Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

PEDOMAN PENULISAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN (NARRATIVE LITERATURE REVIEW)

2.1 Pendahuluan
Tinjauan kepustakaan (narrative literature review) adalah artikel publikasi yang
menggambarkan dan membahas tentang keilmuan dari suatu topik/tema tertentu dari sudut
pandang teoritis dan kontekstual. Tinjauan kepustakaan (TK) ditujukan untuk mengidentifikasi dan
meringkas apa yang telah diterbitkan sebelumnya, menghindari duplikasi, dan mengidentifikasi
area/bidang studi baru yang belum ditangani terkait topik tertentu. Ulasan yang dilakukan akan
menyediakan sintesis literatur tentang suatu topik dan menggambarkan keadaan terkininya, dimana
hal ini penting dan berguna untuk merancang studi atau mengembangkan pedoman praktik.
Berbeda dengan tinjauan sistematis, TK tidak memiliki panduan khusus dalam
penyusunanya. Jenis artikel ilmiah ini tidak mencantumkan jenis basis data dan/atau kriteria evaluasi
penyertaan artikel yang digunakan sebagai basis data dan pendekatan metodologis yang digunakan
untuk melakukan tinjauan. Tinjauan pustaka naratif merupakan analisis kritis terhadap berbagai
literatur yang diterbitkan dalam buku dan artikel jurnal elektronik terkait suatu topik tertentu.
Subjektivitas dalam pemilihan basis data (berupa studi/artikel/literatur) adalah kelemahan utama
dari tinjauan kepustakaan yang berpotensi mengarah pada bias.
Artikel tinjauan pustaka naratif memiliki peran penting dalam konsep pendidikan
berkelanjutan karena memberikan kompilasi pengetahuan dan keilmuan terkini kepada pembaca
terkait topik atau tema tertentu. Akan tetapi, karena jenis tinjauan ini tidak menjelaskan pendekatan
metodologis yang digunakan, sehingga dinilai ‘menutup peluang’ reproduksi data atau menjawab
pertanyaan penelitian kuantitatif tertentu. Tinjauan kepustakaan biasanya disusun menggunakan
pendekatan kualitatif dengan pembagian kerangka subbab sebagai berikut: Pendahuluan,
Pengembangan (menggunakan sub-judul yang diperlukan untuk membagi dan mendiskusikan topik
dengan tepat), Kesimpulan, dan Referensi.

2.2 Struktur Artikel Tinjauan Kepustakaan


Penyajian tinjauan kepustakaan naratif harus seobjektif mungkin. Penting bagi calon penulis
untuk mengingat bahwa tujuan dari penyusunan suatu tinjauan kepustakaan adalah
menggambarkan dan mensintesis data dari berbagai literatur yang tersedia terkait suatu topik, serta
memberikan kesimpulan dari bukti-bukti yang ada. Elemen-elemen dasar yang dibutuhkan dalam
suatu tinjauan kepustakaan tidak jauh berbeda dengan artikel ilmiah lainnya. Struktur komponen
dalam suatu tinjauan kepustakaan naratif (berdasarkan urutan tampilan) adalah sebagai berikut:
Judul
Identitas Penulis dan Afiliasi
Abstrak dan Kata Kunci
Pendahuluan
Bagian Inti / Pembahasan
Kesimpulan
Ucapan Terima Kasih
Deklarasi Konflik Kepentingan
Referensi

1. Judul (title)
Judul artikel harus menarik dan menggambarkan dengan jelas topik yang diulas dalam
tinjauan kepustakaan. Pencantuman kata-kata “tinjauan literatur” dalam judul juga
bermanfaat bagi pembaca untuk memperjelas desain penelitian apa yang digunakan. Judul
yang baik akan dapat langsung mengarahkan pembaca pada topik utama dan tahu bahwa
artikel berisi sintesis dari berbagai publikasi sebelumnya terkait topik tersebut.
Contoh:
 Judul yang baik: Injuries Associated with Soccer: A Review of Epidemiology and Etiology
 Judul yang buruk: The Epidemiolgy of Soccer Injuries
Judul ini kurang baik karena seolah-olah menunjukkan bahwa studi berbasis populasi
dilakukan untuk menentukan jenis dan frekuensi cedera sepak bola. Hal ini akan
menyesatkan pembaca, karena artikel tersebut merupakan sebuah tinjauan
kepustakaan sebagai hasil sintesis dari berbagai literatur.

