terlalu
lama adalah inovasi. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur-unsur
kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsur kebudayaan
baru tadi diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.
Penemuan baru sebagai akibat terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam
pengertian dari discovery dan invention.

Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alasan atau gagasan
yang diciptakan oleh seorang individu. Discovery baru berubah menjadi invention kalau
masyarakat sudah mengakui, menerima dan menerapkan penemuan baru itu.

Apabila ditelaah lebih lanjut agi tentang penemuan baru, terlihat ada beberapa faktor
pendorong yang dipunyai masyarakat, antara lain adalah :

a.       Kesadaran individu-individu akan kekurangan dalam kebudayaannya.


b.      Kualitas ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
c.       Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.

Didalam setiap masyarakat tentu ada individu yang sadar akan adanya kekurangan dalam
kebudayaan masyarakatnya. Sebagian orang menerima kekurangan-kekurangan tersebut sebagai
hal yang diterima begitu saja. Sebagian orang yang tidak puas dengan keadaan akan tetapi tidak
mampu memperbaiki keadaan tersebut. Mereka inilah yang kemudian menjadi pencipta-pencipta
baru tersebut.

3.      Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat


Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara individu-kelompok, kelompok-kelompok.
Pada umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat kolektif. Segala kegiatan didasarkan
pada kepentingan masyarakat. Kepentingan individu walaupun diakui tapi mempunyai fungsi
sosial. Banyak timbul pertentangan antara kepentingan individu dengan kelompoknya, yang
dalam hal-hal tertentu dapat menimbulkan perubahan-perubahan.

Pertentangan antar kelompok mungkin terjadi pada generasi muda dengan generasi tua.
Pertentangan-pertentangan demikian itu kerap terjadi, apabila pada masyarakat yang sedang
berkembang dari tahap tradisional menuju ketahap modern. Generasi muda yang belum
terbentuk kepribadiannya lebih mudah menerima dalam beberapa hal mempunyai taraf yang
lebih tinggi. Keadaan demikian dapat menimbulkan perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Misalnya, pergaulan bebas antara wanita dengan laki-laki, cara berpakaian, atau derajat wanita
yang kian sama di dalam masyarakat dan lain-lain.

4.      Terjadinya pemberontakan atau revolusi


Revolusi yang meletus pada Oktober 1917 di Rusia telah menyulut terjadinya perubahan-
perubahan besar Negara Rusia yang mula-mula mempunyai bnetuk kerajaan absolut berubah
menjadi diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Segenap lembaga
kemasyarakatan mulai dari bentuk Negara sampai keluarga batih, mengalami perubahan-
perubahan yang mendasar.
b.      Sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat
1.      Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia
Terjadinya gempa bumi, banjir, tanah longsor dan lain-lain mungkin menyebabkan
masyarakatnya terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Missal, pada waktu dulu
masyarakat dulu berburu kini berpindah ke pertanian.

Sebab yang bersumber pada lingkungan alam, kadang-kadang disebabkan oleh tindakan
manusia itu sendiri. Misalnya, penggunaan tanah yang sembrono tanpa memperhitungkan
kelestarian humus tanah, penebangan hutan yang liar dapat menyebabkan banjir.

2.      Peperangan
Peperangan dengan Negara lain dapat pula menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
karena biasanya Negara yang menang akan memaksakan kebudayaannya pada Negara yang
kalah. Contohnya adalah Negara-negara yang kalah dalam Perang Dunia Kedua banyak sekali
mengalami perubahan dalam lembaga kemasyarakatannya. Negara-negara yang kalah dalam
Perang Dunia Kedua seperti Jerman dan Jepang mengalami perubahan-perubahan besar dalam
masyarakat.

3.      Pengaruh kebudayaan masyarakat lain


Apabila sebab-sebab bersumber pada masyarakat lain, maka mungkin kebudayaan lain
melancarkan pengaruhnya. Hubungan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai
kecenderungan untuk menimbulkan hubungan timbal-balik, artinya masing-masing masyarakat
lainnya, tetapi juga menerima pengaruhnya dari masyarakat yang lain itu. Apabila salah satu
kebudayaan yang bertemu mempunyai taraf teknologi yang lebih maka yang terjadi adalah
proses imitasi yaitu peniruan terhadap budaya lain. Mula-mula unsur-unsur tersebut ditambahkan
kebudayaan asli namun lambat laun kebudayaan asli diubah dengan kebudayaan asing tersebut.

