Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Pendapatan Ekonomi Keluarga dan Tingkat Pendidikan Ibu

terhadap Kejadian Stunting

Sagita Darma Sari, Vika Tri Zelharsandy


Email: sagitadarmasari98@gmail.com
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Tahap Profesi,
STIKES Abdurahman Palembang, Indonesia
Jl. Kol. H. Burlian Sukajaya, Suka Bangun, Kec. Sukarami, Kota Palembang,
Sumatera Selatan 30114

Abstrak
Stunting atau pendek adalah suatu kondisi yang menggambarkan status gizi kurang yang memiliki
sifat kronis pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sejak awal masa kehidupan yang
dipersentasikan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur kurang dari minus dua standar
deviasi berdasarkan standar pertumbuhan menurut World Health Organization. Tujuan : untuk
mengetahui hubungan pendapatan ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan ibu terhadap kejadian
stunting. Penelitian ini menggunakan metode studi analtik dengan pendekatan cross sectional
instrumen data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar checklist. Teknik pengambilan
sampel mengunakan teknik purposive sampling.Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30
balita yang memenuhi kriteria. Analisa data yang digunakan berupa univariat dan bivariat. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa dari 30 responden yang telah dilakukan pendataan di dapatkan
hasil nilai p value 0.131 hubungan pendapatan ekonomi keluarga dengan kejadian stunting.
Hubungan pendidikan ibu terhadap kejadian stunting dengan hasil p value 0,003 berdasarkan hasil
nilai chi-square. Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan ekonomi
keluarga dengan kejadian stunting, dan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu
terhadap kejadian stunting.

Kata kunci: stunting; pendidikan; pendapatan.

Abstract
Stunting or short is a condition that describes the nutritional status of undernutrition that has a
chronic nature during the growth and development of children from the beginning of life which is
presented with a z-score of height for age less than minus two standard deviations based on growth
standards according to the World Health Organization. Objective: to determine the relationship
between family economic income and maternal education level on the incidence of stunting. This
study uses an analytical study method with a cross sectional approach. The data instrument used in
this study is a checklist sheet. The sampling technique used was purposive sampling technique. The
number of samples in this study were 30 toddlers who met the criteria. Analysis of the data used in
the form of univariate and bivariate. The results of this study indicate that of the 30 respondents who
have been collected data, the results of the p value of 0.131 are the relationship between family
economic income and the incidence of stunting. The relationship between maternal education and
the incidence of stunting with a p value of 0.003 based on the results of the chi-square value.
Conclusion: There is no significant relationship between family economic income and the
incidence of stunting, and there is a significant relationship between maternal education and the
incidence of stunting.

Keywords: stunting; education; income.

108
109
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

1. Pendahuluan Pada akhirnya secara luas stunting


Gizi merupakan salah satu akan dapat menghambat
faktor keberhasilan penentu tumbuh pertumbuhan ekonomi,
kembang anak. Gizi yang cukup meningkatkan kemiskinan dan
dan seimbang sangat diperlukan memperlebar ketimpangan. Situasi
dalam periode emas pertumbuhan ini jika tidak diatasi dapat
anak. Periode emas dimulai sejak mempengaruhi kinerja
anak masih di dalam kandungan pembangunan Indonesia baik yang
hingga usia duatahun atau yang menyangkut pertumbuhan
sering disebut dengan istilah ekonomi, kemiskinan dan
"seribu hari pertama kehidupan” ketimpangan.(4)
gizi yang terjadi pada periode emas Berdasarkan data SSGBI 2019,
tersebut dapat menyebabkan prevalensi balita stunting di
berbagai masalah, salah satunya Sumatera Selatan pada tahun 2013
adalah kekurangang gizi, masalah (36,7%), 2018 (31,7%), dan pada
gagal tumbuh menjadi lebih sering tahun 2019 (29%). Sedangkan Kota
sehingga anak pendek (stunting) Palembang tercatat memiliki
dari standar.(1) presentase stunting pada balita pada
Status gizi balita merupakan tahun 2013 (27,44%), dan tahun
hal penting yang harus diketahui 2019 sebesar (22,91%), banyuasin
oleh setiap orang tua. Perlunya sebesar 32,8%.(5)
perhatian lebih terhadap tumbuh Status sosial ekonomi keluarga
kembang anak di usia balita seperti pendapatan keluarga,
didasarkan fakta bahwa kurang gizi pendidikan orang tua, pengetahuan
pada masa emas ini bersifat ibu tentang gizi, dan jumlah
irreversible (tidak dapat pulih), anggota keluarga secara tidak
sedangkan kekurangan gizi dapat langsung dapat berhubungan
mempengaruhi perkembangan otak dengan kejadian stunting. Hasil
anak.(2) Riskesdas (2013) menunjukkan
Data WHO tahun 2018 bahwa kejadian stunting balita
menunjukkan bahwa masalah banyak dipengaruhi oleh
pertumbuhan tidak hanya gizi pendapatan dan pendidikan orang
buruk, tetapi juga pendek dan gizi tua yang rendah. Keluarga dengan
lebih. Prevalensi balita gizi buruk pendapatan yang tinggi akan lebih
sebesar 7,3%, overweight sebesar mudah memperoleh akses
5,9% dan balita stunting (pendek) pendidikan dan kesehatan sehingga
sebanyak 21,9%.(3) status gizi anak dapat lebih baik.(6)
Saat ini, Indonesia merupakan Tingkat pendidikan
salah satu negara dengan prevalensi mempengaruhi seseorang dalam
stunting yang cukup tinggi menerima informasi. Pendidikan
dibandingkan dengan negara- yang lebih baik akan lebih mudah
negara berpendapatan menengah dalam menerima informasi daripada
lainnya. Balita/Baduta (Bayi orang dengan tingkat pendidikan
dibawah usia Dua Tahun) yang yang kurang. Informasi tersebut
mengalami stunting akan memiliki dijadikan sebagai bekal ibu untuk
tingkat kecerdasan tidak maksimal, mengasuh balitanya dalam
menjadikan anak menjadi lebih kehidupan sehari-hari.(7) Tingkat
rentan terhadap penyakit dan di pendidikan ibu biasanya
masa depan dapat beresiko pada mempengaruhi pengetahuan ibu
menurunnya tingkat produktivitas. tentang gizi balita. Dimana semakin