2. Abstrak (abstract)
Abstrak adalah ringkasan terstruktur dari artikel yang menawarkan pembaca presentasi
singkat dari tinjauan dan menghubungkan informasi yang paling penting. Abstrak dan judul
dimasukkan ke dalam database komputer dan sistem pengindeksan, dan sangat penting bagi
mereka yang melakukan pencarian literatur. Abstrak yang ditulis dengan baik
memungkinkan orang mencari literatur untuk menemukan informasi dalam pencarian
mereka dan membedakan apakah mereka harus menggunakan artikel tersebut atau tidak.
Abstrak yang ditulis tidak lebih dari 250 kata.
Abstrak harus ditulis dalam format terstruktur untuk memastikan bahwa semua informasi
yang diperlukan oleh pembaca bisa ditampilkan. Subbagian abstrak dari tinjauan
kepustakaan biasanya terdiri dari:
 Tujuan: berisi pernyataan yang jelas tentang tujuan dari tulisan
 Latar belakang: berisi hal yang mendorong suatu tinjauan disusun dan menyajikan
secara singkat konteks yang dibahas
 Diskusi: penjelasan informasi yang disajikan dalam tinjauan kepustakaan
 Kesimpulan: berisi ringkasan dari ulasan dalam tinjauan kepustakaan dan kesimpulan
baru yang dapat ditarik dari hasil sintesis literatur yang ditelaah
 Kata kunci: berisi kata-kata penting yang menjadi kerangka utama dalam topik yg diulas
dalam tinjauan kepustakaan. Sebaiknya kata kunci disusun menggunakan istilah yang
ditemukan dalam database Index Medicus, disebut Medical Subheadings (MeSH). MeSH
dapat ditemukan di halaman beranda PubMed (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/mesh).

3. Pendahuluan (introduction)
Di awal pendahuluan, penulis harus menyatakan dengan jelas tujuan atau fokus dari
pembahasan yang diangkat dalam tinjauan kepustakaan yang dibuat. Tujuan yang
dinyatakan dengan jelas akan memberi tahu pembaca bahwa ulasan dibuat dengan
perencanaan yang baik dan menyajikan informasi yang berguna. Selanjutnya, penulis harus
memaparkan besarnya kebutuhan atau pentingnya ulasan terkait topik ini dibuat, untuk
menghubungkan pentingnya penelitian ini kepada pembaca. Untuk dapat menyampaikan hal
ini, penulis diharuskan telah melakukan telaah pada literatur-literatur sebelumnya terkait
topik tersebut dan menemukan kekurangan dari tinjauan literatur yang telah ada
sebelumnya.
Penulis dapat menggunakan hasil pencarian literatur persiapan mereka yang dibahas
sebelumnya serta bacaan lebih lanjut yang diungkapkan selama melakukan tinjauan literatur
formal, yang dijelaskan kemudian, untuk tujuan ini. Informasi ini harus ditulis dalam
pendahuluan untuk menyatakan mengapa penelitian itu penting dan menempatkannya
dalam konteks dengan informasi lain yang dipublikasikan.

