Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK LEMPUYANG GAJAH

(Zingiber zerumbet) TERHADAP BERAT DAN PRESENTASE


KARKAS AYAM BROILER

ABSTRAK. lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) adalah salah satu jenis tanaman
rimpang yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan imbuhan pakan. Rimpang
lempuyang gajah mengandung minyak atsiri sekitar 0,82% dengan komponen pendukung
antara lain zerumbon, α-pinen, α-kariofilen, kamfer, sineol 1,8, α-humulen, kariofilen
oksida, humulen epoksida dan sinamaldehid (Suhirman et al., 2006). lempuyang gajah
(Zingiber zerumbet) terhadap berat karkas, persentase karkas, serta berat dan persentase
giblet ayam broiler. pemberian ekstrak rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet)
sebagai imbuhan pakan pada air minum ayam broiler tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
terhadap berat karkas ayam broiler umur 7 minggu. Berat karkas ayam broiler dari semua
perlakuan tidak jauh berbeda, yaitu berkisar 1064,00-1158,00 gram/ekor. Sementara itu
pemberian ekstrak rimpang lempuyang gajah sebagai imbuhan pakan pada air minum
tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat potongan karkas (dada, sayap, paha dan
punggung) ayam broiler yang diteliti disebabkan rataan berat karkas ayam broiler tidak
berbeda nyata antar perlakuan. Penambahan ekstrak lempuyang gajah sebagai imbuhan
pakan dalam air minum juga tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat dan
persentase giblet (rempela, jantung dan hati) ayam broiler dikarenakan berat rempela
dipengaruhi oleh kadar serat kasar ransum. Semakin tingginya kadar serat ransum, maka
aktivitas yang terjadi di dalam rempela juga semakin meningkat yang menyebabkan
beratnya juga semakin besar. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang metoda
preparasi ekstrak yang lebih tepat terhadap rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet),
sehingga dapat meningkatkan efektivitasnya sebagai imbuhan pakan.
PENDAHULUAN
Ayam broiler merupakan jenis ayam pedaging hasil dari rekayasa genetik yang memiliki
karakteristik yang ekonomis. Ciri khas ayam broiler ditandai oleh pertumbuhan yang cepat
sebagai penghasil daging dengan konversi pakan yang rendah dan siap dipotong pada usia
28-45 hari. Ayam broiler menghasilkan daging berserat lunak, timbunan daging baik, serta
dada lebih besar dan kulit licin. Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein
hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap,
lemak, vitamin, dan mineral serta zat lainnya yang dibutuhkan tubuh (Risnajati, 2010).
Karkas ayam atau daging ayam broiler merupakan salah satu komoditas yang
penting ditinjau dari aspek gizi, sosial budaya dan mempunyai prospek ekonomi yang
cukup cerah di Indonesia. Karkas adalah hasil utama dari ternak pedaging yang mencakup
daging beserta tulang yang telah dipisahkan dari bulu, kepala sampai batas pangkal leher
dan kaki sampai batas lutut serta dari isi rongga perut ayam. Karkas yang aman dari
cemaran mikroba patogen dan residu antibiotik sangat diharapkan untuk keamanan pangan
hasil ternak (Abubakar, 1992).
Saat ini, usaha peternakan ayam pedaging (broiler) di Indonesia sangat diminati dan
berkembang pesat, karena pemeliharaannya relatif mudah dan sederhana, namun
permintaannya cukup tinggi. Namun demikian, tingkat kematian pada ayam broiler masih