Volume 9 Nomor 2 Tahun 2022


110
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

tinggi pendidikan maka akan Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Data


mudah menyerap informasi- Pendapatan Keluarga.
informasi tentang kesehatan Variabel n %
contohnya pengetahuan gizi. Pendapatan tinggi 7 23.3
Balita yang berasal dari Pendapatan rendah 23 76.7
keluarga dengan status ekonomi Total 30 100.0
rendah lebih banyak mengalami
stunting dibandingkan balita dari Pada pendidikan ibu terdapat
keluarga dengan status ekonomi 16 responden (53.3%) tingkat
tinggi. Secara statistik hasil pendidikan ibu lebih tinggi dari
penelitian ini menunjukkan bahwa pada yang rendah yaitu 14
terdapat hubungan antara status responden (46.7%).
ekonomi keluarga dengan kejadian
stunting pada balita. Balita yang Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Data
berasal dari keluarga dengan status Pendidikan Ibu.
ekonomi rendah 1.29 kali berisiko Variabel n %
mengalami stunting dibandingkan
Pendidikan Tinggi 16 53.3
dengan balita dari keluarga dengan
status ekonomi tinggi,(8) sehingga Pendidikan 14
46.7
penelitian ini bertujuan untuk Rendah
mengetahui hubungan pendapatan Total 30 100.0
ekonomi keluarga dan tingkat
pendidikan ibu terhadap kejadian Pada kejadian stunting terdapat
stunting. sebanyak 6 responden (20.0%) dan
yang tidak mengalami stunting
2. Metode Penelitian sebanyak 24 responden (80.0%),
Desain penelitian ini adalah yang disajikan pada tabel 3.3.
studi analitik, dengan pendekatan
Cross Sectional. Pengolahan data Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Kejadian
dilakukan dengan editing, coding, Stunting.
processing, dan cleaning. Data Variabel n %
diolah dengan menggunakan Tidak 24 80.0
Program Analisis Data SPSS, yang
didalamnya meliputi analisis Ya 6 20.0
univariat dan bivariat menggunakan Total 30 100.0
uji chisquare
Berdasarkan hasil uji Chi-
3. Hasil dan Pembahasan square didapatkan p value = 0.131
Jumlah responden dalam lebih besar dari α = 0,05 (p
penelitian sebanyak 30 balita value<α). Dengan demikian Ho
dengan rentang usia >2 tahun ditolak dan Ha diterima, hal ini
hingga ≤ 5 tahun. menunjukkan bahwa tidak ada
Pada karakteristik pendapatan hubungan yang bermakna antara
terdapat 23 responden (76.7%) tingkat ekonomi dan kejadian
yang memiliki pendapatan ekonomi stunting, yang disajikan pada tabel
rendah dan 7 responden (23,3%) 3.4.
memiliki tingkat pendapatan
ekonomi tinggi, yang disajikan
pada tabel 3.1.

Volume 9 Nomor 2 Tahun 2022


111
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

Tabel 3.4 Hubungan pendapatan Ekonomi Keluarga Dengan Kejadian Stunting.