4. Bagian Inti / Pembahasan (main body)


Bagian inti atau pembahasan merupakan bagian yang paling substansial dari suatu tinjauan
kepustakaan. Bagian ini harus menunjukkan dan mendiskusikan hasil temuannya dari
literatur. Terdapat beberapa poin utama yang perlu diketahui dalam menyusun bagian inti
dari suatu telaah literatur. Pertama, penyajian yang digunakan harus menggunakan bahasa
sendiri dari penulis dapat menyadur dari literatur namun tidak diperkenankan untuk
melakukan plagiasi dengan tata bahasa yang serupa. Kedua, hasil temuan yang didapatkan
dari literatur sebaiknya lebih dari satu referensi yang dikompilasikan dan dirangkum
menggunakan tata bahasa sendiri. Ketiga, gambar dan tabel juga dapat diperkenankan
digunakan untuk mensintesis data yang diperoleh dari hasil telaah literatur yang telah dicari
sebelumnya.
Penulisan bagian inti ini diharapkan dapat menggiring pembaca untuk dapat menerima
informasi dengan cukup mudah dan jelas, paling tidak mendapatkan gambaran utama yang
akan disajikan dalam makalah tersebut. Oleh karena itu, paragraf yang disusun sebaiknya
dapat ditampilkan dari konsep ide yang umum terlebih dahulu lalu topik dapat dikerucutkan
menjadi lebih khusus. Pengkerucutan tersebut dapat diperkaya dengan memberikan
informasi tambahan dari literatur yang telah dicari, menggunakan sitasi, atau memberikan
data faktual yang telah diolah secara lebih detail dengan bahasa yang mudah dipahami.
Paragraf yang disusun sebaiknya juga tidak hanya merangkum apa yang ada pada suatu
literatur, namun juga dapat menunjukkan hubungan antar paragraf ataupun topik yang
ditampilkan.
Dalam penulisan bagian inti tersebut, penulis sebaiknya membagi tulisannya ke dalam
beberapa sub topik yang dapat digunakan untuk mempermudah pembaca dalam memahami
tulisannya. Pembagian tersebut juga sebaiknya relevan dengan topik yang akan diangkat.
Upayakan untuk tidak membuat judul sub topik yang terlalu umum dan tidak sesuai dengan
judul makalah yang akan ditulis. Judul sub topik juga disarankan dibuat semenarik mungkin
sehingga menarik pembaca. Berikut ini adalah contoh sub topik yang terdapat pada bagian
inti suatu tinjauan kepustakaan:

Judul Tinjauan Kepustakaan:


Immune Cell-Mediated Features of Non-Alcoholic Steatohepatitis

Sub Topik:
a. The spectrum of NAFLD
b. Liver immune landscape at steady state
c. Immune modulation of NASH pathogenesis
d. Therapeutic prospects of NASH according to the immune regulations
Contoh sub topik yang kurang tepat:
a. Definisi Non-Alcoholic Steatohepatitis
Alasan: topik terkait definisi ini terlalu umum untuk dibahas, disarankan untuk menampilkan
definisi dari suatu penyakit dapat dijelaskan pada saat bagian pendahuluan dengan
menunjukkan gambaran penyakit secara umum.
b. Patofisiologi NAFLD
Alasan: topik untuk menampilkan patofisiologi ini terlalu umum, karena judul yang akan
dibahas mengenai sistem imun pada NAFLD maka sebaiknya patofisiologi yang ditampilkan
langsung secara spesifik mengenai peran sistem imun pada patofisiologi NAFLD.
c. Terapi NAFLD
Alasan: topik terapi ini terlalu umum sehingga disarankan untuk menampilkan terapi yang
berperan pada peran sistem imun pada patogenesis NAFLD agar topik yang dibahas spesifik.

5. Kesimpulan (conclusion)
Kesimpulan sebaiknya menampilkan ringkasan dari hasil temuan pada telaah literatur yang
telah dicari. Penulis juga diharapkan dapat menjelaskan analisisnya terhadap hasil telaah
literatur yang telah dilakukan. Kesimpulan juga berisikan mengenai pernyataan apakah
terdapat komponen yang masih menjadi kelemahan maupun kelebihan dari tinjauan
kepustakaan yang telah disusun. Dengan demikian, penulis dapat menyampaikan apakah
terdapat kemungkinan penelitian yang dapat dilakukan untuk menutupi kekurangan
tersebut.