terbilang tinggi. Upaya untuk menekan angka kematian dan memacu pertumbuhan
dilakukan salah satunya dengan pemberian pakan imbuhan atau feed additive.
Imbuhan pakan (feed additive) merupakan suatu bahan yang di campurkan ke
dalam pakan atau minuman yang dapat memperbaiki tingkat kesehatan, produktivitas,
maupun ketersediaan gizi ternak, meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi
kebutuhan zat gizi (Adams, 2000). Imbuhan pakan  merupakan bahan makanan tambahan
yang bermanfaat untuk meningkatkan daya guna pakan termasuk di dalamnya membantu
ketersediaan zat gizi untuk dimanfaatkan oleh ternak. Zat tambahan yang diberikan pada
ternak digolongkan menjadi empat yaitu vitamin tambahan, mineral tambahan, antibiotik,
anabolik (hormonal) ( Agustina 2006).
Selama ini antibiotik menjadi imbuhan pakan yang sering diberikan oleh peternak untuk
meningkatkan daya tahan serta mempercepat pertumbuhan bagi ayam broiler, namun mulai
Januari 2018 Kementrian Pertanian telah melarang pemberian antibiotik sebagai pemacu
pertumbuhan. Larangan tersebut disebabkan sejumlah bukti bahwa pemberian antibiotik
sebagai imbuhan pakan berkonstribusi terhadap timbulnya resistensi antibiotikterhadap
bakteri patogen, baik pada ternak maupun pada manusia sebagai konsumen. Terjadinya
resistensi antibiotika ini disebabkan pemakaian antibiotik yang tidak bijaksana dan tidak
terkontrol pada ternak sebagai pemacu pertumbuhan (antibiotic growth promotors/AGP)
(Barton, 2000).
Melalui UU Nomor 18 Tahun 2009 juncto UU Nomor 41 Tahun 2014 pasal 22 ayat
4c tentang pelarangan penggunaan AGP, pemerintah melarang keras penggunaan AGP dan
memberi sanksi yang cukup jelas (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2017).
Untuk mengatasi hal tersebut maka berbagai penelitian dilakukan agar dapat menggantikan
penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan. Penggunaan tanaman herbal sebagai
imbuhan pakan di Indonesia telah banyak dilakukan, terutama dari beberapa jenis rimpang
seperti kunyit, jahe, dan temulawak. Lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) adalah salah
satu jenis tanaman rimpang yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan imbuhan
pakan. Rimpang lempuyang gajah mengandung minyak atsiri sekitar 0,82% dengan
komponen pendukung antara lain zerumbon, α-pinen, α-kariofilen, kamfer, sineol 1,8, α-
humulen, kariofilen oksida, humulen epoksida dan sinamaldehid (Suhirman et al., 2006).
Minyak atsiri merupakan senyawa yang mudah menguap, yang bersifat antimikroba
dan sangat efektif sebagai antibiotik alami, sehingga ayam akan lebih kebal terhadap
penyakit dan pertumbuhannyaakan meningkat. Minyak atsiri yang terkandung di dalam
tanaman lempuyang gajah berfungsi meningkatkan penampilan produksi ayam pedaging
seperti meningkatkan konsumsi dan pertambahan berat badan, memperbaiki konversi
pakan, serta meningkatkan kesehatan ayam pedaging dan menurunkan angka kematian,
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan suatu usaha peternakan (Indaryati
et.al., 2011).
Berdasarkan manfaat tanaman lempuyang gajah terhadap kesehatan dan
pertumbuhan ayam broiler, maka perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan ekstrak
tanaman lempuyang gajah sebagai imbuhan pakan pada air minum ternak untuk melihat
pengaruhnya terhadap berat dan persentase karkas ayam broiler.