F.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JALANNYA PROSES


PERUBAHAN
Perubahan sosial budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
itu terdiri dari faktor pendorong dan penghambat yang dapat berasal dari dalam maupun luar
masyarakat. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dan budaya
dalam masyarakat.

a.      Faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan


1.      Kontak dengan kebudayaan lain
Perubahan sosial dan budaya akan berjalan dengan cepat apabila masyarakat sering
melakukan kontak dengan kebudayaan lain. Salah satu proses yang mempercepat kontak dengan
kebudayaan lain adalah proses difusi. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah
diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai semua
masyarakat dapat menikmati kegunaannya. Selain difusi, proses yang mempercepat kontak sosial
juga dapat terjadi karena akulturasi, namun akulturasi bersifat continue dan memerlukan
hubungan dekat.

2.      Sistem pendidikan yang maju


Pendidikan formal sangat penting, karena dengan pendidikan formal masyarakat akan
mendapatkan nilai-nilai tertentu untuk menerima hal-hal baru dan berpikir lebih rasional dan
ilmiah serta cara pandang terhadap masalah yang lebih obyektif.

3.      Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju
Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat merupakan pendorong
bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah Nobel, misalnya, merupakan pendorong untuk
menciptakan hasil-hasil karya yang baru. Di Indonesia juga dikenal sistem penghargaan yang
tertentu, walaupun masih dalam arti yang snagat terbatas dan belum merata.
  
4.      Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang
Masyarakat yang memiliki sikap toleransi cenderung akan mudah menerima hal-hal yang
baru, sehingga proses perubahan sosial budaya akan berjalan lebih cepat karena masyarakat
sangat toleran dengan perilaku menyimpang. Dalam hal ini dapat berupa penyimpangan positif
maupun negatif.
Contoh : dahulu pekerjaan sopir hanya dilakukan oleh seorang laki-laki, namun sekarang ini
masyarakat tidak merasa risih apabila perempuan bekerja sebagai sopir.

5.      Sistem lapisan masyarakat yang terbuka


Dengan sistem stratifikasi terbuka maka hal itu akan memberikan kesempatan adanya gerak
sosial vertical dan peluang yang luas bagi individu untuk meningkatkan diri untuk maju dan
berusaha menaikkan status sosial dalam masyarakat.
Contoh : seorang anak yang terlahir dari keluarga petani miskin, dengan kemampuan secara
akademis anak itu mendapatkan pekerjaan yang bagus. Dengan begitu anak itu mampu
menaikkan status sosial dirinya dan keluarganya.

6.      Penduduk yang heterogen


Dalam masyarakat heterogen yang memiliki latar kebudayaan, ras dan ideologi yang berbeda
akan mudah dan sering terjadi pertentangan yang akan memicu terjadinya perubahan tersebut.
Contoh : masyarakat di perkotaan di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda-beda
kebudayaan. Misalnya : Suku Batak, Jawa, Bugis, dsb. Dengan keadaan itu masyarakat sering
berinteraksi dan memungkinkan terjadi perubahan.

7.      Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu


Ketidakpuasan ini baik dalam sistem kemasyarakatan, ekonomi dan keamanan akan
mendorong masyarakat melakukan perubahan sistem yang ada dengan cara menciptakan sistem
baru agar sesuai dengan kebutuhan.
Contoh : masyarakat tidak puas dengan kebijakan ekonomi dari pemerintah, kemudian
masyarakat menyampaikan aspirasi terhadap pemerintah melalui DPR.
  