6. Ucapan terima kasih (acknowledgements)


Ucapan terima kasih ditujukan kepada individu atau instansi yang turut membantu dalam
penyusunan tinjauan kepustakaan tersebut. Pihak yang diberikan ucapan tersebut bukan
merupakan penulis yang memiliki peran sebagai penulis dalam makalah ini. Penulis yang
memiliki peran dalam penulisan suatu artikel mengacu pada kriteria International
Committee of Medical Journal Editors (ICJME) yang memiliki peran penting dalam penulisan
artikel, meliputi: mengajukan konsep artikel, analisis data, interpretasi data, menyusun
makalah, ataupun melakukan pengecekan akhir terhadap makalah tersebut. Apabila individu
atau instansi tersebut tidak memenuhi kriteria penulis sesuai dengan ICJME tersebut,
mereka tidak berhak menjadi penulis sehingga cukup dicantumkan pada bagian ucapan
terima kasih ini.
7. Deklarasi Konflik Kepentingan (Competing Interest)
Setiap penulisan suatu artikel ilmiah sebaiknya dituliskan apakah terdapat konflik
kepentingan atau competing interest saat penyusunannya. Beberapa contoh konflik
kepentingan yang perlu dituliskan adalah adanya sponsor yang mendanai penulisan tersebut
atau pihak lain yang dapat dimungkinkan mempengaruhi objektivitas dari penulisan tinjauan
kepustakaan tersebut. Apabila tidak didapatkan konfilk kepentingan, maka penulis dapat
menuliskan “Tidak ada konflik kepentingan dalam penulisan tinjauan kepustakaan ini”.

8. Daftar Pustaka (references)


Tinjauan kepustakaan sebaiknya diikuti dengan daftar pustaka yang paling terbaru. Referensi
yang digunakan dapat diambil dari buku atau jurnal ilmiah yang sesuai dengan topik yang
sedang ditulis. Seluruh tulisan yang ditulis pada bagian isi tinjauan pustaka yang menyadur
dari suatu pustaka wajib diberikan sitasi dan semuanya dituliskan di dalam bagian referensi.
Referensi yang digunakan disarankan maksimal dalam 10 tahun terakhir.
BAB 3
PEDOMAN PENULISAN LAPORAN KASUS

3.1 Pendahuluan
Sebagai seorang dokter, guru yang paling utama dalam proses pembelajaran
seorang dokter adalah pasien. Oleh karena itu, penulisan laporan kasus ini dilakukan sebagai
proses pembelajaran yang didokumentasikan oleh seorang dokter dan dapat dibagikan
kepada dokter lainnya untuk meningkatkan pengetahuan maupun kemampuan dokter.
Penulisan laporan kasus ini sendiri dapat berupa laporan detail dari temuan klinis,
perjalanan penyakit, maupun prognosis dari seorang pasien yang perlu ditelaah secara
ilmiah menggunakan literatur atau hasil penelitian yang telah ada sebelumnya. Sumber
untuk melakukan penulisan laporan kasus ini dapat berupa hasil temuan pada kegiatan klinis
sehari-hari. Oleh karena itu, seorang dokter dapat menjadi lebih teliti dan kritis dalam
menemukan kasus yang berpotensi untuk dilaporkan sebagai laporan kasus.
Untuk melakukan penulisan laporan kasus, kasus apapun yang ditemukan pada
praktek klinis sehari-hari tentu saja dapat dilaporkan. Meskipun demikian, perlu sudut
pandang yang berbeda dalam melakukan pelaporan sehingga laporan kasus yang dilaporkan
memiliki nilai ilmiah yang baik dalam dipublikasikan. Berikut ini adalah beberapa contoh
kriteria kasus yang dapat disusun:
1. Manifestasi penyakit yang tidak umum didapatkan
2. Efek samping pengobatan yang tidak umum
3. Interaksi obat yang mengakibatkan efek samping pada suatu penyakit
4. Kasus yang jarang
5. Variasi penyakit yang baru
6. Diagnosis dan manajemen penyakit yang baru atau emerging diseases
7. Problem untuk mendiagnosis suatu penyakit