Kejadian stunting
Pendapatan Total P
YA TIDAK
Ekonomi value
n % n % n %
Tinggi 0 0.0 7 23.3 7 23.3
Rendah 6 20.0 17 56.7 23 76.7 0.131
Total 6 20.0 24 80.0 30 100.0

Berdasarkan hasil peneliti pada balita. Hal ini bisa disebabkan


didaptkan hasil nilai P value karena pendapatan yang diterima
pendapatan ekonomi keluarga tidak tidak sepenuhnya dibelanjakan
berkaitan dengan terjadinya untuk kebutuhan makanan pokok,
stunting, hal ini bisa jadi tetapi untuk kebutuhan lainnya.
disebabkan keluarga yang Tingkat pendapatan yang tinggi
berpendapatan di bawah UMK belum tentu menjamin status gizi
mampu mengelolah pendapatan baik pada balita, karena tingkat
mereka dengan baik, terdapat 17 pendapatan belum tentu teralokasi
responden yang tidak mengalami cukup untuk keperluan makanan.(6)
stunting dari pendapatan ekonomi Sedangkan menurut teori
yang rendah. Hal ini disebabkan Rahayu, orang tua dengan
karena mereka mampu mengelola pendapatan keluarga yang memadai
makanan yang bergizi dengan akan memiliki kemampuan untuk
bahan yang sederhana dan murah menyediakan semua kebutuhan
dan pedapatan ekonomi yang primer dan sekunder anak.
diterima tidak sepenuhnya untuk Keluarga dengan status ekonomi
makanan pokok tetapi mereka juga yang baik juga memiliki akses
memenuhi kebutuhan lainnya. pelayanan kesehatan yang lebih
Berdasarkan hasil uji chi- baik. Anak pada keluarga dengan
square di dapatkan nilai p value= status ekonomi rendah cenderung
0.131 lebih besar dari α = 0,05 (p mengkonsumsi makanan dalam
value<α). Dengan demikian Ho segi kuantitas, kualitas, serta variasi
ditolak dan Ha diterima, hal ini yang kurang. Status ekonomi yang
menunjukkan bahwa tidak ada tiggi membuat seseorang memilih
hubungan yang signifikan antara dan membeli makanan yang bergizi
pendapatan ekonomi keluarga dan bervariasi.(9)
dengan kejadian stunting. Berdasarkan hasil uji chi-
Hasil penelitian ini sama square di dapatkan nilai p value=
dengan penelitian yang dilakukan 0.003 lebih kecil dari α = 0,05 (p
di Kecamatan Tembalang Kota value<α) dengan demikian Ho
Semarang yang menyatakan bahwa diterima dan Ha ditolak hal ini
pendapatan keluarga bukan menunjukkan terdapat hubungan
merupakan faktor resiko terjadinya yang signifikan antara pendidikan
stunting,. Berdasarkan hasil uji ibu terhadap kejadian stunting,
Fisher Exat diperoleh nilai p = yang disajikan pada tabel 3.5.
1.000 (p>0.05). Sehingga dapat
dikatakan tidak ada hubungan
antara tingkat pendapatan ekonomi
keluarga dengan stunting (pendek)

Volume 9 Nomor 2 Tahun 2022


112
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

Tabel 3.5 Hubungan pendidikan Ibu Terhadap Kejadian Stunting.


Kejadian stunting Total
Pendidikan P
YA TIDAK
Ibu value
n % n % n %
Tinggi 0 0.0 16 53.3 16 53.3
Rendah 6 20.0 8 26.7 14 46.7 0.003
Total 6 20.0 24 80.0 30 100.0