8.      Orientasi kedepan
Seseorang dalam masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa masa yang akan datang
berbeda dengan masa sekarang sehingga masyarakat berusaha menyesuaikan diri baik yang
sesuai keinginannya. Untuk itu masyarakat umumnya berusaha melakukan perubahan-perubahan
agar dapat menerima masa depan.
Contoh : sekarang ini masyarakat harus berusaha memperbaiki keadaan ekonomi karena untuk
menghadapi krisisglobal.

9.      Nilai meningkatkan taraf hidup


Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.

b.      Faktor-faktor yang menghambat terjadinya perubahan


1.      Kurangnya berhubungan dengan masyarakat-masyarakat lain
Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-
perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin akan dapat memperkaya
kebudayaannya sendiri. Hal itu juga menyebabkan para warga masyarakat terkungkung pola-
pola pemikirannya oleh tradisi.
Contoh : masyarakat suku pedalaman akan sulit mengetahui perkembangan-perkembangan yang
terjadi pada masyarakat lain karena kurang dan sulit berkomunikasi.

2.      Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat


Hal ini mungkin disebabkan hidup masyarakat tersebut terasing dan tertutup atau mungkin
karena lama dijajah oleh masyarakat lain.
Contoh : masyarakat kelas bawah sulit mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga
pemikirannya kurang terbuka.

3.      Sikap masyarakat yang tradisionalistis


Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau serta anggapan bahwa
tradisi secara mutlak tak dapat diubah menghambat jalannya proses perubahan. Keadaan tersebut
akan menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai oleh golongan
konservatif.
Contoh : di zaman modern ini masih banyak masyarakat yang mengkaitkan keadaan alam
dengan hal-hal yang irasional, walaupun sebenarnya fenomena alam itu dijelaskan secara ilmiah.

4.      Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat


Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan, pasti aka nada sekelompok
orang yang menikmati kedudukan perubahan-perubahan. Misalnya dalam masyarakat feodal dan
juga pada masyarakat yang sedang mengalami tradisi. Dalam hal yang terakhir, ada golongan-
golongan dalam masyarakat yang dianggap sebagai pelopor proses transisi. Karena selalu
mengidentifikasi diri dengan usaha-usaha dan jasa-jasanya, sukar sekali bagi mereka untuk
melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.

5.      Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan


Memang harus diakui kalau tidak mungkin integrasi semua unsur suatu kebudayaan bersifat
sempurna. Beberapa perkelompokan unsur-unsur tertentu mempunyai derajat integrasi tinggi.
Maksudnya unsur-unsur luar dikhawatirkan akan menggoyahkan integrasi dan menyebabkan
perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu masyarakat. 

6.      Prasangka terhadap sesuatu yang baru/asing


Sikap yang demikian banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang pernah dijajah
bangsa-bangsa barat. Mereka sangat mencurigai sesuatu yang berasal dari barat karena tidak
pernah bisa melupakan pengalaman-pengalaman pahit selama penjajahan. Kebetulan unsur-unsur
baru kebanyakan berasal dari barat, sehingga prasangka kian besar lantaran khawatir bahwa
melalui unsur-unsur tesebut penjajahan bisa masuk lagi.
Contoh : sebagian masyarakat masih mempunyai anggapan bahwa munculnya internet adalah
salah satu bentuk penjajahan bangsa barat melalui media elektronik.

7.      Hambatan ideologis


Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah biasanya diartikan sebagai
usaha yang berlawanan dengan ideology masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi
masyarakat tersebut.
Contoh : masyarakat Minang menganut matrialisme, maka masyarakat akan sulit menerima
ideologi baru bahwa derajatnya lebih tinggi.

8.      Kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat di dalam
memenuhi segala kebutuhan pokoknya apabila kemudian ternyata pola-pola perilaku tersebut
efektif lagi di dalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Mungkin adat atau
kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah, cara
berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga sukar untuk diubah.
Contoh : seorang ibu yang hidup dalam masyarakat desa telah terbiasa menumbuk pada secara
manual, walaupun sekarang telah ada adat yang lebih efisien namun kebanyakan masyarakat
enggan menggunakannya.

9.      Nilai pasrah


Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki.