3.2 Struktur Artikel Laporan Kasus


Penulisan laporan kasus sebaiknya ditulis seobjektif mungkin, jelas, singkat, dan
fokus pada masalah yang akan diangkat. Secara umum, naskah laporan kasus hanya dibuat
maksimal sebanyak 1500 kata pada bagian inti (tidak termasuk abstrak dan referensi).
Struktur komponen dalam suatu makalah laporan kasus (berdasarkan urutan tampilan)
adalah sebagai berikut:
Judul
Identitas Penulis
Abstrak dan Kata Kunci
Pendahuluan
Presentasi Kasus
Pembahasan
Kesimpulan
Ucapan Terima Kasih
Deklarasi
Persetujuan Pasien
Referensi

1. Judul
Judul merupakan bagian yang pertama kali dilihat oleh pembaca sehingga judul sebaiknya
harus relevan, informatif, deskriptif, dan sesuai dengan isi laporan kasus yang akan
dituliskan. Judul sebaiknya tidak lebih dari 18 kata. Judul laporan kasus sebaiknya tidak
menggunakan kata-kata yang ambigu, memiliki arti ganda, atau menggunakan kata yang
tidak mengandung makna. Disarankan untuk menambahkan kata “Laporan Kasus atau Case
Report” pada judul untuk memudahkan pembaca.

Contoh Judul:
A Case Report of Peritoneal Tuberculosis: A Challenging Diagnosis.
Pada contoh judul tersebut ditampilkan bahwa penulis ingin mengangkat suatu
permasalahan dalam mendiagnosis kasus tuberkulosis peritonitis yang merupakan kasus
yang sulit terdiagnosis. Judul juga ditampilkan cukup singkat dan jelas dimana pembaca
sudah memahami makna dari isi makalah tersebut secara sekilas.

Contoh Judul yang Kurang Tepat:


Wanita 52 tahun dengan Peritonitis Tuberkulosis
Pada contoh judul tersebut tidak ditampilkan topik apa yang akan diangkat atau
permasalahan apa yang hendak difokuskan pada peritonitis tuberkulosis sehingga judul yang
ditampilkan masih belum mengerucut pada fokus permasalahannya.

2. Abstrak
Abstrak merupakan suatu ringkasan dari naskah yang ditulis dalam
3. Kata Kunci
BAB 4
FORMAT PENULISAN ARTIKEL TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN LAPORAN KASUS

4.1 Bahan dan Ukuran Kertas


Naskah dibuat di atas kertas HVS 80 g/m2 berwarna putih ukuran A4 (21 cm x 28 cm), dan
dicetak satu sisi halaman (tidak bolak-balik). Penulisan menggunakan perangkat lunak komputer
berkemampuan pengolah kata (word processor). Bidang penulisan diatur dengan penentuan batas-
batas pengetikan (ditinjau dari tepi kertas) sebagai berikut :
a. Tepi atas : 4 cm
b. Tepi bawah : 3 cm
c. Tepi kiri : 4 cm
d. Tepi kanan : 3 cm

4.2 Jenis dan Ukuran Huruf


a. Judul dituliskan dengan huruf kapital dengan jenis huruf Arial ukuran font 11 cpi (11
huruf/character per inch)
b. Naskah tinjuan pustaka diketik dengan huruf jenis Arial ukuran font 11 cpi (11
huruf/character per inch) atau 28-30 baris per halaman.
c. Keterangan gambar dan keterangan tabel, indeks, header, footer menggunakan ukuran font
9 cpi.
d. Penggunaan huruf normal, miring (italic), tebal (bold), dan garis-bawah (underline) adalah
sebagai berikut:
 Normal : digunakan untuk penulisan naskah, abstrak, kata-kata kunci, tabel, gambar,
bagan, catatan, lampiran
 Miring (italic) : digunakan untuk kata non-Indonesia (bahasa asing dan bahasa daerah),
istilah yang belum lazim, nama spesies dalam bahasa Latin,
 Tebal (bold) : digunakan untuk judul bab dan subbab
 Garis bawah (underline) : digunakan dalam hal-hal yang amat khusus

4.3 Jarak dan Spasi


a. Jarak antarbaris pada penulisan tinjauan pustaka diketik dengan spasi 1.5, kecuali
keterangan gambar, grafik, lampiran, tabel, dan daftar pustaka dicetak dengan spasi 1
(tunggal).
b. Jarak antarbaris pada abstrak ditulis dengan spasi 1.
c. Jarak subbab baru diketikkan turun 1 spasi (satu kali enter) dari batas kalimat sebelumnya.
d. Jarak antar paragraf sama dengan jarak antarbaris, yaitu 1.5 spasi.
e. Spasi antara dua kata tidak boleh terlalu renggang (maksimal sama dengan ukuran satu
huruf). Tepi kanan rata (full justification), dan diupayakan spasi antarkata cukup rapat. Agar
spasi antarkata cukup rapat, kata yang terletak di pinggir jika perlu diputus menurut suku
katanya dengan mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang baku.

