Pedoman Ilmiah - Narrative Dan Systematic Review
Pedoman Ilmiah - Narrative Dan Systematic Review
2.1 Pendahuluan
Tinjauan kepustakaan (narrative literature review) adalah artikel publikasi yang
menggambarkan dan membahas tentang keilmuan dari suatu topik/tema tertentu dari sudut
pandang teoritis dan kontekstual. Tinjauan kepustakaan (TK) ditujukan untuk mengidentifikasi dan
meringkas apa yang telah diterbitkan sebelumnya, menghindari duplikasi, dan mengidentifikasi
area/bidang studi baru yang belum ditangani terkait topik tertentu. Ulasan yang dilakukan akan
menyediakan sintesis literatur tentang suatu topik dan menggambarkan keadaan terkininya, dimana
hal ini penting dan berguna untuk merancang studi atau mengembangkan pedoman praktik.
Berbeda dengan tinjauan sistematis, TK tidak memiliki panduan khusus dalam
penyusunanya. Jenis artikel ilmiah ini tidak mencantumkan jenis basis data dan/atau kriteria evaluasi
penyertaan artikel yang digunakan sebagai basis data dan pendekatan metodologis yang digunakan
untuk melakukan tinjauan. Tinjauan pustaka naratif merupakan analisis kritis terhadap berbagai
literatur yang diterbitkan dalam buku dan artikel jurnal elektronik terkait suatu topik tertentu.
Subjektivitas dalam pemilihan basis data (berupa studi/artikel/literatur) adalah kelemahan utama
dari tinjauan kepustakaan yang berpotensi mengarah pada bias.
Artikel tinjauan pustaka naratif memiliki peran penting dalam konsep pendidikan
berkelanjutan karena memberikan kompilasi pengetahuan dan keilmuan terkini kepada pembaca
terkait topik atau tema tertentu. Akan tetapi, karena jenis tinjauan ini tidak menjelaskan pendekatan
metodologis yang digunakan, sehingga dinilai ‘menutup peluang’ reproduksi data atau menjawab
pertanyaan penelitian kuantitatif tertentu. Tinjauan kepustakaan biasanya disusun menggunakan
pendekatan kualitatif dengan pembagian kerangka subbab sebagai berikut: Pendahuluan,
Pengembangan (menggunakan sub-judul yang diperlukan untuk membagi dan mendiskusikan topik
dengan tepat), Kesimpulan, dan Referensi.
1. Judul (title)
Judul artikel harus menarik dan menggambarkan dengan jelas topik yang diulas dalam
tinjauan kepustakaan. Pencantuman kata-kata “tinjauan literatur” dalam judul juga
bermanfaat bagi pembaca untuk memperjelas desain penelitian apa yang digunakan. Judul
yang baik akan dapat langsung mengarahkan pembaca pada topik utama dan tahu bahwa
artikel berisi sintesis dari berbagai publikasi sebelumnya terkait topik tersebut.
Contoh:
Judul yang baik: Injuries Associated with Soccer: A Review of Epidemiology and Etiology
Judul yang buruk: The Epidemiolgy of Soccer Injuries
Judul ini kurang baik karena seolah-olah menunjukkan bahwa studi berbasis populasi
dilakukan untuk menentukan jenis dan frekuensi cedera sepak bola. Hal ini akan
menyesatkan pembaca, karena artikel tersebut merupakan sebuah tinjauan
kepustakaan sebagai hasil sintesis dari berbagai literatur.
2. Abstrak (abstract)
Abstrak adalah ringkasan terstruktur dari artikel yang menawarkan pembaca presentasi
singkat dari tinjauan dan menghubungkan informasi yang paling penting. Abstrak dan judul
dimasukkan ke dalam database komputer dan sistem pengindeksan, dan sangat penting bagi
mereka yang melakukan pencarian literatur. Abstrak yang ditulis dengan baik
memungkinkan orang mencari literatur untuk menemukan informasi dalam pencarian
mereka dan membedakan apakah mereka harus menggunakan artikel tersebut atau tidak.
Abstrak yang ditulis tidak lebih dari 250 kata.