11
MATERI DAN METODE
MATERI DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di peternakan rakyat, Desa Lambaro Skep, Banda Aceh,
selama 4 minggu mulai tanggal 26 April sampai dengan 24 Mei 2019. Analisis kimia dan
proses pembuatan ekstraksi lempuyang gajah dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi
dan Teknologi Pakan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.

3.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.2.1. Alat
Penelitian ini menggunakan 20 unit kandang dengan ukuran 1m x 1m, setiap

kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum serta bola lampu sebagai

pemanas. Gasolek dan perangkat gas digunakan berfungsi untuk memanaskan ayam sesuai

dengan umur. Berbagai peralatan yang digunakan lainnya untuk menunjang peneltian

adalah kipas angin, timbangan, blender, gelas ukur, sprayer, sapu, embar dan skop.

3.2.2. Bahan
Penelitian ini menggunakan 100 ekor ayam broiler CP 707 dari PT. Charoen
Pokphan. Pakan yang digunakan adalah ransum komersil ayam broiler 511 dan 512 Bravo,
vaksin Newcastle Disease (ND), Infectious Bursal Disease (gumboro), desinfektan, kapur,
dan litter.

3.3.Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 4
perlakuan dan 5 ulangan. Terdapat 4 perlakuan pemberian ekstrak lempuyang gajah dalam
air minum, yaitu: 1) P0 kontrol (0% ekstrak lempuyang gajah dalam air minum), 2) P1
(0,025 % ekstrak lempuyang gajah dalam air minum), P2 (0,050% ekstrak lempuyang
gajah dalam air minum) dan P3 (0,075% ekstrak lempuyang gajah dalam air minum).
12
Setiap perlakuan terdiri dari 5 ulangan sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Bagan
rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Rancangan Penelitian

Penggunaan Ekstrak Rimpang Lempuyang Gajah


Ulangan P0 P1 P2 P3
1 P01 P11 P21 P31
2 P02 P12 P22 P32
3 P03 P13 P23 P33
4 P04 P14 P24 P34
5 P05 P15 P25 P35
Keterangan : P0 (air minum kontrol tanpa penambahan ekstrak lempuyang), P1 (air minum + 0.025%
ekstrak lempuyang), P2 (air minum + 0.050% ekstrak lempuyang), P3 (air minum + 0.075%
ekstrak lempuyang)

3.4. Pembuatan Ekstrak Lempuyang Gajah


Pembuatan ekstrak rimpang lempuyang gajah dilakukan dengan cara dipotong
kecil-kecil kemudian diangin-anginkan terlebih dahulu. Kemudian lempuyang diblender
hingga menjadi tepung (mash). Ekstrak diperoleh dengan cara maserasi menggunakan
etanol 76%. Sebanyak 200 gram serbuk lempuyang dimaserasi dalam 2000 ml etanol 76%
dan didiamkan selama 12 jam. Kemudian hasil maserasi disaring lalu dievaporasi
menggunakan rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak pekat. Setelah didapatkan
ekstrak, kemudian dicampurkan kedalam air minum dengan perlakuan P1 (0.025% ekstrak
lempuyang), P2 (0.050% ekstrak lempuyang), dan P3 (0.075% ekstrak lempuyang). Skema
proses pembuatan ekstrak lempuyang gajah tersebut disajikan pada Gambar 3.

16
Pengumpulan Pembersihan dan Dicincang/dipotong
lempuyang gajah pencucian kecil-kecil

Sampel dievaporasi 200 gr lempuyang di


menggunakan rotary Serbuk dimaserasi blender kering
evaporator sampai menggunakan etanol (tidak-menggunakan
diperoleh ekstrak pekat 76% selama 24 jam air)

Ekstrak lempuyang
gajah didapatkan

Pencampuran ekstrak rimpang lempuyang gajah ke


dalam air minum :
P1 (0,025%) ekstrak lempuyang/liter air minum
P2 (0,050%) ekstrak lempuyang/liter air minum
P3 (0,075%) ekstrak lempuyang/liter air minum