G.  PROSES-PROSES PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

1.      Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan


Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan keadaan yang
diidam-idamkan setiap masyarakat. Dengan keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu
keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling
mengisi. Dalam keadaan demikian, individu secara psikologis merasakan adanya ketentraman,
karena tidak adanya pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai. Setiap kali terjadi
gangguan terhadap keadaan keserasian, maka masyarakat dapat menolaknya atau mengubah
susunan lembaga-lembaga kemasyarakatannya dengan maksud menerima unsur yang baru. Akan
tetapi, kadang kala unsur yang baru dipaksakan masuknya oleh suatu kekuatan. Apabila
masyarakat tidak dapat menolaknya karena unsur baru tersebut tidak menimbulkan kegoncangan,
pengaruhnya tetap ada, akan tetapi sikapnya dangkal dan hanya terbatas pada bentuk luarnya.
Norma-norma dan nilai-nilai sosial tidak dapat berfungsi secara wajar.
Adakalanya unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan mempengaruhi
norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada warga masyarakat. Itu berarti
adanya gangguan yang kontinu terhadap keserasian masyarakat. Keadaan tersebut berarti bahwa
ketegangan-ketegangan serta kekecewaan diantara pada warga tidak mempunyai saluran
pemecahan. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan,
maka keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment) bila sebaliknya yang terjadi maka
dinamakan ketidak penyesuaian sosial (maladjustment) yang mungkin mengakibatkan terjadinya
anomie.
Suatu perbedaan dapat diadakan antara penyesuaian dari lembaga-lembaga kemasyarakatan
dan penyesuaian dan individu yang ada dalam masyarakat tersebut. Yang pertama menunjuk
pada keadaan, dimana masyarakat berhasil menyesuaikan lembaga-lembaga kemasyarakatan
dengan keadaan yang mengalami perubahan sosial dan kebudayaan. Sedangkan yang kedua
menunjuk pada usaha-usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang telah diubah atau diganti, agar terhindar dari disorganisasi psikologis. Di
minangkabau misalnya dimana menurut tradisi wanita mempunyai kedudukan penting karena
garis keturunan yang matrialineal, terlihat adanya suatu kecenderungan dimana hubungan antara
anggota keluarga batih lebih erat. Hubungan antara anak-anak dengan ayahnya yang semula
dianggap tidak mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap anak-anak sebab ayah dianggap sebagai
orang luar cenderung menguat.

2.      Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan


Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan merupakan saluran-saluran yang dilalui
oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi dan
seterusnya. Lembaga-lembaga kemasyarakatan menjadi titik tolak, tergantung pada cultural
focus masyarakat pada suatu masa yang tertentu. Dengan singkat dapatlah dikatakan bahwa
saluran tersebut berfungsi agar sesuatu perubahan dikenal, diterima, diakui serta dipergunakan
oleh khalayak ramai, atau dengan singkat mengalami proses institutionalization (pelembagaan)

3.      Disorganisasi (disintegrasi) dan reorganisasi (reintegrasi)


a.      Pengertian
Disorganisasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari
suatu kebulatan, misalnya masyarakat agar dapat berfungsi sebagai organisasi, harus ada
keserasian antar bagian-bagiannya. kriteria terjadinya disorganisasi antara lain terletak pada
persoalan apakah organisasi tersebut berfungsi secara semestinya atau tidak baik, masalah lain
yang sering timbul adalah disorganisasi dalam masyarakat acapkali dihubungkan dengan moral
yaitu anggapan-anggapan tentang apa yang baik dan apa yang buruk.
Suatu disorganisasi atau disintegrasi mungkin dapat dirumuskan sebagai suatu proses
berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat, karena perubahan-perubahan yang
terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Reorganisasi atau reintegrasi adalah suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai
baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan.
Tahap reorgansasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru telah
melembaga (institutionalized) dalam diri warga masyarakat. Berhasil tidaknya proses
pelembagaan (institutionalization) = (efektivitas menanam) – (kekuatan menentang masyarakat).