4.4 Penomoran Halaman


Penomoran halaman mulai dari halaman awal hingga halaman akhir tinjauan kepustakaan
menggunakan format yang sama, yaitu menggunakan angka Arab yang ditempatkan pada bagian
kanan bawah halaman.

4.5 Tabel
a. Tabel harus diberi identitas berupa nomor dan judul tabel yang ditempatkan di atas tabel.
Kata ‘Tabel’ ditulis di pinggir kiri diikuti nomor dan judul tabel.
b. Judul tabel ditulis dengan huruf kapital pada huruf pertama setiap kata (kecuali kata
hubung) tanpa diakhiri tanda titik, menggunakan font Arial ukuran 11 pt dengan format
tebal (Bold).
c. Apabila judul tabel lebih dari satu baris, maka diberikan jarak satu spasi (tunggal).
d. Nomor tabel ditulis dengan angka Arab urut sesuai dari kemunculannya pada makalah,
nomor urut tabel dimulai dari nomor 1.
e. Kolom dan deskripsi tentang ukuran/unit data harus dicantumkan. Jika terdapat istilah-
istilah seperti nomor, persen, frekuensi, dituliskan dalam bentuk singkatan/lambang (No,, %,
dan f).
f. Tabel tidak boleh dipenggal, kecuali jika memang panjang sehingga tidak mungkin disajikan
dalam satu halaman. Pada halaman lanjutan tabel, dicantumkan nomor tabel dan kata
"Lanjutan", tanpa judul.
g. Isi/data tabel yang tidak cukup ditampilkan dalam satu halaman dapat ditulis dengan huruf
Arial ukuran font minimal 9 pt, dengan menggunakan spasi 1 (tunggal) atau satu setengah
spasi.
h. Garis paling atas dari tabel diletakkan dengan jarak 3 spasi di bawah identitas tabel.
i. Garis horisontal digunakan jika dipandang lebih mempermudah pembacaan tabel, tetapi
garis vertikal di bagian kiri, tengah dan kanan tabel tidak diperlukan.
j. Apabila ada keterangan dari tabel (misalnya deskripsi dari istilah-istilah di dalam tabel),
dituliskan dibawah tabel sebelah kiri dengan font lebih kecil dari huruf di dalam tabel
(ukuran font minimal 9 pt), dengan jarak 1 (satu) spasi.
k. Tabel yang dikutip dari sumber lain wajib diberi keterangan sitasi nama akhir penulis, tahun
publikasi, dan nomor halaman tabel asli. Keterangan tersebut ditulis di bawah tabel dengan
jarak satu setengah atau dua spasi dari garis horisontal terbawah.

4.6 Gambar
Istilah gambar meliputi foto, grafik, chart, peta, sketsa, diagram dan bagan. Gambar
menyajikan hasil analisis dalam bentuk visual yang mudah dipahami. Beberapa pedoman penyajian
gambar adalah sebagai berikut :
a. Gambar harus diberi identitas berupa nomor dan judul gambar yang ditempatkan di bawah
gambar (bukan di atasnya).
b. Judul gambar ditulis dengan huruf kapital pada huruf pertama setiap kata (kecuali kata
hubung) tanpa diakhiri tanda titik, menggunakan font Arial ukuran 11 pt dengan format
tebal (Bold).
l. Nomor gambar ditulis dengan angka Arab berurutan sesuai dengan kemunculannya pada
makalah nomor urut gambar dimulai dari nomor 1.
c. Bila gambar dikutip dari sumber tertentu, wajib disebutkan sumber rujukannya dengan
format nama penulis, tahun publikasi. Keterangan sumber rujukan diletakkan setelah judul
gambar.
d. Penyebutan adanya gambar harus diletakkan pada teks sebelum gambar. Penulisan gambar
di dalam teks naskah menggunakan kata ‘Gambar’ diikuti angka sesuai dengan penomoran
gambar.
e. Gambar yang memakan tempat lebih dari setengah halaman harus ditempatkan pada
halaman tersendiri.
f. Pada penyajian gambar, perlu dilengkapi pula dengan keterangan gambar yang berisi
deskripsi singkat tentang gambar tersebut. Keterangan gambar diletakkan dibawah judul
gambar, dengan font Arial ukuran minimal 9 pt.