Gambar 1. Proses Pembuatan Ekstrak Rimpang Lempuyang Gajah

3.5. Pelaksanaan Penelitian


Sebelum dimulai penelitian, terlebih dahulu dilakukan persiapan kandang.
Persiapan kandang meliputi pembuatan 20 unit kandang penelitian ukuran (1 x 1 m) dan
pelapisan alas kandang dengan liter serbuk kayu. Setiap unit kandang dilengkapi dengan
tempat minum dan pakan sesuai kapasitas yang disesuaikan dengan umur ternak. Pada
lantai kandang, sebelum ditaburi serutan kayu, terlebih dahulu ditaburi kapur yang telah
dicampur air dengan dosis 5kg kapur/10 liter air. Satu minggu sebelum dilakukan
penelitian, kandang dan juga segala peralatan penelitian didesinfektan dengan Rodalon
(Pyridam) dengan dosis 15 ml/10 liter air, untuk membunuh mikroorganisme patogen dan
serangga. Penelitian ini menggunakan 100 day old chicken (DOC) dari PT. Charoen
Phokphan jenis CP 707, yang semuanya ditimbang dan selanjutnya dirandom untuk
ditempatkan di tempat penelitian (5 ekor ternak per unit kandang). Berat DOC 36,78 ±
2,32 gr. Ransum yang digunakan berupa ransum komersil produksi PT. Charoen
Phokphan antara lain 511 Bravo (pada periode starter) dan 512 Bravo (pada periode

17
grower/finisher) yang diberikan secara ad libitum dengan catatan selalu ditimbang setiap
awal dan akhir minggu dan diberikan setiap pagi dan sore hari.
Suhu dalam kandang dikontrol menggunakan lampu pemanas (brooder). Dari hari
pertama sampai ketiga suhu kandang dijaga tetap stabil pada 33ºC selanjutnya setiap
minggu diturunkan 3ºC hingga mencapai 24ºC sampai saat pemanenan pada usia 35 hari.
Pada hari ke-4, semua ternak divaksin ND (Madivac La Sota-aktif) dengan dosis 100cc per
100 ekor DOC melalui tetes mata. Sementara pada hari ke-20, broiler divaksin ND
(Medivec La Sota-aktif) melalui penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/ekor ayam. Untuk
menghindari ternak dari stres maka diberikan antistres dan vitamin pada air minum jenis
Vitachick. Kondisi ruang ventilasi dikontrol selama 24 jam agar semua berfungsi normal
selama waktu penelitian.

3.6. Parameter Penelitian


Parameter yang diukur dalam penelitian ini meliputi:
1. Berat dan persentase karkas: Berat karkas diperoleh dengan cara menimbang karkas,
sedangkan persentase karkas diperoleh dengan cara membagi berat karkas dengan berat
hidup dikalikan seratus persen.
2. Berat dan persentase potongan karkas: Berat potongan karkas diperoleh dengan cara
menimbang tiap-tiap potongan karkas berupa paha, dada, sayap, dan punggung,
sedangkan persentase potongan karkas diperoleh dengan cara membagi berat tiap-tiap
potongan karkas dengan berat karkas dikalikan seratus persen.
3. Berat dan persentase giblet: Berat masing-masing giblet (hati, rempela, dan jantung)
diperoleh dengan cara menimbang tiap-tiap giblet, sedangkan persentase giblet
diperoleh dengan cara membagi berat tiap-tiap giblet dengan berat hidup dikalikan
seratus persen.

3.7. Analisis Data


Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam (Analysis Of
Variance/ANOVA) dan jika memberikan hasil yang berbeda dilanjutkan dengan uji jarak
berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test/DMRT) (Steel dan Torrie, 1995).
Model matematika yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan teori Steel dan
Torrie (1993) sebagai berikut :

18
Yij = µ + αi +Ɛij
Keterangan:
Yij : Nilai pengamatan
µ : Nilai tengah umum
αi : Pengaruh percobaan ke-i
Ɛij : Pengaruh galat percobaan ke-i pada satuan percobaan ke-j

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Berat dan Persentase Karkas Ayam Broiler


Berat dan presentase karkas ayam broiler yang diberi ekstrak rimpang lempuyang
gajah (Zingiber zerumbet) sebagai imbuhan pakan pada air minum di akhir masa
pemeliharaan selama 35 hari (7 minggu) tersaji pada Tabel 3.