b.      Suatu gambaran mengenai disorganasasi dan reorganisasi


Suatu contoh adalah norma-norma dalam lalu lintas. Sopan santun berlalu lintas yang secara
minimal menyangkut ketaatan seseorang pengemudi atau orang yang jalan kaki. Pada umumnya
terlihat adanya suatu kecenderungan untuk melanggar peraturan-peraturan tersebut, padahal
peraturan bertujuan untuk menjaga keselamatan masyarakat, termasuk pengemudi dan orang-
orang yang berjalan kaki. Hal ni paling tidak dapat dijadikan suatu indeks terhadap keadaan
sampai dimana disorganisasi masih berlangsung padahal telah ada reorganisasi.

c.       Ketidakserasian perubahan-perubahan dan ketertinggalan budaya (cultural lag)


Ada unsur-unsur yang cepat berubah, tetapi ada pula unsur-unsur yang sukar untuk berubah.
Biasanya unsure-unsur kebudayaan kebendaan lebih mudah berubah daripada unsure-
unsurkebudayaan rohaniah. Misalnya, suatu perubahan dalam cara bertani, tidak berpengaruh
pada tarian-tarian tradisional.
Suatu teori tentang ketertinggalan budaya (cultural lag) dari William F. Ogburn, menyatakan
kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya dalam keseluruhannya
seperti diurai sebelumnya, sedangkan ada bagian lain yang tumbuhnya lambat. Perbedaan antara
taraf kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat dinamakan
ketertinggalan kebudayaan (cultural lag) dan unsur masyarakat korelasi, tidak sebanding
sehingga unsur yang satu tertinggal oleh unsur lainnya.
Ketertinggalan kebudayaan juga berarti sebagai jangka waktu antara terjadi dan diterimanya
penemuan baru. Atau dipakai untuk menunjukkan pada tertinggalnya suatu unsur lainnya yang
berkaitan erat hubungannya.

H.  ARAH PERUBAHAN (Direction of Change)


Gerak perubahan adalah perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi,
setelah meninggalkan faktor itu, mungkin perubahan bergerak kepada sesuatu bentuk yang sama
sekali baru, atau mungkin pula bergerak kea rah suatu bentuk yang sudah ada didalam waktu
lampau.
Sebagai contoh, perkembangan industry music saat ini mengalami kemajuan yang luar biasa.
Banyak jenis-jenis aliran music yang kita kenal, mulai dari pop, rock, jazz, dangdu, heavy metal,
ska, hip-hop, punk, dll. Tapi saat ini ada jenis music baru yang sedang trend di kalangan anak
muda Indonesia yaitu The Changcuter. Lagu mereka berjenis rock n’roll yang pernah
dipopulerkan Rolling Stone dan mengikuti aksi panggung Mick Jagger dan Jim Morrisson. Akan
tetapi lagu mereka rata-rata bertema komedi. Hal tersebut tentu berbeda dengan generasi
sebelum mereka yang biasanya bertema sosial dan cinta.

I.      MODERNISASI

1.      Pengantar
Secara historis, modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe
sistem-sistem sosial, ekonomi, dan politik. Negara-negara atau masyarakat-masyarakat modern
pun yang sedang menjalani proses tersebut telah berkembang dari aneka warna masyarakat
tradisional. Setiap Negara-negara atau masyarakat-masyarakat mengalami persoalan berbeda-
beda dalam menghadapi modernisasi sesuai dengan hukum situasi, pasti ada unsur-unsur yang
sama dan berlaku universal. Menyangkut Indonesia yang mengalami modernisasi melalui
perubahan-perubahan yang direncanakan. Misalnya dari orde lama ke orde baru, orde baru ke
zaman reformasi.
2.      Pengertian Modernisasi
Pengertian modernisasi mencakup suatu transformasi total kehidupan bersama yang
tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, kearah pola-pola
ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara-negara barat yang stabil.
Modernisasi merupakan suatu bentuk perubahan sosial. Biasanya merupakan perubahan
sosial yang terarah yang didasarkan pada perencanaan. Modernisasi merupakan suatu persoalan
yang harus dihadapi masyarakat, karena di dalam prosesnya meliputi bidang yang luas,
menyangkut proses disorganisasi, problema-problema sosial, konflik antar kelompok, hambatan-
hambatan terhadap perubahan, dan sebagainya.