Abstrak harus ditulis dalam format terstruktur untuk memastikan bahwa semua informasi
yang diperlukan oleh pembaca bisa ditampilkan. Subbagian abstrak dari tinjauan
kepustakaan biasanya terdiri dari:
Tujuan: berisi pernyataan yang jelas tentang tujuan dari tulisan
Latar belakang: berisi hal yang mendorong suatu tinjauan disusun dan menyajikan
secara singkat konteks yang dibahas
Diskusi: penjelasan informasi yang disajikan dalam tinjauan kepustakaan
Kesimpulan: berisi ringkasan dari ulasan dalam tinjauan kepustakaan dan kesimpulan
baru yang dapat ditarik dari hasil sintesis literatur yang ditelaah
Kata kunci: berisi kata-kata penting yang menjadi kerangka utama dalam topik yg diulas
dalam tinjauan kepustakaan. Sebaiknya kata kunci disusun menggunakan istilah yang
ditemukan dalam database Index Medicus, disebut Medical Subheadings (MeSH). MeSH
dapat ditemukan di halaman beranda PubMed (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/mesh).
3. Pendahuluan (introduction)
Di awal pendahuluan, penulis harus menyatakan dengan jelas tujuan atau fokus dari
pembahasan yang diangkat dalam tinjauan kepustakaan yang dibuat. Tujuan yang
dinyatakan dengan jelas akan memberi tahu pembaca bahwa ulasan dibuat dengan
perencanaan yang baik dan menyajikan informasi yang berguna. Selanjutnya, penulis harus
memaparkan besarnya kebutuhan atau pentingnya ulasan terkait topik ini dibuat, untuk
menghubungkan pentingnya penelitian ini kepada pembaca. Untuk dapat menyampaikan hal
ini, penulis diharuskan telah melakukan telaah pada literatur-literatur sebelumnya terkait
topik tersebut dan menemukan kekurangan dari tinjauan literatur yang telah ada
sebelumnya.
Penulis dapat menggunakan hasil pencarian literatur persiapan mereka yang dibahas
sebelumnya serta bacaan lebih lanjut yang diungkapkan selama melakukan tinjauan literatur
formal, yang dijelaskan kemudian, untuk tujuan ini. Informasi ini harus ditulis dalam
pendahuluan untuk menyatakan mengapa penelitian itu penting dan menempatkannya
dalam konteks dengan informasi lain yang dipublikasikan.
Sub Topik:
a. The spectrum of NAFLD
b. Liver immune landscape at steady state
c. Immune modulation of NASH pathogenesis
d. Therapeutic prospects of NASH according to the immune regulations
Contoh sub topik yang kurang tepat:
a. Definisi Non-Alcoholic Steatohepatitis
Alasan: topik terkait definisi ini terlalu umum untuk dibahas, disarankan untuk menampilkan
definisi dari suatu penyakit dapat dijelaskan pada saat bagian pendahuluan dengan
menunjukkan gambaran penyakit secara umum.
b. Patofisiologi NAFLD
Alasan: topik untuk menampilkan patofisiologi ini terlalu umum, karena judul yang akan
dibahas mengenai sistem imun pada NAFLD maka sebaiknya patofisiologi yang ditampilkan
langsung secara spesifik mengenai peran sistem imun pada patofisiologi NAFLD.
c. Terapi NAFLD
Alasan: topik terapi ini terlalu umum sehingga disarankan untuk menampilkan terapi yang
berperan pada peran sistem imun pada patogenesis NAFLD agar topik yang dibahas spesifik.
5. Kesimpulan (conclusion)
Kesimpulan sebaiknya menampilkan ringkasan dari hasil temuan pada telaah literatur yang
telah dicari. Penulis juga diharapkan dapat menjelaskan analisisnya terhadap hasil telaah
literatur yang telah dilakukan. Kesimpulan juga berisikan mengenai pernyataan apakah
terdapat komponen yang masih menjadi kelemahan maupun kelebihan dari tinjauan
kepustakaan yang telah disusun. Dengan demikian, penulis dapat menyampaikan apakah
terdapat kemungkinan penelitian yang dapat dilakukan untuk menutupi kekurangan
tersebut.
3.1 Pendahuluan
Sebagai seorang dokter, guru yang paling utama dalam proses pembelajaran
seorang dokter adalah pasien. Oleh karena itu, penulisan laporan kasus ini dilakukan sebagai
proses pembelajaran yang didokumentasikan oleh seorang dokter dan dapat dibagikan
kepada dokter lainnya untuk meningkatkan pengetahuan maupun kemampuan dokter.