Tabel 2. Berat dan Presentase Karkas Ayam Broiler yang Diberi Ekstrak Rimpang
Lempuyang Gajah (Zingiber Zerumbet) sebagai Imbuhan Pakan pada Air
Minum

Perlakuan
Berat hidup dan
P0 P1 P2 P3
karkas
Berat Hidup (gr) 1474,00±55,61 1503,00±78,63 1419,00±190,37 1548,00±168,66

Berat Karkas (gr) 1109,00±45,47 1121,00±79,64 1064,00±161,03 1158,80±111,41

Persentase karkas (%) 75,23±1,09 74,53±1,91 74,83±2,21 74,85±2,06

Keterangan : P0 (air minum kontrol tanpa penambahan ekstrak lempuyang), P1 (air minum + 0.025%
ekstrak lempuyang), P2 (air minum + 0.050% ekstrak lempuyang), P3 (air minum + 0.075%
ekstrak lempuyang)

Hasil sidik ragam (Lampiran 2) memperlihatkan bahwa, pemberian ekstrak


rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) sebagai imbuhan pakan pada air minum
ayam broiler tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat karkas ayam broiler umur 7
minggu. Berat karkas ayam broiler dari semua perlakuan tidak jauh berbeda, yaitu berkisar
1064,00-1158,00 gram/ekor. Hal ini menunjukkan bahwa campuran ekstrak rimpang
lempuyang gajah pada air minum hingga taraf 0,075 % belum mampu meningkatkan berat

19
karkas ayam broiler secara nyata. Hasil penelitian ini serupa laporan Indaryati et al. (2013)
pada pemberian sari lempuyang gajah hingga 4 ml/kg pakan belum mampu meningkatkan
berat badan ayam kampung, meskipun cenderung ada peningkatan pada pemberian sari
lempuyang gajah sebayak 2 ml/kg pakan.
Tabel 3. memperlihatkan bahwa berat hidup broiler dengan penambahan ekstrak
lempuyang gajah pada air minum berbanding lurus dengan berat karkas yang dihasilkan.
Hal ini menjelaskan bahwa, meskipun pemberian ekstrak lempuyang gajah dalam ransum
dapat meningkatkan kecernaan nutrien dalam saluran pencernaan termasuk protein, namun

20
12

sintesis protein untuk pertumbuhan selain dipengaruhi oleh ketersediaan energi, jumlah
pakan yang dikonsumsi dan imbangan energi protein, juga dipengaruhi oleh nitrogen yang
diserap (Anggorodi, 1990). Pada penelitian ini jumlah nitrogen yang diserap dan energi
relatif sama karena kandungan nutrisi ransum dan konsumsinya tidak berbeda nyata,
sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan karkas ayam pedaging juga relatif sama.
Faktor penunjang terpenting terhadap produksi pada ayam broiler adalah kecernaan
bahan pakan di dalam saluran pencernaan, seperti kecernaan protein kasar dan retensi
nitrogen. Kecernaan merupakan banyaknya nutrien dari pakan yang tidak dikeluarkan
melalui feses atau bagian pakan yang hilang dari makanan setelah proses pencernaan dan
penyerapan (Ranhjan, 1980). Meningkatnya kecernaan zat-zat makanan dalam saluran
pencernaan disebabkan karena bau dan rasa yang dihasilkan oleh minyak atsiri yang
terkandung di dalam rimpang lempuyang gajah mampu menstimulan sistem saraf pusat
yang mengakibatkan meningkatnya nafsu makan dan konsumsi zat-zat makanan, selain itu
minyak atsiri juga menstimulan produksi cairan pencernaan yang menghasilkanhpH yang
sesuai untuk enzim pencernaan. Pada waktu yang bersamaan, terjadi peningkatannaktivitas
enzim pencernaan dan pengaturan aktivitas mikroba (Majalah Infovet, 2007)
Namun demikian, lempuyang gajah memiliki rasa yang cukup pahit, pedas, dan
juga mempunyai bau yang spesifik, mengakibatkan konsumsi minum ayam semakin
menurun seiring bertambahnya level pemberian ekstrak lempuyang gajah di dalam minum
ayam, karena menurut Appleby et al. (1992), ayam tidak menyukai makanan dan minuman
yang terasa pahit. Turunnya konsumsi air minum seiring peningkatan level pemberian
ekstrak lempuyang gajah dalam air minum menyebabkan minyak atsiri yang terkandung di
dalamnya tidak mampu bekerja secara optimal di dalam saluran pencernaan, sehingga berat
badan juga tidak meningkat secara nyata.
Meskipun hasil sidik ragam menunjukkan berat karkas ayam broiler tidak nyata
antar perlakuan, pemberian ekstrak rimpang lempuyang gajah pada dosis 0,075%
menghasilkan berat karkas tertinggi yaitu 1548,00 kg/ekor. Masih termasuk keluarga
Zingiberaceae, dilaporkan bahwa penambahan jahe dalam ransum juga tidak
menyebabkan perbedaan karakteristik karkas yang signifikan (Onu, 2010). Hasil
sebaliknya dilaporkan oleh Alfian et al. (2015) yang mendapatkan bahwa, kombinasi
pemberian tepung lempuyang dan tepung kunyit pada pakan ayam broiler dengan level
pemberian masing-masing 4,5% dan 0,5% berpengaruh positif terhadap konsumsi pakan
dan menghasilkan pertumbuhan yang optimal.
13