Berdasarkan hasil uji chi- rendah. Pendidiakan formal ibu


square didapatkan nilai pvalue = akan mempengaruhi tingkat
0,003 lebih kecil dari α = 0,05 (p pengetahuan gizi.(10) Tingkat
vlue <α) dengan demikian Ho di pendidikan orang tua yang rendah
terima dan Ha ditolak menunjukkan juga mampu meningkatkan risiko
bahwa terdapat hubungan yang terjadinya malnutrisi pada anak.
signifikan anatara tingkat Tingkat pendidikan orang tua
pendidikan ibu terhadap kejadian merupakan salah satu penyebab
stunting. terjadinya stunting (pendek), hal ini
Hasil penelitian terdahulu dikarenakan pendidikan yang tinggi
menurut Nurmalasari (2019), dianggap mampu untuk membuat
Terdapat hubungan antara tingkat keputusan dalam meningkatkan gizi
pendidikan ibu dengan stunting dan kesehatan anak-anak.
dengan hasil yaitu nilai OR 3,313 Pengetahuan yang tinggi juga
(CI:1,878 - 5,848) dan nilai p (P- mempengaruhi orang tua dalam
value) berupa 0,000 atau p menentukan pemenuhan gizi
value<0,05 dan terdapat hubungan keluarga dan pola pengasuhan anak,
antara pendapatan keluarga dengan dimana pola asuh yang tidak tepat
stunting dengan hasil yaitu nilai OR akan meningkatkan risiko kejadian
5,132 (CI: 2,602–10,121) dan nilai stunting.(11) Sedangkan pendidikan
p (P-value) berupa 0,000 atau p ibu yang rendah lebih cenderung
value<0,05 dimana keluarga tidak mengetahui dan tidak memilih
dengan pendapatan rendah berisiko bahan pangan yang baik dalam
lima kali lebih tinggi mengalami kualitas maupun kuantitas untuk
stunting dibandingkan pendapatan anak serta keluarganya.(12)
tinggi, dan nilai OR 2,255 (CI:
1,127 – 4,512) dan nilai p (P-value) 4. Kesimpulan
berupa 0,032 atau p value<0,05 Terdapat Hubungan antara
dimana keluarga dengan pendidikan ibu dengan kejadian
pendapatan menengah berisiko dua stunting di Desa Langkan Luar.
kali lebih tinggi mengalami Perlu dilakukan upaya preventif
stunting dibandingkan pendapatan dan promotif dalam meningkatkan
tinggi. pengetahuan dalam meningkatkan
Menurut teori senbanjo bahwa status gizi. Bekerjasama dengan
Tingkat/pendidikan dalam keluarga kader dan penduduk desa untuk
khususnya ibu dapat menjadi faktor berperan aktif dalam upaya
yang mempengaruhi status gizi penurunan angka kejadian stunting
anak dalam keluarga. Semakin dimasyarakat dengan meningkatkan
tinggi pendidikan orang tua maka pengetahuan ibu yang baik.
pengetahuannya akan gizi akan
lebih baik dari yang berpendidikan

Volume 9 Nomor 2 Tahun 2022


113
Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

5. Daftar Pustaka [8] Hong R. Effect of economic


[1] Teja M. Stunting Balita inequality on chronic
Indonesia Dan childhood undernutrition in
Penanggulangannya. Pus Ghana. Public Health Nutr.
Penelit Badan Keahlian DPR 2007;10(4):371–8.
RI. 2019;XI(22):13–8. [9] Hariyani R, Zulaekah S,
[2] Marimbi H. Tumbuh Puspowati D. Hubungan
Kembang, Status Gizi dan Tingkat Pengetahuan Gizi
Imunisasi Dasar Pada Balita. Pengasuh Dengan Tingkat
Yogyakarta: Nuha Medika; Konsumsi Energi Protein dan
2010. Status Gizi Batita Di Wilayah
[3] WHO. Global Tuberculosis Puskesmas Undaan Kabupaten
Report. 2018. Kudus. 2016;
[4] TNPK. 100 Kabupaten/Kota [10] Senbanjo IO, Oshikoya KA,
Prioritas Untuk Interverensi Odusanya OO, Njokanma OF.
Anak Kerdil (Stunting). Tim Prevalence of and Risk Factors
Nas Percepatan for Stunting among School
Penanggulangan Kemiskin. Children and Adolescents in
2017;1:14–5. Abeokuta, Southwest Nigeria.
[5] Kemenkes RI. Diambil 2011;29(4):364–70.
kembali dari Studi Status Gizi [11] Adriani M, Wirjatmadi B.
BalitaTerintegrasi Susenas Peranan Gizi Dalam Siklus
2019. 2020. Kehidupan. 1st ed. Jakarta:
[6] Dakhi A. Hubungan Kencana; 2012.
Pendapatan Keluarga, [12] Kusuma R, Irdawati A.
Pendidikan, dan Pengetahuan Hubungan Antara Status Sosial
Ibu Tentang Gizi Dengan Ekonomi Keluarga Dengan
Kejadian Stunting pada Anak Status Gizi Anak Usia Sekolah
Umur 6-23 Bulan di Wilayah Di SD N GODOG I
Kerja Puskesmas Jati Makmur POLOKARTO Sukoharjo. Fak
Binjai Utara. J Kesehat Masy ilmu Kesehat Univ
Indones. 2019;VIII:3–77. Muhammadiyah Surakarta.
[7] Anisa P. Faktor-Faktor yang 2018;104–13.
Berhubungan dengan Kejadian
Stunting pada Balita Usia 25-
60 Bulan di Kelurahan
Kalibaru Depok Tahun 2012.
Univ Indones. 2012;1–125.

Volume 9 Nomor 2 Tahun 2022

Anda mungkin juga menyukai