Penulisan laporan kasus ini sendiri dapat berupa laporan detail dari temuan klinis,
perjalanan penyakit, maupun prognosis dari seorang pasien yang perlu ditelaah secara
ilmiah menggunakan literatur atau hasil penelitian yang telah ada sebelumnya. Sumber
untuk melakukan penulisan laporan kasus ini dapat berupa hasil temuan pada kegiatan klinis
sehari-hari. Oleh karena itu, seorang dokter dapat menjadi lebih teliti dan kritis dalam
menemukan kasus yang berpotensi untuk dilaporkan sebagai laporan kasus.
Untuk melakukan penulisan laporan kasus, kasus apapun yang ditemukan pada
praktek klinis sehari-hari tentu saja dapat dilaporkan. Meskipun demikian, perlu sudut
pandang yang berbeda dalam melakukan pelaporan sehingga laporan kasus yang dilaporkan
memiliki nilai ilmiah yang baik dalam dipublikasikan. Berikut ini adalah beberapa contoh
kriteria kasus yang dapat disusun:
1. Manifestasi penyakit yang tidak umum didapatkan
2. Efek samping pengobatan yang tidak umum
3. Interaksi obat yang mengakibatkan efek samping pada suatu penyakit
4. Kasus yang jarang
5. Variasi penyakit yang baru
6. Diagnosis dan manajemen penyakit yang baru atau emerging diseases
7. Problem untuk mendiagnosis suatu penyakit
1. Judul
Judul merupakan bagian yang pertama kali dilihat oleh pembaca sehingga judul sebaiknya
harus relevan, informatif, deskriptif, dan sesuai dengan isi laporan kasus yang akan
dituliskan. Judul sebaiknya tidak lebih dari 18 kata. Judul laporan kasus sebaiknya tidak
menggunakan kata-kata yang ambigu, memiliki arti ganda, atau menggunakan kata yang
tidak mengandung makna. Disarankan untuk menambahkan kata “Laporan Kasus atau Case
Report” pada judul untuk memudahkan pembaca.
Contoh Judul:
A Case Report of Peritoneal Tuberculosis: A Challenging Diagnosis.
Pada contoh judul tersebut ditampilkan bahwa penulis ingin mengangkat suatu
permasalahan dalam mendiagnosis kasus tuberkulosis peritonitis yang merupakan kasus
yang sulit terdiagnosis. Judul juga ditampilkan cukup singkat dan jelas dimana pembaca
sudah memahami makna dari isi makalah tersebut secara sekilas.
2. Abstrak
Abstrak merupakan suatu ringkasan dari naskah yang ditulis dalam
3. Kata Kunci
BAB 4
FORMAT PENULISAN ARTIKEL TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN LAPORAN KASUS
4.5 Tabel
a. Tabel harus diberi identitas berupa nomor dan judul tabel yang ditempatkan di atas tabel.
Kata ‘Tabel’ ditulis di pinggir kiri diikuti nomor dan judul tabel.
b. Judul tabel ditulis dengan huruf kapital pada huruf pertama setiap kata (kecuali kata
hubung) tanpa diakhiri tanda titik, menggunakan font Arial ukuran 11 pt dengan format
tebal (Bold).
c. Apabila judul tabel lebih dari satu baris, maka diberikan jarak satu spasi (tunggal).
d. Nomor tabel ditulis dengan angka Arab urut sesuai dari kemunculannya pada makalah,
nomor urut tabel dimulai dari nomor 1.
e. Kolom dan deskripsi tentang ukuran/unit data harus dicantumkan. Jika terdapat istilah-
istilah seperti nomor, persen, frekuensi, dituliskan dalam bentuk singkatan/lambang (No,, %,
dan f).
f. Tabel tidak boleh dipenggal, kecuali jika memang panjang sehingga tidak mungkin disajikan
dalam satu halaman. Pada halaman lanjutan tabel, dicantumkan nomor tabel dan kata
"Lanjutan", tanpa judul.
g. Isi/data tabel yang tidak cukup ditampilkan dalam satu halaman dapat ditulis dengan huruf
Arial ukuran font minimal 9 pt, dengan menggunakan spasi 1 (tunggal) atau satu setengah
spasi.
h. Garis paling atas dari tabel diletakkan dengan jarak 3 spasi di bawah identitas tabel.
i. Garis horisontal digunakan jika dipandang lebih mempermudah pembacaan tabel, tetapi
garis vertikal di bagian kiri, tengah dan kanan tabel tidak diperlukan.
j. Apabila ada keterangan dari tabel (misalnya deskripsi dari istilah-istilah di dalam tabel),
dituliskan dibawah tabel sebelah kiri dengan font lebih kecil dari huruf di dalam tabel
(ukuran font minimal 9 pt), dengan jarak 1 (satu) spasi.
k. Tabel yang dikutip dari sumber lain wajib diberi keterangan sitasi nama akhir penulis, tahun
publikasi, dan nomor halaman tabel asli. Keterangan tersebut ditulis di bawah tabel dengan
jarak satu setengah atau dua spasi dari garis horisontal terbawah.