Hasil sidik ragam (Lampiran 3) memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak rimpang


lempuyang gajah sebagai imbuhan pakan pada air minum ayam broiler tidak berpengaruh
nyata (P>0,05) terhadap presentase karkas broiler pada umur 7 minggu. Hal ini serupa
dengan pernyataan Nita et al. (2015) bahwa, semakin tinggi protein yang terkandung
dalam pakan, maka semakin tinggi pula berat karkas yang didapat. Jumlah konsumsi pakan
ayam secara keseluruhan tidak terlalu berbeda, sehingga persentase karkas juga
menunjukkan hasil yang sama karena persentase karkas selalu mengikuti berat karkas.
Murtidjo (2003) menjelaskan, persentase karkas ditentukan oleh besarnya bagian tubuh
yang terbuang (nonkarkas) seperti kepala, leher, kaki, jeroan, bulu, dan darah. Meskipun
demikian, ayam-ayam dari semua perlakuan memiliki persentase karkas yang tinggi
(74,53‒75,23%), dan memenuhi standar persentase berat karkas ayam yang normal, yaitu
berkisar 65‒75% dari berat hidup pada waktu siap dipotong (Jull, 1992; Murtidjo, 2003).

4.2. Berat dan Persentase Potongan Karkas Ayam Broiler


Karkas ayam broiler dapat dibagi dan disediakan dalam bentuk utuh maupun dalam
bentuk potongan-potongan karkas. Potongan komponen karkas berbeda di setiap tempat
sesuai dengan permintaan masyarakat dalam memilih potongan karkas yang digemari.
Secara umum potongan karkas dapat di bagi menjadi empat bagian yang terdiri dari dada,
sayap, paha, dan punggung. Berat dan persentase potongan karkas ayam broiler yang diberi
ekstrak rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) sebagai imbuhan pakan pada air
minum di akhir masa pemeliharaan selama 49 hari (7 minggu) diperlihatkan pada Tabel 4.
14

Tabel 3. Berat dan Persentase Potongan Karkas Ayam Broiler yang Diberi Ekstrak
Rimpang Lempuyang Gajah (Zingiber Zerumbet) sebagai Imbuhan Pakan pada
Air Minum

Perlakuan
Potongan karkas P0 P1 P2 P3
Dada
Berat dada (gr) 376,00±32,48 399,00±37,98 379,00±66,56 426,00±53,67
Persentase dada (%) 33,87±2,11 35,57±1,81 35,55±2,42 36,78±2,06