4.7 Penggunaan Bahasa


Bahasa yang dipakai dalam penulisan tinjauan kepustakaan maupun laporan kasus adalah
Bahasa Indonesia yang baku dengan tata bahasa yang benar (mengandung unsur subjek, predikat,
dan objek). Penulisan karya ilmiah hendaknya menggunakan bahasa yang jelas, tepat, formal, dan
lugas. Kejelasan dan ketepatan isi dapat diwujudkan dengan menggunakan kata dan istilah yang jelas
dan tepat, kalimat yang tidak berbelit-belit, dan struktur paragraf yang runtut. Istilah yang dipakai
adalah istilah Indonesia atau yang sudah di-Indonesiakan. Jika terpaksa harus memakai istilah asing,
harus ditulis dengan huruf miring (italic).

4.8 Penulisan Tanda Baca


Penulisan tanda baca, kata, dan huruf mengikuti Pedoman Umum Ejaan Bahasa lndonesia
yang Disempumakan, Pedoman Pembentukan Istilah, dan Kamus (Keputusan Mendikbud, Nomor
0543a/U/487, tanggal 9 September 1987). Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Titik (.), koma (,), titik dua (:), tanda seru (!), tanda tanya (?), dan tanda persen (%) diketik
rapat dengan huruf yang mendahuluinya.

Tidak Baku Baku


 Data dianalisis dengan teknik korelasi ,  Data dianalisis dengan teknik korelasi,
Anova ,dan regresi. Anova, dan regresi.
 sebagai berikut :  sebagai berikut:
 Hal itu tidak benar !  Hal itu tidak benar!
 Benarkah hal itu ?  Benarkah hal itu?
 Jumlahnya sekitar 20 %  Jumlahnya sekitar 20%

b. Tanda kutip (“…”) dan tanda kurung ( ) diketik rapat dengan huruf dari kata atau frasa yang
diapit.
Tidak Baku Baku
 Kelima kelompok " sepadan ”  Kelima kelompok "sepadan”
 Tes dianggap baku ( standardized )  Tes dianggap baku (standardized)

c. Tanda hubung (-), dan garis miring (/) diketik rapat dengan huruf yang mendahului dan
mengikutinya.
Tidak Baku Baku
 Tidak berbelit – belit  Tidak berbelit-belit
 Dia tidak / belum mengaku  Dia tidak/belum mengaku

d. Tanda sama dengan (=), lebih besar (>), lebih kecil (<), tambah (+), kurang kaii (X), dan bagi
(:) diketik dengan spasi satu ketukan sebelum dan sesudahnya
Tidak Baku Baku
 p=0,05  p = 0,05
 p>0,01  p > 0,01
 p<0,01  p < 0,01
 a+b=c  a+b=c
4.9 Kutipan dan Sitasi
Kutipan pustaka yang disajikan dalam naskah tinjauan kepustakaan ataupun laporan kasus
ditulis dengan cara Vancouver. Dengan beberapa pedoman sebagai berikut
a. Pengutipan dilakukan dengan menggunakan angka sesuai dengan kemunculan pertama di
dalam artikel. Angka dimasukkan ke dalam tanda bracket atau tanda kurung. Penulisan sitasi
diletakkan satu ketuk setelah huruf terakhir, dan sebelum tanda baca.
Contoh:
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit [1].
b. Kutipan dari dua sumber yang ditulis oleh penulis yang berbeda, sitasi dicantumkan dalam
satu tanda kurung dengan pemisah tanda koma (,). Urutan sitasi diurutkan dari yang
kemunculan lebih awal terlebih dahulu.
Contoh:
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit [2,3].
c. Kutipan dari lebih dari dua sumber yang ditulis penulis yang berbeda, penulisan sitasi
dituliskan dengan tanda hubung (-) apabila angka referensinya berurutan. Akan tetapi,
apabila angka referensinya tidak berurutan, penulisan sitasi dipisahkan dengan tanda koma
(,).
Contoh:
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit [2, 6-9].