3.      Disorganisasi, Transformasi, dan Proses Modernisasi


Di dalam proses modernisasi akan muncul disorganisasi pada masyarakat. Hal tersebut akan
menjadi masalah-masalah sosial. Masalah sosial diartikan sebagai penyimpangan terhadap
norma-norma kemasyarakatan.
Disamping itu, perlawanan terhadap transformasi misalnya keyakinan yang kuat terhadap
kebenaran tradisi, sikap yang tidak toleran terhadap penyimpangan-penyimpangan, pendidikan
dan perkembangan ilmiah yang tertinggal, merupakan faktor-faktor yang menghambat
modernisasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang berpengaruh pada modernisasi adalah sikap
dan nilai, kemampuan menunjukkan manfaat unsur yang baru, dan kesepadanannya dengan
unsur-unsur kebudayaan yang ada. Ada kemungkinan modernisasi bertentangan dengan
kebudayaan yang ada. Selain itu, ada kemungkinan modernisasi menggantikan unsur-unsur yang
lama.

4.      Syarat-syarat modernisasi


Modernisasi pada awalnya mengakibatkan disorganisasi pada masyarakat. Tetapi masyarakat
akan bisa reorganisasi jika modernisasi bersifat preventif (mencegah) dan konstruktif
(membangun).
Syarat-syarat suatu modernisasi adalah sebagai berikut :
1.      Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat.
2.      Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
3.      Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga
atau badan tertentu.
4.      Penciptaan iklim yang favourable dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara
penggunaan alat-alat komunikasi massa.
5.      Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan dilain pihak
berarti pengurangan kemerdekaan.
6.      Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan social planning
Apabila itu tidak dilakukan, perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan dari
kepentingan-kepentingan yang ingin mengubah perencanaan tersebut demi kepentingan suatu
golongan kecil dalam masyarakat.

J. RINGKASAN DAN MASLAH


1) a. Setiap masyarakat selam hdupnya, past mengalami perubahan. Perubahan bagi masyarakat
yang bersangkutan maupun bagi orang luar yang menelaahnya, dapat berupa perubahan-
perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan
yang pengaruhnya terbatas maupun luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat
sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan cepat.
b. Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenal nilai-niai sosial, pola-pola
perilaku, organisasi, susunan, lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan selanjutnya.
c. Dengan diakuinya dinamika sebagai inti jiwa masyarakat, maka banyak sarjana sosiologi
modern yang mencurahkan perhatiannya pada masalah-masalah perubahan sosial dan
kebudayaan dalam masyarakat.
2) Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam
suatu masyarakat, yang mempengaruhi sitem sosialnya, termasuk di dalam nilai-nilai, sikap-
sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
3) Pada sosiolog maupun ahli-ahli lainnya, banyak yang mengemukakan tentang teori-teori
perubahan sosial dan kebudayaan.
4) a. Teori
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari konsep teori dan pembahasan yang telah disebutkan, dapat diambil kesimpulan bahwa
perbahan-perubahan sosial pada masyarakat juga membawa perubahan-perubahan pada
kebudayaan. Berbagai bentuk perubahan sosial dan kebudayaan disetiap tempat dan daerah tidak
sama, hal ini bisa dilihat dari lambat cepatnya perubahan, kecil besarnya perubahan dan pihak-
pihak yang menginginkan perubahan.
Banyak faktor yang bisa mengakibatkan perubahan sosial dan kebudayaan kemudian
mempengaruhi jalannya proses perubahan tersebut. Setiap perubahan sosial dan kebudayaan
pasti akan menimbulkan disorganisasi, reorganisasi dan cultural lag. Dewasa ini sulit
menentukan kearah mana masyarakat berkembang. Salah satu jenis arah perubahan adalah
modernisasi. Modernisasi pada awalnya mengakibatkan disorganisasi pada masyarakat. Tetapi
masyarakat akan bisa reorganisasi jika modernisasi bersifat preventif (mencegah) dan konstruktif
(membangun).

Anda mungkin juga menyukai