Sayap
Berat sayap (gr) 122,00±8,37 124,00±10,84 113,00±8,37 119,00±14,75
Persentase sayap (%) 11,01±0,37 11,06±0,69 10,72±0,99 11,12±0,81
Paha
Berat paha (gr) 329,00±24,08 352,00±42,81 382,00±55,07 339,00±30,90
Persentase paha (%) 29,56±1,56 31,34±2,09 30,78±0,94 29,27±0,75
Punggung
Berat punggung (gr) 267,00±35,64 235,00±13,23 228,00±22,53 286,00±52,25
Persentase punggung 24,10±3,24 21,03±1,68 22,62±3,60 24,84±4,99
(%)
Keterangan : P0 (air minum kontrol tanpa penambahan ekstrak lempuyang), P1 (air minum + 0.025%
ekstrak lempuyang), P2 (air minum + 0.050% ekstrak lempuyang), P3 (air minum + 0.075%
ekstrak lempuyang)

Hasil sidik ragam (Lampiran 4,5,6 dan 7) memperlihatkan bahwa, pemberian ekstrak
rimpang lempuyang gajah sebagai imbuhan pakan pada air minum tidak berpengaruh
nyata (P>0,05) terhadap berat potongan karkas (dada, sayap, paha dan punggung) ayam
broiler yang diteliti. Hal ini disebabkan rataan berat karkas ayam broiler tidak berbeda
nyata antar perlakuan. Sesuai dengan pendapat Hidayat (2015), berat bagian-bagian karkas
secara langsung berkaitan dengan berat karkas. Selain itu, ayam broiler yang diberi
ekstrak lempuyang gajah sebagai imbuhan pakan pada air minum mampu mempertahankan
berat badannya karena kandungan nutrisi ransum dan konsumsi air minum pada penelitian
ini masih mencukupi kebutuhan ternak untuk pertumbuhannya, sehingga karkas yang
dihasilkan juga tidak berbeda jauh.
Hasil yang sama juga didapat pada penelitian Sukma (2018), bahwa pemberian sari
rimpang lempuyang gajah sebagai imbuhan pakan pada air minum tidak berpengaruh
nyata (P>0,05) terhadap berat beberapa potongan karkas (dada, sayap, punggung) ayam
petelur jantan yang diteliti. Namun pemberian sari lempuyang gajah sebesar 3% dan 6%
dalam air minum dilaporkan dapat meningkatkan berat paha ayam secara nyata (P<0,05)
hingga 9,5-9,9%. Pada penelitian ini, meskipun tidak berbeda secara statistik dibanding
kontrol, pemberian ekstrak rimpang lempuyang gajah sebagai imbuhan pakan pada air
15

minum ayam broiler juga memperlihatkan kenaikan berat yang cukup berarti pada
potongan komersil, yaitu paha (perlakuan P2) hingga 16,1%, dan dada (perlakuan P3)
hingga 13,3%.

4.3. Berat dan Persentase Giblet Ayam broiler


Giblet adalah hasil sampingan atau hasil ikutan ayam broiler yang masih bisa
dimanfaatkan atau dimakan yang terdiri atas hati, rempela, dan jantung. Ketika ransum
masuk ke dalam tubuh, ayam akan meningkatkan kemampuan metabolismenya untuk
mencerna serat kasar sehingga meningkatkan ukuran rempela, hati dan juga jantung. Berat
dan presentase potongan giblet ayam broiler yang diberikan ekstrak rimpang lempuyang
gajah (Zingiber zerumbet) sebagai imbuhan pakan pada air minum di akhir masa
pemeliharaan selama 45 hari (7 minggu) diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 4. Berat dan Persentase Potongan Giblet Ayam Petelur Jantan yang Diberi Rimpang
Lempuyang Gajah (Zingiber Zerumbet) sebagai Imbuhan Pakan pada Air Minum