4.10 Penulisan Daftar Pustaka


Bahan pustaka yang dimasukkan ke dalam referensi atau daftar pustaka baik dalam tinjauan
kepustakaan maupun laporan kasus wajib sudah disebutkan di dalam naskah makalah. Cara
penulisan daftar pustaka baik pada tinjauan pustaka maupun laporan kasus menggunakan metode
Vancouver yang menuliskan referensi berdasarkan urutan kemunculannya di dalam teks. Dianjurkan
agar 80% referensi yang digunakan merupakan terbitan baru (minimal terbitan 10 tahun terakhir),
baik untuk buku teks maupun jurnal ilmiah. Beberapa ketentuan format daftar pustaka adalah
sebagai berikut:
a. Daftar pustaka ditulis dengan jarak antar baris 1 spasi, dengan baris kedua dan seterusnya
menjorok ke dalam sejauh 1 cm. Antar pustaka satu dengan berikutnya diberi jarak 1 spasi.
b. Penulisan daftar pustaka sesuai dengan urutan kemunculan referensi pada makalah
c. Urutan daftar pustaka dituliskan dengan nomor arab mulai dari angka 1
d. Jumlah referensi yang disarankan untuk laporan kasus maksimal 20 referensi sedangkan
untuk tinjauan pustaka disarankan maksimal 100 referensi
e. Penulisan penulis dari suatu referensi maksimal adalah sebanyak 6 penulis, jika lebih dari 6
penulis maka dituliskan et al. setelah penulis yang keenam
f. Nama jurnal ditulis dengan versi singkat (abbreviation name tanpa menggunakan tanda titik
setelah singkatan)
g. Tahun ditulis tanpa disertai bulan dan tanggal serta nomor halaman ditulis versi singkat
(contoh: 653-659 ditulis menjadi 653-9)
h. DOI ditulis berupa URL https dan tidak diakhiri dengan tanda titik

Contoh Penulisan Referensi dari Jurnal:


Lin HY, Lee YT, Chan YW, Tse G. Animal models for the study of primary and secondary hypertension
in humans. Biomed Rep. 2016;5(6):653–9. https://doi.org/10.3892/br.2016.784

Contoh Penulisan Referensi dari Buku:


Lawhead JB, Baker MC. Introduction to veterinary science. Clifton Park (NY): Thomson Delmar
Learning; 2005.

Contoh Penulisan Referensi dari Buku yang Diedit oleh Editor:


Meltzer PS, Kallioniemi A, Trent JM. Chromosome alterations in human solid tumors. In: Vogelstein
B, Kinzler KW, editors. The genetic basis of human cancer. New York: McGraw-Hill; 2002. p. 93-113.

Contoh Penulisan Referensi dari Tesis atau Disertasi:


Agustin P. Pengaruh Pemberian Nanokristal Kuersetin terhadap Gagal Ginjal Akut yang Diinduksi
dengan Gentamisin [skripsi]. Padang: Fakultas Farmasi Universitas Andalas; 2017.

Contoh Penulisan Referensi dari Artikel Online:


Pullen LC. Antibiotic Resistance Continues to be a Problem in Children [Internet]. Medscape. 2017
[cited 29 December 2017]. Available from: https://www.medscape.com/viewarticle/860801
BAB 5
CONTOH PENULISAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN LAPORAN KASUS
BAB 6
PEDOMAN PENULISAN PRESENTASI TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN LAPORAN KASUS

Anda mungkin juga menyukai