4.6 Gambar
Istilah gambar meliputi foto, grafik, chart, peta, sketsa, diagram dan bagan. Gambar
menyajikan hasil analisis dalam bentuk visual yang mudah dipahami. Beberapa pedoman penyajian
gambar adalah sebagai berikut :
a. Gambar harus diberi identitas berupa nomor dan judul gambar yang ditempatkan di bawah
gambar (bukan di atasnya).
b. Judul gambar ditulis dengan huruf kapital pada huruf pertama setiap kata (kecuali kata
hubung) tanpa diakhiri tanda titik, menggunakan font Arial ukuran 11 pt dengan format
tebal (Bold).
l. Nomor gambar ditulis dengan angka Arab berurutan sesuai dengan kemunculannya pada
makalah nomor urut gambar dimulai dari nomor 1.
c. Bila gambar dikutip dari sumber tertentu, wajib disebutkan sumber rujukannya dengan
format nama penulis, tahun publikasi. Keterangan sumber rujukan diletakkan setelah judul
gambar.
d. Penyebutan adanya gambar harus diletakkan pada teks sebelum gambar. Penulisan gambar
di dalam teks naskah menggunakan kata ‘Gambar’ diikuti angka sesuai dengan penomoran
gambar.
e. Gambar yang memakan tempat lebih dari setengah halaman harus ditempatkan pada
halaman tersendiri.
f. Pada penyajian gambar, perlu dilengkapi pula dengan keterangan gambar yang berisi
deskripsi singkat tentang gambar tersebut. Keterangan gambar diletakkan dibawah judul
gambar, dengan font Arial ukuran minimal 9 pt.
b. Tanda kutip (“…”) dan tanda kurung ( ) diketik rapat dengan huruf dari kata atau frasa yang
diapit.
Tidak Baku Baku
Kelima kelompok " sepadan ” Kelima kelompok "sepadan”
Tes dianggap baku ( standardized ) Tes dianggap baku (standardized)
c. Tanda hubung (-), dan garis miring (/) diketik rapat dengan huruf yang mendahului dan
mengikutinya.
Tidak Baku Baku
Tidak berbelit – belit Tidak berbelit-belit
Dia tidak / belum mengaku Dia tidak/belum mengaku
d. Tanda sama dengan (=), lebih besar (>), lebih kecil (<), tambah (+), kurang kaii (X), dan bagi
(:) diketik dengan spasi satu ketukan sebelum dan sesudahnya
Tidak Baku Baku
p=0,05 p = 0,05
p>0,01 p > 0,01
p<0,01 p < 0,01
a+b=c a+b=c
4.9 Kutipan dan Sitasi
Kutipan pustaka yang disajikan dalam naskah tinjauan kepustakaan ataupun laporan kasus
ditulis dengan cara Vancouver. Dengan beberapa pedoman sebagai berikut
a. Pengutipan dilakukan dengan menggunakan angka sesuai dengan kemunculan pertama di
dalam artikel. Angka dimasukkan ke dalam tanda bracket atau tanda kurung. Penulisan sitasi
diletakkan satu ketuk setelah huruf terakhir, dan sebelum tanda baca.
Contoh:
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit [1].
b. Kutipan dari dua sumber yang ditulis oleh penulis yang berbeda, sitasi dicantumkan dalam
satu tanda kurung dengan pemisah tanda koma (,). Urutan sitasi diurutkan dari yang
kemunculan lebih awal terlebih dahulu.
Contoh:
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit [2,3].
c. Kutipan dari lebih dari dua sumber yang ditulis penulis yang berbeda, penulisan sitasi
dituliskan dengan tanda hubung (-) apabila angka referensinya berurutan. Akan tetapi,
apabila angka referensinya tidak berurutan, penulisan sitasi dipisahkan dengan tanda koma
(,).
Contoh:
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit [2, 6-9].