Penggunaan ekstrak rimpang lempuyang gajah


P0 P1 P2 P3
Giblet (Giblets)
Rempela
Berat rempela (gr) 30,00±6,12 28,00±4,88 26,26±3,70 28,73±4,80
Persentase rempela 2,03±0,40 1,86±0,31 1,85±0,11 1,85±0,24
(%)
Jantung
Berat jantung (gr) 6,28±0,97 6,62±0,87 6,54±1,18 6,84±1,15
Persentase jantung 0,42±0,07 0,44±0,06 0,46±0,12 0,41±0,03
(%)
Hati
Berat hati (gr) 26,00±4,18 25,42±3,43 27,13±3,15 28,70±6,07
Persentase hati (%) 1,76±0,30 1,67±0,23 1,93±0,28 1,85±0,36
Keterangan : P0 (air minum kontrol tanpa penambahan ekstrak lempuyang), P1 (air minum + 0.025%
ekstrak lempuyang), P2 (air minum + 0.050% ekstrak lempuyang), P3 (air minum + 0.075%
ekstrak lempuyang)

Hasil sidik ragam (Lampiran 12,13,14,15,16 dan 17) menujukkan bahwa


penambahan ekstrak lempuyang gajah sebagai imbuhan pakan dalam air minum tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat dan persentase giblet (rempela, jantung dan
hati) ayam broiler. Berat rempela dipengaruhi oleh kadar serat kasar ransum. Semakin
tingginya kadar serat ransum, maka aktivitas yang terjadi di dalam rempela juga semakin
16

meningkat, akibatnya urat daging rempela akan lebih tebal sehingga beratnya juga semakin
besar.
Selain itu, berat rempela dipengaruhi oleh umur, berat badan dan makanan. Fungsi
rempela adalah menggiling atau memecah partikel makanan menjadi lebih kecil (Pond et
al., 1995). Pada Tabel 5 terlihat bahwa persentase rempela ayam broiler tidak berbeda
nyata (P>0,05), hal ini menunjukkan pemberian ekstrak lempuyang gajah (Zingiber
zerumbet) tidak menyebabkan peningkatan kadar serat kasar ransum yang meningkatkan
kerja rempela. Persentase rempela pada penelitian ini masih dalam kisaran normal yaitu
1,85-2,03% dari berat hidup, sesuai dengan pendapat Putnam (1991) bahwa berat rempela
yang normal adalah 1,6-2,3% dari berat hidup.
Putnam (1991) menyatakan bahwa, persentase berat jantung ayam broiler sekitar
0,42-0,7% dari berat hidup. Pada penelitian ini, berat dan persentase jantung ayam broiler
tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan, rata-rata berat jantung berkisar antara 6,28-
6,62 g, dengan persentase 0,41-0,46%. Pada penelitian ini juga tidak ditemukan kelainan
bentuk jantung pada ayam broiler, yang menandakan bahwa ekstrak lempuyang gajah
yang ditambahkan hingga 0,075% ke dalam air minum ayam broiler tidak bersifat toksik
atau mengandung zat antinutrisi. Frandson (1992) menambahkan bahwa, jantung ayam
broiler sangat peka terhadap racun dan zat antinutrisi, akumulasi racun dan zat anti nutrisi
dapat berpengaruh terhadap ukuran jantung ayam broiler.
Nickel et al. (1997) menyatakan bahwa ukuran, berat, konsistensi dan warna hati
tergantung dari bangsa, umur dan status nutrisi individu ternak. Pada penelitian ini, berat
dan persentase hati ayam broiler tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemberian ekstrak rimpang lempuyang gajah tidak bersifat toksik
dan tidak menganggu kinerja hati sehingga aman untuk ayam. Menurut Mclelland (1990)
hati yang normal berwarna kemerahan atau coklat terang, dan apabila terjadi keracunan
warna hati akan menjadi kuning. Hal ini senada dengan pendapat Hidayat (2015) bahwa
fungsi hati salah satunya adalah detoksifikasi, yaitu menetralisisr racun atau zat-zat
berbahaya di dalam tubuh.

KESIMPULAN
17

Anda mungkin juga menyukai